"Crush On You"
Pair : EXO's SuLay (Suho x Lay) and other.
Rated : M
Warning : Typo(s), Yaoi, BL, GS, dirty talk, etc.
A/N : Hello, welcome to my fanfiction ^^ sebelumnya, aku mau ngingetin buat anak yang belum cukup umur, sangat amat saya sarankan untuk tidak membaca fic ini. karena fic ini bukan hanya M Rated tapi juga bertemakan dewasa. I've notice you ya.
Happy Reading, Guys!
.
.
.
Chapter 5
Lay merapikan berkas yang ia bawa, Rapat bersama beberapa kolega internasional telah selesai di hari ini, tepatnya hari ketiga mereka di Korea. Sekilas, Lay melirik Suho yang sedang asik mengobrol dengan beberapa rekan bisnisnya.
Lay menghembuskan napas berat, semenjak kejadian itu dia dan Suho sama sekali tidak berbicara. Mereka hanya berkomunikasi lewat pesan teks, menelpon pun tidak. Hal ini membuat Lay tidak tenang, kepalanya terasa pening dan berat.
Lay mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan.
To: Suho Sajangnim
Aku tidak enak badan, aku izin ke kamar duluan. Cepatlah menyusul jika urusanmu sudah selesai.
Lay mengembuskan napas lagi. Setelah memasukkan ponselnya, dia memilih untuk langsung mengangkat barang-barangnya dan pergi meninggalkan ruang rapat.
"Mwoya, ada apa dengan kepalaku.." Lay memegang kepalanya yang terasa berputar-putar itu, sembari berjalan merambat didekat dinding. Lay mulai kehilangan keseimbangan dan…..
"Noona? Noona?" Seorang lelaki dengan setelan baju kasual menangkap tubuh tumbang Lay.
Lay tidak bisa berkata-kata, bahkan dia samar melihat wajah lelaki itu. Dan, semuanya terlihat gelap dimata Lay.
…
Suho melonggarkan dasinya sembari berjalan ke arah kamarnya. Ia mengerutkan alisnya ketika mendapati pintu kamarnya terkunci, biasanya Lay tidak mengunci pintu utama jika salah satu dari mereka belum memasuki kamar.
"Lay belum disini?" Suho mengambil kunci ruangan dan membukanya. Benar saja, sandal rumah berbentuk kelinci milik Lay masih ada disana.
Dengan membuka ponselnya, ia mengecek pesan yang ia terima dari Lay. Harusnya udah sekitar tigapuluh menit yang lalu dia sudah sampai, dia bilang dia sakit? Kemana dia? Pikiran Suho melayang kemana-mana.
Ia menatap ponselnya lama, "Haruskah aku menelponnya?"
Hening. Suho menggaruk kepalanya frustasi, kenapa dia begitu khawatir terhadap Lay? Suho pikir, Lay lancar berbahasa korea dan dia tidak mungkin hilang, tersesat, atau diculik.
APA? Diculik? Suho bergidik ngeri dan dengan segera menuntun jarinya untuk menelpon Lay.
Nada sambung. Nada sambung. Kumohon siapapun angkat.
"Yeoboseyo?" suara namja serak dan berat terdengar dari seberang sana.
"Nuguseyo? Dimana pemilik hanphone ini?" Tanya Suho
"Ah, Lay Noona?"
"Siapa kau?"
"Ah permisi, Sajangnim, bisakah kau ke ruang kesehatan hotel ini sebentar? Kita bisa bicara disini." Suara lelaki itu tampak sangat tenang.
Ruang kesehatan? Ada apa dengan Lay?
Dengan sekali gerakan Suho langsung berlari menuju ruang kesehatan
...
Suho sudah sampai diruang kesehatan dengan napas terengah. Didepan sana dia melihat seorang lelaki jangkung dengan pakaian kasual semi formal sedang bersandar di dinding sambil menggenggam handphone Lay.
Dengan langkah gontai Suho mendekati lelaki itu, "Permisi?"
Lelaki itu sigap membungkuk didepan Suho yang juga dibalas oleh Suho, "Annyeong haseyo, anda pasti Suho Sajangnim?"
"Majayo, siapa anda? Dimana sekertaris saya? Kenapa dia bisa ada disini?" Suho langsung mendesak lelaki itu dengan pertanyaan.
Lelaki jangkung itu hanya tersenyum, namun entah bagaimana senyumannya sangat lebar. "Perkenalkan, nama saya Park Chanyeol. Saya ini sepupunya dari keluarga Bibi Han, ibu dari Lay Noona."
"Ah– Bangapseumnida. Lalu kenapa anda bisa ada disini tiba-tiba?"
"Niat awalnya saya memang sudah membuat janji dengan Noona, tetapi saat saya sedang melewati Lobby saya melihat Noona berjalan merambat di tembok lalu pingsan."
Suho membulatkan matanya, "Pingsan?"
Chanyeol hanya mengangguk, "Apakah Noona merepotkan anda? Haruskah saya membawanya pulang?"
"Aniya!" Suho mengelak cepat dan membuat Chanyeol sedikit tersentak, "Bisakah kau menolongku membawakan barangnya ke kamar? Aku akan merawatnya, tidak apa lagipula besok kami tidak ada jadwal rapat dan dia bisa istirahat."
"Ah, ne." Chanyeol menuruti perintah Suho dalam diam.
Suho dengan segera menggendong Lay ala bridal style dan berjalan menuju lift. Chanyeol yang dari belakang melihat hanya senyum-senyum sendiri melihat tingkah Suho. Diam-diam dia mengeluarkan ponselnya dan membidik objek yang ada didepannya.
"Nice shoot, Park Chanyeol!" dia memuji hasil fotonya sendiri.
.
.
Lay membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan tubuhnya terasa sangat lemas. Lay mencoba melihat sekitar dan matanya langsung membuka lebar ketika melihat Suho tertidur di sebelahnya.
"YAAAK SAJANGNIM!" Lay langsung terduduk dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Suho yang kaget langsung ikut terduduk sembari menggaruk kepalanya, nyawanya belum sepenuhnya berkumpul, "Waeyo, Lay? Kenapa kau berteriak seperti itu?"
"Sajangnim, apa yang baru saja kau lakukan? Kenapa aku–"
"Paboya!" Suho mencubit pipi Lay, "Kau pingsan di lobby tadi, bukankah aku sudah bilang padamu jika kau sakit, istirahatlah?"
Lay masih diam mencerna kata-kata Suho, matanya mengerjap seolah ia tidak mengerti.
"Ah sudahalah, kau memang sangat payah." Suho mengacak rambutnya frustasi lalu beranjak meninggalkan Lay dalam keheningannya.
Lay melihat tubuhnya sendiri yang tersembunyi dibalik selimut, Lay menghembuskan napas lega karena pakaiannya masih sama utuhnya dengan yang dia pakai tadi pagi. Lalu Lay memutuskan untuk mandi dan menyegarkan pikirannya yang sudah kalut kemana mana.
Tring. Handphone Lay yang tergeletak di nakas sebelah kasur bordering.
Lay mengerutkan keningnya lalu memutuskan untuk mengecek pesan masuk. Chanyeol? Ah iya! Lay teringat jika dia membuat janji dengan Chanyeol hari ini, kemana dia?
Dengan gerakan cepat, Lay membuka pesan dari Chanyeol yang sukses membuat matanya membulat dengan sempurna.
From: Park Chanyeol
Selamat menikmati hari-harimu di Seoul, Noona. Aku harap kau masih perawan ketika kembali ke Beijing. Kkk~ [ ]
Seketika muka Lay terasa terbakar melihat pesan dari Chanyeol, foto itu….. foto Suho yang sedang menggendong Lay ala bridal style. Kapan dia mengambil gambar ini? Perawan? Apa maksudnya? Ah dasar pria mesum!
Lay mengacak rambutnya setelah melempar handphone ke kasur lalu beranjak untuk mandi, dia benar-benar butuh penyegaran.
…
Suho mengeringkan rambutnya ketika ia berjalan menuju cermin, ia melihat wajahnya dengan seksama lalu berdecak sekilas. Mungkin dia merasa terlalu percaya diri atau bagaimana, tapi dia mengakui kalau dirinya sangat tampan.
Suho yang hanya mengenakan lilitan handuk dari perut menuju lutut, memamerkan otot perut berabs dan dada yang bidang, dengan rambut berantakan, "Well, aku tampan juga ternyata."
Kali ini, Suho hanya memutuskan untuk menggenakan kaos ketat yang mencetak jelas setiap otot-otot ditubuhnya dan celana boxer yang nyaman tanpa celana dalam seperti biasa.
"Ah, aku sangat lapar." Setelah selesai dengan pakaiannya ia memutuskan untuk berjalan kedapur dan melihat ada apa saja disana, siapa tahu Lay sudah memasak kan?
"La–" Suho seketika terdiam ketika melihat punggung Lay sedang bergerak lincah didapur.
Lay mengenakan sweater jaring-jaring tembus pandang yang kebesaran dan jatuh hingga lututnya, membuat Suho dapat melihat dengan jelas bra dan celana dalam Lay dari sana. Serta jangan lupakan perut indah dan paha mulus milik Lay.
Seketika, Suho memegang kejantannya, berharap dia dapat menahan hasratnya kali ini.
"Eoh? Sajangnim, apa yang kau lakukan disitu, kemarilah aku sudah buatkan makan malam untukmu.."
Suho menghembuskan napas untuk mengatur dirinya lalu berjalan dan duduk di meja makan, "Bukankah kita sudah berbicara mengenai panggilan?"
"Ah, majayo. Tapi beberapa hari ini kau seolah megabaikanku. Kau tak tampak seperti Suho, kau tampak seperti Sajangnim." Ucap Lay acuh sembari meletakkan piring demi piring masakan yang baru saja selesai ia buat.
"Lupakan. Cukup panggil aku Suho seperti biasa." Ia mulai mengambil sendok dan menikmati Sup Rumput Laut buatan Lay.
Lay hanya menggangkat bahunya, dia duduk didepan Suho dan ikut memakan sup buatannya sendiri, tidak buruk juga.
Suho sesekali melirik kearah dada Lay ketika Lay sedang menunduk untuk memakan supnya. Sial! Berapa ukuran bra wanita itu? Kenapa terlihat sangat menggiurkan?
TRING! Suara sendok terjatuh membuyarkan lamunan Suho. Lay hanya meringis, ia menyenggol sendoknya ketika ia hendak mengambil minum.
"Ah, mianhae. Aku menjatuhkan sendokku hehe." Lay dengan tampang yang polos segera menunduk dan mengambil sendoknya dibawah meja. Lay tertegun, pemandangan pertama yang ia lihat adalah….. Suho.
Ya bagaimana tidak? Dari bawah meja tersebut, Lay dapat melihat paha Suho yang terbuka lebar. Sekali lagi, Lay menelan ludah. Belum lagi dia harus melihat tonjolan ditengah-tengah paha Suho yang…. Err, sedikit menegang? Entahlah, dia sendiri tidak paham.
"Apakah sendokmu ditelan bumi?" Suara Suho lagi lagi membuyarkan lamunan Lay.
"A-ah, ne.." Lay beranjak dengan wajah sedikit tertunduk, "Aku… mengganti sendok dulu ya?"
Lay berjalan menjauhi Suho, yang sebenarnya sedari tadi juga menahan untuk tidak memerahkan pipinya yang kini terasa terbakar ini. Tarik napas, hembuskan. Itu yang selalu ia lakukan berkali-kali. Apalagi saat Lay menghilang dia balik meja, ia sebenarnya sangat berharap bahwa Lay akan merangkak menuju pangkal pahanya, mengelus Suho 'kecil'nya, lalu…
"Apa kau sudah selesai?"
Entah sejak kapan, Lay sudah duduk didepan Suho setelah mengambil sendok yang baru.
"Eh..eum, sudah. Kau bisa membereskannya sekarang." Suho menjawab pelan.
Lay tanpa suara hanya menganguk dan mengangkat mangkuk Suho.
"Lay.." Suho menahan Langkah Lay yang baru saja berbalik.
"Ya?" Lay memiringkan kepalanya setelah berbalik menatap Suho.
Astaga, berhenti menggodaku. "Apakah kau sudah mengantuk?"
Lay sempat terdiam dan terlihat seperti berpikir, "Tidak terlalu, aku sudah cukup tidur tadi siang. Ada apa?"
Suho menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Apa kau mau menemaniku menonton TV sambil minum kopi?"
"Why not?" Lay meringis mendengar ajakan Suho, bukan ide buruk sepertinya.
"Hmm, baiklah. Aku tunggu didepan TV."
"Eum, aku akan membawakan kopi untukmu." Jawab Lay singkat sebelum dia berbalik menuju dapur.
Suho bernapas lega. Akhirnya dia memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan Lay lebih lama.
…
Lay berjalan dari dapur dengan membawa dua cangkir kopi susu yang ia buatkan untuk Suho, sebenarnya Lay sedikit gugup dengan kopi buatannya ini. Apakah Suho akan menyukainya?
"Ini kopimu, Suho." Lay meletakkan cangkir kopi Suho dimeja depan Sofa.
Suho tersenyum, tanpa banyak bertanya ia menyeruput Kopi buatan Lay, "Woah! Aku tidak tahu kau memiliki skill membuat kopi yang baik."
Lay tersipu malu, melegekan. "Aku senang jika kau menyukainya." Lay memutuskan untuk duduk disebelah Suho, "Memangnya ada acara apa?"
Suho mengendikkan bahunya, "Aku tidak tahu, hotel ini menggunakan TV berlangganan. Aku sendiri belum pernah menggunakan TV berlangganan."
"Benarkah?" pertanyaan kasual Lay hanya dibalas anggukan singkat.
Hening.
Jam menunjukkan pukul 00.30 AM KST. Dua manusia itu masih saja betah menonton TV dalam keheningan. Yang terdengar hanyalah suara seruputan kopi dan suara TV.
Saat itu Lay yang sedang memegang remote, berinisiatif mengganti Channel menuju Channel khusus film, dan pilihan Lay jatuh kepada salah satu Channel swasta milik Jepang.
"Kau suka menonton film-film jepang?" Suho menatap Lay dan memecahkan keheningan
"Eum, apalagi movie romantisnya, sangat mengharukan!"
Suho hanya mengangukkan kepalanya pertanda ia mengerti. Sebenarnya, Suho lebih suka film barat yang bergenre Action. Tapi, biarlah Lay menikmati waktunya.
Sesaat mereka berdua masih fokus kepada film yang baru saja mulai itu. Sampai jatuh pada menit ke 20, mulai terpampang adegan-adegan yang sepertinya menjurus ke rated dewasa. Lay menelan ludah, tangannya sudah mulai menyentuh remote untuk mengganti channel tapi saat itu juga ia ditahan oleh Suho.
"Jangan diganti, nikmati dulu filmnya." Jawab Suho yang terlihat tenang padahal ia juga gelisah.
"A-ah ne.." Lay hanya menuruti perintah Suho.
Adegan semakin menjurus, dan benar saja, seperti yang kalian tahu tentang film jepang kebanyakan mereka melibatkan adegan ranjang dalam film itu. Suho sekilas melirik kearah Lay yang sekarang sedang fokus pada film sambil merapatkan pahanya kuat-kuat.
Suho tertegun, saat adegan penetrasi terlihat sekali ekspresi wajah Lay seperti orang yang sangat ngilu. Apakah dia terangsang? Atau….. memang belum pernah?
"Kau baik-baik saja, Lay?"
"A-ah n-ne Suho, aku baik baik saja." Lay berusaha rileks
"Kau tampak ngilu ketika melihat adegan penetrasi tadi. Apa… kau belum pernah merasakan sebelumnya?" Tanya Suho dengan segenap keberaniannya.
Blush. Lay tak bisa menyembunyikan rona merah bersemu di pipinya, "E-eh.. aniya.. hanya saja.."
"Aku tidak yakin…" Suho meletakkan cangkir kopi di meja. Ia menggeser tubuhnya mendekati Lay yang hanya bisa diam dan menunduk. "Kau masih perawan?"
"Y-Ya! A-Apa maksudmu?" Lay mulai gugup ketika Suho sudah mulai mengelus paha Lay
"Kau tahu bagaimana rasanya tinggal sekamar dengan wanita tapi kau tak dapat menyentuhnya?" Suho terus mengelus paha dalam Lay dan menuju pada pangkal pahanya, "Rasanya sakit. Sangat sakit.."
Lay terdiam dan menggigit bibir ketika merasakan jari jemari Suho sudah mulai menyentuh dan meraba bibir lubang kesuciannya dari luar celana dalam.
"Saat desir napsumu.." Suho menyibak celana dalam Lay dan mulai memainkan jarinya disana, "tidak sejalan dengan kenyataan?"
Lay terus menggigit bibirnya kuat menahan desahan. Lay tidak munafik, dia sedang terangsang sekarang dan Suho telah siap memberikan apa yang ia butuhkan.
"Suho-ssi.." Lay memanggil Suho lalu Suho mendongak dan menatap Lay
"A-apakah… akan terasa sakit?" Tanya Lay ragu-ragu
Suho melepaskan tangannya dari Lay, menatap Lay dan membelai rambutnya. "Sakit memang, tapi sakit itu akan langsung terkalahkan dengan rasa nikmat yang menjalar pada seluruh tubuhmu."
Lay terdiam, enggan menatap Suho. Diam diam, Lay melihat kebawah dan mendapati selangkangan Suho yang sudah mulai menonjol, dengan lembut Lay mengelus Suho 'kecil' itu.
Merasa mendapatkan sinyal positif, Suho segera menciumi Lay dengan napsu. Lay yang menjadi sasaranpun langsung memeluk leher Suho dan meremas sambut Suho kuat. Tidak ada suara diruangan itu, hanya terdengar suara erangan dan desahan.
Suho memberanikan diri untuk melesapkan tangannya kedalam sweater Lay dan meremas sepasang payudara Lay yang memang ukurannya cukup menggairahkan. Lay hanya mendogakkan kepalanya dan menikmati setiap sentuhan Suho ditiap inchi tubuhnya, dia merasa melayang dan sangat bebas.
Dengan memanasnya suasana, Suho mendekap tubuh Lay lebih erat dan sengaja menempelkan si 'kecilnya' yang sudah menegang ke liang milik Lay. Seketika Lay tersentak dan ia merasakan cairan bening memenuhi liang sucinya itu, "Erh…" Lay mengerang tertahan.
Suasana di ruangan itu menjadi semakin panas dan tidak terkendali hingga tanpa disadari mereka telah sama-sama dalam keadaan naked. Suho yang masih asik mengekspose dada Lay dan bermain-main di liang Lay dengan jari seolah tidak peduli bagaimana Lay berusaha bertahan dalam geliatnya yang sangat tidak nyaman.
"Lay, aku tidak tahu kulitmu sangat manis." Ucap Suho di sela-sela mengecup dan menghisap puting Lay.
Lay tidak sanggup berbicara apapun pada Suho, dia hanya bereaksi dengan membusungkan dadanya ketika Suho menggigit puting dengan kuat.
Lay tidak tahu dia dimana sekarang, dia merasa sangat bebas. Rasa sakit dan perih yang ia rasakan didada karena gesekan lidah kasar Suho dengan kulit halusnya membuatnya menuntut lebih, ditambah dengan rasa geli dan nikmat di dalam lubangnya membuatnya gila.
Suho tersenyum puas melihat Lay dalam keadaan seperti ini. Suho memutuskan untuk turun kebawah, ia membuka lebar paha Lay dan terdiam seketika.
Lay yang menyadari itu hanya menelan ludah dan menggigit bibirnya, "W-Wae?"
Suho masih menatap pangkal paha milik Lay, semua hal sempurna dan membuatnya tercengang. Putih, mulus, rapat dan tertutup. Ketika Suho membuka bibir vagina Lay, tampak sebuah jalan menuju kenikmatan yang berwarna pink muda dan sudah dibasahi dengan cairan bening.
Suho mendekatkan wajahnya dan sekilas mengecup bibir vagina Lay, "Harum.."
Lay masih menggeliat tidak nyaman, dan seketika cairan bening keluar seketika dari sana ketika Suho berbicara tepat di bibir vaginanya.
Suho mengeluarkan jurus smirk andalannya lalu ia berdiri, mencium Lay sekilas dan menatap Lay sambil meloloskan satu-satunya penghalang keintiman mereka, boxer Suho.
"Mari kita selesaikan semua ini, sweety." Suho ber-smirk dan membuat Lay bergidik.
Suho meloloskan boxernya dan aset kecilnya yang sedari tadi bersembunyi kini sudah terpampang jelas didepan wajah Lay. Besar, keras dan berurat. Lay menelan ludahnya ketika membayangkan benda sebesar itu akan masuk menjebolnya, itu bahkan lebih besar dari milik Jonghyun Oppa –kekasih Luhan Eonni, batinnya pelan.
"Kenapa menatap seperti itu hmm?" Suho merendahkan tubuhnya sehingga dapat menciumi wajah Lay, "Apa kau gugup?" Suho menciumin Lay dengan pelan dan lembut.
Entah bagaimana, suhu tubuh Lay menghangat dengan ciuman Suho. Ciuman lembut tersebut tidak hanya membuat tubuhnya menghangat, hatinyapun begitu.
"Suho-ssi…" Lay melingkarkan tangannya di leher Suho dan menyembunyikan wajahnya dibalik dada Suho.
Suho hanya tersenyum dan mengelus rambut Lay, "Nikmatilah, mala mini saja… izinkan aku menemani malammu." Suho melonggarkan pelukannya pada Lay sehingga mata mereka dapat bertemu, "Atau kita hentikan saja?" nada Suho sedikit kecewa.
Lay dengan cepat menggeleng, mereka berdua sudah terlalu jauh. Mereka bahkan sama-sama menginginkan kehangatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Ya, Lay menginginkannya.
Melihat Lay yang tidak ragu, Suho menggendong Lay ala bridal style menuju kamarnya dan merebahkan Lay di kasur king-sized miliknya. Hanya berjarak sekedipan mata, Lay melihat Suho mulai mengagahinya dan tangannya membuka lebar paha Lay sehingga akses masuk milik Lay terpampang jelas dan siap untuk dihajar.
"Pe..pelan-pelan jebal." Pinta Lay dengan nada yang lirih
Suho tersenyum dan mengecup bibir Lay, "Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku."
Lay menatap Suho dan mengangguk, sekaligus memberikan sinyal jika dia siap untuk kehilangan aset yang ia jaga selama ini, keperawanannya.
Suho yang masih menatap Lay memulai dengan menyentuhkan ujung juniornya ke bibir vagina Lay, menggesekkannya keatas dan kebawah dengan tempo yang sangat pelan dan menggoda. Suho menatao wajah Lay yang sangat merah dan sudah dipenuhi napsu, Suho sendiri sudah tidak tahan dengan itu. Tanpa menunggu Lay memohon, Suho mulai mendorong pinggulnya dan memasuki surge kenikmatan yang selama ini ia tunggu.
Lay mendongakkan kepalanya kuat dan menggigit bibirnya, "Erghhh!" sebuah erangan melesat dari bibirnya ketika Suho mulai menyatukan mereka dalam desir napsu yan sudah membakar.
Suho terhenti ditengah-tengah ketika mendapati ada sesuatu yang menghalangi jalan si kecilnya, Suho mengerutkan dahinya sampai akhirnya dia menyadari. "K-kau, sungguh masih perawan?"
Lay mengangguk lemas dan menatap Suho dengan mata sayu, "Kumohon, selesaikan apa yang telah kau mulai, Suho-ssi."
Suho mengangguk dan mengambil napas dalam, dengan tekat yang bulat Suho mendorong pinggulnya kuat-kuat dan menjebol benteng pertahanan Lay.
"Arghh!" Lay menjerit kuat ketika ia merasakan kejantanan Suho telah melesat sempurnya memasukinya. Kini ia dan Suho benar-benar menyatu.
Lay masih mengatur napasnya, tanpa terasa air matanya mulai menetes menahan rasa sakit, perih juga nikmat yang dia rasakan didaerah selangkangannya yang terasa dirobek menjadi dua. Suho sengaja diam dan membiarkan Lay beradaptasi dengan sikecilnya yang bisa dibilang berukuran besar dan gagah.
Suho mengelus rambut Lay dan mencium matanya yang tertutup. Lay yang sudah merasakan vaginanya sedikit rileks mengecup bibir Suho lembut, "Silahkan.."
Suho tersenyum, "Terimakasih, aku tidak akan mengecewakan sex pertamamu."
Dengan memagut bibir, mereka memulai malam panjang yang sepertinya akan terus mereka kenang sampai akhir hayat.
- TBC -
.
.
HALO READERDUL SEKALIAAAAN! *cipokin satu-satu sampai dower*
Akhirnya setelah seribu tahun lamanya(?) chapter 5 ini selesai juga aku tulis :'3
Aku minta maaf banget atas keterlambatan yang sangat amat, hal ini dikarenakan kuliahku yang nggak bisa ditinggalin dan aku jarang ada waktu luang buat nulis, ditambah lagi dewa ide yadongku sedang musnah. Percaya kan aku gak yadong? Percayain aja deh, kkk~
Oh iya ditambah waktu itu ffnet dilaptopku kena blokir internert positif -_- jadi bingung gimana uploadanya. Padahal kalo gak gitu mungkin bisa post lebih awal lho~ hohoho~
Dan terimakasih bangeeeet buat readerdeul yang setia banget menunggu kelanjutan fic ini. Aku yakin kalian pasti udah lupa ceritanya, aku sempat berpikiran juga buat gak lanjutin fic ini tapi tiap liat review kalian aku jadi semangat banget. So bagi yang lupa sama ceritanya, jangan segan buat membaca ulang ya xD *dihajar readerdeul(?)*
Oh iya jangan lupa ya review ya sayang-sayangku. Kritik dan saran serta bullyan dan gregetan diterima(?) selama tidak dalam bentuk bash ^^
Untuk chapter 6 ditunggu ya, semoga bisa update fast dan ditambah dengan cerita yang makin greget dan bikin kalian makin nghhh *digebuk readerdeul(?)*
Gamsahamnida, readerdeul! ^^ *bow*