Lasting

Chapter 1

Haruno Sakura merapikan kemeja seragam sekolah barunya yang tampak kusam. Tak peduli berapa lama ia mencuci kemeja sumbangan itu, warnanya yang putih nyaris kekuningan tak bisa berubah. Menghela nafas pasrah, ia kemudian menguncir rambutnya kebelakang, lalu bergegas meninggalkan kamarnya.

Di ruang makan, ibu asuhnya yang selalu bertingkah 'All mighty' sedang duduk berpangku kaki, menyesap kopi paginya sekaligus membaca koran. "Well, well, well. Lihat anak gadisku sudah siap ke sekolah" wanita itu berkata sinis begitu menyadari kehadiran Sakura.

Sakura mengambil roti gandum kemudian mulai menumpuknya dengan keju, selada dan bahan-bahan lainnya yang ia temukan di kulkas. "Yah, kalau bukan karena program pemerintah untuk menyekolahkan anak-anak malang sepertiku, mungkin aku bisa menjadi budakmu seharian" balas gadis itu tak kalah sinis.

Momochi Tayuya –ibu asuhnya- mendengus pelan. Melanjutkan kembali atensinya pada koran yang dibacanya. Walaupun begitu ia terus berbicara. "Tentu saja. Bagaimana lagi caramu berterimakasih padaku dan Zabuza yang sudah menampungmu kalau bukan menjadi pembantu kami?"

Sakura menjejalkan dengan asal kotak makan yang telah ia dengan sandwich buatannya ke dalam tas ransel lusuhnya. "Wow, jadi uang yang diberikan pemerintah padamu, karena sudah menampungku dan Naruto itu tidak cukup?" ia menopang dagunya dengan kedua tangannya dimeja pantry, menatap Tayuya menantang.

Tayuya membanting korannya. "Dasar jalang!" makinya. "Pantas saja orang tua-mu membuangmu. Mereka pasti tidak sudi punya anak seperitmu"

"Wow, pagi yang heboh" Suara seorang pemuda menghentikkan pertikaian keduanya. Seorang pemuda dengan seragam SMA yang sama dengan Sakura menuruni tangga dengan cepat. "Pagi, bu" sapa pemuda itu tanpa menoleh pada Tayuya. Ia kemudian meraih tangan Sakura kemudian menariknya meninggalkan rumah.


"Sakura-chan, kau tahu ibu asuh kita itu galak. Masih saja kau pana-panasi. Kau itu harusnya bersyukur dong. Lihat deh, teman-teman kita yang lain sering pindah-pindah keluarga. Beruntungnya kita bisa tinggal di rumah itu sampai kita dewasa nanti" Naruto menceramahi adiknya sepanjang jalan. Sakura menekuk mukanya jengkel.

"Habis dia duluan yang mulai" Sakura berusaha membela diri. Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak peduli. Pokoknya Sakura-chan harus lebih bisa mengontrol emosi dan menjaga sikap. Mengerti?"

"Ia, ia. Aku mengerti" meski agak enggan, Sakura akhirnya menyahut. Naruto menyeringai lebar sambil mengacak-acak rambut adiknya.

"Nah itu baru adikku" Sakura menangkap tangan Naruto yang masih saja mengacak rambutnya.

"Hey, rambutku jadi berantakan nih" protesnya. Ia kemudian membenahi lagi rambutnya. Berbagai macam memori menghinggapi kepalanya kala itu. Memori pertama yang ia ingat adalah, ketika ia berusia empat tahun, hari pertama ia dan Naruto tinggal di rumah keluarga Momochi. Ia ingat seorang wanita staff Foster Care menasheti Naruto untuk selalu menjaganya. Ia juga ingat wanita itu mengatakkan bahwa Naruto adalah kakak kandungnya, yang lahir beberapa menit lebih dahulu sebelum ia dilahirkan.

Selama ini ia tidak pernah takut akan apapun. Karena kakak kembarnya, Naruto selalu bersamanya. Mereka berdua saling memiliki. Hanya mereka berdua.

"Nee, Naruto" ujar Sakura. Naruto menatap adiknya sambil menyilangkan tangannya di belakang kepala. "Apa kau tidak mau tau, seperti apa orang tua kita?"

Untuk sepersekian detik mata Naruto melebar. Ditatapnya adik kandungnya itu dengan terkejut. "Kenapa tiba-tiba begini?" Tanya Naruto begitu ia berhasil menguasai dirinya.

Sakura menatap Naruto. Tak peduli jika ia bisa saja menabrak sesuatu karena tidak memfokuskan pandangannya pada jalanan di sekitarnya. "Kau ingat tidak, kata wanita itu, kau adalah kakak kembarku?" Naruto mengangguk. "Tapi kalau dilihat dari sisi manapun, kau dan aku tidak ada mirip-miripnya. Lihatlah" Sakura menyentuh rambut pirang Naruto. "Kau punya rambut pirang, sementara aku pink" ia menurunkan tangannya, kemudian meremas rok seragamnya pelan. "Warna matamu biru, sementara aku hijau"

"Sakura-chan. Bukankah waktu SMP kita pernah belajar tentang kembar tak identik? Nah kasus kita adalah yang seperti itu. Makanya kita tidak mirip-mirip sekali"

"Bukan begitu maskudku, bodoh" bantah Sakura. Ia menghela nafas pelan sebelum melanjutkan. "Aku hanya berpikir saja. Apakah mungkin orang tua kita terlihat seperti kita berdua? Mungkin ayah kita mirip denganmu dan ibu kita mirip denganku?"

Naruto menghela napas berat. "Sakura-chan. Kalau orang tua kita menginginkan kita, mereka tidak akan meninggalkan kita. Jadi kau tidak usah repot-repot berpikir tentang mereka"

Sakura menatap kakaknya sendu. Ia tahu Naruto memang tidak pernah suka membahas masalah ini. Masalah orang tua kandung mereka yang membuang mereka, hingga akhirnya mereka berakhit di Foster System, dan harus tinggal bersama keluarga Momochi yang jahat. Walaupun begitu, kakaknya sepertinya lebih suka dimarahi setiap hari oleh Zabuza dan Tayuya daripada harus bertemu dengan orang tua kandung mereka.

Tapi Sakura bukan seperti Naruto. Setiap malam ia selalu bertanya seperti apa wajah orang tua mereka. Mengapa mereka tega membuangnya dan Naruto. Apa salah mereka berdua? Semakin lama pikiran-pikiran itu semakin membuat Sakura gila. Dan akhirnya tanpa memberitahu kakaknya, gadis itu diam-diam menemui wanita yang ia ingat mengantarnya ke kediaman Momochi.

Namanya Sarutobi Kurenai. Dari wanita itulah, Sakura tahu kalau kedua identitas ibu kandungnya. Namun tidak alasan kenapa Naruto dan Sakura dibuang. Dari situ jugalah Sakura tahu kalau kedua orang tua kandungnya tidak pernah menikah. Dengan kata lain ia dan Naruto adalah anak diluar nikah. Mungkin itulah alasan mereka berdua dibuang.

Sakura tahu nama ibu kandungnya. Tapi ia tidak tahu apapun mengnai ayahnya. Ia ingin mencari orang itu, tapi ia tidak tahu harus mencari darimana. Bicara pada Naruto pun sepertinya percuma.

"Hei,Sakura-chan, jangan melamun" Naruto melambaikan tangannya didepan wajah Sakura. Membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Hah? Kenapa?" tanyanya cengo.

Naruto tertawa pelan. "Jangan melamun dong Sakura-chan. Kalau kita jalannya lama begini bisa telat" Naruto menggenggam tangan Sakura lembut, kemudian berlari kencang. Pagi itu, kakak beradik itu berlari menyusuri jalanan Konoha dengan bergandengan tangan. Berharap mereka akan selalu bersama menghadapi hidup baru mereka di SMA.

This is The End of Chapter 1

Silahkan pencet tombol review di bawah dan tinggalkan pesan anda pada saya

MUAAAHHHH :D