Chapter 1

My Love, My Family

Permulaan -하나-

By

Deushiikyungie

Cast :: Jaejoong/Yunho/Kibum/Siwon/chibi Jongdae/ OC (just mention) yang lain entar nyusul /._./

Rating :: K - T

Disclaimer :: DBSKJYJEXOSJ sah milik SMEnt kecuali JYJ milik CJesEnt dan membernya milik diri mereka masing-masing dan keluarga mereka. Author Cuma meminjam nama mereka. Kecuali untuk Kyungsoo sama JongDae sah jadi oppa saia dan jaejoong umma saia *digampar*

Genre :: Family, Hurt/Comfort, Brothership, lilt Romance

Summary :: kau pergi dengan paksa, dan aku hanya bisa terdiam melihat mu yang pergi menjauh. Ingin menahan mu dan ku tau aku tak akan mampu. Hanya janji ku pada ia yang ku hormati untuk menemukan mu lagi. Akankah kita bisa bersama-sama lagi... saeng?

Warning :: Parent's GS! Jaejoong, Kibum, Namja! Yunho, Siwon, Donghae, Eunhyuk, YAOI BoysxBoys ( di chap yang akan datang-datang-datang), OOC, gaje, Drama! Crak pair, mybe ._.

My Frist fanfiction. Tidak suka? Jangan baca n_n

Walopun judulnya udah pasaran #ditabok # tapiii ….. nih fiction asli MiLiK saya, yang cinta sayang hanya ntuk soo-soo oppa….. *aaapaan seeh!

Happy riding, moga gak bosen -,-'

-x…...x—

.

Prolog…

.

CTAARR!

Hujan deras terus saja mengguyur sebuah rumah berhiaskan perkarangan kecil yang sekarang sudah tak berbentuk lagi, ditambah badai yang kini terus menghantam rumah mungil sederhana itu. Hujan deras yang membasahi berbagai tempat di sudut daerah Hoengseong beberapa hari ini, membuat mereka yang ingin keluar dari kediaman mereka, terpaksa harus berdiam diri di dalam rumah. Menunggu berakhirnya musim hujan disertai badai yang membuat mereka lebih memilih beraktifitas di dalam rumah ketimbang di luar rumah.

Dirumah nan sederhana itu, terlihat sorang yeoja cantik dengan umur terbilang muda, tengah menyisir rambut hitam putranya. Bocah berumur kurang lebih 4 tahun itu terlihat tenang dalam pangkuan sang ibu yang sesekali membelai lembut kepalanya. Disamping sang ibu, tengah tertidur pulas sesosok bayi mungil nan imut di dalam keranjang bayi. Bergelung dalam selimut tebal, berharap memberinya kehangatan di tengah dinginnya udara dingin sore itu.

Setelah dirasannya rambutnya rapi, bocah namja itu pun membalikkan tubuhnya menghadap sang ibu, lalu dengan lembut dibelainya perut sang ibu yang mulai membesar. "hehe.. eomma, apakah caeng ku yang dalam cini baik-baik caja?", tanya nya polos. Membuat sang eomma tersenyum melihat tingkah polos anaknya.

"Tentu saja Dae-ie… saeng baik-baik saja kok", jawabnya lembut, sambil ikut mengelus perutnya yang sekarang memasuki masa 2 bulan kandungannya. Hamil muda. "Apa Dea-ie menyayangi saeng agyea?"

"Nae! Eomma. Dae cayang caeng agyea dan Dae juga cayang caeng yang ini", ujar bocah yang dipanggil Dae itu polos, berjalan kearah bayi yang baru berumur kurang lebih 4 bulan itu. Lalu di kecupnya lembut dahi saengnya. Sang eomma tersenyum senang lalu mengeratkan jaketnya.

"In…., In-in…." Gumam bocah bermata sipit itu, mengalihkan pandangan sang eomma dari menatap huajn deras dibalik kaca beralih ke arah anak tertuanya. "Waeyo Dae-ah?"

"Eomma, caeng ini namanya capa?", tanya nya, sambil terus menatap wajah mungil saengnya yang memmiliki warna kulit yang tak seputih milik sang kakak, sambil menekan-nekan bibir mungil itu dengan telunjuk nya.

Aneh memang. Seorang ibu yang seharusnya sudah memberi nama pada bayinya ketika si bayi baru lahir, ternyata sampai sang bayi berumur empat bulan itupun belum di berinya nama. Bukan karena lupa, tapi ada sesuatu yang menyebabkan sang eomma belum memberi nama pada bayi mungil itu.

"Tadi kamu bilang In, kenapa kamu memanggilnya seperti itu?" Tidak menjawab pertanyaan anaknya, sang eomma malah balik bertanya . Dilihatnya wajah lucu bayinya yang bergerak-gerak, terganggu dengan tangan mungil milik hyung nya. Kelopak mata mungil itu terbuka, memperlihatkan 2 pasang mata bulat nan cantik. "Kalena caeng punya mata yang indah", jawabnya polos mengubah pandangannya pada sang eomma. Sang ibu kembali tersenyum, senyum yang membuat wajahnya benar-benar terlihat cantik.

"Baiklah, kalau itu menurut mu nama yang cocok untuknya. Kita akan memanggilnya dengan nama In, hmm, bagaimana kalau Jong-"

BRAAAK!

Baru saja sang eomma akan memberikan nama pada putra keduanya, tiba-tiba saja ia terkejut mendengar suara pintu depan yang dibuka paksa. Untung saja suara pintu itu teredam oleh derasnya hujan diluar sana sehingga sang bayi mungil tidak menangis karena terkejut.

"Jaejoong! Jaejoong-ah, kita harus pergi dari sini, cepat!" seru seorang namja tampan, sedikit berlari kearah yeoja yang dipanggilnya Jaejoong, lengkapnya Kim Jaejoong atau Jung Jaejoong, seorang yeoja cantik yang kini menatap namja tampan itu yang sudah berdiri di dekatnya dan kedua buah hati mereka."Oppa! Apa yang terjadi? Waeyo?" tanya yeoja cantik itu, Jaejoong. Jelas raut wajahnya berubah khawatir. Ia berdiri menyambut sang suami.

"Appa! Kapan appa pulang? Dae kangen appa!" seru bocah namja yang langsung lari kepelukan sang appa. "Ne, Jongdae-ah. Appa pulang, appa kembali untuk membawa mu pergi" ucapnya, sambil mengendong sang anak.

"Memangnya kita mau pergi kemana Oppa? Apa yang sebenarnya terjadi?" kembali Jaejoong bertanya. Sekarang penuh dengan rasa khawatir dan takut. Takut sesuatu yang tidak di inginkannya terjadi. Sesuatu yang buruk. "Jae… mianhae, mianheyo. Mereka, mereka sudah tau. Mereka sudah tau kalau selama ini kita tinggal di sini. Kita harus pergi karena tidak lama lagi mereka akan datang. Aku tidak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi Jae-ah…" terang namja tampan itu, menjawab pertanyaan sang istri. Dengan lembut dibelainya wajah cantik itu."Mereka sudah tau?" tanya nya lirih. "Ya. Karena itu kita harus cepat pergi dari rumah ini, kemananya nanti kita pikirkan, ne? kajja", ditariknnya tangan Jaejoong.

"Tunggu oppa, berikan aku waktu untuk beres-beres", "tidak ada waktu Jae. Kita haurs segera pergi" kata namja itu cepat. Tapi Jaejoong melepaskan genggaman namja itu dan beralih kearah sang putra kedua yang masih diam di dalam keranjang bayi. Di gendongnya bayi itu kemudian bergegas ke depan mengikuti sang suami.

BRAAAK!

Kembali pintu itu di buka dengan kasar, mengagetkan 2 orang beserta seorang bocah yang kini memeluk erat leher appa nya. Kedua orang itu kaget bukan main melihat siapa yang telah memasuki rumah. Seorang yeoja paruh baya tapi tetap terlihat anggun, menatap tajam 2 sosok yang kini mematung melihatnya. Ketakutan langsung mendera Jaejoong, semakin dieratkannya pelukannya pada sang bayi.

"Ma-Mama!" gagap namja tampan itu, ia sedikit shock.

"Heh!, akhirnya aku menemukan tempat persembunyian kalian. Sudah lebih dari 3 tahun aku mencarimu, mencari dimana kalian tinggal. Ternyata rumah kecil dan jelek seperti ini kau tinggal, Yunho?", tutur yeoja itu sinis. Menatap tak suka pada Jaejoong.

"Appa, Ahjuma itu ciapa?" sebuah pertanyaan polos dari Jongdae, mengalihkan perhatian yeoja yang lebih tua itu.

"Apakah itu anak kalian? Cih, dia tidak lebih terlihat seperti anak jalanan. Apa kau sungguh-sungguh membesarkannya, huh? Atau tidak sanggup memberikannya makanan yang cukup, heh? Kau benar-benar yeoja ti-"

"Cukup! Cukup Mama. Jangan salahkan Jae… dan jangan menilai buruk mengenai anak ku. Dia juga cucumu Mama" Yunho bicara. Sedangkan Jaejoong, perempuan cantik itu hanya bisa terdiam. Sambil tetap memeluk erat bayinya yang mulai terlihat gelisah.

"Aku tidak sudi mengakuinya sebagai cucuku, apalagi dia anak dari yeoja tidak tau diri seperti dia" tudingnya tajam, membuat Jaejoong semakin takut. Matanya terasa panas.

"Sudah cukup! Berhenti mengatai yang tidak-tidak pada Jaejoong, Mama. Aku mencintainya, aku ingin bersamanya" ujar Yunho, ia melingkarkan sebelah lengannya ke pinggang Jaejoong. Sedangkan sebelah tangan nya yang lain tetap memeluk putranya. Ia tau kalau saat ini Jaejoong sangat ketakutan.

"Kau benar-benar membuat ku marah Yun! Kau sudah punya istri, tinggalkan yeoja itu dan kita pulang. Haruka sangat membutuhkan mu saat ini!" perintah Ny. Jung.

"Aku tidak mau. Maafkan aku yang tidak mematuhi perintah mu, tapi aku benar-benar mencintai Jaejoong dan anak-anak ku. Aku sama sekali tidak mencintai Haruka" balas Yunho. Nada suaranya sedikit meninggi. Dirasakannya pelukan lengan kecil dilehernya semakin erat. Jongdae ketakutan. "Aku mohon Mama. Biarkan kami bersama"pinta Yunho sangat.

"Kau benar-benar sudah membuat ku marah Jung Yunho." Kemudian yeoja paruh baya itu menarik paksa tubuh Jaejoong sehingga membuat dirinya terlepas dari pelukan sang suami.

"Ma-Mama!"

PLAAKK!

Ditamparnya wajah Jaejoong keras, membuat tubuh lemas itu terhuyung jatuh. Tapi untung lah bayi yang dipeluknya tidak terlepas. Mungkin karena merasakan sang ibu yang tengah merasakan sakit, bayi itu pun mulai menangis kencang.

"Hiks...huueekk... hiks huueeee..."

"Mama! Apa yang kau lakukan!" Teriak Yunho. Ia kaget bukan main dengan apa yang di lihatnya. Sang istri yang sangat di cintainya, di tampar keras didepan matanya oleh orang yang selama ini di hormatinya. Untunglah Jongdae tidak melihat kejadian itu, tapi ia langsung membalikkan badannya ketika ia mendengar suara saengnya menangis.

"Huueeee! Hueeee!"

"Cuup cuup, changi~ sudah tenang. Eomma tidak apa apa," ujar Jaejoong menenangkan bayinya walaupun ia tau, tamparan tadi terasa sakit, tapi hatinya lebih sakit mendengar suara tangisan sang bayi yang seakan bayi itu ikut merasakan sakitnya.

"Jae-ya, gwencanayo? Kau tak apa kan?" Yunho langsung menurunkan Jongdae lalu maraih wajah cantik Jaejoong yang kini telah basah oleh air mata. Diusapnya lembut bagian wajah Jaejoong yang ditampar, hatinya benar-benar sakit melihat ini semua. Tiba-tiba saja tangan nya ditarik paksa menjauhi Jaejoong dan bayinya.

"Mama! Lepaskan aku!" pekik Yunho.

"Tidak Yun, kali ini aku tidak akan membiarkanmu bersamanya lagi. Cukup kau membohongiku selama hampir 4 tahun ini. Apa kau ingin aku cepat mati, Jung Yunho!?"

"Sudah cukup. Jangan persulit mereka lagi." Sorang namja dewasa memasuki rumah itu. Suara dinginnya membuat semua yang ada disana diam. Kecuali sang bayi yang terus menangis dan hujan yang masih setia turun dengan derasnya.

"Appa, tolong. Jangan pisahkan aku dengan Jejoong dan anak-anak ku," pinta sang anak. Yunho sepertinya sudah tak sanggup lagi melawan ibunya. Ia pun jatuh berlutut dihadapan kedua orang tuanya.

"Bangun Yunho. Kau benar-benar terlihat lemah kalau seperti ini." Ujar Mr. Jung. Matanya beralih menatap Jaejoong yang terus memeluk kedua anaknya dengan posisi masih duduk bersimpuh. Wajahnya basah oleh air mata.

"Haaah…" helanya nafas berat. "Kalian benar-benar sudah tidak bisa ditoleri lagi. Perbuatan kalian sudah tak bisa dimaafkan lagi. Kalian berdua sudah jauh melanggar Yunho-ah, Jaejoong-ah. Kenapa kalian berdua harus menghilang dan bersembunyi? Bahkan lebih dari 3 tahun. Dan lihatlah, wajah tak berdosa itu. Apa ini yang kalian inginkan, huh? Hidup tertutup dari masyarakat dan terus bersembunyi, menyimpan rasa takut kalau suatu saat mereka bertanya tentang asal usul keluarga mereka? Mengapa mereka harus hidup tertutup dari dunia luar?" tanya Mr. Jung, berucap datar.

"Kami hanya ingin bersama…" kali ini suara lirih Jaejoong yang menjawab pertanyaan itu.

"Walaupun banyak yang menentang?" Kali ini Jaejoong diam. Ia takut menatap wajah Ayah dari namja yang dicintainya. "Kau tau, semua yang kalian lakukan selama ini hanya akan membebani kalian, membuat kalian sakit" lanjut Mr. Jung. Terdapat nada kecewa pada akhir kalimatnya.

Beberapa saat tidak ada yang bicara. Hingga sampai Mr. Jung kembali bersuara,

"Tak ada cara lain, Yunho Jaejoong. Kalian harus berpisah. Yunho sudah menikah walaupun ia lebih dulu menikahimu. Tapi pernikahan kalian tidaklah menurut hukum dan juga tidak atas izin dari kami. Walaupun atas dasar cinta, itu saja tidak cukup. Tidak akan membuat keadaan lebih baik. Kalian berdua taukan maksudnya?" jelas namja dewasa itu.

Suasana hening kembali. Tak ada satupun yang berani mengeluarkan suara. Mereka tau, Yunho dan Jaejoong tau apa maksud dari ucapan Mr. Jung, tapi tak bisa kah mereka merestuinya? Membiarkan mereka bersama? Membina keluarka kecil mereka?

Jaejoong berusaha meredakan isakannya. Dengan sisa kekuatannya, ia berkata, "Kalau itu yang Ahjuma dan Ahjusshi inginkan," ia berhenti sejenak. Menatap sendu wajah sang suami yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit ia pahami. Terdapat banyak rasa disana. Dan ia pun juga merasakan hala yang sama. Berat mengutarakan apa yang akan di ucapkannya. Sakit. Hatinya sakit untuk mengutarakannya. "Aku dan Yunho oppa berpisah… aku terima." Akhirnya kata-kata itu keluar. Sekuat tenaga, Jaejoong memahan luka di hatinya. menggigit bibirnya, "Aku tidak akan mengharapkan oppa kembali padaku. Aku bisa menjaga anak-anak ku sendiri." Lanjutnya lirih, pelan. Pandangannya beralih menatap lantai dingin yang kini tengah menjadi pijakan baginya.

Mendengar penuturan sang istri yang rela melepaskannya, Yunho sangat shock. Ia tidak tau harus berbuat apa lagi setelah mendengar apa yang dikatakan sang istri tercinta. "Jaejoongie… tidak Jae. Jangan bilang begitu. Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin pergi darimu. Jebal…" racau Yunho. Jelas sekali ia terlihat frustasi, penampilannya terlihat sangat lelah dan kusam. Tatapan memohon pada sang istri, yang tak lagi menatapnya.

"Dan membiarkan aku menunggu mu pulang, selalu berharap kau ada disini? Disampingku, bersama anak-anak kita? Tidak oppa. Sudah cukup aku merasakan sakit ini, oppa". Tak sanggup, Jaejoong sudah tak sanggup menahan tangisnya. Air mata itu dengan cepat kembali membasahi wajahnya yang mulai pucat.

"Yunho, kau sudah dengar sendiri kan? Dia sudah tidak ingin bersamamu, dia sudah melepas mu. Tidak ada alasan lagi untukmu untuk tetap ada disini."

"Aniyo, aku tidak akan pergi. Aku mencintaimu Jae-ya dan aku yakin kau juga mencintaiku, kan?". Yunho menatap Jaejoong dalam, menunggu jawaban darinya. Tapi Jaejoong tetap tidak menatapnya, mengangguk pun tak ada. Membuat Yunho mengerang frustasi.

"Aaaarrggh! Aku tidak akan pergi Jae-ya. Aku tak akan pergi meninggalkan mu dan anak-anak kita. Apa kau tega memisahkan aku dengan anak-anak ku? Haah!," teriaknya marah. Melihat sang appa berteriak membuat Jongdae yang sedari tadi diam terpaku, sekarang menangis kencang dipelukan sang ibu. Suara tangis yang melingking, menambah suasana kacau di rumah mungil itu. Sungguh miris melihatnya.

Mr. Jung berjalan kearah Jaejoong, lalu ia berlutut mensejajarkan tubuhnya dan menatap dalam wajah yeoja yang sangat dicintai putranya. "Kau harus tau Jaejoong-ah. Kalian memang tak mungkin bersama. Andai saja dulu kau dan Yunho berusaha membuatku percaya akan cinta kalian, tidak melakukan pelarian dan bersembunyi dalam waktu yang cukup lama, seperti ini. Tentu aku akan menerimamu sebagai menantuku," Mr. Jung berhenti sejenak. "Tapi apa? Apa yang kalian perbuat selama ini sungguh membuat saya kecewa." Ia berhenti lagi, kemudian beralih menatap Jongdae yang semakin memeluk erat lengan Jaejoong dan memendamkan wajahnya ke bahu sang eomma dan sang bayi yang masih menangis dalam pelukan Jaejoong. "Dan lihatlah, kalian kini telah memiliki anak-anak yang sangat manis dan tampan". Ujarnya.

"Apa yang ingin anda katakan?", Tanya Jaejoong lirih. Berusaha melihat sang ayah mertua.

"Haruka tidak bisa memiliki anak. Itu karena ia mengetahui bahwa suaminya sudah menikah dan memiliki anak sebelum dirinya sehingga membuatnya shock dan hampir bunuh diri." Namja dewasa itu menghentikan ucapannya. Jaejoong merasakan dadanya sesak dan jantungnya berdetak lebih cepat, takut. Ia takut dengan apa lanjutan dari perkataan Mr. Jung. "Karena itu, bisakah kau memberikan bayimu pada Yunho? Kami akan merawatnya dan membesarkannya. Tentu dengan penuh kasih sayang" lanjutnya. Membuat tubuh Jaejoong yang sudah lemas, tak berdaya, kembali bergetar. Tatapannya nanar.

Mereka meminta sang suami berpisah darinya, ia menerima. Walaupun dengan perasaan sakit. Dan sekarang mereka meminta ia memberikan bayinya pada mereka? Cih! Yang benar saja! Mereka benar-benar tidak punya hati.

"Wae? Kenapa harus bayi ku? Kalian sudah memintaku untuk memutuskan hubunganku dengan Yunho oppa dan sekarang? Sekarang kau mau aku memberikan bayiku pada kalian? Hehe…" ujar Jaejoong dingin, tertawa miris. " kau benar-benar jahat, tidak punya hati" desis Jaejoong. Menatap tajam dan penuh rasa benci.

"Kau tidak akan sanggup merawat dan membesarkan mereka dengan kondisi mu seperti ini, Jaejoong."

"Aku sanggup! Aku sanggup membesarkan anakku sendiri!," teriak Jaejoong. Suaranya serak, karena menangis. "Aku sanggup, aku sanggup" gumamnya. Lirih.

"Tidak. Kau tidak sanggup. Berikan bayimu, kami akan merawatnya". Ditariknya paksa bayi itu dari dekapan sang ibu yang mulai lemah.

"Andwae!" teriak Jaejoong. Bayi itu menangis keras kerena dipisahkan dari ibunya. "Andwae, jangan bawa bayiku!" histeris Jaejoong.

"Jae…" Yunho yang tak berkutik melihat sendiri bagaimana seorang bayi yang dipisahkan dari ibunya. Ia sangat ingin berlari mengambil bayinya dan menenangkannya, tapi ia tak sanggaup. Lebih tepatnya tidak bisa karena yeoja itu, ibunya memegangnya dengan erat. Dengan bantuan beberapa orang pria berbadan besar. Tidak membiarkan satu langkah pun beranjak darinya.

"Kami akan meninggalkan uang yang lebih untuk mu sampai kau melahirkan dan merawat Jongdae." Kata Mr. Jung pelan sehingga hanya Jaejoong yang mendengarnya.

Ia tau kalau wanita muda di depannya ini tengah hamil muda. Tapi ia tak bisa berhenti melakukan sesuatu yang menurutnya tidak sejalan dengan pikiran nya. Sebagai kepala keluarga Jung yang terhormat, tak ada satupun di keluarga Jung yang tidak memiliki keturunan. Apalagi putra satu-satunya, Jung Yunho yang menikah dengan seorang wanita yang berasal dari salah satu keluarga terhormat di Jepang. Mengetahui sang anak yang menikah tanpa sepengetahuannya dan bahkan sudah memilki dua orang putra, entah apa yang merasukinya hingga ia memiliki pemikiran untuk 'menggambil' salah satu anak seorang wanita yang sangat dicintai putra sematawayangnya.

Tuan Jung berdiri menjauhi Jaejoong dan Jongdae. Oh ! Mr. Jung. Anda benar-benar TAK punya perasaan.

"Aniya! Aku tak butuh uangmu, kembalikan bayiku. Ku mohon..." pinta Jaejoong, menggapai-gapai bayinya.

"Dan satu lagi. Lupakan Yunho, lupakan bayi ini. Lupakan semua yang berhubungan dengan Yunho dan bayi ini. Jangan sekali-kali mengganggu Yunho dan kami juga tidak akan pernah mengganggu hidupmu."

Setelah mengatakan itu, Mr. Jung beserta istri dan anaknya yang ditarik paksa pergi dari rumah itu. Entah apa yang ada difikiran 2 orang dewasa itu sehingga tega memisahkan 2 manusia yang saling mencintai dan sangat tega memisahkan sang ibu dengan bayinya. Dan sang anak yang tak hentinya berteriak meminta saengnya. Entah apa yang bisa di ungkapkan untuk menggambarkan bagaimana tersiksanya seorang yeoja yang tengah hamil, menangis, meraung meminta bayinya. Sungguh miris melihatnya.

Dan para pemain pun terserang penyakit TuberCulosiisssss #digamparrr!

TBC...

Wehehehehehe... *nengok ke atas, krikk...

Nih cerita gaje yah...? Jae umma~~~~~~~~ maap kan salah satu anak mu ini!

Jaejoong : *lirik author* lu sapa? ngaku-ngaku anak gue? Ogah yey...

Author : *pundung*

.

Yaaah…. Selese juga nih cerita awal…. Bosan? Pasti! Ceritanya drama begini. .hu T.T

Adakah yang berminat,,,, setidaknya membaca fic gaje ini…? Saya Author baru. Mo'on bantuannya dari chingudeul semua….

p.s: saya baru sadar kalo chapter ini banyak salah terutama typonya bejibunnnn…. Mianhe! Udah saya beikin moga gak ada lagi typo yang membandel/?

RnR...?