Chapter 9 .
.

"Hari ini benar-benar menyebalkan. Kemana si brengsek itu pergi, aku jadi batal ke tempat Suho." gerutu ny. Wu di sepanjang koridor rumahnya, tadi pagi saat hendak mengunjungi Suho tiba-tiba sektetaris park menghubunginya bahwa CEO mereka menghilang, apa lagi akan ada meeting dengan perusahaan asing, terpaksa ia membatalkan niatnya menemui Suho.

Ny. Wu bersumpah akan membunuh Kris setelah ini tak peduli ia anak tunggalnya, bagaimana ia tak marah? Kris telah menelantarkan perusahaanya, tak menyambut client, mengagalkan rencananya bertemu Suho dan dia malah menghilang.

"Mr. Lee! Apa si bodoh itu sudah pulang?" tanya ny. Wu tanpa basa basi pada tuan Lee yang sedang (berusaha) bercanda dengan Kevin.

Mengerti yang di maksud bosnya, mr. Lee mengeleng. "Tuan muda belum pulang nyonya." jawabnya, Ny. Wu mendengus.

" CARI DIA! "

.

Di sebuah club malam...

Seorang pria dengan setelan rapi menatap garang pria berambut pirang di depanya, matanya melotot tajam mengawasi gerak-gerik pria itu. Sementara pria berambut pirang di depanya malah cengar-cengir seperti orang bodoh.

"Coba sebutkan sekali lagi!" bentak Kris tak sabar, pria di depanya malah tersenyum lebar dan malah minum coktail dengan santainya.

"... apa lagi yang harus aku sebutkan? Kau tau kenapa aku mengenal mantan-mantanmu? Itu karena aku memacarinya setelah mereka putus darimu. Tak kusangka orang sepertiku menerima barang bekas." ujarnya terkekeh lebar.

"Luhan, tolonglah ini demi masa depan keluargaku." Luhan terdiam, dia agak jijik dengan nada suara Kris yang memohon padanya tapi ia tahu Kris sedang putus asa dan tidak ada orang lain selain dirinya yang mau membantunya. Kris sangat bergantung padanya padahal mereka tak pernah dekat waktu sekolah. Luhan berfikir saudara lebih penting (berguna) dari pada teman. Kris memiliki banyak teman dan pacar waktu di sekolah atau universitas namun sekarang Luhan tak pernah mendengar salah satu dari mereka berbicara atau sekedar bertemu. Kris yang sekarang sangat berbeda dari yang dulu, ia begitu kesepian, dan sekarang ia sedang mencari seseorang dengan susah payah untuk di jadikan pasangan hidup. Miris... dulu dia di kagumi kaum hawa, banyak yang merelakan harga dirinya demi menjadi teman kencanya, tapi sekarang...

"Tuan muda Wu. Mengemis pada si pemabuk sepertiku?" gumam Luhan tak percaya lalu terkekeh.

" TOLONGLAH LUHAN! INI DEMI MASA DEPAN KEVIN " seolah kehabisan kesabaran, Kris berteriak kencang tak peduli ini di tempat umum. beruntung musik club cukup keras jadi hanya sedikit orang yang menyadari teriakanya. "Aku yakin dia teman sekolah kita. dia tau nama asliku, tidak mungkin kita satu universitas karena aku sudah berganti nama, aku yakin dia teman sekolah kita Luhan." ucap Kris frustasi.

"Lalu... apa yang akan kau lakukan kalau dia memang teman sekolah kita? " Luhan bertanya dengan cengiran bodoh (efek mabuk) namun ia masih menangkap perkataan sepupunya, ia tidak terkejut. Luhan sudah menduga sepupunya akan kalang kabut seperti ini mengenai identitas ibu kandung anaknya.

"Aku ingin tahu di masa lalu..."

Luhan makin terkikik geli. "Kau mengalami amnesia bro? Hahahaha... lucu sekali." Kris terdiam tak menangapi ocehan Luhan. Ekspresi putus asa memenuhi wajahnya.

"Oke..." Luhan menyerah, sebenarnya ia tidak tega melihat raut menyedihkan sepupunya. Kris menyipitkan matanya tidak percaya. "Aku serius!" seru Luhan meyakinkan.

"Terima kasih..."

"Jangan berterimakasih! kau membuatku ingin muntah saja." Kris tersenyum lalu memeluk erat sepupunya, ia sangat bersyukur saudaranya masih ada yang peduli padanya, saat ini Kris tak memiliki siapa-siapa , hanya ibu, Kevin, Luhan, Suho dan Sehun yang ia miliki. mereka adalah orang-orang yang ia sayangi dan Kris tak akan membuat mereka menderita.

.

Ny. Wu duduk gelisah di sofa ruang tamu, ini sudah larut malam dan putra tunggalnya belum pulang. ia takut Kris akan pulang dengan keadaan mabuk. ny. Wu takut Kris krmbali seperti dulu lagi, pulang larut dalam keadaan mabuk dan parahnya ia membawa wanita penghibur bersamanya, ny. Wu tidak ingin hal itu terulang lagi, keadaan keluarganya sedang pelik jangan sampai bertambah parah karena Kris. Ny. Wu sudah lelah menghadapi semuanya jika hal ini terulang lagi.

Brak

Ny. Wu tersentak ia segera bangkit dari duduknya, rupanya Kris sudah pulang. Ny. Wu menghela nafas lega, setidaknya ia tidak pulang bersama wanita dan juga tidak mabuk.

"Kenapa kau baru pulang?" tanya ny. Wu lembut, sebenarnya ia ingin marah mengingat kelakuan Kris tadi pagi tapi karena ini sudah larut dan tentu Kris pasti lelah, ny. Wu menyimpan amarahnya, mungkin besok pagi saja ia akan bertanya dengan cara baik-baik.

"Aku..." Kris engan menjawab mungkin karena lelah.

"Kau mabuk?" ny. Wu mengernyit curiga, bau alkohol menguar dari tubuh Kris.

"Tidak." jawabnya malas lalu pergi begitu saja meninggalkan ibunya.

Kris berjalan lunglai menaiki tangga, sampai anak tangga terakhir Kris berbelok ke arah kiri yang jelas bukan arah menuju kamarnya. Kris berhenti di pintu bercat putih, membukanya pelan yang memang kamar itu tidak pernah di kunci, Kris masuk ke dalam dengan sedikit berjingkat agar sang penghuni tidak terbangun.

Seorang anak kecil yang memiliki wajah tampan seperti dirinya juga manis seperti ibunya tidur dengan nyaman di kasurnya. Kris mengusap wajah anak itu lalu mencium keningnya.

"Papa berjanji akan membawa mama kesini lagi." ucapnya sambil mengelus pipi chuby sang anak lalu mencubitnya gemas, anak itu terusik lalu berbalik posisi namun tidak terbangun, Kris terkekeh. "Jagoanku..." ucapnya mencubit pelan pipinya sekali lagi.

Kris tanpa sadar meneteskan air mata, hatinya lelah. " hiks... papa memang bodoh, tidak bisa mencegah mama pergi malah membuat mama membenci papa...hiks... "

Ny. Wu yang menatap mereka depan pintu juga ikut menangis, tidak menyangka putranya yang angkuh dan suka membangkang ini memiliki hati yang rapuh juga, bukan berarti ia cengeng tapi kali pertama Kris begitu menyedihkan dan terluka, biasanya Kris akan cuek mendengar pacarnya hamil bahkan sampai keguguran, baru kali ini masalah ini sampai menusuk hatinya. Ia berhak menangis kali ini.

"Itu janji papa... Selamat malam Kev. " Kris bangkit dari duduknya lalu berjalan pergi sebelumnya mencium pipi sang anak. Hatinya sedikit lega setelah berbicara dengan sang anak, bebannya sedikit berkurang.

Ny. Wu menyingkir dari pintu, memberi ruang Kris lewat, Kris menatap ibunya sekilas lalu berbalik berjalan ke arah kamarnya.

.

Ke esokan paginya Kris sudah duduk di cafe yang Luhan janjikan lewat sms semalam, hari ini Kris tidak masuk kerja lagi tapi kali ini dengan izin sang atasan, pagi tadi Kris sudah habis di ceramahi ibunya soal kemarin yang bolos kerja tanpa izin.

Kris duduk tenang menunggu Luhan, coffe morning menu special di cafe ini sudah habis setengah jam yang lalu, sebenarnya Kris ingin tambah lagi kopinya tapi pelayan cafe melarang dengan alasan ia sudah meminum 5 cangkir kopi pagi ini yang artinya tidak sehat untuk jantung karena mengomsusi kopi secara berlebihan, dan sebagai gantinya pelayan itu memberinya segelas air putih dengan pancake susu gratis.

Kling~

Ada pengunjung yang datang, seorang pria berambut pirang nampak tergesa-gesa berlari kecil menuju kassa. Kris mendengus dengan langkah orang itu yang mengema, sungguh mengangu waktu sarapanya (sesi ke dua) ia mendengus lalu meminum air putihnya.

" hai, bro! " Kris tersedak. Ia menoleh menatap kesal sepupunya yang sejak kapan ada di sana. Luhan nyengir lalu duduk dengan santai di kursi kosong di depanya.

"Jangan kaget begitu..." ujarnya sadar sepupunya masih melotot tajam.

.

TBC

Udah deh aku nyerah... sebenernya aku masih suka+cinta ma ni ff, tapi... mau bagaimana lagi ga ada semangat T-T.
Bagi yang berkenan melanjutan ff ini (dan semua ffku) pm aku yaa

Terimakasih buat para reader yang sembat memberi review, terimakasih juga yang follow dan mengfavoritkan ff ini, maaf sebenarnya aku masih author amatiran yang belum bisa menulis, sekali lagi terimakasih.