"Crush On You"

Pair : EXO's SuLay (Suho x Lay) and other.

Rated : M

Warning : Typo(s), Yaoi, BL, GS, dirty talk, etc.

A/N : Hello, welcome to my fanfiction ^^ sebelumnya, aku mau ngingetin buat anak yang belum cukup umur, sangat amat saya sarankan untuk tidak membaca fic ini. karena fic ini bukan hanya M Rated tapi juga bertemakan dewasa. I've notice you ya.

Happy Reading, Guys!

.

.

.

Chapter 1

"Apa-apaan ini?"

Suara didalam ruangan yang bertuliskan "Manajer Kim" ini menjadi heboh ketika ia mengetahui Sekertarisnya ini lupa mencatat jadwal meeting dengan Client yang cukup besar.

"M-Maafkan saya, Tuan. Saya ha–"

Pria berstelan jas itu membanting dokumennya dimeja, "Keluar dari ruangan saya. Mulai sekarang, anda saya pecat!"

"T-t-tapi tuan sa–"

"Keluar sekarang juga!"

Tidak berani membantah lagi, wanita itu keluar setelah membungkukkan badannya. Pria itu sungguh tidak peduli walaupun wanita itu menangis. Baginya, pekerjaan dan perusahaannya adalah segalanya.

Pria itu duduk di kursi kerjanya dan menengadahkan kepalanya, sejenak ingin menenangkan pikirannya yang kalut.

Tok. Tok. Tok.

Pria itu menengok arah pintunya, "Masuk.."

Seorang pria paruh baya masuk keruangannya, pria itu duduk di sofa dalam ruangan kerja itu. "Suho, apa yang baru saja kau lakukan?"

Pria yang bernama Suho itupun menoleh dan beranjak dari kursi kerjanya menuju sofa, "Mainhae, Appa. Aku memecat sekertarisku."

Pria paruh baya itu mengerutkan keningnya, "Kau memecat Park Chorong? Kenapa? Appa kira, dia sekertaris yang tepat untukmu. Dia cantik, sabar, baik–"

"Tapi aku tidak menyukainya, appa. Dia bahkan lupa mencatat meeting besar pagi tadi dengan kolega kita dari Rusia. Ini tentu saja merugikan perusahaan." Suho tetap pada pendiriannya.

Pria yang ternyata adalah ayah kandung Suho menggelengkan kepalanya, anaknya ini memang keras kepala, "Baiklah, kalau begitu Appa akan mencarikanmu sekertaris baru di Beijing."

Suho mengerutkan keningnya, "Beijing?"

Pria itu mengangguk, "Iya, Beijing. Jangan katakana kau belum mendengar peresmian kantor baru kita disana?"

Suho mengerjapkan mata, pertanda ia masih tidak mengerti. Pria itu hanya tertawa dan mengusap rambut Suho.

"Iya, perusahaan kita mendapatkan kerja sama dengan salah satu perusahaan di Beijing. Kita juga mendapat kantor disana, dan Appa harap kau dapat menjadi presidir disana. Masalah kantor kita di Seoul ini biar Appa yang mengatur, Bagaimana?"

Suho tentu saja sangat antusias dengan tawaran Appanya itu, "Tentu saja, Appa! Kapan kita berangkat kesana?"

"Lusa. Kemasi barang-barangmu, Ayah telah memesankan tiket."

Suho yang senang bukan main langsung terpikir satu hal, "Aku harus menelpon Kris!"

Beijing Capital International Airport tampak padat, maklum saja mungkin karena ini akhir pekan. Suho berjalan berdampingan dengan Appanya. Ia sengaja tidak membawa banyak baju, ia sendiri malas untuk mengemas bajunya dan lebih memilih membeli baju nantinya.

"Suho! Ahjussi!" teriakan orang berambut pirang itu sampai ke telinga Suho

Suho menengok kearah suara, "Kris!"

Kris tersenyum dan berjalan menghampiri Suho, mereka bersalaman dan akhirnya memeluk satu sama lain untuk saling melepas rindu.

"Ah, Kris sudah besar rupanya.." Appa Suho yang menyaksikan ini semua ikut tersenyum

Kris yang menyadari situasi melepaskan pelukannya pada Suho dan membungkukkan badannya, "Annyeong Haseyo, Paman Kim. Sudah lama tidak bertemu.."

Tuan Kim itu ikut membalas dengan membungkuk sedikit lalu menepuk pundak Kris, "Kau tumbuh menjadi pria yang sangat tampan, Kris. Bagaimana pekerjaanmu?"

"Saya sudah menyelesaikan studi Kedokteran saya, sekarang saya bekerja di rumah sakit dekat sini, Ahjussi. Maka saya menyempatkan diri menjemput kalian."

"Daebak!" gumam Tuan Kim

Mereka terus berjalan menyusuri Bandara sambil berbasa-basi. Kris mengantarkan mereka menuju sebuah hotel yang telah disediakan oleh Perusahaan.

Setelah mengantarkannya, Kris mengajak Suho untuk sekedar berjalan-jalan dan menikmati udara Beijing dan mengajaknya minum Americano, kopi kesukaan mereka di kedai dekat hotel.

"Bagaimana perkerjaanmu?" Kris membuka suara sembari duduk dan menyeduh kopinya

Suho mengangkat bahunya, "Begitulah, kau sendiri?"

Kris mengangguk pelan, "Menyenangkan, banyak perawat yang cantik disana."

Suho tertawa renyah, "Kau masih tidak berubah, masih pervert seperti dulu."

"Aku hanya berusaha menjadi lelaki normal.." Canda Kris.

"Arra.." Suho menyeduh kopi hangatnya.

"Siapa kekasihmu sekarang?" Tanya Kris langsung pada Suho.

"Tidak ada." Jawab Suho datar.

Kris mengangkat sebelah keningnya, "Tidak ada?"

Suho mengangguk, "Aku belum mau memiliki kekasih, masih banyak pekerjaan yang harus aku tangani." Jawabnya enteng.

Memang benar, selama ini Suho belum pernah memiliki kekasih. Jangankan kekasih, jatuh cintapun ia belum pernah. Suho adalah orang yang idealis dan workaholic. Baginya, pekerjaan adalah segalanya. Ia tidak ingin pekerjaannya diusik.

"Suho-ya, mau sampai kapan? Pekerjaanmu itu tidak bisa kau nikahi." Jiwa dewasa Kris mulai muncul ketika memberikan saran.

"Aku menikmatinya.."

Kris melihat kanan kiri memastikan keadaan aman lalu ia menengok kepada Suho, "Dengarkan aku, apakah kau tidak ingin merasakan Sex?"

Suho yang sedang meminum kopinya sontak tersedak, Kris yang ikut kaget hanya mengelus punggung Suho.

"Kau ini bicara apa, Kris?"

Kris melayangkan smirknya, "Kau tahu? Aku sudah meniduri beberapa wanita, dan hal itu membuatku ketagihan melakukan hubungan sex. Apa kau tidak ingin mencobanya?"

Suho membuang muka, seolah tak ingin menanggapi obrolan si mesum disebelahnya.

"Oh, atau jangan-jangan kau bahkan belum pernah orgasme?"

Lagi lagi hal itu membuat Suho membukatkan matanya, "Yak!"

Kris tertawa terbahak-bahak dan menepuk bahu Suho, "Aku sudah tau jawabannya kawan, pasti belum kan? Hahaha."

Suho yang melihat tingkah laku temannya itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

.

.

"Ah! Aku bisa gilaa!"

Wanita bertubuh tinggi dan ramping itu melempar berkas lamaran pekerjaan beserta tasnya di meja tamu. Ia tampak sangat kelelahan, tubuhnya penuh keringat.

"Lay?" Seorang wanita berpipi chubby dengan celemeknya keluar dari pintu dapur.

Wanita yang disebut Lay tadi masih acuh dan enggan untuk menjawab sapaan Kakaknya itu. Merasa diabaikan, wanita itu melepas celemeknya dan menghampiri Lay yang tergeletak lemas sambil membawakan Jus Jeruk kesukaan Lay.

"Kau kenapa, cantik?" Wanita Chubby itu meletakkan jusnya di meja dan duduk disebelah Lay.

"Aku gagal lagi, Minnie eonni~" Lay yang sudah hampir frustasi mencari pekerjaan memeluk Kakak perempuannya itu.

Mereka memang berkebangsaan China, tapi eomma mereka adalah orang Korea sehingga Lay dapat fasih dan terbiasa berbicara bahasa Korea.

"Sudah sudah, beristirahatlah. Mungkin kau belum ditakdirkan mendapat pekerjaan." Ucap kakak perempuan Lay yang bernama Xiumin.

Cklek.

Pintu kamar nomor dua terbuka, terlihat seorang wanita dengan hotpants dan tanktop berdiri diambang pintu sambil mengucek matanya, "Min eonni~ Lay~"

Wanita itu tidak sadar bahwa yang dipanggil sedang duduk menyaksikan dirinya yang setengah nyawa itu belum pulih betul.

"Hannie, kami disini." Sahut Xiumin

Wanita cantik itu bernama Luhan, dia juga kakak perempuan Lay. Ya, mereka ini tiga bersaudara yang tinggal di sebuah Apartement di Beijing karena orangtua mereka bekerja di Seoul. Xiumin merupakan anak sulung, Luhan anak tengah, sedangkan Lay anak Bungsu.

"Eoh? Kau kenapa lagi, Lay sayang?" Luhan yag menyadari mata sembab adiknya itu segera menghampiri dan mengelus pipinya lembut.

Lay yang masih memeluk Xiumin hanya terisak dan menunjuk berkas lamaran pekerjaan yang tergeletak menyedihkan dimeja. Luhan yang sudah mengerti hanya tersenyum manis sambil memainkan surai hitam Lay.

"Gwaenchana.." tenang Luhan.

Lay menegakkan duduknya. "Eonni semua sudah memiliki pekerjaan, aku tidak ingin aku terus merepotkan Eonni.."

Xiumin dan Luhan saling menatap dan tersenyum kearah Lay.

"Lay, apa kau tidak berminat menjadi model seperti eonni?" tawar Luhan

Xiumin mengangguk, "Kau cantik dan memiliki tubuh yang bagus, kenapa tidak?"

Lay menggeleng mantap, "Shireo! Aku tidak memiliki bakat feminism seperti eonni semua. Aku tidak pandai merias diri seperti Min eonni, aku juga tidak bisa berlenggak lenggok seperti Luhan eonni.."

Xiumin dan Luhan hanya terdiam.

"Lagipula, jika aku bekerja didunia hiburan seperti kalian. Kuliahku yang kalian biayai akan sia-sia." Lay mempoutkan bibirnya.

Ya, memang Xiumin dan Luhan memilih untuk langsung bekerja selepas lulus sekolah menengah demi adik bungsu mereka. Xiumin yang bekerja sebagai penata rias dan busana disebuah Production House dan Luhan yang bekerja sebagai Freelance Model sepakat untuk membiarkan Lay melanjutkan studinya. Mereka mengalah.

"Good girl.." Luhan mengusap rambut Lay sayang.

Xiumin ikut tersenyum, "Ya sudah, sekarang ayo makan dulu. Eonni sudah menyiapkan makanan untuk kalian."

Beginilah ketiga bersaudara ini menghabiskan waktu bersama. Hanya sekedar bercengkrama di meja makan sembari mengobrol hal-hal ringan. Xiumin selalu memasak untuk mereka ketika ia sedang free job.

"Eonni, apakah majalahku sudah datang?" Luhan yang lebih dulu selesai makan memutuskan untuk membaca majalah.

"Ada di rak.." Jawab Xiumin singkat, ia sedang sibuk membereskan meja makan bersama Lay. "Lay, istirahatlah. Cepat ganti bajumu.."

Lay mengangguk, setelah membantu meletakkan piring kotor Lay memilih mandi sebelum mengganti baju, Beijing hari ini sangat panas.

Walaupun telah mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Lay masih saja belum tenang. Pikirannya melayang memikirkan dimana ia harus bekerja untuk membantu Eonni-nya yang bisa dikatakan pemghasilannya tidak tetap. Ia berpikir untuk bekerja kantoran yang memiliki penghasilan relatif terjamin.

Lay keluar dari kamar mandi menggunakan lilitan handuk yang menutupi dada hingga setengah pahanya.

"Ah! Sungguh, eonni?" teriak Luhan antusias.

"Eum!" Xiumin mengangguk semangat. "Kau tahu, Hannie? Aku sangat puas bercinta dengan dia, ah setidaknya aku tidak menyesalinya.."

Lay mengerutkan keningnya, dan dia memilih diam-diam menguping pembicaraan eonni-nya.

"Lihatkan? Apa aku bilang? Eonni tidak akan menyesali saranku. Aku tahu kalau Yongguk Oppa itu memiliki stamina yang baik, eonni pasti puas digenjot dengan sangat kuat oleh Oppa." Luhan tersenyum menampakkan eyesmilenya.

Xiumin bersemu, "Luhannie, aku jadi malu. Hey, ceritakan padaku bagaimana Kencanmu dengan artis itu? Siapa itu namanya?"

"Jonghyun Oppa? Ah tentu saja sangat menyenangkan! Kau tahu, eonni? 'adiknya' itu besar dan panjang, aku sampai tidak ingat sudah berapa ronde yang kami lakukan. Aku sudah dibuat lemas olehnya.." Luhan tertawa kecil.

Lay yang mendengarkan pembicaraan eonni-nya itu mendadak bergidik ngeri dan memilih untuk tidak menguping lagi. Ia sudah tidak perlu kaget lagi, eonninya memang begitu. Lay sendiri merasa heran, dia meragukan apakah dia ini benar-benar adik kandung mereka mengingat diantara mereka hanya Lay yang masih perawan dan sangat polos.

.

.

Suho menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa laptopnya tertinggal di Seoul dan dia hanya membawa Hardisk yang berisi data-data pekerjaannya. Padahal ia harus mengurus syarat-syarat perekrutan pegawai baru dikantornya termasuk menyeleksi calon sekertaris baru untuknya.

"Appa! Appa pasti membawa laptop!"

Ketika Suho sudah bersiap menghampiri kamar Ayahnya, dia teringat jika Ayahnya itu sedang pergi ke Makau bertemu koleganya. Seketika, Suho tertunduk lesu.

"Aish, pabo! Tidak mungkin membeli Laptop, toko sudah tutup jam segini." Suho gelisah sambil mengacak rambutnya.

"Ah! Kris!"

Suho segera mengambil ponselnya dan menelpon Kris. Untuk apa? Tentu saja untuk meminjam laptopnya. Kembali lagi, Suho adalah orang yang perfeksionis, idealis, dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan.

"Kris, berikan aku alamat apartemenmu. Aku ingin meminjam laptop."

"…."

"Iya, untuk menyelesaikan pekerjaanku. Aku lupa membawa laptop."

"…."

"Arraso, aku segera kesana."

Suho menutup telponnya lalu ia bergegas untuk mendatangi alamat apartemen Kris. Untunglah Suho tidak gagu dengan Bahasa Mandarin, dia pernah mengambil kelas Bahasa Mandarin saat sekolah dulu.

Taksi yang membawa Suho telah berhenti disebuah apartemen mewah ditengah Kota Beijing. Memang mayoritas pemilik apartemen ini adalah pekerja sibuk didaerah kota. Jujur saja, sekilas Suho tertarik untuk membeli apartemen disini.

"Lantai 16 nomor 5.." Suho mencari-cari dimana apartemen Kris. "Nah!"

Suho mengetuk pintunya beberapa kali, dan tidak berapa lama pintu itu terbuka dan menampakkan Kris half-naked dan hanya memakai sebuah boxer. Suho yang melihat hanya bisa bengong, speechless.

"Cepat sekali, masuklah.." Kris tampak santai.

Suho dengan ragu masuk kedalam apartemen Kris, perasaan tidak enak menyelimuti pikirannya.

"Dimana kau letakkan laptopmu, Kris?" Suho mulai mengamati sekitar

"Ambil saja dikamar, akan aku buatkan minum." Kris dengan santai

Suho melihat ke sekitar, dan dia menemukan satu ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Suho tau pasti itu adalah kamar Kris. Suho berjalan menuju kamar itu dan membuka pintunya.

Crit. Pintu terbuka.

Suho terdiam, mulutnya menganga seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kamar Kris sangat berantakan, pakaian berserakan dimana-mana dan yang lebih mencengangkan adalah…. Seorang yeoja yang sedang tertidur di kasur Kris.

Masalahnya, wanita itu tidak hanya sekedar tertidur. Wanita berkulit tan itu terbaring dengan keadaan sangat mengenaskan. Wajah memerah, keringat bercucuran, dan lebih parahnya wanita ini tidak berbusana. Polos.

Suho menelan ludahnya ketika melihat wanita itu dengan kaki mengangkang memperlihatkan lubang kemerahannya beserta cairan putih mengalir keluar dari lubangnya itu.

Demi Tuhan, Suho merutuki kebodohannya yang tidak segera menghindar dan kebodohan Kris yang tidak memberi tahu tentang wanita ini. Kacau!

"Apakah itu pemandangan yang bagus, tuan Kim?" Kris yang entah dari mana tiba-tiba berada di belakang Suho dengan segelas coklat panas.

"A-aku.. maksudku kenapa dia bisa disini?" Tanya Suho gagu.

Kris mengangkat bahu, "Memangnya kenapa? Dia kekasihku, namanya Hyorin."

"K-kenapa dia… a-aku maksudku kalian–"

"Jangan terlalu shock seperti itu, Kim Suho." Kris meletakkan coklat itu di nakas dekat pintu kamarnya, "Kami baru saja selesai bercinta. Hanya itu."

Hanya itu? Hanya itu katanya? Rutuk Suho dalam hati.

"Kau tahu? Hyorin sangat pandai dalam bercinta. Dia kuat dan menggairahkan." Kris menatap kekasihnya itu sekilas "Dan… dia agresif."

Suho diam dan menelan ludahnya sendiri. Seketika ia merinding membayangkan kejadian itu. Kris dan kekasihnya… sedang bercinta… mendesah….

"Dan apakah kau tahu? Lubang kemerahannya itu sungguh sangat sempit ketika menjepit juniorku. Ah aku ingat sekali ketika–"

"Kris, aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku." Suho yang melihat tas laptop Kris di meja bergegas menggambilnya, "A-aku permisi duluan. Annyeong.."

Suho langsung bergegas keluar apartemen. Kris hanya memandangi sahabatnya itu sambil berdecak dan menggelengkan kepala, "Dasar sok polos."

Kris kembali menengok pada kekasihnya itu. Pantas saja Suho tadi menatapnya lama dan lekat, ternyata dia sedang dalam posisi yang menggairahkan. Kris mendekati Hyorin, dia memegangi paha mengangkang Hyorin dan menjilat spermanya yang mengalir keluar dari vagina Hyorin.

"Eumhh Baby.." Hyorin yang semula setengah sadar kini mulai menggeliat tidak nyaman

"Kau sangat menggairahkan, honey. Aku mau lagi.." Kris yang sudah tidak sabar mulai menindih Hyorin dan mengecup lehernya.

Hyorin menatap Kris dengan nakal dan mengalungkan tangan kecilnya di leher Kris, "Apakah tadi ada tamu? Aku samar mendengar suara orang lain.."

"Eum, iya. Ada temanku yang meminjam laptop karena laptop miliknya tertinggal di Seoul." Kris menatap wajah nakal Hyorin sambil meremas-remas dadanya.

"Shh.. B-baby, kau sudah memindahkannya, kan?"

"Memindahkan apa, Baby?"

Hyorin mempoutkan bibirnya, "Kau lupa? Setiap kita bercinta, kau selalu merekamnya dan menyimpannya dilaptop."

Kris terdiam, dia bahkan tidak ingat tentang hal itu.

"Aku hanya takut saja jika temanmu itu kaget melihat kita bercinta.." Hyorin mengedipkan matanya dan mengusap abs milik Kris.

Kris melayangkan smirknya, "Apa kau keberatan jika temanku itu menontonnya?"

Hyorin menggelengkan kepalanya sambil perlahan menurunkan Boxer milik Kris, "Memangnya kenapa, sayang?"

Kris tersenyum setan dan menggeleng, "Kalau begitu, tidak usah pedulikan tentang laptopku."

Belum sempat Hyorin menjawab, Kris sudah melumat bibirnya. Dan percintaan mereka pun berlanjut. Sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang bagi Kris dan Hyorin.

-TBC-

.

.

ASTAGA YATUHAN KEPOLOSANKU! *bershower(?)*

Hai Readers. Aku datang dengan ff rated M ku yang bertema dewasa.

Oh iya kalo sebelum-sebelumnya aku dipanggil "Author" mulai sekarang jangan panggil aku itu, panggil Hana atau Sayang biar makin akrab /salah wkwk.

Anyway, pokoknya ini fic berbeda dengan fic sequel sebelumnya yang cuma M rated. Kali ini Hana tertantang untuk bikin yang M bertemakan dewasa. Jadi, maafkan kalo misal baru pembukanya aja kurang greget atau gimana. Ya…. Kalian harus tahu kalo Hana nulis ini sambil keringat dingin dan mimisan(?)

Kelanjutan fic ini akan ditentukan dari banyaknya review yang masuk. Kalo banyak yang masuk dan reviewnya positif maka lanjut, kalo banyak yang mencekal dan tidak suka ya fic ini ga akan lanjut. Karena review kalian sangat amat penting sekali buat Hana, jangan lupa review ya? Jangan jadi Silent reader juga, oke?

Gamsahamnida ^^ *deep bow*