Part 20 : This Is It, This Is The Time

Malaysia, si bocah Melayu berponi lempar itu sedang asyik berjemur di beranda depan rumah besar Indonesia. Pagi itu matahari memang bersinar dengan hangatnya. Cocok banget untuk kegiatan jemur menjemur. Lihat saja Indonesia yang sedang sibuk menjemur beberapa selimut, keset dan karpet. Awalnya ia dibantu oleh sang yayang Netherlands yang bodynya gede kaya Channing Tatum buat ngangkut karpet ke beranda. Namun cowok Belanda bermata hijau dan berambut jabrik itu tiba-tiba terserang encok sehingga tidak bisa membantu Indonesia lagi untuk sementara waktu. Doi minta ijin ke Indonesia untuk rehat sejenak. Sambil tersenyum kecil Indonesia mengangguk. Dalam hati ia bergumam, dasar tua bangka! Baru ngeluarin karpet dari ruang tamu ke beranda aja udah ngga kuat, gimana mau ngeluarin aku dari kesusahan hidup?#eeeaa apa sih author.

Cowok personifikasi negeri kincir angin itu akhirnya duduk-duduk di bangku sebelahan dengan sang preggy boy tersayang. Sesekali ia menggoda bocah yang sekarang wujudnya sudah membulat itu. Maklumlah, kehamilan Malay sudah memasuki usia 37 minggu. Menurut dokter, due date atau perkiraan kelahirannya adalah 2 minggu lagi.

Sekarang Malay sudah lebih ceria. Hari-harinya sekarang ini sudah tidak sekelabu hari-hari kemarin. Rasa mual sudah tiada berganti dengan nafsu makan yang luar biasa. Emosinya pun kini sudah lebih stabil semenjak duo partnernya menyatakan kesediaan untuk menerima dan menyayangi bayinya. Kini Malay tak sabar ingin cepat-cepat melihat bayinya. Ia penasaran dengan rupa sang bayi, mirip Indonesia kah atau bule seperti Netherlands kah?

Selain itu Malay juga tak sabar ingin segera melahirkan karena ia ingin segera kembali ke bentuk tubuh semula, slim en slender seperti dulu, bukannya gendut bulat mirip bakpao seperti saat ini. Ia bosan diledek oleh si bule jabrik. Sedikit-sedikit meledek "gendut" atau "tubby". Kadang-kadang si bule memanggilnya "chubby" sambil towel-towel bokongnya dengan genit. Paling parah si tua bangka itu mengejeknya dengan "gembrot". Ukh, sakitnya tuh disini, jerit Malay dalam hati. Yang nyebelin, sudah mengejek dengan kejam begitu, ujung-ujungnya, si jabrik minta bobok bareng! Dasar tua bangka mesum tak tahu diri! Lihat saja nanti kalo bayinya sudah lahir Malay akan buktikan kalo ia bisa kembali langsing seperti dulu lagi dan si bule kurang ajar itu harus berpikir dua kali jika ingin mengejeknya lagi!

Namun walaupun sering mengejeknya dengan sadis, entah kenapa Malay merasa bahagia jika berada di dekat pria berbadan besar itu. Ada rasa hangat dan nyaman yang mengalir di relung hatinya tatkala tubuh besar itu berdekatan dengan tubuhnya. Ketika kulit mereka saling bersentuhan dan tatapan mata mereka saling bertautan. Dan rasa nyaman itu sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Malay bahagia, itu saja.

-o0o-

Netherlands yang pagi itu cuma memakai celana pendek sedengkul en bertelanjang dada itu merenggangkan kedua tangannya ke atas sambil menguap.

"Mandi dulu sana! Bau tahu!" celetuk Malay sebel. Ia sudah hapal bau badan Nether kalo belum mandi.

"Mandiin dong..." jawab Nether sambil pasang pose sok seksi.

"Ora sudi! " sembur Malay sambil pasang muka jutek.

"Loe kalo lagi ngambek gitu jadi tambah chubby deh, tambah bulet en... tambah manis.." Neth mulai mengeluarkan jurus rayuan gombal.

Malay melirik sewot.

"Nih, daripada nganggur, mendingan ambilin gue air minum di dapur!"

"Ngga mau ah! Kiss me first..." ujar Neth sambil menyodorkan pipinya mendekat ke arah Malay.

Pemuda berkulit pucat itu bukannya mendapat ciuman di pipi malah mendapat jeweran di kuping.

"Wadaaww..! Aduh mak sakit!" ujarnya kesakitan sambil mengusap telinganya.

Malay tersenyum puas.

"Yaudah deh, kalo loe ngga mau nyium pipi gue, biar gue aja yang cium pipi loe.."

Secepat kilat pemuda berkulit pucat itu mendaratkan ciumannya di pipi kanan Malay lalu bergegas lari seraya mengedipkan sebelah matanya dan menjulurkan lidahnya ke arah sang bocah Melayu itu.

"Gotcha!" ujarnya kesenangan karena berhasil mendaratkan ciumannya dengan selamat tanpa kena timpukan dari si wajah jutek.

Sementara sang korban "cium lari" - habis nyium terus melarikan diri - itu cuma bisa mengusap pipi kanannya dengan wajah memerah sambil bersungut-sungut, "Bule gelo, sia!"

Lah, si Malay teh kenapa jadi ngomong bahasa Sunda?

-o0o-

"Hmm...?" Tiba-tiba si pemuda yang wajahnya mirip Indonesia itu mengernyitkan dahi.

"Apaan ini?" Malay bingung. Ada air yang mengalir dari bagian bawah tubuhnya. Padahal doi lagi ngga kepingin pipis. Air itu mengalir begitu saja dan membasahi celananya.

Netherlands yang sudah kembali duduk di sebelahnya ikut heran.

"Loe ngompol ya?" tuduhnya sadis.

"Ngga! Enak aja loe!" jawab Malay sengit. Ditimpuknya si jabrik itu dengan sendal jepit yang mengakibatkan tumbuh benjolan di jidat sebelah kiri Netherlands.

Malaysia yang ketakutan langsung berteriak memanggil kakaknya.

"Indooooonnn...tolongin, kenapa celana gue jadi basah begini..!?" teriaknya panik.

Indonesia yang sedang asyik berkebun itupun langsung menghampiri sang adik.

"Malay, ja-jangan-jangan, ketuban loe pecah!" ujar Indonesia.

"Haaah, uban!? Gue belom ubanan kali, 'Ndon! jawabnya bego.

"KETUBAN, dodol! Bukan uban! Ah, eloe, ganteng ganteng pe'ak!" semprot Indonesia sebel sama sang adik yang GOPINDA, begonya ngga pindah-pindah.

Syuuurrrrr.

Cairan berwarna kuning keruh itu mengalir makin deras.

"Oh gue tahu, Malay loe pake ini biar cairannya ngga nembus kemana-mana." ujar Nether sambil tangannya mengacungkan sesuatu. Ternyata benda yang diacungkan Netherlands itu adalah pembalut wanita. Indonesia en Malaysia sweatdrop.

"Biar ngga bocor bocor bocor..." ujar Netherlands dengan tampang polos.

Dan sebuah smartphone berukuran besar melayang ke jidat Netherlands.

"ITU PEMBALUT BUAT CEWEK KALO LAGI DATANG BULAN, GOBLOK!" teriak Malay emosi.

"Ka-kan gue cu-cuma usul doang..." ujar Neth sambil mengerang kesakitan gara-gara jidat sebelah kanannya benjol. Hari ini Netherlands dapat hadiah benjol di kanan dan kiri jidatnya dari sang yayang.

"Cepat telepon ambulan!" Indonesia langsung sigap menelpon ambulan.

-o0o-

"Cairan ketubannya menipis, saya sarankan supaya segera dilakukan persalinan." ujar Pak Dokter pada duo partner yang sedang cemas. Malaysia sudah dilarikan ke rumah sakit dan sedang terbaring di tempat tidur di ruang UGD. Ia baru saja diperiksa dokter.

"Tolong lakukan yang terbaik, Dok, tolong selamatkan Malay dan bayinya." ujar Indonesia.

"Karena belum ada kontraksi, kami akan usahakan dengan induksi lebih dahulu. Jika tidak berhasil, jalan terakhirnya adalah dengan operasi sectio." kata Pak Dokter lagi.

Kedua suami itu mengangguk. Sang dokter memberikan arahan kepada beberapa orang suster setelah itu iapun pergi. Indonesia menyusul pergi karena akan mengurus administrasi di loket.

Malay masih terbaring dengan selang infus di tangannya. Ia tampak cemas.

"Heh, jangan cemas gitu, gue selalu di samping loe kok." ujar Netherlands sok tegar, padahal suaranya bergetar. Cowok berbadan besar itu mengelus wajah Malay tanpa menatap ke bola matanya. Pandangannya ke arah lain. Jakunnya bergerak naik turun. Sesekali ia melihat ke bawah. Malay tersenyum. Ia menatap gelagat sang partner. Ada rasa cemas dan khawatir di wajah berkulit pucat itu. Hanya saja si kulit pucat itu berusaha sekuat tenaga menutupinya.

"Thanks..." balasnya singkat.

Ada suara pintu dibuka. Seorang suster datang dengan beberapa perlengkapan.

"Kamu akan diinduksi. Saya akan menginfus dengan cairan yang berisi obat untuk merangsang kontraksi. Setelah infus masuk ke pembuluh darah, biasanya akan terasa mulas dan agak sakit. Ditahan ya." ujarnya.

Malaysia menelan ludah.

Selang satu jam berlalu sejak diinduksi, Malaysiapun mulai merasakan sensasi mulas. Bukan mulas karena ingin BAB tapi mulas karena rahim mulai berkontraksi.

"Uhh..." ia mulai merintih.

"Sakit?" tanya Neth cemas.

Ia mengangguk pelan.

"Sabar ya, Malay, yang kuat ya..." ujar Indonesia bersaha menguatkan.

Rasa mulas itu perlahan hilang. Malay menarik napas lega. Begitupun duo partner yang selalu setia mendampingi dirinya di sisi tempat tidur.

Sepuluh menit kemudian rasa itu menyerang lagi. Kali ini terasa lebih kuat dari sebelumnya. Malay meremas selimut berusaha melawan rasa sakit.

"Minum air putih ya." ujar Netherlands.

Malay menggeleng.

"Akkhh...!" ia kembali mengerang kesakitan.

Matanya dipejamkan dan giginya meringis menahan sakit.

Bukan hanya rasa mulas yang ia rasakan tapi juga rasa pegal di sekujur pinggang bagian belakang. Belum lagi rasa nyeri di sekitar tulang selangkangan. Rasa itu hilang timbul dengan intensitas yang semakin besar. Tubuhnya menggelepar kesakitan. Tak bisa diam di satu posisi. Ke kanan, ke kiri, tak tentu arah.

Sang pemuda melayu itu mulai mengeluarkan keringat dingin dan wajahnya pucat.

"Akkh, sakit, Indon, sakiitt!" jeritnya.

"Sabar, sabar, sebentar lagi, loe pasti kuat.." Indonesia menenangkan.

Kontraksi di perut Malay terasa semakin sering. Jika sebelumnya hanya sepuluh menit sekali, sekarang dua menit sekali kontraksi itu timbul.

"Indon, perut gue sakit banget, kaya mau mati..." Malaysia mengeluh kesakitan. Wajah dan tubuhnya bercucuran keringat. Raut wajahnya terlihat semakin pucat.

Perut Malay terasa sakit luar biasa. Serasa ada yang ingin menjebol tubuh bagian bawahnya. Indonesiapun tak tahan melihatnya. Ia memanggil suster.

"Suster, tolong, adik saya kesakitan!"

Seorang suster berambut pendek menghampiri Malay dan memeriksa perkembangan pembukaan jalan lahir di tubuh bagian bawahnya.

"Kita pindah ke ruang tindakan." kata suster itu.

Suster berambut pendek itu memasangkan selang oksigen ke hidung Malay. Dua orang suster lain tampak datang ke dalam ruang UGD dan membantu mendorong tempat tidur Malay menuju ke ruang tindakan. Seorang dari mereka tampak menghubungi dokter.

"Adik saya mau dibawa kemana, Suster?" tanya Indo cemas.

"Adik Bapak sedang mengalami proses pembukaan jalan lahir, makanya sekarang kita bawa ke ruang tindakan supaya bisa dilakukan tindakan manajemen persalinan lebih lanjut." jelas suster berambut pendek.

Duo partner terus mengikuti arah kemana suster itu mendorong tempat tidur Malay.

-o0o-

"Aaaghhh..! Aakkhh...uuhh!" jerit Malay.

Tubuh pemuda berwajah Melayu itu kini berada di ruang tindakan. Ia ditempatkan di kursi khusus persalinan. Punggung Malay disangga dengan bantal sehingga posisinya lebih nyaman. Kedua pahanya ditopang alat khusus sehingga posisi pinggulnya terangkat ke atas memudahkan para tenaga medis untuk memantau perkembangan proses kelahiran bayinya. Ada seorang dokter dan empat orang suster yang membantunya melewati masa-masa persalinan yang sulit. Tak lupa duo partnernya yang tak mau lepas dari sisinya.

"Tujuh senti." ujar suster yang memeriksa lebar pembukaan jalan lahir Malay. Itu pertanda Malaysia sudah masuk ke tahap pembukaan 7, yaitu mulut rahimnya sudah melebar sebesar 7 cm. Darah segar mengalir dari bagian bawah tubuh Malay. Rasa sakitnya sudah tidak dapat dibayangkan lagi.

Indonesia mengelus kepala adik plus partner tercintanya itu. Sesekali disekanya keringat yang membasahi wajah mungil itu. Netherlands ngga bisa ngomong apa-apa lagi. Doi benar-benar terenyuh melihat pemandangan di hadapannya. Malaysia, si bocah sotoy yang selama ini selalu terlihat angkuh, sok tahu en menyebalkan itu kini tengah terkapar tak berdaya. Selang oksigen terpasang di hidungnya. Air mata mengalir deras dari kedua bola mata hitam legamnya itu. Tangan lemah pemuda Asia itu menggenggam erat tangan miliknya dan juga milik Indonesia.

"Inhale, exhale, tarik, buang, jika terasa kontraksi, atur napas, tarik, buang." dokter memberi arahan.

"Inhale, exhale, tarik, ulur, tarik, ulur..." Netherlands meniru arahan sang dokter pada Malay.

"Tarik ulur, tarik ulur, emangnya gue layangan!" sahut Malay keki. Dijewernya telinga si bule.

"Adududuuhh.." Netherlands cuma bisa manyun kesakitan.

"Aagghh...nghhh, Ndooon, uhh..." si bocah malang itu menjerit lagi.

Kontraksi kali ini terasa luar biasa sakit. Refleks menahan sakit, doi ngga sengaja menjambak rambut jabrik si bule. Ditariknya rambut berwarna orange itu sambil menjerit menahan rasa sakit akibat kontraksi. Si pemilik rambut yang dijambak itu praktis ikutan jerit-jerit kesakitan.

"Wadaw, rambut gue, rambut gue rontok..!"

"Aaaaaggghh, Indon, tolongin gue!" Malaysia menangis sejadi-jadinya.

Malay mempererat genggamannya. Indonesia menatap ngga tega.

"Ayo, terus dorong, terus mengejan, jangan menyerah!" sang dokter terus memberi instruksi.

Darah segar bercampur lendir mengalir dari tubuh bagian bawah Malay. Cairan itu ditampung ke dalam wadah stainless steel yang diletakkan di bawah kursi persalinan.

Melihat darah segar yang mengalir semakin banyak itu, Netherlands langsung sempoyongan. Badan besarnya hampir aja jatuh menimpa sang pasien yang sedang melahirkan.

"Uugh, dasar bego! Bukannya bantuin gue ngeden, malah semaput!" Malay mencakar-cakar wajah Netherlands supaya doi sadar. Hasilnya si bule ngga jadi pingsan, tapi wajahnya jadi baret-baret berdarah.

"Sedikit lagi, ayo terus mengejan!" Pak Dokter memberi semangat.

Malay mengambil nafas panjang lalu mengejan sekuat tenaga.

"Rambut bayinya sudah terlihat!" pekik sang dokter.

"Ayo Malay, loe pasti bisa!" Indo memberi semangat.

"Ayo, Malay, gue pingin lihat wajah bayi loe, bayi kita..." ujar Nether dengan wajah berkaca-kaca.

Malay jadi terharu.

"Ne-Neth..." wajah Malay bersemu.

Terdengarlah alunan suara musik romantis.

"Ayo Kak Malay ngeden terus, jangan putus asa!"

"Ayo, ayo, kamu bisa!"

"Go go, Malay go go!"

Trio Nether Indo Malay langsung sweatdrop. Di dekat mereka tiba-tiba muncul ASEAN Brotherhood. Ada yang bawa pom pom kaya mau latihan cheerleader, ada yang bawa tasbih buat berdoa, ada juga yang bawa kacang kulit en minuman soft drink, kaya orang mau nonton bola. Mereka lambai-lambai tangan ke arah Malay yang lagi duduk di kursi persalinan en duo partnernya yang berdiri di sampingnya.

"Kita datang rame-rame mau nonton bareng…" ujar Laos super inosen.

"Siaalll! Loe pikir gue pertandingan sepak bola pake nobar segala!" Malay ngamuk.

"Sabar, Mas, sabar..." Pak Dokter menenangkan.

Sebenarnya Pak Dokter juga bingung sama pasiennya ini. Yang mana isterinya, yang mana suaminya. Udah gitu pake acara nobar segala lagi. Dasar keluarga yang aneh!

Akibat emosi yang meluap-luap, Malay ngga sadar kalau doi berhasil menyalurkan emosinya itu menjadi energi untuk mengejan sehingga bayi yang sudah kelihatan rambutnya itupun sukses lahir.

"Oek, oeeekkk..." terdengar suara tangisan bayi.

"Wah, bayinya laki-laki! Selamat ya," kata suster perawat yang segera melingkupi tubuh mungil itu dengan kain agar tidak terkena hipotermia.

"U-udah lahir..." ujar Nether ngga percaya.

"Lucu banget..." Indonesia menatap sang bayi mungil itu dengan wajah berseri-seri.

Malaysia yang masih ngos-ngosan en berdarah-darah setelah perjuangan di antara hidup dan mati itu, perlahan menatap bayinya. Bayi yang digendong oleh suster perawat itu dibalut kain bedongan berwarna putih. Sosok mungil itu menangis keras dengan suara yang lantang. Kedua tangan kecil itu mengepal di dada. Rambutnya hitam ikal. Kulitnya pucat dengan bercak kemerahan di kedua pipi tembemnya. Sejenak si mungil itu berhenti menangis, lalu matanya mengintip dunia dari sudut kelopak kecilnya. Irishnya berwarna hijau.

Sang suster menyerahkan bayi mungil lucu itu ke pelukan Malay. Malay menerimanya dengan tangan bergetar. Ditatapnya lekat-lekat. Betapa lucunya. Betapa mungilnya. Tak terasa dua butiran bening mengalir dari pelupuk mata si pemuda Melayu. Indonesia dan Netherlands ikut merangkul Malay dan bayinya.

"Rambutnya kaya gue..." ujar Indonesia senang.

"Bola matanya hijau, kaya punya gue..." Netherlands terharu.

"My baby..." ujar Malaysia tertahan haru.

"No, it's our baby…" ujar Nether lembut.

"Yes, it's our baby…" Indonesia menambahkan sambil mengecup kening Malay.

Ketiganya tersenyum haru sambil menciumi si bayi mungil itu.

Malay tidak bisa menghentikan tangis harunya. Seperti inikah rasanya menjadi seorang ibu? Berjuang mempertaruhkan nyawa demi sebuah kehidupan baru? Sakit, payah, lelah, remuk redam. Namun, begitu melihat sosok tanpa dosa di dalam pelukannya, semua kesakitan itu sirna pudar. Tergantikan oleh kebahagiaan.

Sementara di sudut tempat para ASEAN Brotherhood mengadakan nonton bareng, Cambodia sedang sibuk mengumpulkan uang.

"Ayo, ayo sini, duitnya kumpulin ke gue.."

Thailand, Philipin, Vietnam dan beberapa anggota ASEAN Brotherhood lainnya mengeluarkan beberapa lembar uang dengan wajah cemberut.

"Ayo, jangan cemberut aja, Vietnam, kalah taruhan harus bayar!" Cambodia mencolek dagu si sipit Vietnam.

Owalah, rupanya mereka bukan ngumpulin uang sumbangan buat Malaysia yang baru saja melahirkan. Rupanya mereka tadi taruhan bayi yang dilahirkan Malaysia berjenis kelamin cowok atau cewek.

Pasti ini idenya Cosmos, eh salah, idenya Cambodia!

Author ikutan sweatdrop.

...

...

...

"Gue nyium bau ngga enak." ujar Malay yang sedang menggendong bayinya masih di kursi persalinan. Bau itu terasa familiar di hidungnya. Ia memandang curiga ke partner di sebelahnya.

"Oiya, gue baru inget, gue belom mandi! Hahaha.." ujar Nether sambil garuk-garuk kepala.

GUBRAKKK

...

...

...

~TBC~

Doctor's Note :

1. Air/Cairan Ketuban

Kantong berisi cairan di dalam rahim tempat bayi tinggal. Isinya cairan berwarna keruh yang disebut air ketuban atau cairan amnion. Cairan ketuban memiliki beberapa fungsi utama, yakni melindungi bayi dari tekanan dan pukulan, melindungi dari infeksi, memberi makan bayi dan membantu perkembangan sistem paru-paru dan pencernaan, serta menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat. Hal ini pula yang memungkinkan bayi untuk bisa bebas bergerak, menendang dan jungkir balik. Cairan ketuban mulai mengisi kantung ketuban sekitar 2 minggu setelah pembuahan. Awalnya hanyalah air, namun stelah 12 minggu kehamilan, cairan penuh dengan kandungan zat gizi seperti karbohidarat dan protein.

2. Kontraksi

Ciri umum sebelum terjadinya persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian punggung, perut bagian bawah dan disertai tekanan pada panggul. Rasa nyerinya mirip dengan rasa nyeri sewaktu menstruasi tapi dengan intensitas lebih kuat.

3. Induksi

Proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi dengan tujuan mempercepat proses kelahiran. Bisa dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan menginfus pasien dengan cairan obat yang merangsang terjadinya kontraksi.

4. Sectio

Proses persalinan bayi dengan operasi di dinding perut ibu. Dilakukan karena ibu tidak bisa melahirkan normal dikarenakan berbagai faktor medis. Lebih dikenal dengan istilah operasi Caesar.