Assalamu'alaikum .

Tiiya tidak akan berkata banyak di awal chapter kali ini.

Happy Reading


Tittle : Naruto The Power of Savior

Disclaimer : Naruto dan High School DxD bukan milik Saya ,tapi milik Masashi Kishimoto dan Ichiei cerita punya saya xD

Pairing : Naruto x Harem

Rated : M

Genre : Adventure, Romance , Friendship ,Fantasy, Supranatural

Summary :Uzumaki Namikaze Naruto. Pemuda yang memiliki kekuatan legendaris dari orang tuanya. Dengan tekad dan keyakinan hati yang ia miliki, ingin mencari sebuah kata 'Kedamaian' bagi orang yang dia sayang. Powerfull!Naru not Godlike, Naru!Harem.

Warning : OOC, Gaje, Lime, Etc.

[A/N: Mungkin banyak kesamaan dengan fic lainnya. Namun, alur dari imajinasi saya.]


o0o

Saya tidak memaksa anda untuk membaca Fic ini. Jika tidak suka, silahkan tekan 'Back' atau 'Close Tab'.

Don't Like and Don't Read

o0o


Chapter 8: His Wife's Wishes

Setelah 1 minggu Issei berlatih di bawah bimbingan Azazel, kini ia kembali kepada teman-temanya,serta Keluarganya. Namun, ketika Issei kembali, ia tidak melihat kehadiran Naruto di sana. Karena ia ingin menyerahkan surat pemberian Azazel kepadanya. Di saat ia bertanya kepada Rias dan Akeno, mereka bilang juga tidak tahu kemana Naruto pergi. Bahkan Naruko, adik dari Naruto juga tidak tahu kemana sang kakak pergi. Mereka semua khawatir tentang di mana keberadaan Naruto, terutama Rias dan Akeno.

Saat ini Issei sedang berada di gedung Penelitian Ilmu Gaib (PIG). Gedung yang berbeda 180º dari isinya atau ruangannya. Beberapa orang berkumpul di ruangan PIG, tempat kelompok Iblis bangsawan Klan Gremory. Di tambah Naruko serta Raynare, walaupun bukan bagian dari kelompok tersebut. Rias dan lainnya juga tidak mempermasalakan kehadiran mereka dalam ruangan tersebut. Mereka semua berkumpul di sini sehabis pembelajaran Academy selesai dan ingin segera tahu apa yang Issei lakukan selama seminggu pergi tanpa berpamitan kepada siapapun.

Awalnya Rias dan lainnya sempat terkejut. Issei yang notabet-nya adalah Iblis, berlatih di bawah bimbingan Malaikat Jatuh bernama Azazel. Bahkan dia adalah Gubernur Malaikat Jatuh. Issei juga menceritakan bagaimana Azazel mebawanya ke tempat yang namanya 'Surga', bagi dirinya. Membuat mereka sweetdrop, namun Rias senang karena anggota keluarganya kembali dalam keadaan baik-baik saja.

"Kapan-kapan, aku akan ke tempat 'Surga' itu lagi bersama Azazel." Ujar Issei setelah menceritakan kepergiaanya, di tambah wajah mesum menghiasi wajahnya.

DUAK

BRAK

"Issei-san!" Ucap Asia ketika Koneko memberi Issei pukulan di saat melihat wajah mesum yang paling ia benci. Untuk yang lainnya memaklumi jika Koneko selalu begitu ketika melihat wajah mesum Issei dan pengalaman pertama bagi Naruko dan Raynare. Mereka akan berhati-hati dengan orang yang seperti Issei.

"Mesum di larang disini." Ujar Koneko setelah memukul Issei.

"Arar-ara." Seperti biasa, Akeno hanya mengeluarkan kata-kata khasnya.

Sementara yang lainnya, cuma bisa menggelengkan kepala mereka.

Asia berlari mendekati Issei yang tergeletak di suduk ruangan PIG setelah menerima pukulan dari Koneko.

"Baiklah semuanya! Kita akan melakukan kegiatan seperti biasa! Yaitu membasmi Iblis Liar!" Ujar Rias pada seluruh anggota keluarganya.

"Apakah Naru-chan dan Ray-chan mau ikut?" Tanya RIas pada mereka berdua. Karena Naruko dan Raynare bukan bagian dari keluarga Rias.

Sementara yang di tanya bingung. Lebih tepatnya, Naruko lah yang bingung. Karena ia belum tahu tentang Iblis Liar.

"Hah~" Rias hanya mengela nafas mendapati wajah bingung Naruko.

"Iblis Liar adalah mereka yang berbuat seenaknya saja dan pergi meninggalkan majikan mereka." Ujar Rias menjelaskan kepada Naruko dan ia hanya menggangguk tanda mengerti.

"Maka dari itu, kami sebagai keluarga bangsawan Iblis Klan Gremory harus membasmi mereka karena sudah membuat hal yang merugikan Manusia." Lanjutnya.

"Jadi? Maukah kalian ikut?" Ajak Rias kembali.

"Bagaimana Onee-chan?" Naruko bertanya pada Raynare.

"Kita ikut saja mereka. Lagipula, kita juga tidak ada kegiatan setelah ini." Jawab Raynare.

"Baiklah. Kami ikut." Ucap Naruko.

"Namun ada satu permasalahan disini." Kali ini Akeno ikut berbicara.

"Apa itu Akeno?" Tanya Rias.

"Bagaimana kita membawa mereka ke tempat Iblis Liar berada? Lingkaran Sihir kita hanya bisa di gunakan bagi siapapun yang merupakan bagian dari keluarga ini." Ujar Akeno membuat Rias sempat kaget.

"Aku lupa akan hal itu." Rias baru menyadari akan hal yang di jelaskan oleh Akeno.

"Jangan khawatir tentang itu Akeno-Nee." Ucap Naruko tenang.

"Maksudmu, Naru-chan?" Akeno di buat bingung dengan ucapan Naruko yang begitu tenang.

"Kami akan kesana walaupun tidak ikut dengan kalian menggunakan Lingkaran Sihir keluarga ini." Jawab Naruko kepada Akeno.

"Jadi. Kalian akan berjalan kaki untuk ke tempat Iblis Liar itu, begitu? Tapi bagaimana kalian bisa menemukan tempat di mana kami berada?" Kali ini Rias berbicara.

"Tentu saja dengan penciumanku, Rias-Nee." Ujar Naruko sambil menunjuk hidung mungil miliknya.

"Baiklah kalau itu tidak masalah untuk kalian. Kami akan berangkat terlebih dahulu." Ucap Rias.

"Issei, Koneko-chan, Kiba! Bersiaplah!" Panggil Rias pada mereka bertiga untuk berkumpul.

"Ha'i."

"Akeno!"

"Ha'I Buchou."

SRING

Tercipta Lingkaran Sihir berwarna merah dengan lambang Klan Gremory. Beberapa detik kemudian, mereka berlima menghilang bersamaan dengan hilangnya Lingkaran Sihir keluarga Gremory.

"Kita juga pergi Naru-chan. Ray-chan."

"Ha'I."

.

.

Di tempat lain

"Naru." Panggil seorang gadis pada pemuda berambut pirang jabrik A.K.A Naruto. Pemuda yang di panggil saat ini sedang tidur pulas dengan memeluk erat dirinya.

"Enggh."

Layaknya sebuah bantal, Naruto semakin erat memeluk gadis itu. Tentang gadis yang sedang dalam pelukan Naruto ialah Sara. Sara memiliki rambut merah panjang, mata ungu, dan kulit putih. Di tambah kalung emas dengan permata merah di lehernya.

Pertemuan mereka sebelumnya merupakan pertemuan yang tidak terduga. Sara bertemu dengan Naruto di saat ia sedang berlari dari kejaran para preman yang ingin memperkosa dirinya sambil berteriak meminta tolong. Dan Naruto yang melihat itu langsung menghampiri mereka serta menghajar preman-preman yang ingin memperkosa Sara. Di situlah, Sara berpikir bahwa Naruto adalah sang penyelamat dirinya. Mulai kejadian saat itu, Sara terus bersama dengan Naruto kemanapun ia pergi. Sampai mereka menikah.

Walau sudah menikah, Naruto tidak pernah berbuah hal senonoh kepada Sara. Awalnya Sara marah akan hal itu, tetapi Naruto mungkin tidak akan memaksa dirinya melakukan hal seperti itu tanpa ada kemauan dari kedua buah pihak. Sara sempat berpikir, apakah ia tidak begitu menarik di mata Naruto. Namun, ia buang pemikiran buruk itu.

Sara juga mempunyai kemampuan yang tidak di miliki orang lain. Sebuah kemampuan yang dapat memanipulasi bunga, berbagai jenis bunga dapat ia buat sesuai keinginannya. Namun, Sara tidak pernah menggunakan kemampuan tersebut karena di larang oleh Naruto.

'Tidak apalah. Yang penting sekarang adalah Naruto selalu bersamaku.' Batin Sara dan membalas pelukan Naruto yang sedang tidur.

Keesokan Harinya

Pukul 06.00 AM

"Anata, bangun. Ini sudah pagi." Ujar seorang gadis berusaha membangunkan pemuda yang sedang memeluk dirinya dalam futon berukuran besar.

"Emm...Lima menit lagi, Sara. Emm..." Balas pemuda itu, Uzumaki Namikaze Naruto. Naruto saat ini memakai piyama berwarna biru muda berhiasan banyak gambar bintang kuning di seluruh bagian. Sementara Sara, memakai piyama berwarna merah, senada dengan warna rambutnya, di hiasi gambar hati putih.

"Tapi kau sudah janji akan mengajakku pergi ke taman hiburan, Naru." Ucap Sara menagih janji kepada Naruto.

Bukan menjawab melainkan memeluk erat Sara dalam pelukannya. Sara memang senang jika terus bersama Naruto, tapi...jika bersama di dalam rumah apalagi berada di atas ranjang, membuatnya jenuh. Tidak ada pilihan lain lagi bagi Sara. Satu-satunya cara membangunkan Naruto adalah menjepit kedua lubang hidung mancung itu. Dengan perlahan, dia gerakkan tangan kirinya ke arah wajah Naruto dan mulai menjepit hidung tersebut.

"..."

"..."

"..."

Sepuluh detik Sara menjepit hidung Naruto, pemuda itu tak kunjung bangun. Hingga tiga detik kemudian, Naruto mulai bereaksi seperti sesak nafas.

"Emmm...Emmm...Emmmm...HUAAAAH!"

"Kau ingin membunuh suamimu, Sara!?" Ujar Naruto bangun dari tidurnya dan melepas pelukan kepada Sara.

"Hmft!" Sara memalingkan wajahnya ke arah lain.

Hanya kata seperti itu yang Naruto dapat setelah menjepit kedua lubang hidungnya hingga sesak nafas.

"Eh?! Kenapa kau yang ngambek?! Harusnya ak-"

"Kau lupa atau pura-pura lupa?! Potong Sara dengan cepat sebelum Naruto menyelesaikan perkataannya.

"Are? Lupa apa maksudmu it-"

"Kau janji akan mengajakku ke taman hiburan, bukan?" Lagi-lagi Sara memotong perkataan Naruto.

"Iya. Tapi tida-"

"Pokoknya janji adalah JANJI!" Kali ini Sara memalingkan wajahnya, karena kesal sambil menekan kata 'janji'.

'Kenapa dia suka sekali memotong perkataan orang sih.' Batin Naruto.

Salah satu sifat Sara ialah selalu memotong perkataan orang lain. Namun, tidak mau perkataannya di potong. Jika hal itu terjadi, maka dia akan menangis sekeras-kerasnya serta mengeluarkan kemampuannnya secara brutal. Dan Naruto yang melihat tingkah istrinya ini hanya bisa menghela nafas saja. Ia kemudian melirik jam yang berada di dinding kamar rumah Sara dan menunjukan Pukul enam lebih dua belas menit.

"Hei." Panggil Naruto pada Sara yang masih memalingkan wajahnya.

"Apa?!" Tanya Sara dengan nada tinggi.

"Tidak perlu marah seperti itu. Kau kelihatan jelek jika seda-"

"Jadi kau menganggap aku ini jelek begitu?! Hah?!" Seperti biasa, sifat Sara kambuh kembali.

"Kau sudah Janji dan harus menepatinya." Ujar Sara sambil menunjuk ke arah Naruto.

"Aku ingin kau mene-"

"Baiklah! Sekarang bergegas mandi dan berangkat!" Kali ini Naruto memotong perkataan Sara karena jengkel tidak bisa menyelesaikan perkataannya sedari tadi.

Turun dari futon dan sedikit merenggangkan otot-ototnya setelah beberapa jam tidur bersama Sara. Baru ingin melangkah menuju ke kamar mandi, Naruto merasa ada sesuatu keganjilan. Membalikkan tubuhnya dan mendapati sesuatu yang tidak ia duga.

Tes

"Hiks...Hiks..." Seperti dugaan Naruto. Keganjilan itu ialah melihat Sara diam tak bergerak dari atas futon dan meneteskan air mata.

'Aku lupa kalau dia akan menangis jika perkataannya di potong.' Naruto hanya bisa menepuk keningnya melihat Sara meneteskan air mata.

"Sa-Sara ak-aku minta ma-maaf ka-kare-"

"Pergi!" Teriak Sara dengan nada tinggi sebelum Naruto meminta maaf.

"Dengarkan dulu penjelasanku." Naruto berusaha menenangkan Sara.

"Apa kau tidak tahu...hiks." Naruto tak kuasa melihat Sara terus meneteskan air mata hingga membasahi kedua pipi putih itu.

"Kau sudah...hiks...berjanji akan...hiks...mengajakku ke taman...hiks...hiburan...hiks." Kini, air mata Sara membanjiri seprei ranjang tempat mereka tidur.

"Aku...hiks...hanya ingin...hiks...selalu bersamamu...hiks." Sara memegang erat piyama bagian bawah yang saat ini ia kenakan. Naruto mendekat ke arah Sara dengan pelan.

"Karena aku...hiks..."

Grep

"Aku tahu, Sara. Aku juga mencintaimu." Naruto memeluk Sara pada dada miliknya.

Naruto melepas pelukannya pada Sara, memegang bahu gadis itu dan berkata. "Jadi berhentilah menangis. Aku tidak suka melihatmu menangis seperti itu. Oke."

Sara hanya diam dan menatap kedua bola mata Naruto. Dengan memberanikan diri, ia memajukan wajahnya ke wajah Naruto. Hingga jarak antara kedua wajah mereka semakin dekat.

Dekat

Dekat

Sara menutup kedua matanya, dan

CUP

Sara mencium Naruto tepat di bibir. Kedua bibir itu menyatu, Naruto sedikit terkejut akan tindakan Sara. Sebelumnya, Naruto lah yang selalu mencium Sara terlebih dahulu. Tapi kali ini, Sara lah yang menciumnya.

Awalnya Naruto tidak membalas ciuman Sara karena terkejut. Detik kemudian Naruto membalas ciuman Sara dengan lembut. Cairan savila mereka saling bertukar satu sama lain. Hingga kedua lengan Sara bergerak dan menekan kepala belakang Naruto agar memperdalam ciuman mereka.

Ciuman yang awalnya lembut, kini menjadi penuh nafsu. Sara menarik rambut Naruto meminta lebih. Dan Naruto memeluk pinggang Sara dengan erat.

"Enghh..." Sara mengeram ketika lidah milik Naruto menjelajahi setiap rongga dimulutnya.

Mereka berciuman selama kurang lebih 30 detik. Tanpa sadar, Naruto menjatuhkan Sara di atas ranjang tanpa melepas ciuman mereka. Naruto menindih Sara yang berada di bawahnya.

"Enghh..."

Sudah 5 menit kedua pasangan suami-istri ini berciuman. Mereka harus rela melepas ciuman itu karena kehabisan nafas. Namun, cairan savila mereka masih terhubung seperti benang yang tipis.

"Hah...hah...hah..." Sara dan Naruto mencoba mengatur nafas mereka setelah selesai berciuman.

"Na-Naru." Ucap Sara sedikit terbata.

"Hmm?"

"Ki-Kita jadi ke-ke taman hi-hiburan?" Tanya Sara sambil memalingkan wajahnya dari wajah Naruto.

"Kau terlihat manis jika merona, Sara." Naruto dapat melihat jelas rona merah di pipi milik Sara. Merah senada dengan warna rambutnya.

.

.~*Ultimate Power of Savior*~.

.

At Taman Hiburan

Setelah kejadian yang Naruto tidak duga di pagi hari tadi. Kini ia bersama Sara sedang mencoba beberapa wahana di taman hiburan. Naruto harus rela menuruti semua keinginan Sara untuk menaiki hampir seluruh wahana yang ada di taman hiburan ini. Namun, Naruto senang melihat wajah Sara yang bahagia saat ini. Atau mungkin untuk hari ini.

"Uwah...Capeknya!" Ujar Sara setelah mencoba wahana hampir semua wahana.

"Kau senang?" Tanya Naruto yang berada di samping Sara.

"Um." Jawab Sara dengan wajah ceria.

"Wahana apa lagi yang ingin kau coba?" Naruto bertanya pada Sara, wahana apa lagi yang ingin ia coba.

"Ehm..." Berpikir sembari melihat wahana yang ada di taman hiburan.

'Kuharap bukan hal yang buruk.' Batin Naruto berharap.

"Itu!" Sara berucap sambil menunjuk sebuah wahana seperti rumah, namun terlihat menyeramkan. Rumah Hantu.

"I-Itu?!" Ucap Naruto terbata-bata ketika Sara menunjuk wahana rumah hantu.

"Um...Jangan bilang kalau Naru takut dengan yang namanya HANTU." Sara menggoda Naruto sambil menekan kata 'hantu'.

"Ti-Tidak mu-mungkin aku ta-takut yang na-namanya ha-hantu." Elak Naruto.

'Sial.' Umpat Naruto. Prasangka Naruto tentang hal yang buruk terjadi juga.

Walaupun ia pernah bertemu dengan seora-bukan, tapi iblis atau makhluk berwajah seram. Namun, Naruto paling takut yang namanya hantu. Melihat seluk-beluk wahana rumah hantu itu, membuat Naruto sudah menciut nyali untuk memasuki wahana itu. Rumah yang sudah tua, kelihatan gelap karena hanya ada beberapa lampu penerang, pintu kayu yang sudah rapuh dan sebagainya.

"Ki-Kita coba wahana yang lain saja, Sara." Naruto mencoba membujuk Sara untuk tidak memasuki wahana rumah hantu tersebut.

"Tidak!" Ujar Sara sambil melipatkan kedua lengannya di dada.

"Kau sudah janji akan menuruti semua keinginanku!" Kali ini Naruto tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia sudah berjanji kepada Sara.

"Ta-Tapi kita kan bi-bisa mencoba wa-wahana yang lebih se-seru." Naruto terus mengelak untuk keinginan Sara mencoba masuk ke wahana rumah hantu.

"Kalau begitu, aku sendiris aja yang masuk!" Sara mulai mengambek dan pergi memasuki wahana itu sendirian.

"Sa-Sara tu-tunggu!"

Skiptime

Setelah keluar dari wahana rumah hanti yang ada di taman hiburan tempat Naruto bersenang-senang bersama Sara. Wajah Naruto masih terlihat ketakutan setelah keluar dari wahana itu. Berbeda dengan Sara yang terkagum dengan keseraman wahana tersebut. Sara terus menertawakan Naruto yang ketakutan saat melihat beberapa hantu di wahana itu.

"Ak-Aku ti-tidak akan ma-masuk ke wa-wahana yang namanya ru-rumah hantu la-lagi." Ujar Naruto setelah berada di luar wahana rumah hantu.

"Hihi...Lucu melihat mu ketakuatan melihat hantu." Sara tertawa pelan sambil tangan kanan menutupi bibir ranumnya.

Naruto menengkok ke arah Sara yang tertawa pelan menertawaki dirinya dengan wajah kesal.

Tapi...Naruto senang bisa membuat Sara tertawa seperti ini. Ia bahkan sudah lupa, kapan terakhir melihat tawa Sara yang seperti itu.

.

.

Selesai mencoba semua wahana di taman hiburan. Naruto dan Sara, kini berada di bukit yang terletak tidak jauh dari taman hiburan. Duduk di bawah bersandarkan pohon besar menjulang ke angkasa sambil memandang langit malam.

"Naru." Panggil Sara yang bersandarkan bahu milik Naruto.

"Hmm?"

"Kau tidak memberitahu tentang kepergianmu pada mereka ber'dua'?" Maksud dari perkataan Sara adalah kekasih Naruto, Rias dan Akeno.

Sementara yang di tanya diam beberapa detik sebelum menjawab pertanyaan dari Sara.

"Entahlah." Jawab Naruto singkat.

Sebenarnya, Naruto tidak bisa berkata banyak jika Sara menanyakan tentang mereka berdua. Sempat ia berpikir, bagaimana keadaan mereka semua. Terutama Rias dan Akeno. Di tambah lagi, setelah melakukan hal 'Itu', Naruto tidak pernah bertemu dengan mereka berdua lagi.

"Kau pasti bertanya-tanya. Mengapa aku bisa mengetahui kau dan mereka melakukan hal 'Itu'." Perkataan Sara membuat Naruto sedikit kaget, namun ia tutupi.

Tidak berapa lama kemudian setelah sara berkata seperti itu, Naruto mulai mengangguk. Sebenarnya, Naruto juga penasaran kenapa Sara mengetahui akan hal tersebut.

"Baiklah." Sara mulai bangkit dari sandaran bahu Naruto.

"Sekarang Naru buka bajumu." Pinta Sara pada Naruto agar membuka baju yang ia kenakan.

"Heh?!" Naruto tersendak kaget atas permintaan Sara.

"Kau ingin tahu atau tidak?!" Sara berucap sambil menyilangkan kedua lengannya di dada.

"Tapi jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Kau mengerti?" Kini Naruto meminta Sara untuk tidak melakukan hal yang aneh.

"Tidak akan Naru. Aku sudah sering melihat kau telanjang dada di dalam rumah. Jadi, mana mungkin aku melakukan hal-hal yang aneh." Ujar Sara. Namun, perkataannya itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang sebenarnya.

Naruto mulai membuka kaos berwarna merah yang ia kenakan. Kaos yang baru ia beli di taman hiburan bersama Sara. Dan juga, kaos yang sama di kenakan oleh Sara.

Blush

Terlihat rona merah di kedua pipi putih Sara. Dapat ia lihat, dada bidang Naruto yang membuat dirinya diam.

'Ah...Walau sudah sering melihat Naru telanjang. Kenapa aku masih malu melihatnya.' Pekik Sara dalam hati.

"Sudah. Sekarang bagaimana?" Tanya Naruto setelah selesai melepas kaos yang ia kenakan.

"A-Ah i-iya." Lamunan Sara buyar ketika Naruto bertanya kepadanya.

Tangan kanan Sara mulai bergerak untuk menyentuh bagian perut Naruto.

"!"

Naruto begitu kaget ketika Sara menyentuh perut miliknya. Yang membuat ia kaget bukan sentuhan Sara, melainkan tanda berbentuk koma empat arah di pusaran perut itu.

"Itu adalah sebuah tanda penghubung." Ujar Sara menjelaskan pada Naruto.

"Tanda penghubung?" Beo Naruto ketika Sara berujar.

"Sebuah tanda yang dapat menghubungkan indra penglihatan terhadap si pengguna." Jelas Sara.

"I-Itu berarti, ka-kau sudah tahu apa yang aku lakukan se-selama ini?" Ada sedikit rasa takut setelah Sara menjelaskan tentang tanda tersebut.

"Hmft!" Sara memalingkan wajahnya ke arah lain, sambil menyilangkan kedua lengannya di dada. Ia kesal.

"Ma-Maafkan aku Sa-Sara." Naruto hanya bisa meminta maaf pada Sara setelah mengetahui fungsi dari tanda milik Sara.

"Hmft!"

"Ku-Kumohon maafkan a-aku. Akan ku-kulakukan apapun asalkan ka-kau memaafkanku." Naruto berkata sembari bersujud di depan Sara.

"Benar, kau ingin melakukan apapun untukku, Naru?" Tanya Sara memastikan.

"A-Asalkan aku bi-bisa menurutinya ke-kenapa tidak." Perkataan Naruto membuat bibir ranum milik Sara tersenyum senang.

Tapi, bagi Naruto. Senyum yang di paparkan oleh Sara, mengandung hal yang berbau buruk.

"Ka-Kalau begitu. Ak-Aku sangat su-suka anak ke-kecil. Ja-jadi..." Sara sedikit menundukan kepalanya ke bawah dan kaki kirinya bergerak memainkan permukaan tanah. Jangan lupa, rona merah di kedua pipi miliknya.

"Ja-Jangan bi-bilang ka-kau ingin pu-pu-punya a-a-anak?" Tebak Naruto dengan terbata-bata. Ia sepertinya mengerti maksud dari perkataan Sara. Walau ia belum menyelesaikan ucapannya itu.

"Ehm...I-Iya." Jawab Sara dan anggukan kecil darinya.

.

.

.

.

Tobulus Benotus Continueous...


Akhirnya selesai juga. Maaf sebelumnya ya, jika Tiiya belum bisa menceritakan atau membuat alur tentang Action.

Untuk chapter ini sepertinya hampir full Romance, Bukan begitu? Dan juga Lime nya kurang panas ya? Lemon? Ah, untuk yang satu ini...Tiya tidak bisa menulis tentang adegan itu. Untuk kedepannya, akan memasuki 'Arc 1: Rescue Rias's Wedding'.

Mungkin di chapter depannya lagi...lagi...entah berapalah. Tiiya akan meminta sang kakak menuliskan adegan tersebut. Jadi jangan kecewa untuk bagian Lemonnya. Tetap ada, namun ya itulah pokoknya :D

Maaf sekali lagi bila chapter kali ini terlihat membosankan seperti chapter terdahulu. Karena bagian/chapter full pertarungan akan di mulai dari chapter...mungkin 10.

Untuk Harem Naruto, ada sedikit perubahan. Hanya ada 6 harem untuk Naruto, sebagai berikut:

-Sara

-Rias

-Akeno

-Raynare (walau belum ada pengakuan)

-Ophis (Proses)

-Serafall (Proses)

Itu saja. Karena kebanyakan Harem, membuat Tiiya pusing. Harus memikirkan awal pertemuan mereka, hubungan mereka dan blalalalala.

Bagi para Review di chapter sebelumnya (Sebelum akun FFn ini diambil alih), Tiiya tidak bisa menanggapi hal tersebut. Karena itu adalah ide kakak saya. Jadi, maaf bila ada kata-kata yang salah ataupun kekeliruan disana. Semua orang pasti melakukan kesalahan yang tidak mereka sadari. Hanya Sang Pencipta yang selalu benar.

Oke cukup sampai disini dulu. Hanya itu yang bisa Tiiya sampaikan untuk chapter 8. Silahkan masukan kritik, saran, flame (hanya yang berkaitan dengan Fic ini.) dalam kotak Review yang tersedia dibawah nanti. Karena masukan kalian adalah kenapa alasan bagi Tiiya sampai sekarang bisa melanjutkan Fic ini.

Akhir salam, Wassalamu'alaikum .