tentunya semua karakter Naruto adalah milik Masashi Kishimoto-sama

semua yang star tulis...just for fun...

asyyik menuang khayalan...

Warning: OOC (?). nyinetron, idenya terlalu biasa. typo(s), dan ga tau deh ada warning apa lagi


...YISU...


"Ibu..!" panggil Ino ketika melihat ibunya sedang bersiap-siap dikamarnya.

"Ada apa, Sayang?" tanya Ibunya melihat kearah pintu tempat Ino berdiri memperhatikannya.

"Sudah waktunya ya bu? Mulai hari ini ibu sudah bukan lagi Yamanaka Tsunade" lirih Ino.

"Walau begitu ayahmu tetap memiliki tempat spesial dihati Ibu, sayang. Tidak akan tergantikan oleh siapapun. Termasuk Orochimaru," Tsunade berjalan mendekat dan mendekap Ino,"Maaf kan Ibu sayang, ibu harap kau bisa menerimanya" pinta Tsunade ditengah-tengah pelukannya.

"Aku bahagia dengan melihat ibu bahagia" Ino membalas dekapan ibunya, tersenyum tulus di pelukan Tsunade, namun tak dapat dibendung air mata juga mengalir dari mata indahnya. Dia tau semua tidak akan sama lagi.

"Sudah bu, nanti ibu bisa telambat. Jangan biarkan orang yang kau cintai menunggumu!" Ino berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.

"Itu kata-kata ayahmu" Tsunade tersenyum sambil memicit hidung Ino,"Terimakasih karena kau begitu mirip denganyya"

"Padahal aku ingin mirip ibu, yang begitu cantik, apalagi dengan balutan gaun pengantin" goda Ino.

"Ibu yakin suatu saat kau akan jadi pengantin tercantik didunia yang mematahkan hati banyak pria ketika kau menikah" balas Tsunade.

"Aku beruntung bisa melihat langsung ibu menjadi pengantin. Karena dulu saat Ibu menikah dengan ayah, aku kan belum lahir. Pantas ayah begitu bangga dengan foto pernikahan kalian"

"Ayahmu memang selalu begitu. Hi..hi.."Tsunade terkikik mengingat apa yang dikatakan Ino. Sementara Ino memperhatikan dengan intens sang Ibu yang tentu saja segera disadari Tsunade.

"Ada yang masih kau pikirkan sayang?" Tanya Tsunade.

"Ibu.." Ino diam sejenak,"Apa setelah menikah dengan Orochimaru-san Ibu akan menurunkan foto pernikahan Ibu dan dan ayah?" Ino menundukkan kepalanya. Cukup lama, Tsunade tak kunjung menjawab. Tampak berfikir jawaban apa yang harus dia berikan," Tak apa bu, aku yakin ayah pasti mengerti!" Tambah Ino karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang Ibu,"Latakkan saja dikamarku!" pinta Ino.

"Maafkan Ibu sayang" Tsunade meletakkan tangannya dipipi Ino. Yang dijawab Ino dengan anggukan yang tampak mantap.

"Ayo bu!" dan Ino menarik tangan Ibunya untuk keluar menuju tampat pernikahan. Dimana ditempat itu telah tampak Orochimaru dan beberapa orang disampingnya. Tidak ada pesta yang mewah hanya beberapa keluarga dekat saja yang diundang. Ino bahkan tidak turut mengundang Sasuke.

Ino melepas tangan ibunya dan membiarkannya berjalan ke arah Orochimaru. Dari tempatnya berdiri, dengan air mata yang terus mengalir Ino berusaha membentuk senyuman sebahagia mungkin.

"Asalkan Ibu bahagia, aku juga akan bahagia!"

#**STAR**#

"Seragam!", Ino memutar-mutarkan tubuhnya didepan cermin yang tingginya hampir menyamai dirinya, mungkin dulu cermin itu bahkan pernah lebih tinggi darinya,"OK!" Ia tersenyum memandang seragam sekolah barunya yang bersimbolkan Konoha International High School sambil mematut rok lipitnya.

"Rambut!" Ino menggelengkan kepalanya memperhatikan tatanan rambut pirang sebahunya yang kini dibiarkan tergerai,"Bagus!" Ia tersenyum lagi.

"Oke sedikit aksesoris" Ino memakai gelang berbentuk simpul tali-tali lalu menambahkan jam tangan mungil di tangan kirinya,"Sempurna!" Ino menjentikkan jarinya.

Tok..Tok..Tok..

"Ino-hime! Apa kau sudah siap? Ibumu sudah menunggu dibawah, cepatlah turun jangan sampai kau terlambat dihari pertamamu masuk SMU!" ujar sebuah suara bariton yang terdengar ramah memanggil Ino dari balik pintu kamarnya.

"Iya, aku akan segera turun!" sahut Ino sedikit berteriak kearah pintu kamarnya. Selesai mengucapkan itu Ino tidak langsung beranjak dari tempatnya, Ia bahkan belum mengalihkan pandangannya dari pintu. Mata yang baru saja berbinar semangat melihat penampilannya di cermin tiba-tiba meredup dan menerawang.

"Benar Ino, kau tidak boleh terlambat dihari pertamamu masuk sekolah! Yosh..semangat!" Lirih Ino pada dirinya sendiri. Lalu segera menyampirkan tas sandangnya dan bergerak menuju dapur. Dimana sudah ada Ibunya dan...ayah tirinya yang kini menduduki kursi yang biasa diduduki oleh ayahnya. Terbersit perasaan tidak rela, namun Ino harus membiarkannya. Karena setidaknya pria itu tetap membiarkan dia dan ibunya tinggal dirumah ayahnya dengan tidak memaksa mereka tinggal dirumahnya sendiri.

"Pagi, bu.." sapa Ino dan langsung mengecup pipi Ibunya, lalu melirik Orochimaru,"Pagi..." bagaimanapun Ino masih canggung dengan Orochimaru walaupun sudah hampir 3 minggu mereka tinggal bersama,"Orochimaru-san"

"Hmm...pagi Ino!" Orochimaru tersenyum lebar,"Apa kau tak berniat memberi kecupan selamat pagi pada ayah juga?" Ino membelalakkan matanya untuk kalimat Orochimaru barusan. "Ayah hanya bercanda. Ha..ha..ha.." Orochimaru tertawa melihat ekspresi terkejut Ino.

"Sudah ayo cepat duduk dan habiskan sarapanmu Ino. Ayahmu akan mengantarmu kesekolah!" Ujar Tsunade yang sudah menyiapkan sarapan kesukaan Ino. Sekeping roti gandum dengan telur dadar ditengahnya.

"Ti..tidak perlu bu. Hari ini Sasuke-kun akan datang menjemputku untuk pergi sekolah bersama" tolak Ino. Bagaimanapun Ino belum bisa sepenuhnya menerima Orochimaru. Apalagi ketika Tsunade menggunakan kata 'ayahmu' untuk menyebut Orochimaru. Itu terasa sangat menusuk hatinya.

"Jangan begitu sayang. Ayahmu sangat ingin mengantarmu kesekolah dihari pertamamu" ujar Tsunade pula.

"Tapi bu ak.." Ino tidak jadi melanjutkan katanya dan malah mengaggukkan kepala tanda setuju.

"Sudahlah sayang, biarkan saja jika Ino ingin pergi dengan temannya itu. Kau harus lebih memahami remaja" terang Orochimaru.

Selanjutnya Ino tidak begitu memperhatikan apa yang diobrolkan Orochimaru dan Tsunade, dia berusaha berkonsentrasi pada makanannya.

#**STAR**#

Sasuke sudah ada didepan pagar rumah Ino ketika Ino keluar dari rumahnya. Duduk diatas sepeda gunungnya dengan salah satu kaki berada dipedal sepeda dan kaki lainnya ditanah menahan sepeda. Seperti biasa, Sasuke selalu memainkan PSP biru kesanyangannya. Yang terkadang membuat Ino kesal. Karena Sasuke tetap meraih juara kelas bahkan menjadi lulusan terbaik di sekolah lama mereka dan sialnya dia juga menjadi siswa baru dengan nilai terbaik di Konoha International High School. Padahal selama sudah kurang lebih lima bulan dia mengenal Sasuke, dia hampir tidak pernah melihat Sasuke memegang buku pelajaran atau buku bacaan kecuali ketika Sasuke mengerjakan PR-nya dengan cepat, lalu kembali memegang PSP biru itu.

"Kau tau tidak sudah berapa lama aku menunggumu disini?" Tanya Sasuke sinis bahkan tanpa mengalihkan perhatiannya dari PSP.

"Maaf..maaf...kau tau kan ini hari pertamaku masuk SMU? Aku harus tampil sempurna sebagai siswi SMU!" jelas Ino yang sudah naik keatas sepeda Sasuke, berdiri dengan berpegangan pada bahu Sasuke dan menempelkan perutnya ke punggung Sasuke agar tidak jatuh.

"Apa yang kau maksud sempurna itu, seperti ini?" tanya Sasuke sambil menunjuk wajah Ino, bermaksud mengejeknya karena Ino tidak banyak berubah dari yang biasa dilihatnya kecuali seragam yang digunakannya.

"Sudah diam kau! Lihat saja nanti, kau akan cemburu melihat tatapan terpesona para senior di KIHS!" tantang Ino.

"Ha...ha...ha...ha..." kau terlalu bermimpi Ino. Tawa Sasuke sembari mulai mengayuh sepedanya menuju KIHS.

"Yoooo...KIHS..tunggulah kedatangan YISU...!" teriak Ino yang hampir memecahkan gendang telinga Sasuke dengan gaya layaknya Superman akan terbang. Sontak membuat semua orang yang ada dijalan yang mereka lintasi menoleh.

"Diam lah...itu memalukan!" perintah Sasuke,"lagipula apa itu YISU?"
"Yamaka Ino Uchiha Sasuke!" jawab Ino bersemangat."Aku mendapat inspirasi itu tadi malam. Baguskan?!"

"Inspirasi Idiot!" Ujar Sasuke datar yang langsung mendapat cekikan karena Ino sengaja mengeratkan lengannya di leher Sasuke.

"Apa kau bilang?"

"Aku tidak bisa bernafas bodoh!" kesal Sasuke berusaha melepas lengan Ino. Lalu memacu sepedanya lebih kencang hingga membuat tatanan rambut Ino berantakan.

#**STAR**#

Upacara penyambutan siswa baru berlangsung lancar dan khidmat. Dimana kata sambutan siswa baru disampaikan oleh Sasuke tanpa hambatan. Bahkan membuat Sasuke seketika setelah acara itu menjadi bahan pembicaraan di sekolah baik siswa baru maupun senior. Terutama dikalangan para cewek. Yang dampaknya akan membuat Ino kewalahan dibulan pertamanya ini untuk menjawab berbagai pertanyaan dari gadis-gadis itu yang melihatnya cukup akrab dengan Sasuke.

"Benar-benar kau ya!" omel Ino.

"Apa?" tanya Sasuke sok polos.

"Ck..ck..ck..benar-benar tipe pria yang -"

"Inoooo..." teriakan dua orang wanita terdengar dari arah belakang Ino memotong kalimat yang hendak dikatakan Ino.

"Halo Uchiha-san" sapa seorang siswi dengan warna rambut merah menyala. Ino memutar bola matanya, sudah menduga tujuan mereka memanggil dirinya. Tentu karena melihatnya berbicara dengan sang top Isue, Uchiha Sasuke.

"Uchiha-san, perkenalkan kami adalah teman sekelas Ino-san. Namaku Uzumaki Karin "

"Dan Aku Shin Tayuya. Senang berkenalan denganmu" keduanya sedikit membungkukkan badannya. Sasuke melihat keduanya dengan ekspresi datarnya.

"Hn!" gumam Sasuke menanggapi perkenalan Karin dan Tayuya yang membuat keduanya seolah membeku.

"Dinginnyaaa" teriak inner keduanya.

"Nah..kalian berdua ada urusan apa denganku?" tanya Ino ramah.

"Ino! Hari ini ada diskon besar-besaran di toko accesoris diseberang jalan dekat lampu merah! Apa kau mau ikut?" tanya Karin.

"Sayang lho kalau dilewatkan. Katanya diskonnya bisa mencapai 70%" tambah Tayuya.

"Benarkah..benarkah..?" Tanya Ino semangat,"Apa gantungan ponsel baru yang dipakai Hotaru-chan dia beli disana?" tanyanya lagi.

"Ehm..." Tayuya mengangguk,"Katanya lagi kau bahkan bisa mendesain sendiri cincin atau liontin yang kau inginkan. Mereka punya alat canggih untuk mencetaknya dalam waktu kurang dari 30 menit" ungkap Tayuya. Sepertinya dia punya banyak informasi tentang diskon yang diadakan toko itu.

"Waaaahh...hebaaatt...kalau begitu aku mau! Pulang sekolah nanti kita langsung kesana Ok!" seru Ino bersemangat melupakan Sasuke yang tadi sedang bicara padanya. Sasuke sendiri mendengus kesal melihat tingkah heboh Ino. Memang dasar Ino, cepat sekali dia menemukan teman untuk bersenang-senang padahal mereka baru seminggu bersekolah di tempat itu.

"Jangan lupa janji kita hari ini!", ujar Sasuke tiba-tiba menyelentikkan jarinya kedahi Ino hingga meninggalkan bekas sedikit kemerahan sesaat karena dahi Ino yang putih.

"Apa-apaan kau? Sakit tau!" sebal Ino yang tindak digubris oleh Sasuke dan malah melangkah menjauhi ketiga gadis berisik itu,"Mau kemana?" namun Ino bertanya juga.

"Kembali ke kelas!" jawab Sasuke singkat. Yah.. Walaupun berhasil satu sekolah dengan Sasuke tapi Ino tidak berhasil satu kelas dengannya. Wajar saja Sasuke masuk melalui jalur undangan membuatnya masuk kekelas eksekutif bersama 24 siswa-siswi pilihan lainnya.

Ino melihati Sasuke hingga hilang ditikungan menghela nafas karena sepertinya hari ini dia tidak akan jadi pergi berburu accsesoris bersama Tayuya dan Karin.

Sedangkan Tayuya dan Karin saling lirik. Kemudian menyipitkan mata bersamaan kearah Ino.

"Apa? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Ino ikut menyipitkan matanya.

"Kalian..." Tayuya melirik Karin.

"Pacaran!?" sambung Karin tajam.

"Haaah..pertanyaan itu lagi. Kalian sungguh membosankan!" Ino menghela nafas malas.

"Karena kau sangat menyebalkan! Bagaimana bisa pria sedingin Sasuke begitu hangat padamu kalau kalian tidak pacaran?" omel Karin. Tayuya mengangguk-angguk setuju.

"Kalian bahkan selalu datang kesekolah bersama. Dengan sepeda yang sama. Dan kau bahkan memeluknya!" Tayuya mengetok-ngetokkan jari telunjuknya ke dahi Ino.

"Hentikan, baka! Itu tidak seperti yang terlihat, kalau aku tidak berpegangan aku bisa jatuh" sebal Ino menampik tangan Tayuya dari hadapannya,"Oh iya.. Hari ini aku tidak jadi ikut shopping" Ino menyandarkan punggungnya ke jendela koridor.

"Apa karena janji yang dimaksudkan Sasuke tadi?" selidik Karin.

"Hmm..." Ino menaikkan alisnya.

"Dan kau masih mau menyangkal kalau kalian tidak pacaran?" kali ini giliran Tayuya.

"Sudah berapa kali kubilang? Aku tidak pernah ingat kalau kami sedang pacaran! Sudahlah!" Ino mulai melangkahkan kaki jenjangnya menuju kelasnya sendiri. Diikuti karin dan Tayuya.

"Baguslah kalau begitu, berarti kami masih punya kesempatan!" tegas Karin bersemangat.

Sementara itu tak jauh dari tempat mereka tadi seorang gadis berambut merah muda tersenyum cerah,"Masih ada kesempatan.."gumamnya lalu beranjak dari sana.

#**STAR**#

"Kenapa kau tiba-tiba ingin kesini?" Tanya Ino pada Sasuke yang kini tiduran dipangkuan Ino seperti biasa.

"Memangnya kenapa?" tanya Sasuke balik.

"Ya, Tidak apa-apa sih. Cuma bertanya. Lagipula memang sudah lebih sebulan kita tak kemari" Ino memperhatikan seklilingnya. Taman bunga yang terletak tidak jauh dari kantor Perusahaan Uchiha. Ino ingat ketika pertama kali Sasuke mengajaknya ketempat itu, Ino langsung menyukainya. Karena ada banyak bunga indah terawat disana ditambah sebuah pendopo kecil yang tertutup rerimbunan pepohonan yang sengaja ditanam. Dan diantara pepohonan itu, ada sebuah pohon yang berukuran jauh lebih besar dari yang lainnya. Sepertinya itu pohon yang sudah lebih dulu tumbuh sebelum Perusahaan Uchiha dibangun. Disanalah Sasuke dan Ino senang menghabiskan waktu.

"Sasuke-kun" panggil Ino.

"Hn?" jawab Sasuke dalam sebuah gumaman.

"Apa cita-citamu?" tanya Ino.

"Kenapa? Kau juga ingin satu kantor denganku?" Sasuke menyeringai, tapi matanya masih terpejam. Menikmati kelembutan tangan Ino yang mengusap-usap rambutnya.

"Tidak!" sergah Ino. "Aku hanya ingin tau kau ingin jadi apa saat dewasa nanti. Lagipula aku sudah punya cita-cita sendiri" Sasuke membuka matanya dalam satu kedipan cepat, dan mendapati Ino yang tengah memandangnya intens. Lalu Sasuke tersenyum.

"Apa?" tanya Sasuke, Ino megernyitkan alisnya tanda dia masih belum paham apa yang ditanyakan Sasuke. "Apa cita-citamu?" tambah Sasuke.

"Kenapa kau yang jadi balik bertanya?" Ino mengerucutkan bibirnya.

"Aku hanya ingin tau kau ingin jadi apa saat dewasa nanti" jawab Sasuke mengutip kalimat Ino sebelumnya.

"Kau benar-benar tidak kreatif ya membuat kalimat. Kenapa kau selalu mencontek kalimatku?" kesal Ino sembari menarik-narik pipi Sasuke yang masih terlalu nyaman duduk di pangkuannya.

"Hentikan!" Sasuke yang merasa terganggu mengubah posisinya, menghadapkan wajahnya keperut Ino dan menlingkarkan tangannya disana. Membuat Ino refleks menarik perutnya karena sensasi geli mendadak yang ia rasakan.

"Jawab saja pertanyaanku!" titah Sasuke. Dasar benar-benar Uchiha yang menyebalkan.

"Kau jawab dulu pertanyaanku! Kan aku duluan yang bertanya!" Ino tak mau kalah.

"Ino.." panggil Sasuke. Bukan memanggil sih, lebih tepatnya penekanan agar Ino segera menjawab. Karena jelas nada itu terdengar horror.

"Aku?" Ino terdiam, rona merah perlahan muncul di kedua belah pipi putihnya. Lama tak mendapati Ino kembali bicara, Sasuke membuka sebelah matanya untuk melihat kondisi wajah Ino yang ternyata sudah memerah.

"Kau kenapa?" tanya Sasuke heran yang sekarang menatap Ino penuh. Dia bahkan perlahan mengambil posisi duduk saking penasarannya. Karena kini Ino tampak seperti gadis pemalu. Dan itu membuat Sasuke menatapnya horror. "Apa kau sedang malu-malu Ino? Kau aneh sekali dengan ekspresi itu. Sama sekali tidak cocok untukmu" ujar Sasuke. Membuat Ino mengalihkan pendangannya kearah Sasuke dengan tatapan kesal dan tiga perempatan jalan di dahinya.

"Kau pikir aku gadis yang tak tau malu?!" Ino merasa tersinggung dengan ucapan Sasuke barusan. "Sudahlah! Aku sudah tidak ingin tau apa cita-citamu" tambah Ino dengan nada jutek. Ino berdiri dari duduk selonjorannya lalu memukul-mukul pahanya yang terasa pegal karena hampir satu jam lebih digunakan untuk menopang kepala Sasuke. Berniat beranjak pergi. Sasuke hanya memperhatikan Ino dengan tampang mengantuk dan tak senang karena bantalnya dibawa oleh Ino. Tentu saja karena bantal itu adalah paha Ino. Jika didepan Ino seorang, ntah sejak kapan Sasuke mulai membuka topeng stoicnya, ia tak segan menunjukkan tampang mengantuknya yang tentu akan menjatuhkan wibawanya jika ditunjukkan pada orang lain terutama musuhnya -saingannya-, Sasuke juga jadi sedikit banyak bicara ketimbang ketika menghadapi orang lain, juga Sasuke sering tersenyum bahkan sesekali tertawa.

"Oi..Ino! Kau mau kemana?" tanya Sasuke yang melihat Ino mulai mengemasi buku-bukunya yang tadi memang dibiarkan tergelatak di lantai pendopo ketika tadi mereka mengerjakan PR sebelum bersantai dibawah pohon.

"Aku sudah harus pulang, kau tidak lihat langit sudah mulai gelap?" Ino mengarahkan jari teluntuknya kelangit diikuti Sasuke yang menengadahkan kepalanya melihat apa yang ditunjuk Ino, langit memang sudah mulai menggelap.

"Hn!" Sasuke mengerti dan turut mengemasi barang-barangnya. Setelahnya mereka berdua mulai berjalan pulang dengan sepeda yang sama seperti yang selalu mereka naiki. Tanpa keheningan tentunya, karena ada saja topik pembicaraan yang bertengger dikepala Ino.

#**STAR**#

"Ino?" panggil seorang wanita dari belakang Ino dan Sasuke yang ketika itu baru sampai di kediaman Ino. Ternyata disaat yang bersamaan Ibu Ino -tsunade - dan ayah tiri Ino -Orochimaru- juga baru pulang.

"Ibu? Ibu sudah pulang?" tanya Ino heran. Tentu, itu bukan pertanyaan dengan maksud mendapat jawaban 'ya sudah' karena sudah pasti itulah jawabannya. Tapi pertanyaan itu lebih pada keheranan karena sang ibu pulang jauh lebih awal dari biasanya.

"Hm..ya. Hari ini ibu izin dari kantor karena ayahmu meminta ibu menemaninya menjemput kakakmu" jawab sang ibu membuat Ino mengernyit bingung. Kakak? Sejak kapan dia punya kakak?

"Kau punya seorang kakak?" tanya Sasuke yang ternyata juga sama herannya dengan Ino. Karena selama hampir 8 bulan berteman dengannya dan mereka cukup dekat hingga Sasuke sering bermain ke rumah Ino, dia tidak pernah tau kalau Ino memiliki seorang kakak. Dan pertanyaan Sasuke tadi jelas mewakili pertanyaan sama yang ada di benak Ino.

"Oh ada Sasuke-kun ya? Lama tidak melihatmu" sapa Tsunade. Sasuke lalu sedikit menunduk memberi hormat.

"Dia putraku, Ino-hime!" seseorang dari belakang Tsunade yang tentu saja adalah Orochimaru menjawab. "Wajar kau belum mengenalnya karena saat upacara pernnikahan dia tidak bisa hadir, kenalkan dia Kabuto, usianya 3 tahun lebih tua darimu karena itu ayah pikir kau harus memanggilnya kakak" jelas Orochimaru panjang lebar. Ino melirik kearah seorang pria yang berdiri disamping orochimaru. Kabuto.

"Salam kenal" sapa Ino sedikit membungkukkan badan yang dibalas dengan senyuman oleh Kabuto.

"Nah sekarang sebaiknya kita masuk ke dalam rumah. Ibu akan membuat makan malam spesial untuk menyambut kedatangan Kubuto-kun hari ini" pinta Tsunade.

"Baik, bu" jawab Kabuto yang langsung mengikuti orochimaru dan Tsunade kedalam rumah tanpa canggung, seperti orang yang sudah terbiasa dengan rumah itu. ditambah lagi yang membuat Ino mengernyitkan alisnya. Sepertinya mudah sekali bagi si Kabuto itu untuk memanggil wanita yang baru menjadi istri ayahnya dengan sapaan 'ibu'. Ino saja yang sudah hampir 2 bulan tinggal bersama Orochimaru sampai sekarang belum bisa memanggilnya ayah.

Ino masih tertegun melihat kedua pria yang masih terasa asing baginya namun bertindak seolah sudah sangat akrab. Ino tidak bertindak seperti biasa, dimana Ia selalu akan berkenalan dengan orang baru siapapun dia dengan ceria dan penuh rasa percaya diri karena Ino memang sangat suka berteman. Sasuke menatap lekat ekspresi Ino, Ia tau pasti hal ini masih terasa berat bagi Ino. Tanpa sadar Sasuke menyentuh dan menggenggam lembut jemari Ino yang memang saat itu ia berdiri dekat dengan Ino.

"Ah..Sasuke-kun!" panggil Tsunade dari depan pintu rumah. Sasuke yang dipanggil memutar kepalanya menatap Tsunade, "Apa kau mau masuk dan ikut makan malam bersama kami?" tanya Tsunade. Sasuke tak menjawab, Ia melirik kearah Ino yang saat itu tengah menerawang entah kemana. Tapi satu hal yang bisa Sasuke rasakan, genggaman Ino semakin mengerat. Karena itu Sasuke memutuskan untuk terus menggenggam tangan kecil itu. setidaknya hingga Ino cukup kuat untuk menopang dirinya sendiri.

#**STAR**#

Diperjalanan pulang Sasuke terus mengingat-ingat tiap perkatakaan dan perlakuan keluarga baru Ino. Mereka tampak berusaha cukup keras untuk mengakrabkan diri dengan Ino. Rasanya tak ada yang perlu untuk terlalu dikhawatirkan. Tapi bagaimanapun, Sasuke memaklumi sikap Ino yang masih protektif pada dirinya sendiri.

"Ino pasti masih belum bisa menerima kedua orang itu" gumam Sasuke. Tiba-tiba Sasuke teringat akan pertemuan pertamanya dengan Ino. Saat itu gadis berisik itu tengah menangis tersedu sendirian di atap sekolah. Tapi sayang sampai sekarang Sasuke yang terlihat amat dekat dengan Ino ternyata belum mengetahui sebabnya. Mungkin dia harus menanyakannya ketika bertemu lagi dengan Ino.

Ckiiiiiitt...

Sasuke mengerem mendadak sepeda gunung yang dinaikinya karena dia hampir saja menabrak seorang pejalan kaki. Lebih tepatnya seorang gadis yang berlari terburu-buru hingga tidak memperhatikan jalan.

"Ma..Maaf kan aku. Aku sedang..." gadis yang kini terduduk di aspal karena terkejut semakin terkejut melihat siapa yang hampir menabraknya,"Eh..U...Uchiha-san?" panggil gadis cantik berambut merah muda lembut.

"Kau?" tanya Sasuke yang memang merasa mengenali gadis tersebut. Ia turun dari sepedanya untuk setidaknya membantu gadis yang hampir ditabraknya untuk berdiri. Sebagai permintaan maaf tak terucap tentunya.

Dengan wajah bersemu merah Sakura sang gadis merah muda menerima uluran tangan Sasuke,"Terimakasih" ujarnya dengan wajah tertunduk.

"Hn" gumam Sasuke melirik kantung plastik yang sepertinya milik Sakura dan mengambilnya.

"Apa yang kau lakukan disini Uchiha-san?" tanya Sakura tanpa sadar,"Ah.. Ma..maaf, aku tidak bermaksud bertanya begitu!" ralat Sakura yang menyadari kalau tidak seharusnya dia menanyakan hal itu. Karena walau sudah hampir 2 bulan lebih sekelas dengan Sasuke, mereka nyaris tak pernah bertegur sapa dikelas. Bahkan Sakura tidak berani untuk memanggil Sasuke dengan nama depannya.

"Kau Haruno Sakura kan?" tanya Sasuke membuat Sakura menengadahkan kepalanya menatap Sasuke tak percaya kalau Sasuke mengetahui bahkan memanggilnya dengan nama depan.

"I..Iya! Kau tau namaku?" Sakura ingin memastikan.

"Hmph.."Sasuke mendengus,"tentu saja kita sekelas dan setiap hari aku mendengarnya saat sensei mengabsen" jawab Sasuke. Bagaimanapun jarangnya Sasuke berinteraksi dengan teman-temannya dikelas karena hampir setiap hari ketika jam istirahat Sasuke hanya akan menghabiskan waktunya bersama Ino atau terkadang dengan teman satu clubnya, Sasuke tetap dapat mengingat wajah ke-23 temannya lengkap dengan nama dan marganya. Apalagi posisi duduk Sasuke tepat di pojok kanan paling belakang. Uchiha itu jenius. Ingat?

"Oh..Kau benar" Sasuke hanya menanggapinya dengan anggukan dan menyerahkan kantung plastik milik Sakura.

"Untuk pertanyaanmu tadi. Aku dari rumah Ino. Kalau kau masih mau tau" ujar Sasuke ketika dia mulai menaiki sepedanya.

"Ino?" jika diperhatikan alis Sakura tampak menurun, intonasinya memang seperti bertanya walau sebenarnya bukan tentang siapa itu Ino. Karena Sakura tau betul siapa gadis itu, gadis yang selalu bersama Sasuke sejak awal pertemuan mereka.

"Ok..aku harus pergi!" ujar Sasuke yang sudah bersiap mengayuh sepedanya yang dijawab Sakura dengan sebuah anggukan.

Ingin rasanya Sakura mengatakan 'Sampai bertemu besok' tapi apa yang membuat Sakura yakin kalau Sasuke ingin bertemu lagi dengannya besok. Jadilah Sakura hanya memandangi punggung Sasuke yang dengan cepat semakin menjauh.

"Sampai bertemu besok di kelas, Sasuke-kun" gumam Sakura pada angin yang masih menyimpan aroma Sasuke yang baru berlalu,"Ah.. Do-Chi. Aku harus bergegas untuk mengobati lukanya" Tiba-tiba Sakura teringat tujuan ke apotik hingga membuatnya terburu-buru tadi. Ia pun berlari dengan senyum di wajahnya. Pertemuan tak sengajanya malam ini dengan Sasuke mungkin bisa menjadi topik untuk mencoba memulai percakapan dengan Sasuke besok. Sakura berharap. Benar-benar berharap.

#**STAR**#

Duduk makan bersama keluarga di meja makan menjadi hal yang berat bagi Ino sekarang. Belum lagi ia terbiasa dengan keberadaan ayah tirinya Orochimaru kini sudah ada lagi orang baru yang harus dipanggilnya kakak. Terlebih Ia duduk di kursi tepat disamping Ino.

"Jadi Ino-chan. Bagaimana kehidupan disekolahmu? Apa Sasuke itu pacarmu?" tanya Kabuto. Benar-benar orang yang tidak punya rasa canggung.

"Bukan. Dia temanku" jawab Ino seadanya.

"Ah..aku benar-benar tidak yakin, kalian tampak dekat. Terlebih aku melihatnya selalu memperhatikanmu saat makan malam semalam" Kabuto menopangkan dagunya dengan sebelah tangan sambil mengunyah nasinya. Ino hanya melirik Kabuto sekilas, malas menanggapi karena sepertinya orang ini tipe rang yang suka memperpanjang cerita.

"Oh..Kabuto" panggil Orochimaru membuat semua yang ada dimeja mengarahkan pandangan karena mendengar suaranya,"hari ini kau akan melihat kantor barumu kan? Kau boleh memakai mobil ayah" lanjutnya.

"Benarkah?" Kabuto tampak antusias,"kalau begitu bagaimana kalau aku juga sekalian mengantarmu kesekolah Ino? Sekalian aku ingin kau menunjukkan jalan-jalan di kota ini" pinta Kabuto pada Ino.

Ino menggeleng,"Tidak perlu. Sekolahku dekat dari sini. Lagipula Sasuke akan menjemputku" jawab Ino membuat Kabuto menghela nafas kecewa.

"Sayang..kau tidak boleh berbicara ketus begitu pada kakakmu. Ini pertama kalinya kakakmu ke Konoha. Berbaik hatilah dengan menunjukkan jalan padanya" pinta Tsunade yang baru datang dari dapur.

"Tapi bu, sebentar lagi Sasuke pasti datang untuk..."

"Ibu rasa Sasuke akan mengerti!" potong Tsunade dengan pandangan tak ingin dibantah.

"Sudahlah sayang, jangan memaksanya" bela Orochimaru.

"Tidak, aku ingin Ino mulai mengakrabkan dirinya dengan keluarga barunya" tolak Tsunade,"Ibu harap kau mengerti Ino" dan Ino hanya bisa mengangguk lemah. Apa yang dikatakan Ibunya memang tidak ada yang salah, Ino tau dia harus mulai membuka dirinya dan melapangkan dadanya untuk menerima keluarga barunya.

"Baik, bu. Aku akan bilang pada Sasuke dulu. Aku rasa dia sudah menunggu didepan rumah" lalu Ino beranjak dari meja makan berjalan keluar.

Sasuke belum tiba, tapi Ino tetap berdiri menunggu Sasuke didepan gerbang rumahnya. Ada rasa sesak didadanya saat mendapat pendangan menusuk dari ibunya.

"Yo..."sapa Sasuke yang datang tak lama kemudian. Tak mendapat tanggapan berisik dari Ino seperti biasa membuat Sasuke mengerutkan alisnya. Dan Ino mengerti pandangan bertanya itu, karena itu Ino langsung mengulas senyum cerianya.

"Ohayou, Sasuke-kun! Kau lama sekali! Aku sudah menunggumu dari tadi, lihat bedakku sampai luntur" celoteh Ino pura-pura protes.

"Hmph...memangnya kapan kau pernah memakai bedak?" sahut Sasuke.

"Ya..bagaimana ya..secara alami kulitku sudah cantik bahkan tanpa bedak sekalipun jadi wajar kalau kau tidak menyadarinya" Ino mengedipkan matanya genit, ia tau Sasuke akan kesal kalau ia bertingkah seperti itu.

"Jangan membuatku mual Ino. Sekarang cepatlah naik!" perintah Sasuke,"kenapa?" tanya Sasuke karena Ino tak kunjung bergerak.

"Maaf Sasuke-kun, hari ini aku tidak bisa pergi sekolah bersama. Ibu memintaku untuk menunjukkan jalan pada anak tirinya" jelas Ino tanpa mau menyebut nama Kabuto. Sasuke memperhatikan Ino dengan ekspresi datarnya. Lalu mengangguk.

"Baiklah! Kalau begitu sampai jumpa di sekolah Ino!" Sasuke menepuk puncak kepala Ino lalu mulai mengayuh sepedanya.

Ino menggigit bibir bawahnya, ada rasa sesak dan kekhawatiran mendalam dalam dadanya yang ntah karena apa.

Waktu tidak akan pernah diam ditempat, dia terus berjalan tanpa peduli suasana hati seseorang.

Waktu dengan perlahan tapi pasti disetiap detiknya akan membawa perubahan.

Waktu yang bunyi detakannya seolah menyampaikan tiap rahasia yang dikandungnya tentang masa depan.

Waktu yang mungkin saja akan membawamu semakin dekat dengan apa yang kau inginkan atau malah sebaliknya.

Tik..tok..tik..tok...

Waktu benar-benar menakutkan! Iya kan?

#**TO Be Continued**#


Haa...leganya dah bisa up date fic yang ga seberapa ini...

ntah kalau masih ada yang berharap atau bahkan ingat dengan star-fic yang sati ini atau nggak..

Hontou ni gomennasai minna san..

karena begitu banyak alasan, Star ga bisa up date fic ini ataupun fic Star yang lainnya..

tapi moga-moga seminggu dari sekarang YISU dah bisa up date lagi koq..

semoga reader-tachi sekalian masih mau membacanya..

karena itu..

...star amat sangat membutuhkan pendapat, pesan, kesan dan kritik minna-san tentang fanfict ini...so...kasih review, ya~

Thank's Minna-san

By : Star Azura