Disclaimer:

Vocaloid yang bukan punya saya

Tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya bukan punya saya

Ceritanya punya saya, selalu


Warning:

OOC, OOT, bahasa gak baku, alur kecepetan, gajelas, typo, ancur, de el el


Fic ini dibuat untuk memenuhi request Dere Dere 02~

Selamat membaca! XD


Cinta di Akademi Voca

a story by reynyah

Chapter I – Putri Serba Sempurna


Hatsune Miku, Shion Kaiko, Kagami Rin, Nikame Lenka, dan Furukawa Miki adalah lima gadis yang dianggap paling berpengaruh di Akademi Voca. Tidak, mereka bukan gadis yang berbuat semena-mena terhadap murid baru, rajin mengerjai murid cupu, ataupun hobi menyiksa murid yang dianggap melebihi mereka. Mereka adalah lima gadis terpopuler di Akademi Voca dengan karakter yang berbeda-beda.

Hatsune Miku yang terkadang dipanggil 'Putri Serba Sempurna' memang bisa dikatakan sebagai gadis paling cantik di antara kelima gadis itu. Rambut toska panjangnya diikat model twin tail dan selalu terikat rapi. Kulitnya putih bak porselen dan dia bisa dibilang sebagai gadis yang paling diincar oleh para pemuda Akademi Voca. Yah, meski tidak semua laki-laki juga.

Shion Kaiko adalah gadis termuda dalam kelompok itu. Dia kelas sepuluh, sedangkan yang lainnya sudah menginjak tahun terakhir di SMA, kecuali Lenka yang masih kelas sebelas. Kaiko memiliki rambut biru pendek yang melingkari wajah bulat nan chubby-nya. Sekilas, Kaiko memang lebih kelihatan seperti laki-laki, tetapi wajah manis dan tubuh langsingnya akan langsung mengingatkan kita terhadap sosok seorang perempuan.

Kagami Rin bisa dikatakan sebagai gadis paling tomboy jika dibandingkan dengan keempat gadis lainnya. Tubuhnya yang kecil dan cenderung pendek membuatnya mudah bergerak dan berhasil menyabot gelar pemain basket wanita terbaik di Akademi Voca. Gadis berambut kuning madu seleher ini selalu menyematkan bando telinga kelinci putih di atas kepalanya, sebagai tanda bahwa dia juga perempuan dan membutuhkan... cinta. Cinta dari seorang laki-laki tentunya, yang tulus kepadanya karena dia apa adanya bukan ada apanya.

Nikame Lenka adalah gadis paling kalem dan paling lembut dari kelima gadis itu. Dia juga adalah gadis paling pintar di angkatannya. Gadis ini berambut kuning madu, sama dengan Rin, hanya saja rambut Lenka panjangnya sepunggung, bukan seleher. Lenka tidak pernah terbiasa dengan rambut pendek. Menurutnya, rambut panjang dapat menyembunyikan rahasia hatinya yang paling dalam.

Furukawa Miki bisa dikatakan sebagai gadis periang yang dapat meramaikan suasana. Ketika keempat gadis itu berkumpul tanpa Miki, bisa-bisa yang terjadi adalah keheningan selama berjam-jam, kecuali jika salah seorang dari mereka bicara duluan. Bisa dibilang, gadis berambut merah panjang ini adalah jembatan dalam kelompok ini. Dia yang dapat menyatukan keempat gadis yang lain.


Tentunya wajar jika seorang gadis cantik seperti Miku memiliki banyak penggemar, khususnya penggemar laki-laki. Maka tak heran jika di antara puluhan penggemar Miku, ada satu orang yang juga Miku sukai dan selalu Miku perhatikan, meski dari jauh.

Orang itu adalah Shion Kaito, ketua OSIS, ketua klub basket, ketua klub pecinta alam, dan ketua kelas XII-2, kelas Miku.

Miku tidak pernah sibuk mencari perhatian Kaito. Kenapa? Karena Kaito lah yang sibuk mencari perhatiannya. Kaito selalu mengajak Miku makan siang bersama (dan selalu ditolak Miku karena ia ingin makan bersama keempat temannya), Kaito selalu mengajak Miku pergi di akhir minggu, Kaito selalu mengekori Miku, entah kenapa.

Seperti yang terjadi sekarang.

"Hatsune-san!"

Miku menghela napas. Akhirnya, pemuda berambut biru memanggil dirinya juga. "Apa?" balas Miku sambil membalikkan badan.

"Jalannya jangan cepat-cepat, dong," pinta si pemuda. "Aku yang ngikutin kamu susah, nih."

Miku tertawa. "Kenapa juga kamu ngikutin aku, Shion-san?" tanyanya geli. "Ngomong-ngomong, panggil aku Miku aja, gak usah pake marga. Kesannya kamu manggil Mikuo, tau."

Kaito terkekeh. "Miku..."

"Apa?"

"Siang ini mau kan, makan sama aku?" tanya Kaito dengan wajah memelas. "Aku bakal traktir kamu, mijitin kamu, kalo perlu suapin juga gak masalah! Sekali ini aja, please?"

Miku tertawa lagi. "Kamu gak perlu umbar-umbar janji buat makan siang sama aku, Shion-san."

"Eits, Kaito ya, jangan Shion. Aku gak mau margaku disamain sama cewek rambut biru yang anehnya jadi sepupuku itu," balas Kaito. "Tapi selama ini kamu nolak ajakan aku terus, kan?"

Miku tersenyum. "Oke, kali ini aku gak nolak."

"Serius?!"

Miku tersenyum dan mengangguk. "Satu kali aja, kan?"

Wajah senang Kaito mendadak berubah. "Mm... aduh... gimana, ya?" balasnya sambil menggaruk kepala. Miku tertawa kecil melihat perubahan sikap Kaito itu.

"Bercanda," kata Miku. "Tapi traktir, kan?"

"Siap, Ojou-sama!"


Siangnya, Miku duduk manis di salah satu meja kantin, menunggu kedatangan Kaito. Miku sibuk dengan ponsel juga uangnya, persiapan kalau-kalau Kaito lupa membawa uang. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya sang 'Pangeran' yang ditunggu Miku datang juga. Lucunya, Kaito datang sambil membawa dua kotak makan di atas satu nampan. Miku yang melihatnya tersenyum kecil lalu berkomentar, "Apa kamu berubah jadi pelayan kalo siang?"

Kaito mendengus. "Spesial buat kamu, tau."

Miku terkikik. "Oh ya? Berarti aku harus tersanjung," balas Miku geli, walau sebenarnya hati kecilnya melonjak-lonjak gembira menerima perlakuan seperti itu dari pemuda yang ia kagumi. "Kamu beliin apa buat makan siang kita?"

"Hmm... kenapa gak kamu buka aja?"

Miku membuka kotak makan siang tersebut dan mendapati negi favoritnya ada di dalam, bertengger manis menunggu Miku melahapnya. "Negi!" pekiknya gembira. Dia mendongak menatap Kaito. "Kamu tau dari mana aku suka negi? Yang tau soal ini cuma keluargaku."

"Selalu ada yang pertama untuk segala hal," balas Kaito (sok) bijak. "Kalo gitu, kamu makan negi-nya. Suka, kan?"

"Banget!"

"Suka aku?"

Mata Miku menyipit lalu mengirim tatapan setajam mata pisau pada Kaito. "Hee... suka kamu, ya?"

"K-kalo gak suka j-juga gak a-apa-apa, kok!" sahut Kaito buru-buru. Dia tidak mau makan siang pertamanya dengan Miku hancur hanya karena tingkat pede yang over sesaat.

Miku tertawa. "Mana mungkin aku gak suka Kaito?"

"Hah?"

Miku mengangguk kecil. "Kaito itu ketua kelas yang baik, ketua OSIS yang bertanggung jawab, ketua klub basket yang pinter buat strategi, juga ketua klub pecinta alam yang bener-bener pingin ngejaga alam."

Kaito melongo mendengar pemaparan Miku.

"Buatku, selama ini Kaito udah jadi temen yang baik," lanjut Miku sambil memakan negi pertamanya.

Mendadak tubuh Kaito lemas mendengar tiga kata terakhir yang diucapkan Miku. Mendadak rasanya ia tidak punya semangat untuk memperjuangkan apa yang ia inginkan untuk menjadi miliknya sejak ia masuk Akademi Voca. Mendadak ia—

"MIKU-CHAAAN!"

—oh, lupakan.

Miku yang tengah asyik dengan negi-nya berhenti melakukan aktivitas tersebut lalu menatap keempat temannya heran. "Kenapa?" tanyanya dengan wajah paling polos yang pernah Kaito lihat dari seorang Hatsune Miku.

"Makan bareng y—" Miki yang pertama kali buka suara buru-buru menghentikan ucapannya. "Eh, cari meja kosong dulu yuk, Len-chan!"

Lenka yang kelihatan tidak begitu peduli dengan keadaan sekitarnya hanya mengangguk lalu mengikuti Miki. Rin dan Kaiko yang tersisa di sana hanya bisa saling tatap, bingung. Akhirnya, Kaiko memutuskan untuk buka suara. "Niisan, kenapa bareng Miku-senpai?"

Kaito mengerutkan dahinya. "Emangnya kenapa?"

For your information, Kaito dan Kaiko adalah sepupu. Ayah Kaito lebih tua dari ayah Kaiko sehingga Kaiko memanggil Kaito dengan sebutan 'Niisan'. Lagi pula, Kaito memang lebih tua daripada Kaiko.

"Bukannya Niisan sukanya sama Sakine-senpai?" tanya Kaiko heran. "Terus... kenapa malah bareng Miku-senpai? Niisan, masa—"

"Kaito suka sama Sakine-san?" potong Miku sambil menatap Kaiko.

"Gosipnya sih, begitu," sambung Rin mewakili Kaiko karena yang bersangkutan sudah bersembunyi di balik tubuh Rin.

Miku mengangguk lalu beranjak dari duduknya. "Rin-chan, Kaiko-chan, kita susul Len-chan sama Miki-chan, yuk."

Rin dan Kaiko yang tidak mengerti kenapa Miku mendadak berubah hanya bisa mengangguk lalu mengikuti gadis berambut hijau toska itu. Ketika mereka hendak berjalan, Kaito menahan Miku, "Terus, negi-mu gimana?"

"Habisin aja sendiri," balas Miku santai tanpa menatap Kaito. "Aku masih punya uang buat beli makanan lain, kok."

Kemudian Miku, Rin, dan Kaiko melenggang pergi, meninggalkan Kaito yang sibuk melongo, bingung melihat sikap Miku terhadapnya berubah drastis.


"Miku-nee, kenapa mukanya kusut begitu?" tanya Mikuo pada kakak perempuannya yang hanya ada satu di dunia, Hatsune Miku.

"Kusut?" balas Miku sebal. "Ambilin setrika deh, biar aku setrika sendiri."

"Miku-nee gak lucu," balas Mikuo sambil mendengus sebal.

"Emang, kata siapa lucu?"

"Neechan kenapa?" tanya Mikuo sambil duduk di hadapan kakaknya itu. "Ada masalah di sekolah? Cerita aja sama aku, siapa tau aku bisa bantu."

Miku menghela napas lalu melepas headset yang sejak tadi ia kenakan. "Gini, deh," katanya sambil menghela napas pelan, berusaha menahan emosi. "Ceritanya, kamu lagi jalan bareng Kaiko."

Mikuo mengerutkan dahi. "Kenapa harus Kaiko?"

"Karena aku tau kamu suka dia," balas Miku lugas. "Oke, terus, ketika kalian lagi makan siang bareng, tiba-tiba Kaito dateng. Kamu tau kan, Kaito itu sepupunya Kaiko."

Mikuo mengangguk. "Terus?"

"Terus Kaito bilang kalo Kaiko suka Meito," lanjut Miku. "Setelah itu, kamu bakal bersikap gimana?"

"Yah, aku pasti kesel dan langsung pergi."

"Nah, itu persis," sambar Miku kesal. "Tapi, ganti pemerannya. Kamu jadi aku, Kaiko jadi Kaito, dan Kaito jadi Kaiko."

"Neechan..." Mikuo menatap Miku tidak percaya. "Serius?"

"Kapan aku bohong kalo aku lagi bete begini, Michan?"

"Neechan, kalo mau panggil aku 'Mikun' aja deh, jangan 'Michan'," balas Mikuo. "Kesannya gak macho banget, tau."

"Protes melulu!" Miku mendecak kesal. "Pergi! Pergi! Aku mau tidur!"

"Mau tidur aja pake pengumuman segala," umpat Mikuo ketika kakaknya itu sudah mengunci pintu kamar, membiarkan Mikuo di luar kamar sang kakak tanpa diberi kesempatan masuk lagi.

"Urusai!" bentak Miku dari dalam kamar. Rupanya dia masih mendengar umpatan Mikuo dari dalam kamarnya.

TOK! TOK! TOK!

Mikuo menoleh dan mendapati seseorang berdiri di depan pintu rumahnya yang terkunci. Setengah ragu, Mikuo mengetuk pintu kamar kakaknya yang sedang 'pundung' itu. "Neechan, ada tamu... bukain dong, pintunya..."

"Kamu aja yang terima!"

Oke, sepertinya Miku sedang tidak bisa diajak berkompromi saat ini.

Maka Mikuo berjalan mendekati pintu keluar lalu membukanya. Di luar, Mikuo melihat seorang gadis yang lebih pendek darinya tengah berdiri, menunggu pintu dibuka. Rambut biru gadis itu pendek, hanya sebatas leher. Wajahnya persis Shion Kaito, begitu pikir Mikuo. Mata birunya, hidungnya, bahkan bibirnya memang benar-benar mirip Shion Kaito, versi perempuan. Tentu saja Mikuo tahu siapa orang yang ada di luar sana.

"Masuk, Shion-san," ucap Mikuo sambil membuka pintu rumahnya.

Kaiko tersenyum. "Ah, Hatsune-senpai," sapanya sambil membungkuk. "Sumimasen, apa Miku-senpai ada di rumah?"

"Ada, tapi dia gak mau diganggu sekarang," jawab Mikuo. "Masuk dulu, Shion-san."

Kaiko mengangguk lalu mengikuti Mikuo masuk ke dalam. "Mm... tadinya aku mau bilang sesuatu sama Miku-senpai."

"Bilang apa, Shion-san?" tanya Mikuo heran. "Kamu bisa pesan ke aku, nanti aku kasih tau Miku-nee."

"Mm... panggil aku Kaiko aja, Senpai," ucap Kaiko pelan. "Aku agak ngerasa aneh kalo Senpai manggilnya formal begitu."

Mikuo mengangguk. "Jadi... Kaiko-san mau bilang apa?"

"Mau bilang kalo apa yang aku bilang di kantin tadi ternyata salah paham," jawab Kaiko. "Mungkin Hatsune-senpai gak tau ceritanya, intinya, aku mau bilang kalo Kaito-nii cuma suka Sakine-senpai sebatas temen satu klub yang lebih jago. Singkatnya, Kaito-nii kagum sama Sakine-senpai, bukan suka yang... 'begitu'."

Mikuo manggut-manggut. "Terus... ada lagi?"

Wajah Kaiko memerah. "Udah, itu aja," jawab Kaiko pelan. "Mm... aku pulang sekarang ya, Hatsune-senpai. Arigatou gozaimasu, maaf ganggu."

"Eits, tunggu," ujar Mikuo sambil menahan lengan Kaiko. "Kenapa buru-buru?"

"Mm... kan, aku udah gak ada urusan lagi, Senpai," jawab Kaiko bingung. "Jadi, aku pulang aja."

"Jangan!"

Kaiko menatap Mikuo heran. "Kenapa, Senpai?"

Mikuo menggaruk leher belakangnya. "Kamu mau... gak?"

Kaiko menelan ludah. "Mau apa?" tanya Kaiko dengan wajah bingungnya yang biasa. Padahal sesungguhnya, jantungnya berdebar-debar tidak keruan. Dia takut Mikuo mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah ia tunggu-tunggu selama beberapa bulan ini.

"Nemenin aku main game?"

Kaiko menghembuskan napas yang sejak tadi ia tahan. Ia merasa lega, meski harus dia akui bahwa dirinya kecewa. "L-lama gak, Senpai?"

"Hmm... tergantung kamu maunya gimana."

Kaiko tersenyum kecil. "Boleh, deh!"

Maka dengan dua kata persetujuan itu, Mikuo menarik Kaiko menuju ruang komputer yang merupakan 'singgasana' Mikuo di rumah itu.


Bersambung...


Aduh, geje banget XD

Jadi... gimana? Pendapat kalian? Geje kah? Aneh kah? Gak nyambung kah? Atau justru bagus kah? Menarik kah?

Yah, intinya silakan isi kolom review di bawah ini, ya XD

Arigatou!