Pair : Yunjae, dll

Disclaimer : All characters are not mine, but the story is mine

Rate : T

Genre : Drama, Romance, dll

Warning : GENDERSWITCH FOR UKE, typo, non-EYD.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

.

Jaejoong tersenyum melihat foto tersebut. Foto dirinya dan orang yang paling disayanginya di dunia ini, yang diambil saat ulang tahunnya yang ke-17.

Merasa cukup memandang foto tersebut, Jaejoong mengembalikan foto tersebut ke laci meja nakas. Setelah itu, Jaejoong membenarkan posisi tubuhnya di kasur tersebut. Tubuhnya cukup lelah karena aktivitas seharian ini sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi gadis ini untuk terbang ke alam mimpi.

"Aku merindukanmu, Oppa," gumam Jaejoong sebelum tertidur.

.

.

PRETEND

-CHAPTER 4-

.

.

Tidak ada yang istimewa ketika Jaejoong terbangun dari tidurnya pagi itu. Yeoja cantik itu melirik kea rah jam yang terletak di atas meja nakas.

Pukul 7.00 KST

Sekitar 8 jam ia tertidur, namun entahlah, badannya masih merasa lelah. Mungkin pengaruh beres-beres rumah barunya kemarin. Yeoja cantik ini bangun dan segera membersihkan dirinya. Menurut jadwal yang diberikan Kim Young Min, atasannya kemarin, hari ini ia kosong. Setidaknya ia bisa menggunakan waktu seharian ini untuk bersantai.

Setelah membersihkan dirinya, Jaejoong segera mengambil pakaian yang kira-kira cocok untuknya. Tidak ada salahnya jika hari ini dia ke kampus, lagipula sudah hampir dua minggu sejak ia terakhir kali pergi ke kampus.

Jaejoong memang seorang penyanyi yang sedang naik daun, namun hal itu tidak lantas membuatnya mengabaikan pendidikannya. Ia masih menjalankan kuliahnya di Toho University, jurusan fashion design. Tentu saja dengan dispensasi khusus dari pihak universitas. Jaejoong diperkenankan untuk tidak mengikuti kelas dan dapat mengunduh materi pelajaran secara online, namun gadis ini tetap harus mengumpulkan tugas tepat pada waktunya seperti mahasiswa lain.

Jaejoong sendiri termasuk mahasiswi yang cukup pintar. Saat ini dia sudah menginjak tahun terakhir kuliahnya dan akan segera lulus. Setelah itu, dia memutuskan akan fokus pada karirnya.

Sambil memilih pakaian dan merapikan diri, Jaejoong tersenyum. Akhirnya hari ini dia bisa bertemu dengan orang itu lagi.

"Hahh, aku sangat merindukan anak itu. Tidak ada salahnya aku buatkan bekal kesukaannya hari ini," senyum Jaejoong mengembang. Dia berdiri dari meja riasnya sambil menyemprotkan parfum favoritnya. Setelah itu, yeoja cantik ini keluar kamar untuk memasak mengingat masih ada bahan masakan yang semalam dibelinya.

.

.

Jaejoong dengan cekatan mengolah bahan masakan yang semalam dibelinya. Pekerjaannya hampir selesai ketika dia merasakan ada seseorang yang memasuki dapur. Tanpa berbalik pun Jaejoong sudah bisa menebak, siapa lagi jika bukan Yunho.

Pria tampan itu sudah berpakaian rapi. Celana jeans, dipadukan dengan kaos putih dan jas semi-formal bewarna hitam, dan rambut yang disisir rapi, tanpa gel atau lainnya. Cukup sederhana memang, tapi justru penampilan sederhananya ini selalu sukses membuat para fangirl berteriak-teriak histeris.

Yunho mengambil air dari kulkas, menuangkannya di dalam gelas dan duduk sebentar di meja makan yang memang ada di ruangan itu. Matanya melirik ke arah Jaejoong yang sedang memasukkan masakannya ke dalam dua buah kotak bekal.

Tanpa sepatah katapun, Jaejoong menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian kembali ke kamar untuk mengambil tas serta buku-bukunya. Sepeninggal Jaejoong, mata Yunho melirik ke arah kotak bekal yang diletakkan Jaejoong di counter dapur.

"Ada dua, apa dia memasak untukku juga?" batin Yunho sambil meneguk kembali air yang tadi sudah diambilnya.

Tidak lama kemudian, Jaejoong turun lengkap dengan tas dan buku-buku keperluan kuliahnya. Dia berjalan kembali menuju ke dapur, mengambil dua buah kotak bekal yang tadi sudah disiapkannya.

"Aku berangkat," kata Jaejoong datar saat melewati Yunho. Mendengar itu, Yunho menatap Jaejoong. Apa Jaejoong akan pergi kerja, pikir Yunho. Tapi kenapa pakaiannya terlalu sederhana, hanya memakai celana panjang dan blouse bewarna putih, sedangkan rambutnya dibiarkan terurai.

"Kemana?" Yunho yang tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya akhirnya bertanya.

"Kuliah," kata Jaejoong singkat, datar, dan dingin sambil berlalu menuju pintu depan. Yunho hanya melongo mendengar jawaban dari istrinya tersebut.

"Dia masih kuliah?" tanyanya entah pada siapa. Kemudian mata musangnya beralih pada tempat dimana kotak bekal tadi berada, namun ternyata dua-duanya sudah dibawa pergi oleh Jaejoong.

"Huh, kau terlalu percaya diri, Jung," katanya pada dirinya sendiri sambil kembali meneguk air.

.

.

"NOONAAAAAA," teriakan melengking langsung terdengar begitu Jaejoong keluar dari mobilnya yang sudah terpakir di area parkir Toho University.

Sesaat setelah menekan tombol agar mobilnya terkunci, Jaejoong merasakan seseorang memeluk tubuhnya. Jaejoong tersenyum dan segera memeluk balik orang tersebut.

"Noona, aku merindukanmu,"

"Benarkah? Bukannya kau hanya merindukan masakanku, Changminie?"

"Hehe, sebenarnya itulah yang membuatku merindukan noona," kata orang yang dipanggil Changminie itu sambil melepas pelukannya kepada Jaejoong dan tersenyum.

Mendengar itu Jaejoong hanya mendengus. Namun seketika otaknya bekerja, sedikit menjahili anak ini sepertinya tidak buruk juga.

"Tapi sayangnya aku tidak sempat membuat bekal untukmu hari ini, Shim Changmin,"

"MWOOO?" kembali teriakan melengking menyapa pendengaran Jaejoong. Jaejoong langsung refleks menutup telinga dengan kedua tangannya.

"Aku sibuk mengurusi suamiku Changminie jadi sepertinya aku tidak bisa membuat bekal untukmu lagi," jawab Jaejoong.

"HUEEEE, NOONA JAHAT. BAGAIMANA JIKA AKU MATI KELAPARAN NOONA? NOONA TEGA MELIHAT DONGSAENG NOONA YANG IMUT, MENGGEMASKAN, JENIUS, DAN TAMPAN INI MATI KELAPARAN?"

Untuk kesekian kalinya teriakan nyaring kembali menyapa pendengaran Jaejoong, yang tentu saja menarik perhatian orang-orang yang melewati mereka. Jaejoong hanya tersenyum canggung sambil menggangukkan kepalanya sekilas kepada orang-orang tersebut, berusaha meminta maaf. Sementara sang pelaku masih menatap Jaejoong dengan pandangan khas anak anjing yang dibuang pemiliknya.

"Hentikan tatapanmu itu, Changminie. Apa jadinya jika mereka melihat pangeran kampus mereka bertingkah kekanakan seperti itu?"

Mendengar itu, Changmin malah mempoutkan bibirnya sambil sedikit menggembungkan pipinya. Karena hal ini, Jaejoong bersumpah, dia mendengar bisik-bisik yang membicarakan mereka dari gadis-gadis yang lewat disertai cekikikan-cekikikan tertahan. Sepertinya gadis-gadis itu sedang mengagumi tingkah pangeran kampus mereka yang sekarang ini terlihat sangat cute.

Shim Changmin, 20 tahun. Jaejoong menganggapnya sebagai adik, begitupun dengan Changmin yang menganggap Jaejoong sebagai kakak walaupun mereka tidak punya hubungan darah sama sekali. Changmin juga sedang menjalani kuliah di Toho University jurusan IT. Jenius, tampan, dan berasal dari keluarga yang cukup terpandang membuatnya menjadi pangeran kampus.

Kedekatannya dengan Jaejoong bisa dikatakan membuat para fans Changmin iri, namun bukan dalan artian yang jahat. Justru mereka merasa iri karena hanya dengan Jaejoong, Changmin bisa menunjukkan ekspresi manja seperti itu, sementara jika dengan orang lain di kampus, Changmin selalu menunjukkan sisi cool-nya.

"Aku hanya bercanda, Changminie. Hentikan ekspresimu itu," kata Jaejoong sambil merogoh tasnya mengambil kotak bekal yang sudah disiapkannya tadi, "Ini untukmu,"

"Noona mengerjaiku? Noona jahat sekali," kata Changmin, akan meraih kotak yang dipegang Jaejoong. Namun Jaejoong bergerak lebih cepat sehingga Changmin gagal mendapatkan kotak berisi hartanya itu.

"Kau masih mengataiku jahat?" kata Jaejoong, matanya memicing tajam pada Changmin. Melihat itu Changmin hanya menelan ludahnya gugup namun sedetik kemudian dia tertawa pelan untuk menetralisir kegugupannya.

"Hehehe, tidak noona. Aku hanya bercanda. Noona adalah orang yang paling cantik dan baik hati yang pernah kukenal,"

Jaejoong tersenyum mendengar rayuan Changmin. Menggoda Changmin memang tidak pernah membosankan. Dia merasa seperti menjadi seorang ibu yang sedang mengurus bayi besar yang selalu kelaparan. Tapi itu cukup menghibur dan bisa mengembalikan mood Jaejoong yang sedang hancur sekalipun.

"Anak pintar. Ini untukmu," kata Jaejoong sambil menyerahkan kotak bekal itu pada Changmin.

"Yeayyyy, noona memang yang terbaik. Ayo masuk noona, aku sudah hampir terlambat," kata Changmin sambil menarik Jaejoong berjalan memasuki area kampus mereka.

.

.

Hari itu berlangsung cukup cepat. Jaejoong dan Changmin masing-masing menjalani kuliahnya dengan serius. Namun, setiap jam makan siang, mereka selalu bertemu di taman belakang kampus yang memang tergolong cukup sepi untuk menikmati makan siang atau hanya sekedar berbincang-bincang. Kesibukan Jaejoong sebagai penyanyi mau tidak mau membuat kebersamaan mereka menjadi sangat berkurang.

Seperti saat ini, Jaejoong dan Changmin sedang beristirahat di taman belakang kampus, tepatnya di bawah pohon oak rindang yang kabarnya sudah berusia ratusan tahun. Changmin terlihat sibuk memakan bekal makanan yang tadi dibawa Jaejoong, sedangkan Jaejoong sendiri sedang sibuk mencorat-coret buku sketsanya. Dosen pembimbingnya mengatakan jika desain pakaian untuk tugas akhirnya sebaiknya dikembangkan sedikit lagi supaya maksimal.

"Noona," panggil Changmin.

"Hm?" Jaejoong menjawab panggilan Changmin tanpa menoleh. Tangan dan matanya masih fokus pada buku sketsanya tersebut.

"Noona, istirahatlah sebentar. Noona belum makan,"

"Kau makan saja, aku masih harus menyelesaikan ini, Minnie-ah,"

"Yak, noona. Kau terlalu memaksakan diri. Kau harus makan, noona. Lihat badan noona, sudah seperti tulang dibungkus kulit. Kalau noona bisa dimakan aku tidak akan mau memakan noona, tidak ada dagingnya," kata Changmin asal yang sukses membuat Jaejoong mengalihkan perhatiannya pada namja jangkung tersebut.

Jaejoong terkekeh pelan, kemudian mencubit pipi Changmin agak keras, "Kau menyamakan aku dengan hewan ternak, eoh? Dasar anak nakal,"

"Yak, noonaaaaaa. Ap. . Appoo. Lepaskan aku noonaaaaa," rengek Changmin.

"Tidak, salah sendiri adikku yang manis ini menyamakan noonanya yang cantik dengan hewan ternak," balas Jaejoong sambil terkekeh.

"Noona narsis sekali," gumam Changmin namun tiba-tiba Changmin berteriak lagi,"Yak noona. Appooo,"

Jaejoong yang tadi sudah mengendurkan cubitannya pada pipi Changmin tiba-tiba mengencangkannya lagi saat mendengar gumaman Changmin, "Kau mengataiku narsis?"

"Hehehe, tidak noona. Noona adalah noona tercantik yang kupunya. Jebal lepaskan aku, noona," rengek Changmin lagi, kali ini disertai dengan puppy eyes andalan yang selalu digunakannya pada Jaejoong.

Dan sukses, dari dulu Jaejoong tidak akan pernah bisa menolak jika Changmin sudah mengeluarkan jurus andalannya tersebut. Perlahan Jaejoong melepaskan cubitannya pada pipi Changmin dan Changmin langsung menggosok pipinya. Sebenarnya, cubitan Jaejoong memang tidak seberapa, tapi tetap saja sakit dan bagaimana jika meninggalkan bekas, hancur sudah image Changmin sebagai pangeran kampus. Setidaknya itulah yang dipikirkan namja dengan tinggi melebihi rata-rata tersebut.

"Noona, jangan terlalu memaksakan diri," setelah keadaan cukup tenang, Changmin kembali berucap.

"Eoh? Aku tidak memaksakan diri, Minnie. Kau tahu sendiri aku sangat senang mendesain pakaian," jawab Jaejoong sambil kembali mencorat-coret buku sketsanya.

"Bukan itu maksudku, noona. Maksudku jangan terlalu memaksakan diri mengikuti kehendak si ahjussi brengsek itu,"

Mendengan itu, Jaejoong terkesiap. Tangannya berhenti mencorat-coret buku sketsanya, namun pandangannya tetap pada buku tersebut. Dalam beberapa detik Jaejoong dan Changmin sama-sama diam.

"Changmin-ah. Aku tidak. . .,"

"Aku tahu siapa noona. Bisa dibilang, di dunia ini, akulah satu-satunya yang mengenal noona selain Seunghyun Hyung. Jangan berbohong padaku noona," potong Changmin saat Jaejoong akan mengatakan sesuatu, menjawabnya.

"Noona, aku tahu noona sedang berusaha melindungi Hyung dari ahjussi brengsek itu. Tapi jangan terlalu memaksakan diri, noona. Aku bahkan bisa menebak jika namja Jung tersebut juga bersikap tidak baik padamu,"

"Dalam hal ini, Yunho tidak salah Changmin-ah. Sangat wajar jika dia bersikap seperti itu. Justru akulah yang salah membawanya ke dalam masalah ini, padahal dia sendiri sudah punya kekasih yang cantik," jawab Jaejoong masih menunduk, sementara Changmin menatap langsung kearah Jaejoong yang sedang menunduk.

"Tapi noona, jika hyung tahu. . .,"

"Karena itu jangan memberitahunya Changmin-ah. Berjanjilah, apapun yang terjadi jangan memberitahu Oppa tentang apapun. Kumohon," jawab Jaejoong cepat membalas ucapan Changmin disertai dengan padangan memohonnya.

"Hahhh," Changmin menghela napasnya, "Arasso noona. Aku akan menjaga rahasia ini. Noona boleh aku tanya satu hal?"

"Hemm," kata Jaejoong sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, "Katakan saja,"

"Kenapa noona tidak menerima saja bantuan dari appa dan umma? Mereka juga sangat mecemaskan noona,"

Mendengar itu, Jaejoong menatap Changmin dan tersenyum.

"Aku sudah banyak merepotkan Shim ahjussi dan ahjumma, Changmin-ah. Jadi kali ini aku ingin menyelesaikan masalahku sendiri. Lagipula kau tahu mengatasi Kim Young Min tidak semudah membalikkan tangan. Jadi aku tidak ingin keluargamu ikut terlibat, Changmin-ah,"

Mendengar jawaban Jaejoong, Changmin hanya diam. Sejujurnya dia sangat tidak terima dengan jawaban Jaejoong. Namun, dia sangat tahu jika noona-nya yang satu ini sangat keras kepala. Sekali mengatakan tidak maka pendiriannya tidak akan berubah.

"Hahh," Changmin menghela napas, "Arasso noona. Tapi berjanjilah, jika kau membutuhkan sesuatu jangan sungkan mengatakannya pada kami. Kami akan selalu siap membantu noona,"

Mendengar itu senyum Jaejoong bertambah lebar. Changmin memang adik yang sangat baik, bahkan dibalik sikap manja yang selalu ditunjukkan padanya, sebenarnya Changmin adalah sosok yang selalu melindungi Jaejoong dan bersikap dewasa.

"Ne, arasso, adikku yang yang paling tampan," jawab Jaejoong tersenyum sambil mengacak rambut Changmin pelan.

Changmin balas tersenyum dan membiarkan orang yang sudah dianggapnya kakak kandung itu mengacak rambutnya.

"Kau terlalu baik, noona," batin Changmin.

.

.

Hari demi hari berlalu, tanpa terasa pernikahan Yunho dan Jaejoong sudah berlangsung selama satu minggu. Selama itu, mereka tidak saling tegur sapa kecuali jika benar-benar membutuhkan. Rasa gengsi dan rasa ketidaksukaan akan paksaan menikah sepertinya masih belum berkurang di hati Yunho maupun Jaejoong. Selain itu, faktor kesibukkan mereka masing-masing juga mempengaruhi. Jaejoong sibuk dengan persiapan album barunya, sedangkan Yunho disibukkan dengan dramanya. Hal ini membuat pasangan ini jarang bertemu, bahkan di dalam rumah mereka sendiri.

Sementara itu, di negara tetangga Korea selatan, terlihat seorang namja tampan bermata elang sedang berjalan memasuki sebuah gedung yang tertulis "NARITA AIRPORT" di bagian atasnya. Setelah melihat berita di koran mengenai pernikahan Yunho dan Jaejoong seminggu yang lalu, namja yang memang bekerja di Jepang ini langsung memutuskan untuk pulang ke negara kelahirannya.

"Tuan muda, silakan check in terlebih dahulu. Pesawat anda akan berangkat satu jam lagi," kata seorang pria paruh baya yang ikut mengantarkan namja tampan ini ke bandara.

"Ne, Han ahjussi. Terima kasih banyak," balas namja itu.

"Ne, sama-sama, Tuan muda. Senang bisa membantu," jawab pria paruh baya itu sambil membungkukkan sedikit badannya pada namja yang dipanggilnya tuan muda tadi.

"Aku titip perusahaan padamu, ahjussi. Maaf harus meninggalkan perusahaan dalam keadaan seperti itu pada ahjussi. Aku akan berusaha kembali secepatnya,"

"Ne, Tuan muda Seunghyun tenang saja. Saya akan berusaha,"

"Terima kasih banyak. Aku berangkat ahjussi,"

"Ne, hati-hati Tuan Muda,"

.

.

Choi Seunghyun, 27 tahun. Seorang direktur muda perusahaan "VIP", sebuah perusahaan yang berkecimpung di bidang bisnis. Walaupun perusahaan ini dipegang oleh orang Korea, namun perusahaan peninggalan keluarga Choi ini memang cukup maju di Jepang, namun sang direktur utama sayangnya meninggal bersama dengan istrinya karena kecelakaan pesawat satu tahun yang lalu. Karena hal inilah, sang pewaris tunggal, Choi Seunghyun harus mengambil alih tugas appanya agar perusahaan ini tetap bergerak.

Perusahaan ini sempat terbengkalai ketika Seunghyun mengalami depresi karena kematian orang tuanya. Untungnya, tidak lama kemudian sang pewaris utama pulih dari keterpurukkannya, sehingga tugas sebagai direktur bisa segera dilaksanakan olehnya.

Setelah check in, Seunghyun memasuki ruang tunggu pesawat. Sambil menunggu, namja ini membuka ponselnya. Dia melihat wallpaper ponselnya. Sebuah foto dengan latar belakang taman bermain. Di situ dia berpose bersama dengan seorang yeoja yang sedang membawa permen cotton candy sambil membentuk tanda V dengan tangannya yang kosong. Sedangkan dia merangkul pundak gadis itu dengan satu tangan dan tangan satunya juga ikut membantuk tanda V.

Seunghyun menghela napas sebentar melihat foto tersebut dan kemudian bergumam, "Apa yang terjadi padamu, Joongie?"

.

.

TBC or END?

.

.

UPDATE!

Mohon maaf untuk masalah tulisan di tiap chapter yang terlalu pendek. Saya masih mengembalikan mood menulis saya setelah hiatus lama, dan ternyata hanya mampu menulis sependek itu. Tapi saya usahakan tiap chapter akan dipanjangkan sedikit demi sedikit.

Saya sangat berterima kasih pada semua yang membaca, memfollow dan memfavoritkan cerita ini, terlebih kepada yang memberikan review :D

Mohon maaf jika saya belum bisa membalas satu per satu. Tapi saya akan rangkum pertanyaannya secara umum. Jika ada yang belum jelas, jangan sungkan untuk bertanya.

.

.

Q1 : Siapa "Oppa" yang dimaksud Jaejoong di chapter sebelumnya?

A1 : Udah kejawab kan? Choi Seunghyun.

.

Q2 : Siapa yang dilindungin Jaejoong?

A2 : Saya rasa jawabannya udah ada di chapter ini, hehe. Kalau belum silakan tunggu chapter selanjutnya

.

Q3 : Bagaimana perasaan Jaejoong dan Yunho sebenarnya terhadap masing-masing?

A3 : Kalau Jaejoong, mungkin ada yang sudah bisa menangkap dari chapter ini. Tapi lebih jelas mungkin aka nada di chapter depan.

.

Q4 : Kenapa Young Min mengancam Jaejoong?

A4 : Dijelaskan di chapter-chapter berikutnya ya :D

.

Q5 : BoA orang ketiga?

A5 : Bisa dibilang begitu :D

.

.

See you on the next chapter :D