Tittle : Pain Of Love VIII (Final Chap/ Chapter End)

Ide Awal : Marcia Hannie

Writer : NaraYuuki & Metha Sari

Genre : Romance/ Drama/ Fammily/ Friendship/ Angst/ Hurt/ Death Chara

Rate : T-M (bergantung kebutuhan)

Cast : Umma, Appa, Others, OOC

Disclaimer: : They are not our but Jung Hyunno is mine, NaraYuuki. This Story is our, Marci, Yuuki & Metha

Warning : Kesalahan ejaan dan pemilihan kata harap dimaklumi, Miss Ty bertebaran, Penceritaan ngebut. Italic (ditulis miring semua kramanggung/ wawancangnya (dialog dan kalimat pengantarnya) berarti kejadian dimasa lalu.

3

3

Pastikan baca warningnya dulu!

3

3

3

3

Keluarga Jung kecuali Yunho berjalan dengan cepat menuju ruang rawat Jaejoong, mereka tidak peduli jika langkah kaki mereka mengganggu ketenangan dan kenyamanan di rumah sakit. Setelah sampai ruang rawat Jaejoong, Kibum langsung membuka pintu dan melihat Hankyung duduk sembari menggenggam tangan Jaejoong.

"Hyung…" panggil Kibum lirih.

Hankyung yang mendengar suara Kibum segera menoleh tanpa melepas genggaman tangannya, dilihatnya Siwon dan Kibum mendekat. Sedangkan Changmin, Yoochun dan Seunghyun lebih memilih menunggu di luar.

"Kalian datang? Dari mana kalian tahu?" Tanya Hankyung.

"Changmin yang memberi tahu kami, kami langsung bergegas kemari." Jawab Siwon

Kibum berjalan mendekati ranjang Jaejoong, air matanya menetes melihat keadaan Jaejoong yang begitu memprihatinkan.

"Kenapa Hyung tidak memberitahu kami tentang penyakit Joongie, wae Hyung?" Kibum berusaha menahan isakannya.

"Mian Bummie, tapi aku juga baru tahu saat membawa uri Joongie kemarin malam. Joongie sengaja menyembunyikan penyakitnya dari kita semua…." jawab Hankyung, hatinya terasa sakit melihat keadaan putra kesayangannya itu.

"Sudahlah Bummie, sekarang kita berdoa saja semoga keadaan Jaejoong membaik." Siwon berusaha menenangkan Kibum.

"Joongieku telah kehilangan suaranya, keadaannya sekarang sangat parah dan kita hanya bisa berdoa agar keajaiban datang menyembuhkan uri Joongie." ucap Hankyung dengan suara bergetar.

Mendengar itu tangisan Kibum langsung pecah, membuat Siwon kelabakan menenangkan istrinya, jujur dia juga merasakan kesedihan yang dalam tapi dia harus tetap kuat untuk meyakinkan dan menenangkan Kibum jika semuanya akan baik-baik saja.

Sedangkan Seunghyun, Yoochun dan Changmin yang mendengar tangisan Kibum menjadi semakin panik dengan keadaan sahabat kesayangan mereka.

"Hyung bagaimana ini? Aku khawatir pada Joongie Hyung yeoppo…." ucap Changmin dengan wajah pucat.

"Tenang Minnie, Joongie kuat. Aku yakin Joongie mampu melewatinya." Yoochun berucap seraya meyakinkan dirinya sendiri.

Seunghyun mengepalkan tangannya, emosinya memuncak dan membuatnya memukul dinding yang ada dihadapannya.

Buukkk

"Hyung!" ujar yoochun dan Changmin bersamaan.

"Ini semua karena Karam dan si bodoh Jung Yunho itu, aku akan membuat perhitungan dengan mereka. Akan ku pastikan mereka mendapat balasannya!" wajah Seunghyun memerah.

"Joongie akan kecewa jika kau menyakiti Karam dan ingat satu hal jika si bodoh yang kau sebut itu adalah saudara kita." Yoochun mencoba memperingatkan Seunghyun

Changmin hanya terdiam melihat Seunghyun yang emosi, sekarang bukanlah saatnya untuk saling menyalahkan karena Jaejoong lebih penting dari siapapun. Sebenarnya dia juga rasanya ingin sekali memukul Yunho dan mencakar wajah Karam, ahhh dia harus bisa mengendalikan dirinya.

3

3

Lorong itu terasa sangat sunyi dan mencekam, bahkan suara gesekan sepatu milik para suster yang bersinggungan dengan lantai terasa begitu menyakitkan ditelinga. Hyunno meremas-remas tangannya gelisah menunggu ayahnya yang sedang berbicara dengan dokter yang menangani Yunho ahjushinya. Katika dirinya datang tadi, ayahnya mengatakan bahwa Yunho ahjushinya langsung dimasukkan kedalam ruang ICU. Dan Hyunno masih mengingat dengan baik apa yang terjadi pada Yoochun ahjushi begitu keluar dari ruang keramat itu.

Hyunno berharap semuanya akan baik-baik saja.

Mata serupa milik Yunho itu menatap sosok ayahnya yang berjalan lesu menuju arahnya. Ayahnya yang biasanya terlihat sangat gagah dengan postur tubuh tinggi menjulang itu terlihat sedikit bungkuk dan lelah, bukan hanya factor usia tetapi Hyunno yakin bahwa apa yang tadi disampaikan oleh dokter bukanlah sebuah kabar yang baik.

"Haah…." Changmin menghela napas panjang sebelum mendudukkan dirinya di samping Hyunno. "Kau sudah makan?" tanyanya.

"Sudah Appa." Jawab Hyunno. "Appa sendiri?"

"Terlalu sulit untuk menelan makanan pada situasi seperti ini." Gumam Changmin.

"Apakah keadaan Yunho ahjushi memburuk?" Tanya Hyunno.

"Bisa dikatakan kalau ahjushimu itu sudah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi." Sekali lagi Changmin menghela napas panjang seolah ingin melepaskan beban yang menghimpit dadanya.

"Keluarga tuan Jung Yunho?" seorang suster menanyai Changmin dan Hyunno.

"Ya?" Tanya Changmin yang langsung berdiri sigap dari duduknya, jantungnya berpacu dengan sangat cepat.

"Tuan Jung Yunho ingin ditemani keponakannya yang bernama Jung Hyunno. Ada hal penting yang ingin disampaikannya.." ucap sang suster.

Changmin menatap putranya yang juga tengah menatap dirinya dengan ekspresi bingung. "Tentu saja." Gumamnya, "Temuilah ahjushimu!"

"Tapi Appa…." Keragu-raguan itu menyergap hati Hyunno.

Changmin hanya mengangguk singkat, mendorong bahu putranya agar mengikuti sang suster yang sudah berjalan menuju bangsal khusus ruang ICU.

3

3

Heechul termenung mendengar ucapan Hankyung tadi, dia langsung terduduk di sofa. Pandangannya kosong bahkan dia tidak mendengarkan Karam yang terus memanggil namanya.

"Ma… Umma…." panggil Karam. Heechul menoleh, dilihatnya Karam yang memandangnya khawatir.

"Wae?" Tanya Heechul.

"Umma baik-baik saja?"

"Ne, Umma hanya perlu istirahat." jawab Heechul dan pergi meninggalkan Karam di ruang tamu menuju kamarnya.

Heechul duduk di tempat tidur dan membuka laci mejanya, diambilnya sebuah album foto yang sudah lama sekali disimpan olehnya. Dalam album itu terdapat foto balita yang sangat cantik dengan bibir merahnya dan mata bulatnya yang berbinar penuh kepolosan, diusapnya foto itu dan air matanya menetes tanpa bisa dicegah.

"Joongie… hiks… hiks…." lirihnya sambari terisak, dibukanya lagi lembaran selanjutnya dan dilihatnya jaejoong dengan senyum menawannya duduk diatas ayunan menggunakan kemeja baby blue yang membuat sosoknya seperti malaikat tak bersayap. Foto itu diambil Hankyung saat Jaejoong berumur tiga tahun. Masih banyak foto di dalam album itu dari Jaejoong sejak bayi hingga saat dia masuk SMA, semua tumbuh kembang Jaejoong dapat dilihat di album. Heechul menangis sembari memeluk album foto Jaejoong, tangisannya sangat keras dan membuat siapapun yang mendengarnya akan merasakan betapa pilunya tangisan itu.

"Joongie ah, mianhae aegya… hiks… hiks… hiks…." Heechul teringat semua perlakuannya terhadap Jaejoong selama ini, apa lagi sejak kedatangan Karam saudara kembar Jaejoong. Perhatiannya selalu tercurah pada Karam, tak dipedulikannya Jaejoong yang selalu ingin mendapatkan kasih sayag seperti yang didapatkan Karam darinya. Tak dihiraukannya Jaejoong yang menangis kesakitan saat terjatuh dari sepeda, didunianya hanya ada Karam dan Karam. Jaejoong seolah hanya sekedar bayangan dalam hidupnya karena Karam adalah prioritas utamanya, dia telah merenggut kebahagiaan Jaejoong dengan menyuruh Karam mendekati Yunho. Padahal, Heechul tahu jika Jaejoong sangat mencintai Yunho.

Heechul kembali teringat ucapan Hankyung dan ini adalah pertama kalinya dia melihat Hankyung begitu emosi, selama ini sejahat apapun perlakuannya pada Jaejoong, Hankyung hanya akan menasihatinya dengan lembut. Tapi sekarang, Hankyung membentaknya dan dapat dilihatnya mata Hankyung yang berkaca-kaca. Ucapan hankyung telah menyadarkannya jika dia masih memiliki putra yang harus dia beri kasih sayang, dia masih memiliki putra yang mungkin juga selalu merindukan pelukan hangatnya. Heechul menghapus air matanya dengan kasar, Jaejoongnya sekarang sedang berjuang untuk hidup. Dia tidak peduli jika dia di anggap sebagai ibu yang jahat dan tidak berguna, yang penting sekarang dia harus segera ke rumah sakit dan menemui Jaejoong. Jaejoong pasti membutuhkannya, putranya pasti membutuhkan ucapan penyemangat darinya. Setelah meyakinkan dirinya, Heechul segera bergegas munuju rumah sakit tempat Jaejoong dirawat.

3

3

Hyunno merasa bulu kuduknya meremang hebat. Bangsal khusus ruang ICU ini terasa lebih menakutkan daripada rumah hantu yang pernah ia datangi. Hampir setiap penghuni ruangan khusus ICU ini menggunakan selang oksigen dan kardiograf (alat pencatat denyut jantung). Suara pip pip pip yang didengarnya dari setiap ruangan yang dijaga ketat oleh dua orang suster pada masing-masing ruangan itu menambah ketakutannya. Hyunno berhenti ketika suster yang semula berjalan di depannya juga berhenti pada salah satu ruangan.

"Tuan Yunho ada di dalam. Silakan masuk. Kalau ada apa-apa saya ada di luar sini, silakan panggil bila keadaan pasien memburuk." Ucap sang suster yang dengan perlahan membukakan pintu ruang ICU Yunho dirawat.

Hyunno menelan ludahnya susah payah, ketakutannya semakin besar ketika dirinya melihat banyak selang menusuk tubuh ahjushinya. Dengan gemetar dan keraguan yang besar Hyunno berjalan memasuki ruangan. Hyunno sempat melonjak kaget ketika sang suster menutup pintunya dari luar.

"Ahjushi…." Lirih Hyunno. Dapat ia lihat mata lelah itu meliriknya, senyum mengembang pada wajahnya yang terlihat sangat letih.

"Hyunno…."

Hyunno menggenggam jemari lemah Yunho erat, "Ya, Ahjushi?"

"Tadi aku bermimpi…."

"Boleh aku tahu Ahjushi bermimpi tentang apa?" Tanya Hyunno tanpa melepaskan tautan tangannya.

"Ketika aku masih kecil… aku dan Boo Jae bermain di rumah pohon. Kami bermain rumah-rumahan." Ucapnya terbata. "Aku menjadi ayah dan Boo Jae menjadi ibu… kami punya dua orang anak berupa boneka gajah dan boneka beruang."

Hyunno tersenyum mendengar cerita Yunho. "Ahjushi bahagia?"

"Ya. Tentu saja." Jawab Yunho. Dengan susah payah menelan ludahnya sendiri agar kerongkongannya tidak terasa kering. "Tapi tidak lama. Ada seorang anak jahat yang memisahkan kami. Dia memiliki wajah semanis Boo Jae namun sangat jahat. Dia memisahkan aku dan Boo Jae."

Dapat Hyunno lihat gurat kesedihan pada wajah Yunho.

"Anak jahat itu membakar rumah pohon kami…. Membakarnya bersama Boo Jae yang masih berada di dalamnya." Yunho mulai menangis. "Aku berteriak minta tolong namun tidak ada seorang pun yang datang untuk membantu." Jeda cukup lama hingga akhirnya Yunho memandang Hyunno dengan mata basah penuh air mata.

"Itu hanya mimpi Ahjushi."

"Itu bukan hanya mimpi, Beruang kecil. Bukan hanya mimpi." Gumam Yunho. "Apa terjadi sesuatu pada rumah pohonku?"

Hyunno diam. Bimbang melandanya ketika ditanya soal rumah pohon yang sudah rubuh itu.

"Beruang kecil?"

"Mianhae Ahjushi… tadi siang rumah pohon itu rubuh."

Mata Yunho terpejam sesaat, wajahnya menyengit seolah menahan sakit yang teramat sangat. "Sudah rubuh ya…?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri. "Sudah kau cari kotak itu?"

"Sudah ku temukan Ahjushi. Ketika aku hendak membukanya ada dentuman keras yang mengagetkanku. Ketika ku lihat ternyata rumah pohon itu sudah rubuh."

"Maukah kau mengambilnya untukku sekarang? Aku ingin melihat kotak itu. Tapi jangan kau buka dulu kotaknya."

"Sekarang Ahjushi?"

"Sekarang."

Ini sudah sangat larut malam. Mana mungkin Hyunno pergi mengambil kotak itu? Namun mengingat apa yang ayahnya katakan beberapa saat yang lalu pemuda itu pun hanya mengangguk pelan.

"Jangan terlalu lama, Beruang kecil. Waktuku tidak banyak lagi." Pesan Yunho.

3

3

Karam dan Yunho sekarang sedang duduk di sebuah café dipusat perbelanjaan, setelah berkeliling dan berbelanja, mereka memutuskan untuk istirahat dan makan siang. Karam memperhatikan Yunho yang dari tadi telihat melamun dan tidak bersemangat bahkan saat pesanan mereka sudah terhidang di depan mereka. Karam merasaYunho dan Heechul sangat aneh hari ini, mereka selalu melamun dan tidak memperdulikan dirinya yang selalu berusaha mengajak mereka bicara.

"Yunho baby, ada apa dengamu?" tanya Karam penasaran.

Yunho menatap Karam seperti orang linglung, lalu seakan tersadar pada sesuatu hal ia buru-buru bangun dari duduknya. "Karam, aku harus pergi sekarang. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang…." setelah mengatakan itu, Yunho langsung bergegas pergi meninggalkan Karam. Sedangkan Karam memandang kepergian Yunho dengan wajah yang sangat kesal dan marah. Kemana Yunho yang selalu mesra padanya? Karam tidak suka situasi seperti ini.

Dilain pihak setalah berpisah dari Karam, Yunho mengendarai mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk, entah kenapa dia begitu khawatir pada keadaan Jaejoong bahkan selalu terbayang wajah Jaejoong. Harusnya dia senang bisa menghabiskan waktu bersama Karam, tapi kali ini berbeda dan hatinya selalu gelisah. Yunho seperti tersadar pada sesuatu hal penting yang selama ini ia abaikan. Yunho menepikan mobilnya di pinggir jalan, merebahkan kepalaya pada stir mobil, hatinya tiba-tiba terasa sesak dan dia merasa sangat sulit bernafas. Bayangan masa lalu bersama Jaejoong tiba-tiba memenuhi pikirannya.

'Yunnie tampan… hihihi….'

'Jinjja Joongie?'

'Ne nanti kalau sudah besar, Joongie mau Yunnie jadi pengantin pria Joongie'

'Aigoo kau sungguh lucu Joongie, ne nanti Yunnie akan menjadi pengantin Joongie'

'Yunnie janji'

'Janji'

Yunho memajamkan matanya yang terasa perih dan sesak. Selama ini Yunho hanya menganggap itu hanya Janji dua orang anak kecil antara dirinya dan Jaejoong, apalagi sejak kehadiran Karam yang membuatnya melupakan sahabatnya itu. Tapi sekarang bayangan janji mereka sewaktu kecil kembali hadir dalam benaknya, kenapa rasanya harus sesakit ini. Apa selama ini dia salah karena sudah melupakan Jaejoong? Apa dia sudah menyakiti Jaejoong terlalu dalam?

Sejak hadirnya Karam dalam hidupnya, Yunho tidak pernah lagi peduli pada Jaejoong, dia selalu menolak saat Jaejoong memintanya untuk menemani pergi ke suatu tempat bahkan tak jarang dia membentak Jaejoong. Akhir-akhir ini dia juga tak pernah mendengar suara Jaejoong, sampai akhirnya dia mengetahui jika Jaejoong menderita kanker.

Yunho merutuki dirinya sendiri, kenapa dia melupakan Jaejoong hanya karena kehadiran Karam, dulu dia tidak pernah membentak Jaejoong karena dia tahu Jaejoong pasti akan menangis. Tapi dia telah menyakiti Jajeoong, doe eyesnya sering terlihat berkaca-kaca dan kehilangan binarnya. Jaejoong yang menawan dan cantik telah tersakiti dan menjadi seorang broken angel. Jaejoong itu indah, menawan dan mempesona bahkan dia lebih berkilau dari Karam walaupun mereka adalah saudara kembar. Yunho tahu itu, tapi cinta telah membutakannya dan cintanya pada Karam telah menyakiti Jajeoong. Yunho mulai berpikir ulang, benarkah dirinya mencintai Karam? Ia mencintai Karam atau Jaejoong? Bukankah wajah mereka mirip? Ya, hanya wajah! Dan Yunho kini tahu siapa sebenarnya pemilik hatinya. Yunho begitu bodoh untuk mengakui hal itu sejak wala. Harusnya ia tidak seperti ini, harusnya ia tidak menyakiti orang yang paling ia cintai. Harusnya… harusnya Yunho segera mengatakannya sebelum semuanya terlambat.

3

3

Nyaris pukul 4 pagi ketika Hyunno datang kembali ke rumah sakit membawa serta kotak kayu usang yang masih sedikit kotor akibat terkubur selama puluhan tahun di dalam tanah. Begitu mobil sampai berhenti di halaman depan rumah sakit, Hyunno bergegas berlari sembari memeluk erat kotak kayu itu. Mengabaikan teguran dari beberapa suster akibat berlari di dalam rumah sakit. Hyunno tidak tahu kenapa namun ada sesuatu dalam dirinya yang menjerit-jerit untuk segera sampai di ruang perawatan Yunho ahjushinya sebelum semuanya terlambat.

Ketika sampai di depan bangsal khusus pasien ICU, napas Hyunno terengah, wajahnya memerah dan berkeringat. Hyunno duduk di kursi tunggu yang tersedia tepat di mulut bangsal sambil mengatur napasnya yang berpacu seperti kuda balap.

"Kau berlari sepanjang lorong?" Tanya Changmin sambil mengulurkan sebotol air mineral.

"Haah… tidak ada… waktu… Appa…." Ucap Hyunno terbata sambil menerima botol air mineral itu.

"Istirahatlah sebentar. Dokter sedang memeriksa kondisi ahjushimu."

"Apakah kondisi Yunho ahjushi memburuk?"

"Sejak awal kondisinya memburuk." Gumam Changmin, "Dokter hanya melakukan pengecekan saja."

Hyunno menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Berusaha menenangkan jantungnya yang terus berdebar kencang, meredakan gemuruh napasnya yang nyaris mengalahkan dasyatnya angin topan.

"Kotak itu yang dimaksud oleh Ahjushimu?"

Hyunno hanya mengangguk pelan, "Aku belum sempat membuka isinya, Appa."

Seorang suster keluar dari bangsal ICU, "Keluarga Tuan Jung Yunho?"

Changmin berdiri dan menghampiri suster tersebut, "Ya?"

Suster itu tersenyum canggung, "Silakan! Tuan Jung Yunho ingin bertemu keluarganya."

"Semua?" Tanya Changmin.

"Ya." Jawab sang suster singkat.

Changmin menatap Hyunno sesaat, "Mungkin ini waktunya…."

Hyunno meraih kotak kayu yang diletakkannya di sampingnya sebelum berdiri dan berjalan mengikuti ayahnya yang terlihat semakin membungkuk.

3

3

Seunghyun, Yoochun dan Changmin yang melihat kedatangan heechul segera berdiri dari duduk mereka, sedangkan Heechul hanya terdiam melihat tiga orang anak keluarga Jung itu menatapnya dengan tatapan curiga.

"Seunghyun ah, bolehkah aku bertemu dengan Jejoong?" Tanya Heechul sedangkan yang ditanya hanya diam saja.

"Untuk apa Ahjumma kemari? Apa Ahjumma datang hanya untuk membuat hidup Joongie lebih menderita lagi?" kali ini Yoochun yang bersuara dengan suara yang sinis.

"Mianhae, aku hanya ingin bertemu dengan putraku, di… dia pasti membutuhkanku Yoochun ah…." jawab Heechul dengan suara bergetar menahan tangis.

"Kau bilang Joongie adalah putramu, apa kami tidak salah dengar Ahjumma? Setelah apa yang kau lakukan padanya selama ini? Dimana hati nuraimu sebagai seorang ibu? Bahkan singa yang kejam dan buas sekalipun tidak akan tega menyakiti anaknya sendiri, sedangkan Ahjumma sudah menyakiti Joongie begitu dalam." Seunghyun berucap sembari mencoba menahan emosinya. "Apa bedanya Karam dan Joongie, bukankah keduanya sama-sama lahir dari rahimmu? Kenapa hanya Karam yang melimpah kasih sayang dari Ahjumma, sedangkan Joongie harus rela mengalah saat dia tak dianggap oleh Ahjumma. Selama ini hanya Hankyung Ahjussi, aku dan kedua saudaraku yang ada untuk melindungi dan menghibur Joongie. Lantas kemana saja kau selama ini? Joongie begitu menyayangimu, dia bahkan memuliakanmu seperti malaikat bagi kehidupannya. TAPI KENAPA KAU MENYAKITINYA HAH? Kau, Karam dan Yunho sama saja, Kalian Iblis berwujud manusia dan tak punya hati" Seunghyun yang sudah hilang kesabaran akhirnya nekat berteriak pada Heechul.

"Hyung sudahlah, Ahjumma datang kesini untuk menjenguk Joongie Hyung." Changmin berusaha menenangkan Seunghyun.

Klekk

"Ada apa ini? Kenapa kau berteriak-teriak Seunghyun?" suara hankyung membuat keempat orang itu menoleh. Di samping Hankyung berdiri Siwon dan Kibum yang ikut melihat keluar saat mereka mendengar suara Seunghyun sedang meneriaki seseorang.

"Chullie…" lirih Hankyung saat melihat Heechul.

"Ge… Gege... hiks… mianhae…." Heechul tiba-tiba berlutut di kaki Hankyung.

"Chullie, apa yang kau lakukan?" Tanya Kibum bingung.

"Aku hanya ingin memohon ampunan dan maaf dari suamiku dan anakku Bummie." jawab Heechul, dia mendongak menatap Hankyung yang juga sedang menatapnya. "Gege mianhae… hiks… hiks… mianhae karena aku belum bisa menjadi istri dan ibu yang baik untukmu dan uri Joongie… hiks hiks…"

"Berdirilah Chullie…." perintah Hankyung dan Heechul menurutinya. "Aku sudah memaafkanmu, sekarang masuklah dan temui Joongie. Sekarang dia sedang tertidur dan mungkin dia akan sangat senang melihatmu ketika terbangun nanti." ujar Hankyung lembut.

Heechul melangkahkan kakinya kedalam menuju ranjang Jaejoong diikuti Hankyung, Siwon, Kibum dan ketiga anak Jung. Heechul duduk di kursi amping kanan Jaejoong dan langsung menggenggam tangannya.

"Joongie, mianhae aegya mianhae… hiks… hiks…" Heechul menangis terisak sembari menciumi tangan Jaejoong, "Selama ini Umma selalu menyakiti Joongie… hiks… hiks… tapi Joongie tidak pernah mengeluh sedikitpun. Umma bukanlah Umma yang baik untuk Joongie tapi Umma benar-benar menyesal Chagi, Umma berjanji untuk menebus semua kesalahan umma tapi Joongie harus berjuang ne untuk sembuh… hiks… hiks…." Heechul semakin terisak dan membuat Kibum kembali meneteskan air mata. "Jika Jongie sembuh nanti Umma akan membuatkan susu sebelum Joongie tidur dan menemani Joongie hinnga Joongie terlelap, lalu esoknya kita akan membuat sarapan untuk appa dan Karam… hiks… hiks…kemudian… hiks… hiks… ki…kita.."

"Chullie hentikan!" Kibum tidak sanggup lagi mendengar perkataan Heechul.

"Kemudian kita akan mengganggu appa di ruang kerjanya, appa akan kesal tapi appa tetap tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa, Umma juga akan menemani Joongie di rumah pohon dan kita akan bercengkrama di sana. Umma mohon Joongie berjuanglah ne…hiks… hiks…."

Semua orang yang mendengar ucapan Heechul tanpa sadar ikut menangis, ucapannya menggambarkan betapa menyesalnya Heechul dan sungguh-sungguh akan memperbaiki kesalahannya. Jaejoong tebangun saat mendengar isak tangis di dekatnya, dan betapa terkejutnya dia saat dilihatnya Heechul menggenggam tangannya sembari menangis.

Jaejoong menggerakkan tangannya yang digenggam oleh Heechul, dan tersenyum bahagia saat melihat Heechul yang menatapnya penuh haru.

"Joongie mianhae, Umma minta maaf pada Joongie.…" ujar Heechul dan Jaejoong hanya meresponnya dengan senyum tulus dan anggukan kepala.

"Apa Joongie tidak memaafkan umma? Kenapa Joongie tidak mengucapkan apapun?" Tanya Heeechul dengan nada kecewa. Jaejoong hanya terdiam dan tetap tak mengatakan apapun.

"Chullie, Joongie sudah kehilangan suaranya." ucap Hankyung.

Mendengar itu membuat Heechul semakin menangis, betapa menderitanya anaknya hingga bersuara pun sudak tidak bisa dilakukan. Rasa bersalahnya semakin besar pada Jaejoong, melihat raut wajah ummanya itu membuat Jaejoong kembali menggenggam tangan Heechul untuk mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Jaejoong memandang ketiga anak Jung dan mereka mendekat ke sisi kiri Jaejoong, Seunghyun mengusap rambut Jaejoong.

"Joongie, wae?" tanyanya

Jaejoong terlihat menggerakkan mulutnya dan mengatakan sesuatu pada Seunghyun, sedangkan Seunghyun memperhatikannya dengan seksama kemudian tersenyum.

"Ahjumma, Joongie mengatakan jika dia sangat bahagia Ahjumma berada disini dan menggenggam tangannya. Dia sangat menyayangi Ahjumma dan sudah lama memaafkan Ahjumma." ujar Seunghyun.

"Ji… jinnja… hiks… hiks…." tanya Heechul memandang Jaejoong dan Jaejoong tersenyum kemudian kembali menatap Seunghyun untuk mengatakan sesuatu.

"Joongie bilang sangat menyayangi Ahjumma dan Ahjumma tidak boleh menangis lagi, dia merasa menjadi anak yang nakal karena membuat Ahjumma dan yang lainnya menangis."

"Mianhae…. Umma tidak akan menangis lagi, Joongie bukan anak nakal tapi Joongie adalah malaikat umma dan pangeran umma yang sangat gagah berani. Umma menyayangi Joongie…." Heechul mengecup wajah Jaejoong penuh haru.

Jaejoong kembali menggerakkan mulutnya yang langsung membuat Seunghyun terdiam, dia bingung apakah harus menuruti permintaan Jaejoong.

"Hyung, wae?" tanya Yoochun penasaran.

"Joongie ingin bertemu Karam dan Yunho." jawaban Seunghyun juga membuat Yoochun terdiam.

"Hyunnie, hubungi Yunho dan katakana jika Joongie ingin bertemu." perintah Siwon.

"Ne Appa."

Heechul melirik Hankyung untuk meminta persetujuan dari suaminya, bagaimanapun juga dia dan Karam sudah membuat Jajoong menderita selama ini.

"Gege, bolehkah?" tanya Heechul.

"Baiklah" setelah mendapat persetujuan dari Hankyung, Heechul langsung menghubungi Karam.

3

3

Ketika sampai di ruang ICU Yunho ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi selang oksigen ataupun infuse yang terpasang pada tubuhnya, tidak ada lagi kardiograf yang berbunyi pip pip pip menyemarakkan suasana kamar yang sunyi itu. Hanya ada Yunho dan ranjang yang ditidurinya saat ini, bersandar pada kepala ranjang yang sudah dinaikkan sedikit.

"Hyung…." Changmin menatap resah kakaknya yang terlihat layu dan pucat.

Yunho tersenyum, matanya berbinar redup. "Kemarilah Beruang kecil! Bawa serta kotak itu." Pintanya.

Dengan langkah berat Hyunno menghampiri ranjang tempat ahjushinya berbaring –setengah duduk. Hati-hati meletakkan kotak kayu kotor itu di samping ahjushinya. Hyunno bisa melihat ada senyum kebahagiaan menghiasi wajah ahjushinya walaupun hanya sesaat.

Jemari panjang lagi keriput itu bergetar ketika meraba permukaan kotak kayu yang sudah lama tidak dilihatnya, sebuah benda yang menyimpa kenangan yang tidak akan pernah terulang lagi. Perlahan-lahan dibukanya tutup kotak kayu itu, aroma tanah kuat menyeruak memenuhi ruangan yang berisi 3 anggota keluarga Jung itu.

"Aku tidak pernah melihat kotak itu sebelumnya. Apa isinya, Hyung?" Tanya Changmin.

"Boo jae." Jawab Yunho singkat.

Terlihat beberapa lembar foto usang, surat-surat yang warna kertasnya berubah coklat, ada sebuah liontin berbandul miniature gajah yang sudah berkarat dan menguning serta gantungan kunci berbentuk gajah yang sudah koyak disana-sini. Rasa haru itu melesak keluar memenuhi dada Yunho hingga kakak Jung Changmin itu menangis tanpa ia sadari. Air mata turun begitu saja menganak sungai membasahi wajah keriput lelahnya. Tubuhnya bergetar ketika mengambil selembar foto, mendekapnya sesaat sebelum mencium gambar dalam foto itu –sosok anak kecil menggemaskan dengan kulit pucat bersinarnya, rambut hitam dan mata serupa mutiara rusa betina yang begitu bening, lengan mungil itu terlihat sedang memeluk sebuah boneka gajah berwarna abu-abu yang kini berada diranjang Yunho yang ada di rumah keluarga Jung.

3

3

Yunho terus merenungkan antara dirinya, Jaejoong dan Karam, sebelum kehadiran Karam baik dia ataupun Jaejoong selalu bersama. Dia sangat menyukai sifat manja dan lembut Jaejoong, dia juga menyukai saat Jaejoong selalu bergantung padanya. Tapi, kehadiran Karam merubah pandangannya, Karam adalah sosok yang kuat dan sangat mandiri, dia juga bukanlah namja yang mudah menangis. Dia sungguh mengagumi Karam karena sifatnya itu.

Dia merasa senang bisa menjadi kekasih Karam, tapi disisi lain hatinya terus memanggil nama Jaejoong. Dia selalu meyakinkan dirinya jika dia mencintai Karam bukan Jaejoong, namun sekarang entah kenapa kehadiran Karam seolah-olah tak diinginkannya lagi, pertunangan ini salah dan hubungan ini juga salah. Kenapa sekarang dia baru menyadari bukan Karam yang diinginkannya tapi…

Drrrt

Drrrt

Ponsel Yunho bergetar dan membuyarkan segala pikirannya, saat melihat ID caller ternyata Seunghyun yang menghubunginya.

"Wae?" tanyanya saat mengangkat panggilan Seunghyun.

"…"

"Baiklah aku kesana sekarang." setelah mematikan ponselnya Yunho bergegas ke rumah sakit.

Ketika sampai dirumah sakit Yunho berpapasan dengan Karam saat akan ke ruang rawat Jaejoong, Karam terkejut melihat Yunho.

"Yunho, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.

"Seunghyun hyung menghubungiku dan mengatakan Joongie ingin bertemu denganku." jawab Yunho

Karam terdiam mendengar jawaban Yunho, tadi Yunho meninggalkannya dan sekarang Yunho menuruti keinginan Jaejoong untuk bertemu. Padahal, selama ini Yunho selalu menolak dengan berbagai alasan. Saat sampai Yunho segera membuka pintu ruangan Jaejoong dan masuk diikuti Karam di belakangnya. Semua yang ada disana menoleh ke arah mereka, Yunho mengedarkan pandangannya, dilihatnya Heechul dan Kibum yang menangis, sedangkan Siwon dan Hankyung beserta ketiga saudaranya terlihat sangat sedih.

Jaejoong mengulurkan tangannya ke arah Yunho seolah hendak menggapainya, Yunho yang melihat itu segera mendekat diikuti Karam. Jaejoong tersenyum dengan kehadiran mereka.

"Joongie…" lirih Yunho, Jaejoong tersenyum mendengar Yunho menyebut namanya.

Seakan mengerti keadaan, yang lain keluar pergi meninggalkan Yunho, Jaejoong dan Karam walaupun raut khawatir tidak bisa disembunyikan dari wajah mereka. Tapi sebelum keluar, Seunghyun sempat mengatakan pada Yunho jika Jaejoong sudah kehilangan suaranya dan dia harus bisa membaca gerakan bibir Jaejoong jika ingin berbicara.

"Joongie mianhae…." ucap Yunho, jaejoong tersenyum dan menggerakkan bibirnya.

'Gwenchana Yunnie.' ucap Jaejoong saat Yunho mengamati gerakkan bibirnya.

"Mian karena selama ini selalu menolak kehadiranmu, sudah menyakitimu dan membuatmu menangis."

'Joongie baik-baik saja Yunnie, Joongie bahagia karena Yunnie dan Karam datang menemui Joongie.'

"Wae? Apa ada yang ingin Joongie katakan?" tanya Yunho dan Jaejoong menganggukkan kepalanya, dilihatnya karam yang berdiri di samping Yunho.

'Yunnie dan Karam sangat cocok, Joongie bahagia karena kalian akhirnya bertunangan. Joongie ingin sekali menghabiskan waktu bersama kalian dan ada saat pesta pernikahan kalian, tapi maaf Joongie tidak bisa.'

"Apa maksudmu Joongie, kenapa tidak bisa?" tanya Yunho lagi, sementara Karam hanya dapat terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa.

'Joongie sangat menyayangi Karam dan Yunnie, kalian adalah bagian dari hidup Joongie.' kemudian Jaejoong menggapai tangan Karam dan Yunho untuk disatukan diatas perutnya, 'Yunnie harus janji ne untuk selalu menjaga Karam dan berada disisinya, Joongie rela asal Yunnie dan Karam bahagia.'

"Joongie, kau harus sembuh dan Yunnie berjanji akan menemani Joongie kamanapun Joongie mau. Kita akan ke taman bermain dan membeli boneka gajah yang besar kesukaan Joongie, kita juga akan makan ice cream vanilla kesukaan Joongie." ujar Yunho.

'Mianhae Yunnie, Joongie sudah bertahan semampu Joongie tapi Joongie rasa sudah berada di batas terakhir perjuangan Joongie. Joongie bahagia akhirnya umma joongie mengakui keberadaan Joongie, Joongie juga bahagia karena akhirnya Joongie bisa menyentuh Yunnie lagi."

"Joongie ah… jangan mengatakan hal yang membuatku merasa akan kehilanganmu... hiks… jangan apa ini hukumanmu untukku?" tanya Yunho sembari terisak, perkataan Jaejoong benar-benar membuat dadanya terasa sesak. Bahkan Karam yang melihat Yunho bertanya seperti itupun ikut berempati.

Jaejoong menggapai wajah Yunho dan menghapus air mata dari pipinya, rasanya sudah lama sekali dia tidak berada dalam jarak sedekat ini dengan Yunho bahkan menyentuhnya.

'Yunnie jangan menangis ne, Joongie merasa tidak tenang jika Yunnie menangis. Tersenyumlah Yuunie agar jika nanti Joongie bisa pergi dengan tenang.' ucap Jaejoong dengan air mata yang juga mengalir dipipinya. Yunho menggenggam tangan Jaejoong dan menciumnya.

"Kumohon jangan katakan itu Joongie, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku… hiks… hiks… aku menyayangimu…." isak Yunho.

''Joongie juga menyayangi Yunnie, ada Karam yang akan selalu berada disisi Yunnie. Yunnie ah saranghae, jeongmal saranghae.' Setelah mengatakan itu, tangan Jaejoong tiba-tiba menjadi lemas. Matanya terpejam dan bibirnya tersenyum penuh kebahagiaan.

"Joongie bangun, kumohon bangunlah. Jangan tinggalkan aku… hiks… hiks… JOONGIE!" teriak Yunho saat menyadari jika Jaejoong sudah pergi meninggalkannya.

"Jae… Jaejoongie…. Jae… Irrona! Ironna!" akhirnya untuk kali pertama Karam memanggil nama saudaranya tanpa menggunakan nada sinis walau Jaejoong tidak lagi mampu mendengarnya.

Yunho menguncangkan tubuh Jaejoong berharap jika dia akan terbangun, seluruh keluarga yang mendengar teriakan Yunho masuk karena panic dan khawatir. Tapi tiba-tiba tubuh mereka menjadi lemas dan terasa dunia seakan berhenti.

"JOONGIE!" teriak Heechul kalap, "Bangun nae aegya, ini Umma, Chagi. Umma mohon bangun!" Heechul juga berusaha membangunkan Jaejoong.

"Joongie anakku, Appa menyayangimu pangeran kecil Appa…." lirih Hankyung sembari menangis.

Kibum juga menangis dipelukan Siwon, Seunghyun, Yoochun dan Changmin juga ikut menangis karena kehilangan Jaejoong.

"Yeoppo hyung…." panggil Changmin lirih, "Sekarang kita sudah kehilangannya, lihatlah keadaan Yunho hyung terlihat sangat terpukul atas kepergian Joongie hyung…." ujar Changmin.

"Yunho akan selalu hidup dengan dibayangi rasa penyesalan yang mendalam, seandainya Yunho tahu jika Joongie selama ini bertahan hanya karena dirinya." ucap Seunghyun.

"Semoga kau tenang dan berbahagia baby Joongie, lihatlah betapa kami sangat terpukul karena kehilanganmu. Kami menyayangimu baby…." lirih Yoochun.

3

3

"Ketika Jaejoong hyung dimakamkan, Yunho hyung sama sekali tidak menangis. Dia hanya diam membisu sambil terus menatap tajam peti yang menjadi tempat persemayaman Jaejoong hyung. Satu bulan semenjak kepergian Jaejoong hyung, Yunho hyung sedikit berubah. Lebih memilih mengurung diri di kamar atau berdiam diri di atas rumah pohon. Dulu ia sempat menghilang dan ditemukan di samping makam Jaejoong hyung, tengah tertidur sambil memeluk sebuah boneka gajah berwarna abu-abu."

Hyunno memejamkan kedua matanya ketika kembali teringat apa yang ayahnya sampaikan pada saat upaca pemakaman Yunho ahjushinya. Jung Yunho, menghembuskan napas terakhirnya tepat saat fajar menyingsing sambil menggenggam selembar foto, foto Kim Jaejoong ketika berusia 10 tahun. Kotak kayu itu sampai sekarang masih tersimpan rapi di rumah keluarga Jung. Hyunno sengaja menyimpannya dalam sebuah lemari yang khusus dibuat untuk menyimpan semua benda kenangan Yunho ahjushinya bersama sang Boo Jae yang sampai akhir hayatnya tetap menjadi orang paling penting dalam hidupnya.

"Mungkin cinta yang tidak bisa bersatu didunia bisa diteruskan dialam setelah kematian." Gumam Hyunno. Dimasukkannya kedua tangannya kedalam saku coat yang ia gunakan setelah terlebih dahulu mengeratkan syal yang melilit lehernya, udara pada awal musim semi memang terasa sangat dingin. Mungkin sisa-sisa musim dingin masih meninggalkan jejak diudara. Hyunno kembali menyususri jalan setapak berbatu untuk mencapai tempat tujuannya. Dalam ketermanguannya Hyunno kembali teringat ucapan ayahnya tentang nasib keluarga Kim sepeninggal Boo Jae.

"Hankyung ahjushi sering jatuh sakit, kondisinya setiap hari semakin memburuk. Namun Hingga akhirnya Hankyung ahjushi pergi karena serangan jantung. Heechul ahjumma menyusul tidak lama kemudian karena beban berat sepeninggal anak dan suamnya. Seluruh aset peninggalannya yang sudah diwariskan ke Jaejoong hyung akhirnya dikelola oleh dinas sosial untuk disalurkan pada beberapa yayasan yang memang menjadi lembaga tempat keluarga Kim menjadi donator."

Sekali lagi Hyunno menghela napas panjang. Uap mengepul dari mulutnya menandakan seberapa dingin cuaca siang itu. Kakinya mulai melambat ketika nyaris sampai pada sebuah pohon tua berbatang besar berdaun rimbun yang berasa disisi kanan bukit hijau itu. Di bawah pohon itu terdapat dua makam berbatu marmer. Satu makam terlihat sangat usang sedangkan yang satunya masih terlihat seperti baru. Pada makam yang baru itu terukir Rest in Peace Jung Yunho sedangkan pada makam yang satunya yang lebih tua terukir Rest in Peace Kim Jaejoong.

Kedua alis Hyunno bertautan ketika melihat pada masing-masing batu nisan tergeletak setangkai tulip putih yang masih segar. "Ada yang kemari?" gumamnya pada dirinya sendiri. Hyunno menolehkan kepalanya keseluruh penjuru bukit orang mati itu untuk melihat keberadaan orang disekitarnya, ada beberapa memang namun berada di kaki dan puncak bukit, tidak ada yang berada di punggung bukit sepertinya. "Siapa yang meletakkan bunga disini?" lagi-lagi Hyunno bergumam.

Kerisik dedaunan dari pohon yang menaunginya menyadarkan Hyunno dari lamunannya –niatnya datang ketempat paling sunyi dan sepi disudut dunia.

Hyunno meletakkan sebuah surat yang ia selipkan di bawah tangkai bunga tulip yang berada pada makam tua –nisan Kim Jaejoong. "Boo Jae… itu adalah surat cinta yang Yunho ahjushi tulis disaat-saat terakhirnya didunia ini. Ku harap kalian bisa berbaikan –andaikan kalian bisa bertemu lagi."

Kali ini Hyunno menggeser tubuhnya hingga berhadapan dengan nisan ahjushinya, tangannya terjulur guna membersihkan dedaunan yang berserakaan di atas permukaannya. Hyunno menatap lama-lama batu bisu itu seolah sedang memikirkan sesuatu. "Aku mencari informasi tentang jejak keluarga Boo Jaemu, ahjushi. Yang ku temukan sedikit ironis. Kim Heechul kehilangan kewarasannya ketika Kim Hankyung meninggal karena serangan jantung, ia depresi lalu bunuh diri dengan cara menelan 50 butir pil tidur. Kim Karam menjadi gelandangan –tidak seburuk itu sebenarnya. Ia putus asa karena tiba-tiba meenjadi yatim piatu. Dari informasi yang ku dapatkan ia bekerja pada salah satu pusat prostitusi sebelum meninggal karena penyakit menular akibat pekerjaannya itu." Hyunno diam sesaat ketika angin berhembus kencang, membuat bulu kuduknya meremang seketika. "Ahjushi, mulai sekarang aku akan sedikit jarang mengunjungimu karena aku sudah mengambil alih usaha keluarga kita yang sebelumnya Appa kelola. Appa sudah pensiun dan memaksaku untuk menikah agar bisa memberikannya cucu. Itu sedikit membebaniku."

Hyunno menghela napas panjang, matanya berair. "Apa sekarang ahjushi bahagia? Apakah ahjushi bisa bersama Boo Jae? Ahjushi, kalau aku jatuh cinta dan mencintai seseorang aku tidak mau mencintainya seperti cara ahjushi mencintai Boo Jae. Itu cinta yang menyakitkan dan menyiksa. Aku akan mencintai dengan wajar selayaknya orang lain. Bila bisa diperjuangkan akan ku perjuangkan, jika tidak mampu ku perjuangkan maka akan ku lepas dan mencari cinta lain. Bukan berarti aku tidak sungguh-sungguh dalam mencintai. Aku hanya takut bila caraku mencintai seperti cara ahjushi mencintai akan banyak orang yang terluka, karena itu aku akan mencintai dengan cara yang normal." Hyunno menatap langit biru yang dingin disela cabang pohon yang menaunginya. "Aku harus pergi sekarang karena ada rapat yang harus segera ku hadiri. Sampai jumpa lain waktu, Ahjushi." Ucapnya mulai melangkah pergi.

Hyunno berjalan menyusuri jalan setapak utama yang terbuat dari semen berbentuk undakan yang mengarah ke bawah. Beberapa kali Hyunno berpapasan dengan peziarah yang datang membawa keranjang berisi bunga dan air mawar. Entah apa yang membuat orang-orang itu mendatangi tempat seperti ini pada cuaca yang dingin begini? Pertanyaan yang juga cocok dialamatkan padanya.

Ketika memasuki kawasan kaki bukit Hyunno berpapasan dengan seorang ibu yang menggandeng anak laki-lakinya. Dejavu! Hyunno berbalik dan menatap anak laki-laki yang juga menoleh kepadanya. Kulit pucat itu, mata bening seperti mutiara rusa betina itu, rambut hitam legam yang halus, bibir merah penuh yang sepertinya pernah dilihatnya dulu. Mendadak angin dingin sangat kencang menerpa tubuh Hyunno hingga membuatnya gemetar. Hyunno menengadah. Disana, di tengah-tengah makam antara Yunho ahjushinya dan Boo Jae berdiri sosok remaja tampan –sangat cantik tengah tersenyum padanya. Hyunno terbelalak sebelum mengucek matanya untuk memastikan bahwa kini sosok itu sudah menghilang.

"Percayai apa yang kau percayai, Nak!"

Hyunno tertegun mendengar penuturan seorang wanita tua yang dibantu berjalan oleh cucunya bicara seperti itu seolah-olah ucapan itu ditujukan untuknya.

"Boo Jae… wajar bila ahjushiku tidak bisa melupakanmu. Kau benar-benar sosok yang sangat menawan." Gumam Hyunno sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.

3

3

'Boojae, Joongie, terlalu cepat kau pergi bahkan sebelum aku sempat mengatakan Nado Saranghae padamu. Joongie ah, jika dikehidupan selanjutnya kita kembali bertemu, aku ingin menebus semua kesalahanku padamu. Aku akan mencintaimu dan selalu menjagamu, Boo berjanjilah untuk menungguku disana. Aku bersumpah akan menjaga hati dan cintakuy hanya untukmu sampai waktu memanggilku untuk mempertemukan kita lagi. Saranghae Boojae nae sarang….'

_YUNHO_

3

3

'Aku memang tidak mengenalmu secara dekat karena selama ini aku memilih untuk memusuhimu dan menyakitimu, sekarang aku sadar jika kau sangat menyayangiku. Joongie saudaraku, maafkan kembaranmu ini yang menutup mata akan penderitaanmu selama ini, bahkan membiarkanmu berjuang sendiri melawan penyakitmu. Aku bangga karena terlahir menjadi kembaran seorang Kim Jaejoong yang tangguh dan kuat sepertimu, jikalau aku bisa terlahir kembali aku ingin kembali menjadi kembaranmu yang akan selalu menghiburmu ketika kau sedih, aku ingin menjadi saudaramu sekali lagi agar aku bisa menopangmu ketika kau merasa lelah. Selamat jalan saudaraku…. Semoga dikehidupan selanjutnya kita tetap terlahir sebagai saudara kembar, aku akan menyayangi... Saranghae Uri Joongie….'

_KARAM_

3

3

3

END

3

3

3

3

3

Tidak apa-apa endingnya seperti ini, kan? Terima kasih karena sudah mengikuti epep ini dari awal sampai akhir. Terima kasih untuk masukan dan sarannya. Semoga kedepannya baik Yuuki, Marci maupun Metha chagy bisa lebih baik dalam menulis.

Yang berperan sebagai Jaejoong masih hidup kok sampai sekarang walaupun kadang kalau menangis suaranya hilang :)

Sekian dari Yuuki.

Terima kasih sekali lagi.

Tetap jaga kesehatan ya :)

3

3

Saturday, January 16, 2016

3:02:23 PM

Yuuki & Metha