Rosepius Story:A Never Ending Story

Chapter 1

Rose Weasley's POV

"Tomorrow is the first blank page of a 365-page book. Write a good one." — Brad Paisley

Mum dan Dad berdiri di sebelahku bersama Hugo, memandangi Hogwarts Express. Bagaimana jika suatu hari nanti bukan aku yang akan menaikki kereta itu tapi anak anakku? Akankah aku sedih kehilangan mereka (reaksi Mum ketika aku dan Hugo pergi ke Hogwarts) atau aku akan senang karena kepergian mereka berarti rumah yang tenang dan tetap rapi (reaksi Aunt Ginny ketika James, Al, dan Lily pergi ke Hogwarts)? Aku tidak tahu dan tidak mau memikirkannya.

Aku menoleh pada Mum dan Dad yang kelihatannya sedang mengenang masa masa mereka di Hogwarts. Aku tahu mereka melalui banyak hal di Hogwarts. Hal hal yang berbahaya dan masih diperbincangkan sampai sekarang oleh banyak orang.

Pada tahun pertama, mereka dan Uncle Harry menembus tujuh rintangan sulit untuk menyelamatkan Batu Bertuah dan Uncle Harry berhadapan dengan Voldemort yang menempel di bagian belakang kepala Profesor Quirrel, guru Pertahanan erhadap I lmu Hitam mereka dulu.

Dan pada tahun kedua, Mum membatu karena menatap mata Basilisk (ular yang menetas dari telur ayam yang dierami kodok) lewat cermin sedangkan Uncle Harry dan Dad menyelamatkan Aunt Ginny dan membunuh Basilisk.

Pada tahun ketiga, mereka membebaskan Sirius Black, orang tidak bersalah yang selama 12 tahun ditawan di Azkaban (penjara sihir terkenal), dan Buckbeak, Hippogriff tak bersalah yang dirawat oleh Hagrid.

Pada tahun keempat, Uncle Harry mengikuti Triwizard Tournament. Mum dan Dad membantunya tentu saja, mengajarinya mantra mantra berguna dan lain lain. Saat tugas terakhir dilaksanakan, Uncle Harry dan Cedric Diggory meraih piala di saat bersamaan dan mereka berpindah tempat. Cedric dan melihat Lord Voldemort.

Pada tahun kelima, mereka membuat DA dan melawan Pelahap Maut dan Voldemort sendiri di Kementerian.

Pada tahun keenam, mereka melihat Albus Dumbledore meninggal karena di bunuh oleh Severus Snape yang sudah berpihak lagi pada Voldemort.

Pada tahun ketujuh, mereka tahu kebenaran tentang Severus Snape dan melawan Pelahap Maut dan Voldemort di Hogwarts. Jelas itu memori yang tak bisa dilupakan begitu saja.

Kalau aku yang melalui semua itu, aku tidak akan pernah melupakannya. Tapi aku tahu bahwa berhadapan dengan kematian pasti tidak menyenangkan karena Mum dan Dad bisa saja kehilangan nyawa mereka saat di Hogwarts. Mereka bisa menghindari kematian lebih dari sekali adalah sebuah tanda tanya bagiku.

Tapi aku tidak terlalu peduli dengan bagaimana caranya Mum dan Dad menghindari kematian. Aku lebih peduli dengan hal hal yang banyak dibicarakan belakangan ini oleh semua orang. Aku sudah mendengar hal hal seperti perayaan besar yang akan diadakan di Hogwarts tapi tak satu pun orang dalam keluarga besarku yang mau memberitahuku. Mereka bilang itu rahasia besar.

Aku tidak bertanya tanya lagi setelah itu. Apa gunanya? Mereka tidak akan memberitahuku. Mereka selalu begitu, tidak mempercayaiku dalam segala hal. Aku menghela napas dan memegang troliku yang berisi koperku lebih kuat dari sebelumnya.

"Ah, Hermione, lihat siapa yang baru saja datang..." Dad bergumam kecil. Aku langsung menoleh meskipun aku sudah tahu siapa yang datang. Hanya ada satu orang yang akan Dad sindir seperti. Draco Malfoy, musuh Dad.

Draco Malfoy berjalan melewati kami bersama istri dan anaknya. Dia menganguk kecil pada Dad dan berlalu.

Aku memperhatikan keluarganya yang hanya terdiri dari dirinya sendiri, istrinya, Astoria Malfoy, dan anaknya, Scorpius Malfoy. Aku membenci anaknya yang berada di tahun yang sama denganku. Dia selalu menghinaku dan memanggilku Weasel. Tapi dia sahabat Al! Bloody hell, apa yang dilihat Al dari Malfoy?

Aku tidak pernah tahu jalan pikiran Al. Dia benar benar sulit ditebak.

"Rose, sepertinya kau harus masuk ke gerbong Prefek." kata Mum membuyarkan lamunanku. Aku menganguk dan langsung mencium Mum dan Dad di pipi dan mendorong troliku, menjauhi keluargaku.

Aku mendatangi gerbong Prefek yang berada di tengah kereta. Aku membuka pintunya dan bergegas masuk. Roxy ada di dalam bersama Ketua Murid Laki-laki, Joshep Wood. Roxy mendapat jabatan Ketua Murid Perempuan tahun ini.

"Oh, Rosie! Apa kau melihat Molly? Aku meminta bantuannya untuk menyusun laporan dan susunan regu!" Roxy menghambur ke arahku. Jelas sekali bahwa dia mencari Molly. Roxy memang selalu bergantung pada Molly.

"Tidak, Roxy. Mungkin dia masih di luar." kataku santai sambil meletakkan koperku di pinggir gerbong. Roxy menganguk dan kembali ke tempatnya tadi, melanjutkan diskusi dengan Joshep Wood.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran McGonagall sampai memasangkan Roxy dan Joshep Wood sebagai Ketua Murid tahun ini. Mereka berdua tidak bisa diandalkan. Dia seharusnya memilih Molly yang kompeten dan sigap. Aku memang menyukai Roxy tapi Molly lebih baik darinya.

Aku duduk di sebuah kursi keras dan menunggu segalanya dimulai oleh Roxy dan Joshep sementara gerbong semakin penuh. Molly sudah datang, membawa setumpuk besar kertas dan folder folder berat dibantu James yang adalah Prefek juga dan rapat pun dimulai.

Roxy dan Joshep Wood berdiri di depan dengan beberapa lembar kertas di tangan, menatap Prefek Prefek yang berada di gerbong. Roxy memulai rapat dengan mengucapkan selamat datang untuk Prefek Prefek baru dan selamat datang kembali pada Prefek Prefek lama. Joshep lalu membicarakan beberapa hal hal umum tentang Prefek dan aku tidak mendengarkan sampai Roxy menyinggung proyek baru yang dibuat olehnya dan Joshep.

"Nah, jadi karena aku dan Joshep mau semua asrama bersatu, kami membuat tim Prefek kecil dan jadwal patroli kecil. Untuk kelompok kecil, semua berdasarkan asrama dan tahun. Tahun keenam dengan tahun keenam. Tahun ketujuh dengan tahun ketujuh dan tahun kelima dengan tahun kelima. Slytherin dengan Gryffindor. Ravenclaw dengan Hufflepuff."

Tunggu, itu berarti aku sekelompok dengan Malfoy! Roxy! Aku langsung mengingat ngingat Prefek perempuan Slytherin. Jane Zabini, salah satu gadis yang dulu berkencan dengan Al. Gadis itu tidak buruk. Aku lalu melempar pandang pada rekan Prefek Gryffindor-ku, Rufus McLaggen. Rufus juga tidak buruk.

Tapi, Malfoy?! Dia buruk sekali! Aku harus menulis surat pada Dad dan memintanya menulis pada Roxy tentang hali ini! Dad pasti langsung menyetujuiku dan menulis pada Roxy, mungkin Roxy akan menerima Howler juga!

Sementara itu, Roxy melanjutkan dengan jadwal patroli dan rekan patroli yang membuat bertambah kesal.

"Rose Weasley dan Scorpius Malfoy, kalian akan berpatroli hari Jumat, mengelilingi sekolah juga mengecek halaman dan lorong lorong rahasia. Mengerti?" kata Roxy. Aku langsung terlonjak.

Berpartner dengan Malfoy untuk patroli? Dementor akan menjadi teman patroli yang lebih menyenangkan daripada ferret busuk itu. Aku sudah muak harus berpatroli dengannya tahun lalu.

Jadi, aku mengangkat tanganku dan Roxy mengijinkanku berbicara. Aku menghela napas dan mulai berbicara.

"Bolehkah aku bertukar partner?" tanyaku pada Roxy. Roxy menggeleng.

"Sayang sekali, Rose. Tapi Profesor McGonagall-lah yang menetapkan jadwal ini. Aku tak bisa mengubahnya tanpa ijin dari Profesor McGonagall." kata Roxy. Aku pun kembali diam.

McGonagall memasangkanku dengan Malfoy? Rupanya dia masih belum kehilangan ketertarikannya dalam membuat keluarga Weasley dan Malfoy bersatu... Well, aku benar benar harus menulis surat pada Dad tentang ini! Dia pasti bisa melakukan sesuatu.

Rapat selesai dan aku dan Prefek Prefek lain kembali ke kompartemen. Aku berjalan cepat sekali, mencari kompartemen tempat sahabatku, Jennifer Nott, duduk. Tapi ada yang memanggilku.

"Weasley! Hey, Weasley!"

Aku menoleh ke belakang dan melihat Malfoy berlari mendatangiku, tergesa gesa membawa dua lembar perkamen.

"Ada apa, Malfoy?!" kataku kesal. Malfoy mengangkat alis tapi mengulurkan satu dari dua lembar perkamen itu padaku.

"Peta Hogwarts. Sudah direvisi oleh McGonagall dan Al." jawab Malfoy. Aku mengambil peta itu dan menganguk dan kembali berjalan. Malfoy sudah masuk ke dalam sebuah kompartemen di sebelah kiri.

Aku melihat ke dalam beberapa kompartemen dan akhirnya menemukan Jenn di dalam salah satu kompartemen, membaca Witch Weekly. Aku langsung membuka pintu kompartemendan masuk ke dalam. Kubiarkan pintu sedikit terbuka.

"Hey, Jenn. Sorry, kau harus menunggu agak lama. Rapat Prefek." sapaku. Aku lalu duduk di tempat kosong di seberang Jenn. Jenn mengangkat kepalanya dari majalah.

"Jadi, bagaimana?" tanyanya.

"Aku seregu dengan Malfoy! Dan akan berpatroli dengan Malfoy JUGA!"

Jenn langsung tertawa riang.

"Dia tidak seburuk itu! Dia sepupuku, Rose. Tenanglah."

Aku hanya menghela napas. Scorpius Malfoy memang saudara Jenn, mereka lumayan mirip. Jenn berambut hitam lurus dan bermata abu abu seperti mata Scorpius. Dia juga berhidung mancung dengan wajah bangsawan seperti Malfoy. Tapi mereka berbeda. Mereka hanya bersaudara karena Mother-nya Jenn adalah kakak Mother-nya Malfoy. Agak tragis mengingat betapa berbedanya mereka.

"Rose?" Jenn tiba tiba membawaku ke alam sadar. Aku memang sering kehilangan fokus dalam banyak hal.

"Ya? Ada apa?"

"Scorpius baik. Dia memang tidak menyenangkan tapi baik."

Aku tahu Jenn hanya membela saudaranya seperti seharusnya.

Tapi mau bagaimana lagi? Kalau ini sudah ketentuan McGonagall, tak ada yang bisa mengubahnya bahkan Kingsley sekalipun. Jadi aku harus menerimanya, bukan waktunya bersikap seperti anak kecl

Ini tahun keenamku di Hogwarts. Tahun yang harus kujalani dengan baik dan hati hati. Aku harus belajar tekun tahun ini dan berusaha menghindari masalah (tapi masalahnya adalah masalah selalu mendatangiku). Dan aku ingin menjadi Ketua Murid Perempuan dan pastinya McGonagall dan guru guru sudah memperhitungkanku sebagai Ketua Murid Perempuan. Tapi aku tetap harus hati hati. Buat satu kesalahan dan kau tidak akan menjadi Ketua Murid, Rose.

Aku selalu ingin menjadi Ketua Murid (dan itu yang Dad inginkan dariku). Tapi bayangkan bagaimana rasanya menjadi Ketua Murid... Kau akan tinggal di asrama nyaman yang hanya berisi dirimu dan partnermu. Kau tahu semua kata kunci untuk semua asrama. Kau punya Peri-rumah khusus untuk melayanimu (Mum masih berusaha mengubah hal ini, tapi McGonagall melarangnya). Kau akan mendapat kompartemen sendiri yang khusus untukmu dan Ketua Murid Laki-laki. Pasti akan sangat menyenangkan.

Aku tersenyum kecil, membayangkan diriku menjadi Ketua Murid. Aku harus mengatakan bahwa sejauh ini aku calon Ketua Murid yang paling menyakinkan. Nilai OWL Outstanding dalam semua mata pelajaran, mulai dari Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam sampai Ramalan. Aku juga Prefek. Aku bermain sebagai Chaser untuk Gryffindor. Tingkah lakuku Outstanding. Aku yakin aku akan menjadi Ketua Murid Perempuan tahun depan.

"Rose Hermione Weasley, apa kau ada di sana?" suara Jenn tiba tiba membuyarkan lamunanku dan aku langsung menganguk, lebih karena refleks.

"Apa yang kau bicarakan tadi, Jenn?" tanyaku, tersenyum kecil, berusaha terlihat tak bersalah. Jenn menghela napas, seperti biasanya kalau aku tidak mendengarkannya.

"Lupakan saja." kata Jenn menghentikan pembicaraan. Aku membuka tas kecilku dan mengeluarkan bukuku dan mulai membaca sementara Jenn kembali ke Witch Weekly-nya.

Beberapa lama kemudian, Jenn menoleh padaku lagi, kelihatannya dia baru menemukan topik pembicaraan yang menarik untuk dibicarakannya denganku. Mungkin tentang hal hal seperti Lorcan dan Perancis.

"Rose, bagaimana liburanmu di Perancis? Menyenangkan?" tanya Jenn. Dalam hati aku bersyukur dia tidak bertanya soal Lorcan.

Aku tersenyum sedikit sambil memikirkan hari hariku di Perancis bersama keluargaku dan keluarga Dom. Kami menginap di rumah bergaya Perancis milik keluarga Aunt Fleur. Rumah itu sangat mewahdan menyenangkan. Mum sampai mengubah arsitektur rumah kami agar menyerupai arsitektur rumah itu. Perubahannya memang tidak banyak tapi ada sedikit hal berbau Perancis di rumah kami sekarang.

Setiap paginya, kami menyesap teh atau cokelat panas sambil menikmati croisant lezat yang dibuat oleh adik Aunt Fleur, Gabrielle. Kami juga mengunjungi banyak tempat tempat bersejarah. Katakomba yang berada di bawah kota Paris sangat menyeramkan. Museum museum yang kami datangi sangat bagus.

Tapi yang paling menyenangkan dari liburan kami adalah melihat penyihir penyihir Perancis. Budaya mereka berbeda. Mereka memakai jubah penyihir yang lebih moderen. Diagon Alley-nya mereka bernama Sorcières Route. Di sana, aku bertemu banyak penyihir penyihir muda yang menyenangkan.

"Liburanku menyenangkan sekali. Menarik lebih tepatnya." jawabku sambil tersenyum. Jenn, meskipun seorang Pure-blood belum pernah pergi ke Perancis.

"Ceritakan tentang si Jean-Charles itu, yang kau ceritakan di surat suratmu!" seru Jenn penasaran.

"Dia bersekolah di Beauxbatons." kataku langsung teringat pada Jean-Charles. Jean-Charles adalah penyihir Beauxbatons yang kutemui saat liburan. Dia baik dan sangat menyenangkan. Dia bercerita padaku tentang Beauxbatons dan Perancis.

"Lalu?"

"Maksudmu?"

"Rose..."

"Baiklah, baiklah... Dia baik sekali dan sopan, sangat sopan. Kupikir aku akan bertemu dengannya lagi... Kami berkirim surat." kataku tersenyum kecil.

"Bagaimana kau bisa berkenalan dengannya? Apa dari Dom? Dad-mu pasti tidak terlalu menyukainya." kata Jenn. Jenn memang tahu segalanya tentang keluargaku karena dia sahabatku. Dia bahkan tahu bahwa ayahku sangat protektif terhadapku.

"Dia menerima Jean-Charles. Kau sendiri bagaimana liburannya?" tanyaku. Jenn mendengus seperti biasanya kalau pembicaraan mengenai liburannya dimulai.

"Bersama Scorp dan Zabini bersaudara lagi. Tapi kali ini kami ke Roma. Dan kau tahu sendiri, kan." jawab Jenn tampak sangat kesal. Tentu saja aku tahu seperti apa liburan Jenn, selalu membosankan. Dia akan terjebak di suatu negara asing bersama Malfoy, Zabini-Zabini, dan kakak laki lakinya. Dan mereka semua Slytherin. Aku tersenyum kecil pada Jenn. Senyum kasihanku yang biasa kuberikan padanya kalau kami membicarakan liburannya.

"Ngomong ngomong dimana Dominique? Dia masih berlibur, eh?" tanya Jenn, mengganti topik pembicaraan kami. Aku menganguk.

"Ya, dia masih berlibur di Perancis. Aku kembali ke Inggris lebih dulu sementara dia berkeliling Perancis, mengunjungi saudara saudara Veela-nya." jawabku. Dominique adalah sepupuku sekaligus sahabatku yang seangkatan denganku dan Jenn. Dia berdarah satu per delapan Veela.

Tiba tiba pintu kompartemen dibuka dengan keras, aku langsung menoleh dan melihat sepupuku tersayang berdiri di ambang pintu, James Sirius Potter. Dia membawa tas ransel dan buku tebal yang tidak akan pernah dibacanya sampai habis

"Hey, sepupu dan teman sepupu. Boleh aku duduk di sini?"tanya James terlihat kikuk. Aku menatapnya, rasanya aku ingin sekali menertawakannya. Dia terlihat kesepian sekali. Mungkin karena Fred, sahabatnya telah lulus tahun lalu.

"Ya duduk saja, James. Tidak ada yang duduku di sana." jawabku, santai tapi masih sambil menahan tawa.

"Kenapa kau tidak duduk bersama Albus, Lily atau Hugo? Kau juga bisa duduk dengan Molly." tanyaku ingin tahu. James dan aku tidak terlalu dekat karena dia pernah meletakkan laba-laba besar di dalam sepatuku waktu kami masih kecil. Aku ketakutan dan dia dihukum oleh Aunt Ginny.

"Kompartemen Lily dan Hugo penuh sedangkan Al duduk dengan Malfoy. Molly duduk di kompartemen Ketua Murid, membantu Roxy menyusun entah apa." jawab James memberi penekanan pada kata 'Malfoy'. James juga membenci Malfoy sepertiku. Bagi kami, Malfoy adalah ferret Slytherin yang menyebalkan.

"Aku heran kenapa Al bersahabat dengannya. Hanya karena Al masuk Slytherin, dia berteman dengan Malfoy." gumamku kesal. James menganguk setuju. Dulu, dia terus menerus menakut-nakuti Al soal masuk ke Slytherin dan sekarang Al benar benar seorang Slytherin. James sendiri masih belum bisa menerima kenyataan bahwa adiknya masuk Slytherin apalagi bersahabat dengan seorang Malfoy.

Kami bertiga lalu kembali pada kegiatan kami masing masing. Jenn membaca majalahnya. James menggerutu dan membaca Cara Cara Mudah Belajar untuk NEWT karangan Arsene Diggle. Aku sendiri kembali sibuk membaca Quidditch dari Masa ke Masa (Revisi!), yang merupakan buku favoritku. Kami tenggelam dalam kegiatan kami masing masing sampai wanti penjual makanan muncul.

"Sesuatu dari troli, dear?" tanyanya. James, aku, dan Jenn langsung berdiri. Kami membeli Bolu Kuali, Cokelat Kodok, Pastiles Labu, dan Weasley's Famous Cake, yang adalah produk makanan baru yang dikembangkan oleh Nana Molly dan Uncle Fred. Kami menikmati makanan kami sambil membicarakan Quidditch tapi pada akhirnya kami kembali melakukan hal hal lain.

Jenn mulai asyik mengutak atik iPod-nya, memutar lagu lagu Muggle kesukaannya. James sedang makan Cokelat Kodok ("Godric Gryffindor lagi! Aku sudah punya tujuh!"). Aku sendiri kembali membaca Quidditch dari Masa ke Masa (Revisi!). Kami semua sedang sibuk dengan pekerjaan kami masing masing ketika pintu kompartemen dibuka.

"Hey, James, Rosie, Jenn!" suara sapaan yang khas terdengar. Kami bertiga lantas menoleh. Jenn tersenyum. Al berdiri di ambang pintu kompartemen dan dibelakangnya berdiri Malfoy, tampak rikuh. Aku melempar senyum kecil pada Al dan menganguk pada Malfoy karena alasan kesopanan lalu kembali membaca bukuku. Jenn sendiri sudah berdiri untuk menyapa Al dengan ciuman pendek (mereka berkencan) dan menyapa Malfoy dengan senyum. James hanya menyapa Al dan kembali mengambil Cokelat Kodok. Al lalu mengambil tempat duduk di depanku, tepat di samping James.

"Rosie, kau adalah Chaser andalan Gryffindor. Tapi ternyata kau masih membaca Quidditch dari Masa ke Masa." kata Al berusaha menarik perhatianku. Dia tahu aku menyukai buku ini lebih daripada aku menyukainya.

"Al, berhenti berbicara, aku sedang membaca." kataku cepat dan kembali memfokuskan diri pada bacaanku. Al mengangkat bahu dan berjalan keluar dari kompartemen bersama Malfoy.

"Apa maksud Al datang ke sini bersama Malfoy?" tanya James. Aku menggeleng tidak tahu dan memasukkan bukuku ke dalam tas. Kukeluarkan iPad baruku yang langsung disambut oleh tatapan kagum Jenn dan James.

"Itu iPad model terbaru, kan? Ibumu benar benar peka terhadap Teknologi Muggle." seru James kagum. Aku tersenyum. James dan Jenn memiliki orangtua yang tidak peka terhadap teknologi Muggle yang jelas jelas sangat membantu.

James menatapku dengan tatapan yang menunjukkan bahwa dia ingin menggunakan iPadku dan langsung kusodorkan iPad-ku padanya yang disambut dengan senyum Potter nya. James langsung sibuk dengan permainan yang sengaja kudownload di iPad-ku.

"Kau beruntung, Rose. Father hanya mau membelikanku iPod keluaran lama." ujar Jenn sambil mendengus. Jenn yang kedua orangtuanya berdarah murni sangat protektif padanya dan tidak mengijinkannya menggunakan terlalu banyak alat alat Muggle. Di samping itu, ayah dan ibunya juga sangat kecewa saat dia masuk ke asrama Gryffindor dan tentunya dia jadi tidak diberi banyak kebebasan.

"Kau tahu sendiri, kan, bahwa ibuku memang selalu begitu, memberiku banyak teknologi Muggle." jawabku sambil tertawa. James masih terus asyik dengan iPadku.

Ketika aku meminta kembali iPadku, dia menyerahkannya dengan agak tidak rela. Kubuka situs Muggle yang sedang populer akhir akhir ini dan kubaca satu persatu post orang orang terutama artis artis muggle yang kuikuti semua post mereka.

"Kau punya akun di san?" tanya James tiba tiba. Aku menoleh, James sedang memperhatikanku. Aku lantas menganguk. James langsung memberiku tatapan yang biasa diberikannya padaku kalau aku mendapat sesuatu yang tidak bisa didapatnya. Salah satu hal yang tidak bisa dimilikkinya adalah menjadi anak kesayangan dalam keluarga.

Kenyataan bahwa aku adalah anak kesayangan di Keluarga Weasley membuat James iri. Dia selalu ingin menjadi yang terbaik. Tapi pada kenyataannya, aku tak tergantikan. Hal ini karena aku pintar, bisa diandalkan, dan memilikki keahlian di banyak bidang. Mungkin itu juga salah satu alasan kenapa aku mempunyai banyak teman. Aku kenal semua anak Gryffindor, Ravenclaw, dan Hufflepuff yang seangkatan denganku. Aku juga kenal dengan kakak kelas dari asrama asrama lain.

"Rose, Aunt Hermione membiarkanmu membawa semua Teknologi Muggle ini ke Hogwarts?" tanya James lagi, membuyarkan lamunanku. Aku menganguk padanya, Mum tidak pernah cerewet dan berceramah soal barang barang yang harus kubawa ke Hogwarts. Dia membiarkanku membawa apa pun yang kuinginkan. James mendengus kesal, ini juga hal yang tidak bisa didapatnya tapi bisa kudapatkan dengan mudah.

Aunt Ginny selalu mengawasi James. Dia takut James akan meledakkan toilet Hogwarts atau mengahncurkan kantor kepala sekolah. Aku tidak menyalahkannya karena James memang suka membuat lelucon.

Tak terasa Hogwarts Express sudah sampai di Stasiun Hogsmeade, aku, Jenn, dan James berjalan keluar dari kereta. Kami sudah memakai jubah kami dari rumah dan kami langsung berjalan menuju Perhentian Thestral. Perhentian Thestral adalah tempat kereta kereta yang ditarik Thestral menunggu murid murid Hogwarts. Tinggal tersisa satu kereta saja di sana. Kami bertiga lalu naik ke kereta yang langsung berjalan setelah kami masuk.

Kastil Hogwarts terlihat di hadapan kami. Lama kelamaan terlihat semakin jelas. Aku tersenyum Hogwarts sudah seperti rumah kedua bagiku dan aku berada di rumah sekarang... 'Home...' kataku dalam hati.

Dan seketika aku teringat pada perkataan Mum tentang pertama kalinya dia melihat Hogwarts. 'Aku merasa seperti akan menulis buku. Jadi aku berjanji bahwa hari hariku di Hogwarts akan menyenangkan dan hari hariku akan dimulai dari besok. Aku harus menulis dengan baik.'

Aku setuju dengan Mum... Sangat setuju...

Lima menit kemudian kami bertiga sampai di Hogwarts. Aku, Jenn, dan James turun dari kereta dan berjalan menuju Aula Depan. Semua anak sepertinya sudah berada di Aula Besar karena Aula Depan kosong. Kami langsung masuk dan bergabung dengan anak anak Gryffindor yang lain di meja Gryffindor. Sorting Hat belum dimulai.

Aku memandang berkeliling, menunggu anak anak tahun pertama masuk. Aku lapar, Bolu Kuali dan makanan makanan kecil lainnya yang tadi kumakan di Hogwarts Express tidak membuatku kenyang dan tepat setelah aku berpikir begitu, Profesor Slughorn masuk.

Profesor Slughorn masuk sambil membawa kursi kecil dan Sorting Hat yang masih sama seperti bertahun tahun yang lalu. Dibelakangnya anak anak kelas satu membuntuti. Semuanya kelihatan takut dan bingung. Mereka pasti sibuk memikirkan asrama mereka.

Profesor Slughorn sendiri meletakkan kursi dan topi di atas undakan dan topi mulai bernyanyi. Nyanyiannya berbeda setiap tahun dan tahun ini, nyanyiannya tentang persekutuan bersama untuk meraih keberhasilan. Topi berhenti menyanyi dan Slughorn mulai memberitahu prosedur Sorting Hat dan Sorting Hat pun dimulai.

Sorting Hat berjalan dengan cepat sejumlah anak anak tahun pertama masuk ke Gryffindor dan Hufflepuff. Tapi sepertinya tahun ini ada banyak anak yang masuk ke Ravenclaw dan Slytherin. Kulihat anak anak kelas satu itu semuanya mengagumi si Malfoy dan aku sangat bingung. Apa yang bagus dari Malfoy? Aku menghela napas tak peduli, sebentar lagi Profesor McGonagal akan mulai berpidato.

Dan benar saja, setelah Sorting Hat selesai McGonagal mulai berpidato. Pidato membosankan yang tidak terlalu dipedulikan.

"Selamat datang bagi murid murid kelas satu yang baru dan selamat datang kembali pada murid murid kelas dua sampai kelas tujuh. Seperti tahun tahun sebelumnya, hutan adalah tempat terlarang dan Mr. Filch telah menambahkan Permen Pembakar Lidah ke dalam daftar barang barang terlarang. Kalian boleh melihat daftar lengkapnya di Kantor Mr. Filch. Selanjutnya dan ini pasti menyenangkan bagi murid murid terutama kelas lima sampai tujuh, Hogwarts akan menjadi tuan rumah dari Triwizard Tournament. Delegasi dari Beauxbatons dan Durmstrang akan tiba pada bulan Oktober. Dan kelihatannya kalian sudah tidak sabar untuk makan, saatnya makan!"

Tiba tiba makanan muncul di piring piring yang tadinya kosong. Semua anak langsung bersemangat dan mulai makan sambil membicarakan tentang Triwizard Tournament. Jenn dan James kelihatannya ingin mendaftarkan diri mereka.

"Dad memenangkan Turnamen ketika dia berada di Tahun Keempat." kata James sambil memakan sosis berminyak.

"Ya. Aku juga tahu, James tapi itu faktor tidak sengaja dan dia tidak mendaftarkan dirinya."jawabku. James langsung diam dan kembali pada piringnya yang terisi penuh.

"Rose, ada yang memandangimu..." bisik Jenn tiba tiba di telingaku. Aku langsung menoleh ke belakang. Mataku langsung bertatapan dengan sepasang mata abu abu kebiruan. Pemilik mata itu langsung menundukkan wajahnya dan tanpa sengaja menjatuhkan pialanya berisi jus labu. Jus labu itu menciprati temannya dan dia buru buru membereskan cipratan jus.

Tapi aku sudah sadar akan siapa yang baru saja memandangiku...

Yang memandangiku tadi adalah Scorpius Malfoy...

Oke, ini chapnya! Lebih bagus dari cerita awalnya kan? Kasih Eve tanggapan! Thanks! Review!