"Ku mohon, relakan aku bersama Hangeng" Pinta Kibum, dengan tatapan memohonnya.

Jeglegg… Ting…

Pintu lift terbuka…

"Bummie kau…" Bantuan datang di saat yang tidak tepat. Hageng bisa melihat, Kibum dan Siwon, yang masih dengan posisi Kibum yang memeluk Siwon, dan Siwon, yang menangkup pipi Kibum "Kalian ?"

Chapter 3. End!

Hangeng segera meraih paksa tangan, Kibum, dan membawanya paksa dari lift, meninggalkan Siwon yang melihat mereka dengan tatapan miris.

"Hannie, aku bisa jelaskan semuanya" Kibum, mencoba melepas, cengkereaman tangan Hangeng yang kuat, membuat pergelangan tangannya sakit.

Brukkk…

Hangeng, langsung menghempaskan punggung Kibum menatap sebuah tembok pada lorong yang terlihat sepi.

"Hannie…" Kibum, membelalakan matanya. Kaget dengan perlakuan Hangeng yang tak biasa.

Tatapan hangat, yang selalu Hangeng berikan padanya, seolah-olah berubah menjadi iblis dengan penuh kebencian.

"Lusa kita akan menikah Bummie" Hangeng menekan kedua bahu Kibum dengan kedua tangannya, sesekali menyeringai, yang Kibum sendiri merasakan hal tidak enak pada seringaian itu.

"Arrasso" Kibum hanya bisa menundukkan kepalanya. Banyak pikiran di otaknya, mengenai sifat Hangeng kali ini, sejak ia mengenalnya dari SMA, tak pernah sekalipun dia seperti ini. 'Tatapannya tadi seperti seorang saico. Atau mungkin aku yang terlalu keterlaluan, hingga dia seperti ini. Berbuat kasar padaku.

"Tuan, gwanchana?" seorang petugas pemadam kebakaran, yang membantu, menolongnya bersama Kibum saat terjebak dilift, kini mengguncang tubuhnya, yang hanya diam, menatap kosong.

Merasa ada yang mengusik kesadarannya, Siwon langsung menatap petugas kebakaran tadi "Ah… gwaenchana" Siwon mengulas senyum tipis, dan segera meninggalkan lift tadi, menuju parkiran Rumah Sakit, dengan langkah gontai, entah apa yang sedang dipikirkannya. Matanya menatap kosong, namun kakinya masih tetap melangkah.

"Ku mohon, relakan aku bersama Hangeng"

Kata-kata itu terus berputar di otaknya.

"Bagaimana bisa?" Siwon, membuka pintu mobilnya, dan segera masuk, lalu menutupnya kasar. "Lebih baik aku mati Bummie" tanpa memasang seatbelt-nya, Siwon langsung mengemudikan mobilnya cepat.

Demi Tuhan, jangan lakukan hal bodoh Choi Siwon! Masih ada gadis lain yang lebih baik dari Kibum. Jika kau tak bisa mendapatkannya, itu adalah takdirmu, dia bukan jodohmu. Berpikirlah rasional, kau masih punya masa depan yang cerah. Ingat, kau adalah pewaris tunggal Choi Corp. orang tuamu, menggantungkan nasip perusahaan padamu. Mereka juga ingin melihatmu bahagia, bukan seperti ini Choi Siwon. Choi Siwon!

Darah segar mengalir disseluruh tubuh Siwon, yang terpental dari kaca depan, mobilnya saat menabrak keras, sebuah papan reklame, yang terpasang di pinggir jalan raya.

Choi Siwon yang bodoh itu melakukannya. Dia benar-benar bodoh, tak punya otak. Bahkan seekor kuda lebih pintar darinya. Kini tubuhnya terbaring tak berdaya dijalanan. Banyak orang mengerubunginya. Ambulance akan datang beberapa menit lagi.

.

.

.

Sepanjang hari ini, Hangeng selalu menggenggam tangan mungil Kibum, seolah-olah ingin lepas, hingga ia tak ingin melepaskannya.

Sepasang kekasih ini, melangkah melewati pintu masuk sebuah Butik, milik designer ternama, yang juga merancang busana pernikahan mereka.

"Aigooo… Calon pengantin, tambah mesra yah" Puji Tuan Park, pemilik butik ini. Hangeng mengulas senyum, dan Kibum hanya bersikap biasa tanpa ekspresi yang biasanya ramah pada Tuan Kim. "Sebaiknya kalian langsung ke ruang ganti saja, gaun dan tuxedo kalian sudah kusiapkan disana" Hangeng dan Kibum segera melangkah ke ruang ganti, dan akhirnya tautan tangan mereka pun terlepas. Hangeng sempat memandang sendu Kibum yang memasuki ruang ganti. Ia tahu, bahwa Kibum masih mencintai Siwon, terlihat dari raut wajahnya, yang tanpa semangat, sejak kejadian tadi. Tapi sungguh, Hangeng ingin Kibum selalu berada didekatnya, sudah cukup dia mengalah pada Siwon saat SMA. Tidak kah miris. Siwon tahu jika Hangeng menyukai Kibum, namun Siwon berani menusuk temannya sendiri dari belakang.

-flashback-

"Yakk… cepat katakan, siapa yeoja yang kau sukai? Aku penasaran" Siwon, terus saja menginterupsi Hangeng yang sedang menulis sesuatu di sebuah kertas kecil.

"Jika, aku mengatakannya. Kau jangan pernah menyukainya" Hangeng menyelesaikan tulisannya, dan segera menghadap Siwon yang ada di sampingnya.

"Karena Kim Kibum itu yeoja yang cantik dan juga baik"

DEG! Siwon membelalakkan matanya menatap Hangeng. Tak percaya bahwa yeoja yang disukainya adalah yeoja yang ia cintai.

Krieettt…. Suara decitan kursi yang menyadarkan Siwon dari pikirannya, dan segera menatap Hangeng yang beranjak pergi.

"Kau mau kemana?" Tanya Siwon, mencegah tangan Hangeng.

"Menyatakan perasaanku padanya" Senyum Hangeng, membuat jantung Siwon berpacu dengan cepat.

Hanya tiga langkah, Hangeng sudah berada di depan bangku Kibum, yang tak berpenghuni. Mereka memang satu kelas, dan saat itu hanya ada Siwon dan Hangeng yang berada di kelas.

Hangeng segera membuka tas Kibum, dan mengeluarkan sebuah buku, lalu menyisipkan sebuah note di dalamnya. Hangeng mendekap buku itu dan memajamkan matanya, berharap dia akan berhasil.

Setelah melakukan aksinya, Hangeng langsung keluar kelas, meninggalkan Siwon yang bisa melakukan apa saja untuk menggagalkannya.

"Kibummie, maukah kau menemuiku di perpustakaan saat pulang sekolah nanti? Aku menantimu ^^ -Hangeng-"

Inilah kelakuan buruk Siwon, membaca note, yang Hangeng selipkan pada buku Kibum. Segera diremasnya note itu, dan menggantinya dengan yang baru.

"Kibummie, aku menunggumu di kolam renang. Cepat kemari.-Siwon-"

Dan itulah akhir yang membuat Siwon dan Kibum berpacaran. Hangeng yang akhirnya mengetahuinya pun. Hanya bisa memaafkan mereka. Merelakan kebusukan yang diperbuat oleh sahabatnya sendiri.

-flashback end-

Drrttt… drrtttt…

Suara getaran yang berasal dari phonsel Kibum, mengusiknya dari tidur nyenyaknya. Segera dibuka mata indahnya, dan menjulurkan tangannya, meraba-raba mencoba menemukan phonsel yang ia letakan pada meja, yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Dapat!

"Kibummie, siwon kecelakaan! Keadaanya saat ini kritis, dan dia koma!" sebuah pesan singkat yang berasal dari Ryeowook, temannya, berhasil membuatnya terbangun dari posisi berbaringnya. Membuat namja yang memeluknya tadi melenguh merasa terusik, namun tak membangunkannya.

Kibum menoleh kearah Hangeng, dan memastikan bahwa Hangeng masih terlelap dalam tidurnya. Merasa situasinya aman, Kibum segera mengendap, mengambil sweater dan kunci mobilnya. Segera keluar dari apartemen-nya, menuju Rumah Sakit tempat Siwon dirawat. Sungguh dia sangat khawatir dengan keadaan siwon. Bahkan buliran air mata pun jatuh dari matanya.

.

.

.

Tak peduli dingin menyerang kaki telanjangnya, ia terus, menembus salju yang memenuhi pelataran Rumah Sakit, yang ada dipikirannya saat ini adalah Choi Siwon.

Segera ia mencari, ruang yang merawat Siwon, berbekal dari informasi suster, yang menjadi resepsionis di lobi depan.

BRUKK…

"Hoshh… Hosh… Hoshh" helaan nafas beratnya bisa didengar oleh penghuni ruangan, yang baru saja Kibum buka secara kasar. Kibum memegangi dadanya, mencoba mengatur nafasnya.

"Kibummie…" Umma Siwon, segera memeluk tubuh Kibum, dan menangis sejadinya. "Mianhae… mungkin jika aku tak memisahkan kalian berdua, karena keegoisanku. Mungkin ini tidak akan terjadi. Hiks… hiks…" sesalnya.

"Aniyo Nyonya, ini juga salahku. Mianhae" Nyonya Choi segera melepas pelukan mereka, dan mengantar Kibum untuk mendekat Siwon. Beberapa benda medis terpasang ditubuhnya. Miris. Itu yang Kibum rasakan, tangisannya tak bisa berhenti melihat keadaan Siwon. Ia tak ingin kehilangan Siwon.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 03.30 KST, dan Kibum kini bersimpuh dihadapan sang kuasa, dengan mencengkeram kuat kalung salib-nya. Yah, sekarang dia berada di tempat ibadah milik Rumah Sakit, memanjatkan do'a hanya untuk keselamatan dan kesembuhan seseorang yang masih memiliki tempat dihatinya.

"Tuhan, jeongmal mianhae. Aku tahu aku menyakiti hatinya, bahkan sangat buruk. Kumohon, selamatkan Siwon. Aku mencintainya Tuhan, aku sungguh mencintainya. Aku tak ingin kehilangannya"

Tanpa Kibum ketahui, seorang namja yang akan menjadi suaminya, menatapnya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Hangeng tahu semuanya, bahkan saat Kibum mengendap keluar dari kamar mereka, Hangeng belum tidur sepenuhnya. Bingung. Itu yang ia rasakan saat ini.

Hangeng berjalan mendekati Kibum, dan menyentuh bahunya. Sontak Kibum menoleh kearahnya.

"H…Hannie, k…kau disini?" Kibum berbicara dengan gagap, seolah baru saja tertangkap basah menangis.

Hangeng hanya tersenyum, dan membantu Kibum untuk berdiri, mencoba menenangkannya, dan memberi kontak bahwa Hangeng tidak apa-apa. Hangeng terlalu peka dengan kondisi Kibum, pasti Kibum sedang mencari alasan yang tepat untuk ia katakan pada Hangeng. Namun Hangeng cukup mengerti dan memakluminya.

"Ayo kita pulang, kau perlu istirahat untuk pernikahan kita." Tak bisakah Hangeng untuk tidak egois? Temanmu sedang koma.

Kibum hanya mengangguk, dan mengikuti Hangeng yang menggandeng tangannya, keluar dari tempat ibadah.

Tak ada pembicaraan yang berarti di dalam mobil Hangeng, hanya suasana hening, dan tangan Hangeng yang tetap menggenggam tangan Kibum. Mobil Kibum sengaja ditinggalkan di Rumah sakit, agar mereka bisa pulang bersama.

.

.

.

'Apa kau tersiksa Kim Kibum? Kenapa aku tak melihat raut kebahagiaan diwajahmu? Kumohon tersenyumlah' batin Hangeng menatap Kibum yang berdiri di atas balkon apartment.

Hangeng mendekat, dan memeluk Kibum dari belakang, menaruh kepalanya pada perpotongan leher dan bahu kiri Kibum, menghirup aroma yang sudah lama menjadi candunya. Kibum mengulurkan tangannya, membelai pipi Hangeng.

"Besok kita akan menikah, ne. tak kusangka, yang akan menjadi suamiku adalah teman sekelasku saat SMA" Kibum mengulas senyum, menatap pemandangan kota yang ada didepannya.

"Siapa teman sekelasmu?" Tanya Hangeng mencoba menggoda Kibum. Hey Siwon, juga teman sekelasnya.

"Namanya Hangeng. Orang China yang merantau ke negeri Seoul. Yang menjadi teman sekelasku selama 2th. Dan menjadi kekasihku selama hampir 2th ini" Kibum mengatakannya dengan lancar. Andaikan dia mengatakan, nama yang ia maksud adalah Choi Siwon. Sayangnya tidak.

Hangeng memiringkan wajahnya, dan mengecup pipi tembam Kibum. "Jeongmal gomawoyo Kim Kibum" Kini Kibum yang memiringkan wajahnya kearah Hangeng dan…

CHU~ mencium bibir Hangeng dengan matanya yang terpejam. Hangeng-pun membalasnya dengan lumatan lembut.

'Siwon-ah, cepatlah sadar. Nan jeongmal mianhae. Relakan aku, maka aku juga akan merelakanmu. Jalani hidupmu dengan baik. Jika ada kehidupan selanjutnya, aku menghabiskan waktuku hanya bersamamu. Yaksok! Choi Siwon, saranghamnida'

.

.

.

Suara piano dan biola, mendominasi di dalam gereja, saat mempelai wanita berjalan beriringan dengan ayahnya. Bagaikan seorang bidadari. Kim Kibum sungguh cantik. Hangeng meraih tangan Kibum, yang diulurkan Tuan Kim, tanda bahwa Tuan Kim menyerahkan putri kesayangannya, pada pria yang sebentar lagi menjadi istrinya.

Hangeng dan Kibum segera menghadap sang Pastur. "Soaudara Hangeng, bersediakah kau menerima Kim Kibum sebagai istrimu dan menerimanya sepenuh hati, dalam suka maupun duka"

"Hangeng bersedia!" jawab Hangeng tegas, dan sedikit berteriak, membuat para undangan, menahan tawa, begitu juga Kibum yang tersenyum melihat tingkah Hangeng

"Kim Kibum, bersediakah kau menerima Tan Hangeng sebagai suamimu, dan menerimanya sepenuh hati, dalam suka maupun duka?"

"Kim Kibum bersedia!" Kini Kibum juga mengatakannya degan seruan, lalu kedua insane ini saling berpandangan dan tersenyum.

"Kalian resmi menjadi sepasang suami istri, silahkan berciuman"

Hangeng mulai mendekatkan wajahnya pada kibum, dan…

'no one can't stop thinking bout u girl'

Oh tidak, suara deringan phonsel Hangeng menginterupsi acara mereka. Kenapa tidak di silent? Sontak tamu undangan melihat kearahnya, Hangeng segera mengambil phoselnya hendak dimatikan, namun tidak jadi saat mengetahui, bahwa kepala Rumah Sakit, yang menelponnya.

"Apakah penting?" Tanya Kibum. Hangeng hanya memandangnya saja "Terimalah"

Anggukan Kibum memantapkan Hangeng untuk menerimanya.

"yoboseyo?"

"Tuan Han, kumohon datanglah kemari. Pasien yang bernama Choi Siwon, sedang mengalami pendarahan hebat, di otaknya. Ku mohon bantulah kami" Hangeng menoleh kearah Kibum. Apa yang harus ia lakukan? Tapi ini juga menyangkut nyawa sahabatnya.

"Baiklah, aku akan segera kesana" tutup Hangeng. "Bummie, kau harus ikut denganku" Tanpa menghiraukan orang tua mereka dan tamu undangan yang heran, karena mereka meninggalkan acara pernikahan tanpa pamit.

Hangeng segera menyalakan mobilnya, dan segera menuju Rumah Sakit.

"Ada apa sebenarnya" Tanya, kibum penasaran, melihat Hangeng sedikit panic.

"Siwon kritis, aku harus segera menolongnya" Kibum langsung diam, dan memilih menatap kedepan, meski pikirannya tidak focus sebab memikirkan keadaan Siwon.

.

.

.

"Dr. Han, syukurlah kau cepat datang, maaf mengganggu acara pernikahanmu"

"Sudahlah, mana seragam operasiku?" Hangeng segera melepas tuxedonya dan menyambar seragamnya, dari tangan asisten yang menelfonnya tadi, dan segera memasuki ruang operasi.

Kibum pun langsung bergabung dengan Orang tua dan teman-teman Siwon, yang menunggu proses operasi.

.

.

.

Ceklekk…. Pintu ruang oprasi terbuka, dan para suster, membawa Siwon, untuk kembli ke ruangannya. Operasi berhasil, dan sungguh mukjizat, Siwon juga tersadar dari komanya.

"Jeongmal gomawo Dr. Han, telah menyelamatkan putraku" Ucap Tuan Choi, memeluk tubuh Hangeng.

"Cheonmaneyo Tuan Choi" mereka semua langsung berhambur pergi, mengikuti, kemana Suster membawa Siwon pergi, kecuali Kibum, yang langsung memeluk Hangeng.

"Gomawo. Jeongmal gomwo" Ucap Kibum, terisak.

"Aku akan menceraikanmu Kibummie" DEG! Apa Kibum salah dengar?

"Apa yang kau katakan tadi?" Kibum benar-benar tidak percaya dengan pendengarannya. Dan melepaskan pelukannya.

"Aku akan menceraikanmu, dan hiduplah dengan bahagia bersama Siwon" Kibum menatap intens manic mata Hangeng. Tak ada kebohongan di dalamnya kan?. Apakah dia mengatakan dengan sungguh-sungguh? Kenapa? . "Demi sahabat yang kukasihi, dan kau yang kucintai, aku akan menceraikanmu"

"Demi Tuhan, Hannie, apa maksudmu?" Bukan tangis haru bahagia lagi yang Kibum isakan, tapi kesedihan.

"Aku bisa membaca hatimu Bummie. Kau lebih mencintai Siwon dari pada aku sendiri. Dengan kau berada disisinya, dia akan lebih bahagia begitu juga dengan dirimu" Hangeng mengusap buliran air mata di pipi Kibum "Bukan Siwon yang harus merelakanmu. Tapi aku. Hiduplah dengan bahagia bersamanya, aku melepasmu, aku merelakanmu. Kim Kibum, saranghae" Hangeng member kecupan terakhir pada kening Kibum, sebelum pergi meninggalkan Kibum.

.

.

.

7 tahun kemudian.

"Choi Siwoooooon… Yakkk… cepat kemudikan mobilnya dengan cepat.. anakmu ini akan lahir" Jerit Kibum, memegangi perut buncitnya, dan tangan kirinya, menjambak kasar rambut Siwon, yang mencoba mengemudikan mobilnya dengan benar.

"Appo bummie T_T sabar yah, sebentar lagi kita akan sampai Rumah Sakit"

"Umma, jangan menjambak rambut appa, nanti appa tidak bisa menyetir dengan benar" Ucap Choi Sibum, putra pertama mereka yang telah berusia 6th, sambil memainkan PSP barunya.

"Yakk… Choi Sibum, bantu appa menyingkirkan tangan umma mu yang menjambak rambut appa"

"Choi Siwooon… kepalanya sudah keluar. Aaaaaaaaaa"

"MWO?" Seru kedua namja yang ada di mobil tersebut bersamaan.

-END-

.

.

.

EPILOG

"Ku mohon siwon-ah, jangan mati" air matanya, menetes mengenai, pipi tirus Siwon, saat, monitor, pendeteksi jantung menunjukkan perubahan menjadi datar. Hangeng segera mengambil kedua alat pemacu jantung, dan segera ditempelkannya pada dada Siwon, membuat tubuhnya bereaksi terkejut. "Aku janji akan menyerahkan Kibum padamu, ku mohon jangan mati" Hangeng beserta rekan-rekannya, bekerja keras untuk menyelamatkan Siwon, dari kondisinya yang benar-benar kritis "Siwon-ah, Kibum masih mencintaimu, kumohon jangan mati"

Tut tut tut… alat pendetekse jantung kembali menunjukkan garis bergelombang.

"Hangeng…" Ucap Siwon lirih.

"Choi Siwon! Syukurlah. Terima kasih Tuhan" Hangeng memegang kedua bahu Siwon, "Siwon-ah, bertahanlah. Kau harus bertahan. Kibum menunggumu. Arraseo" Seolah mendapatkan harapan, Siwon yang hampir mati-pun, bisa bernafas seirama dengan detak jantungnya. Hanya untuk Kibum.