Translit ini demi seseorang, entah dianya nyadar atau gak atau mungkin matanya sudah terbutakan oleh sesuatu jadi apapun yang bakal kuperbuat dia gak bakalan nyadar *author curhat gaje

Well, ini fanfic Mpreg pertamaku yang dalam bahasa inggris. Bukan bermaksud untuk nyindir, tapi emang bener kebanyakan orang indonesia gak jago bahasa inggris (termasuk aku, bikinnya pake beta-reader makanya jadinya bagus, kalau gak ancur grammarnya). Akhirnya, well, setelah 3 tahun, kuputuskan buat translit ni fanfic (demi seseorang, sekali lagi, tau dia sadar atau gak)

Oh ya, ini settingnya mirip It is Not A Common Marriage dimana Gaara dan Naruto umurnya 18 tahun, Shukaku masih ada di tubuh Gaara.

Warning: Setengah (?) AU, NaruGaa, Yaoi, Mpreg, Rape, Lemon, OOC, miss typo

Disclaimer: Masashi-san, pinjem karakternya ya


One Mistake

Malam ini adalah malam yang gelap dan dingin seperti biasa. Tapi, untuk seseorang, mungkin malam ini adalah malam yang baik. Tapi, untuk orang lain, mungkin malam ini adalah malam yang menyebalkan. Untuk si pirang, malam ini adalah malam yang terbaik. Tapi, itu untuknya. Ia menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya di bar yang ramai.

Untuk Uzumaki Naruto yang selalu senang dan ceria, malam ini adalah malam terbaiknya.

Sayangnya, tidak terpikirkan olehnya kalau seorang teman terdekatnya – atau mungkin ia hanya menganggapnya sebagai teman biasa – sangat kesepian, apalagi malam ini. Naruto sudah mengundang semua temannya untuk minum-minum malam ini bersamanya, kecuali satu orang.

Yaitu Gaara.

Dan sekarang, sang Kazekage berambut merah sedang melihat Naruto dan teman-temannya dari luar bar. Dia duduk di salah satu gedung tinggi di balik bayangan dimana tak ada orang yang melihatnya.

Dia merasa kesepian dan kosong malam ini. Hari ini bermula sebagai hari yang normal, tapi sekarang melihat temannya sedang bersenang-senang di bar tanpa dirinya membuatnya merasa sedih. Dia tidak akan menangis, katanya pada diri sendiri, tapi ia merasa... seperti dilupakan...

Lalu, kenapa ia tidak langsung saja melompat masuk ke dalam bar dan menghajar Naruto karena tidak mengundangnya?

"Tapi, aku tahu kenapa mereka tidak mengundangku...," gumamnya pada diri sendiri.

Karena dia seorang Kazekage.

Sebuah alasan yang indah...

Itu benar. Ia pikir, bila ia menjadi Kazekage, semua orang akan menghormatinya dan mengakui keberadaannya. Tapi, ia tak pernah menyangka hal sebaliknya akan terjadi. Dia seorang Kazekage sekarang dan semua temannya menghindarinya.

Dia mengerti itu, tapi tetap saja...

Dia juga remaja biasa kan?

Ia pikir, temannya yang pirang itu tidak akan bersikap seperti ini. Teman pertamanya itu akan menerimanya dan memperlakukannya seperti biasa, tapi ternyata dia salah.

Orang-orang berhenti memanggilnya "Gaara" atau bahkan "Gaara-sama", dan sekarang justru memanggilnya dengan "Kazekage-sama". Tidak apa-apa sebenarnya, tapi ia tidak begitu menyukainya.

Ia lelah dengan semua tektek bengek kehormatan Kazekage. Ia tidak sedingin yang orang pikir. Ia ingin bertingkah seperti pemuda normal. Ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya, tapi karena statusnya, semua hubungannya dengan orang jadi berubah, orang-orang jadi menghindarinya.

Yah, mungkin itu terlalu berlebihan, tapi mereka bertingkah begitu formal di hadapannya. Mungkin mereka pikir bila mereka membuat kesalahan di depannya, ia akan merobek-robek mereka. Tentu saja ia tak akan pernah melakukan itu, tapi semua orang berpikir sepert itu. Ia tidak bisa mengubah pemikiran mereka.

Ia bahkan lupa, kapan terakhir kali ada seseorang menyentuhnya.

Karena dia adalah seorang Jinchuuriki, karena dia adalah seorang Kazekage, ia tak pernah tahu bagaimana rasanya menyentuh atau disentuh orang lain. Ia hanya tahu rasa sakit ketika seseorang memukul atau menendang tubuhnya. Ia tidak tahu rasanya pelukan itu seperti apa, atau berpegangan tangan atau berciuman.

Mungkin ia akan mati tanpa pernah mengetahui hal-hal tersebut.

Mungkin...

"Kau benar-benar pundung sekali sekarang, bocah payah..." geram suatu suara dari dalam tubuh Gaara.

"Berisik! Ini semua gara-gara kamu!" Gaara mengepalkan tangannya.

Mungkin menjadi Kazekage adalah keputusan yang bodoh. Aku pikir kau memutuskannya karena bocah rubah itu. Tapi, ia menelantarkanmu sekarang...

Aku memilihnya atas diriku sendiri. Dan Naruto tidak menelantarkan aku, ia hanya...

"Ia hanya... apa?" suara itu menggeram dengan sebuah seringai di nadanya.

Tidak... bukan apa-apa...

Ia benar-benar berbeda denganmu kau tahu. Ia bahagia dan ceria, lihat saja senyumnya yang bodoh itu, membuatku ingin muntah saja. Dia itu idiot tapi semua orang mencintainya. Kebalikannya denganmu.

Kau tidak perlu mengingatkanku soal itu.

Berada di dalam tubuhmu selama ini, membuatku sangat bosan...

Ya, ya, aku tahu. Hidupku menyedihkan.

Ia merasa sang monster perlahan mundur dari kesadarannya, ia senang setidaknya monster itu menghilang untuk sementara. Jika percakapan itu dilanjutkan, sudah pasti akan terjadi pertengkaran. Gaara kadang berpikir mengapa Shukaku suka bergossip dan moodnya tak bisa ditebak seperti perempuan, tapi rasanya tak mungkin monster rakun itu perempuan, memikirkannya saja membuatnya takut.

"Ah, sudah tengah malam, aku harus kembali," kata Gaara dengan suara rendah. Ia harus kembali ke kamar hotelnya. Ia tidak mau tertangkap basah oleh ninja Konoha dan mulai tersebar gossip bodoh tentang "Kazekage yang bermain-maind i tengah malam". Rasanya begitu kotor...

Tapi, ketika ia hendak kembali ke kamarnya, Gaara melihat Naruto berjalan terhuyung-huyung di jalan yang gelap. Ia menari-nari seperti orang mabuk dan berteriak, membuat kucing-kucing liar ketakutan.

"Ia mabuk," kata Gaara lebih ke dirinya sendiri. Ia tidak ingin memperdulikannya karena Naruto tidak mengundangnya minum bersama di bar, tapi ketika ia melihat si pirang muntah di sisi jalan, Gaara berbalik dan dengan segera ada di sisi Naruto.

"Naruto, apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan datar tapi khawatir. Bau muntahan dan alkohol Naruto menusuk hidungnya tajam dan membuatnya mual. Ia melihat Naruto terus mengeluarkan isi perutnya seperti alkohol dan makan malamnya.

"Uh... badanku... tidak enak...," Naruto bernyanyi. Gaara menghela napas, ia tidak suka harus mengurusi orang mabuk Ia punya banyak pengalaman tidak menyenangkan harus menangani Kankuro dan Temari yang mabuk pada saat yang sama.

Tapi, temannya membutuhkan bantuannya sekarang.

"Ayo Naruto, berdirilah, aku akan mengantarmu pulang," katanya. Naruto mengangguk dan segera tertawa, tapi ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah. Gaara memandangnya dengan wajah capek, Naruto mulai berguling di jalan dan tertawa terkikik. Si pirang ini ternyata merepotkan dan lebih berisik ketika ia sedang mabuk.

Mengingat ia tak punya pilihan lain, Gaara menarik Naruto dari tanah dan men-support badannya dengan bahunya. Sebenarnya, aroma alkohol dan muntahan dari Naruto membuatnya ingin muntah. Tapi, ia menahannya dan membawa Naruto ke apartemen kecilnya.

Naruto menyanyi dan tertawa di sepanjang jalan. Untuk pertama kalinya dalam hidup Gaara, ia merasa benar-benar malu. Ia ingin menendang si pirang dan meninggalkannya sendiri. Tapi, si pirang yang mabuk ini adalah orang yang menyelamatkannya dari kegelapan, ia mencoba untuk sabar dan bertahan dengan kebodohan Naruto.

Membawa Naruto ke apartemennya ternyata, mengejutkan, bukan hal yang mudah. Karena si pirang tak bisa berjalan sendiri, Gaara harus memapahnya. Dan karena Naruto lebih tinggi darinya, jadi lebih susah. Bila si pirang terjatuh ke tanah, ia akan berguling-guling seperrti cacing kepanasan.

"Catatan... jangan pernah minum alkohol," kata Gaara pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya bila ia mabuk. Untunglah, Gaara tidak pernah minum-minum sebelumnya. Ia hanya menghidup segelas kecil bir ketika Tsunade memaksanya.

Gaara mendesah dan mulai berjalan kembali – ia tidak sadar kalau ternyata ia berhenti. Ia mencoba untuk tidak mendengarkan semua perkataan yang tak ada artinya dari Naruto, sampai ia menyadari sesuatu.

Bukannya ia sedang menyentuh Naruto sekarang?

'Tidak, tidak, jangan bodoh. Ini bukan saatnya memikirkan hal seperti itu,' pikir Gaara tapi ia tidak bisa menghentikan wajahnya yang menjadi rona kemerahan.

Menyentuh orang adalah ha l yang langka bagi Gaara, setidaknya di luar pertarungan, jadi ia menikmatinya.

'Jadi, tubuh manusia itu cukup hangat,' ia pikir dengan naif, selama ini tak pernah sadar karena sibuk fokus berrtarung atau membunuh seseorang. Ia pikir sentuhan itu rasanya akan dingin atau setidaknya sakit.

Ini hal yang cukup menyenangkan bagi Gaara, dan ia menikmatinya selagi ia bisa. Karena setelah ia membawa Naruto pulang, ia akan meninggalkannya pergi dan si pirang akan melupakan semua ini esok hari.

IoI

Malam sudah berlalu dan burung-burung mulai menyanyikan lagu pagi mereka. Si pirang terbangun dari tidurnya setelah mabuk berat semalaman. Kepalanya berdenyut hebat dan ruangan serasa berputar. Naruto segera melompat ke samping tempat tidur dan kepalanya serasa terbelah setiap ia muntah.

"Oh sial... kepalaku... perutku...," Naruto bergumam sambil memijat perutnya. Ia tahu ia akan kena hangover tapi tidak menyangka akan separah ini. Menyiksa sekali rasanya harus terus mual dan sakit kepala.

Segera setelah perutnya mulai tenang dan ruangan berhenti berputar, Naruto melihat keadaan sekitarnya dan menyadari sesuatu.

Kamarnya... terasa aneh...

"Ha? Ini... kamarku?" kata Naruto bicara sendiri. Ia menoleh melihat ke sekitar sekali lagi, ia yakin ini kamarnya...

...tapi...

Ia melihat ke bawah untuk melihat bahwa pada malam sebelumnya ia sudah setengah telanjang...

...kamarnya berbau sesuatu yang ia kenal...

...dan kenapa kasurnya lembab?

"Tunggu.. tunggu sebentar," sahut Naruto dengan nada panik. Sudah jelas sekarang.

Ia tidur dengan seseorang kemarin malam.

"EEHH..?! Ta-tapi dengan siapa...?" Naruto memekik. Ia cepat-cepat melihat ke sekitar ruangannya lagi apa ada seseorang selain dirinya di sana, tapi ia hanya menemukan pakaiannya yang terongok di sudut ruangan. Ia juga tak merasakan adanya keberadaan lain di apartemennya. Mungkin, kalau ia beruntung, ia cuma masturbasi ketika sedang mabuk.

Tidak, rasanya tidak mungkin. Ia pasti tidur dengan seseorang semalam tapi... dengan siapa?

TBC


Kalau nulis pake , gaya tulisanku yang udah simpel jadi makin simpel. Dan karena males kuperbaiki, jadi ini bener-bener murni kutranslate tanpa ada tambahan apapun. Terus OOCnya bukan main *baru sadar

Ah sudahlah, tapi ini bakalan beda ceritanya dengan It isn't A Common Marriage. Chapter besok adalah Rape dan Lemon

Kalau mau lanjut, jangan lupa review!