Phobia
Maincast: KaiSoo
Warning: YAOI, OOC, Typo, EYD, Mainstream plot and many more.
a/n: Kalau gak suka ff ini jangan dipaksa baca, kalaupun terlanjur, jangan sampai habis soalnya aku gak menerima kata-kata kasar dalam bentuk apapun jadi mohon pengertiannya.
.
.
.
Phobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Phobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap phobia sangatlah sulit untuk dimengerti.
Seperti phobia yang diidap Jongin membuat dirinya sendiri tidak paham akan kelainan hidupnya.
.
.
.
Jongin tak bisa berhenti untuk menyeka keringat yang membuat kaosnya hampir kuyup. Sebelah tangannya mengibas di depan wajah untuk mengipasi tubuhnya yang terasa terbakar.
Di musim panas begini, biasanya Jongin akan bertelungkup di lantai teras rumah Sehun yang dingin setelah menandaskan segelas besar es serut buatan Bibi Oh. Tapi tadi pagi sebelum Jongin melesat menuju rumah sahabat karibnya itu, sang ibu sudah menarik kaosnya sampai dia hampir terjungkal.
"Kita harus membantu tetangga pindahan baru untuk menata barangnya." jelas ibunya dengan tegas membuat es serut yang ada dipikiran Jongin pun meleleh sia-sia.
Situasi sekarang, Jongin sekeluarga sedang menunggu di pinggir jalan untuk menyambut tetangga barunya itu, dengan guyuran menyengat sinar matahari yang berada tegak lurus tepat di atas kepala.
Rencana awal, Jongin hanya akan menurunkan perabotan rumah tetangganya itu saja. Tapi nyatanya, sudah menunggu sampai dua puluh menit, si tetangga barunya itu belum juga muncul. Membuat Jongin sedikit–banyak merasa kesal.
Dia melirik ibunya seolah meminta penjelasan tapi ibunya itu hanya mengedikkan bahunya tidak tahu.
"Kusumpahi kalau tetangga baru itu punya anak, anak itu akan tergila-gila padaku!" sungut Jongin meluap-luap. Wajahnya sangat merah dan kepalanya mengeluarkan asap pekat membuat Sehun (yang daritadi ikut serta dalam kegiatannya menunggui tetangga baru itu) meniup ubun-ubunnya.
"Jongin berapa kali Kim seonsaengnim bilang, jangan membuat pencemaran termasuk pencemaran udara!" ucap anak berkulit albino itu dibalas tatapan tajam dari Jongin.
Kalau sedang kesal, Jongin memang akan seperti itu, menyumpahi siapa saja yang membuatnya kesal tapi juga tidak melupakan kebahagiaan untuk masa depannya. Entah sudah berapa anak manusia yang disumpahinya akan suka pada seorang Kim Jongin. Dan hebatnya semua ucapannya benar-benar terjadi, terbukti dari Jongin yang menjadi idola di sekolahnya.
Saat Jongin ingin kembali ke rumahnya untuk mengambil air dingin, sebuah truk kuning besar memasuki pekarangan rumah kosong membuat Jongin mengurungkan niatnya dan merelakan kerongkongannya kering, seperti tanaman bunga mawar milik ibunya di belakang rumah yang tidak pernah dirawat.
"Truknya sudah datang. Semua bersiap!" ayah Jongin mengomandoi dan semua orang dewasa di sana langsung menyerbu truk itu. Mereka mulai menurunkan satu-persatu barang untuk kemudian diisi ke dalam rumah.
Jongin mengambil kardus besar dan menggotongnya bersama Sehun. Berat sekali seperti sedang mengangkat beban dua ratus kilo gram. Jongin tidak tahu isinya itu apa, yang Jongin tahu setelah ini dia harus pergi ke rumah sakit yang menyediakan jasa pijat refleksi karena pinggangnya sebentar lagi akan patah.
"Ibuuuu, dimana aku harus menaruh Michaellll?" teriakan itu mampir ke telinga Jongin yang sedang tergeletak lemas di antara tumpukan kardus begitu selesai mengangkuti barang, tapi Jongin maupun Sehun tidak ada yang berniat untuk menengok siapa orang itu dan apa yang bisa mereka bantu.
Lagipula kedengarannya pemilik suara itu tidak butuh pertolongan sebegitu pentingnya. Yang ingin ditaruh itu adalah Michael tentunya nama sekeren itu sudah pasti dimiliki oleh manusia saja. Dan Jongin mengasumsikan seorang kakak yang kerepotan mengasuh adiknya.
"Tubuhku seperti habis ditindih kapal induk," Jongin mengalihkan pandangannya kepada Sehun yang sedang sekarat dengan kondisi berantakan, tak berbeda jauh dengan Meonggu, anjingnya yang senang bergulung di pasir hingga kotor.
"Kalau kau baru saja ditindih kapal induk, sekarang ibumu pasti sedang menangisi makammu bukan malah pergi ke tempat aerobik untuk melangsingkan tubuh."
"Aku ingin berenang di laut." ucap Sehun asal sambil mengusap wajahnya.
Mereka sama-sama kotor akibat debu menempel ditubuh mereka yang sebelumnya sudah dibanjiri keringat. Bau badan mereka tercampur oleh bau matahari yang belum hilang.
Jongin masa bodoh mau sejelek apapun rupanya toh tidak ada penggemarnya di luar sana yang melihat.
"Ibuuu aku lupa meletakkan Michael, buuu. Dia hilang!"
Suara itu lagi. Dengus Jongin.
"Jongin, apa sopan kita diam saja di sini sementara tuan rumah sedang sibuk?" Sehun sudah hampir berdiri tapi tangannya buru-buru ditarik. Jongin menggeleng, memastikan kalau yang mereka lakukan itu sudah benar. Dan mereka pun kembali duduk berselonjor di atas lantai.
Mereka mungkin masih akan terkapar di balik tumpukan kardus itu kalau saja keadaan yang memungkinkan dalam artian tidak ada yang menginterupsi mereka untuk pergi dari sana kecuali saat tenaga sudah kembali pulih.
Sesuatu lebih tepatnya seekor serangga sedang merayap ke kaki Jongin secara perlahan memasuki rongga celana pendeknya membuat dia menggeliat kegelian, tidak nyaman. Lalu akhirnya meraba-raba celana berbahan kaos yang dikenakannya dan mendapati sesuatu berada di di atas pahanya, di balik celana.
Serangga dengan ukuran dua ruas jari dan sedikit keras. Jongin mengira-ngira lalu bangkit berdiri, berloncat-loncat dan...
Serangga itu jatuh dari dalam celana Jongin membuat dua laki-laki yang masih menstabilkan deru napasnya terlonjak kaget. Kelabakan dan mencari apapun untuk memusnahkan serangga itu.
"KECOA! KECOA!"
BAK
BUK
BAK
BUK
DUAGH.
"Mati kau, sialan. Dasar binatang porno tidak tahu adab." Jongin memukulkan gulungan koran itu ke lantai dibantu doa dari Sehun yang beridiri panik di atas kursi.
Keributan pun mereka buat. Dan seorang anak laki-laki bermata bulat menghampiri mereka dengan wajah terkejut saat melihat apa yang mereka lakukan.
"Ibuuu, ada monster yang membunuh Michaelllllkuuu."
APA?!
.
.
.
Di Minggu siang yang terik, sepulangnya dari les balet, Jongin memaksa ibunya untuk membuat es serut sebagai ganti dia yang diminta untuk membantu beres-beres di rumah Paman Do kemarin.
Dengan air liur yang menetes dimana-mana, Jongin mengambil sendok demi sendok es serut yang di aduk dengan sirup markisa dalam satu gelas. Rasanya seperti surga dunia saat es itu luber di dalam mulutnya.
Menjadi seorang raja tanpa dayang. Jongin duduk, dengan kaki yang naik ke atas meja sambil menghabiskan esnya di ruang tamu. Ditemani suara dengungan serangga yang berteriak di luar sana karena tidak tahan dengan panasnya sinar matahari. Tapi kemudian suara nyaring bel berkali-kali dari depan rumah juga ikut menyambangi pendengaran Jongin.
Dia mungkin sudah tidak akan membukakan gerbang kalau tahu yang akan datang adalah Sehun.
"Ada apa?" tanya Jongin dari sela besi gerbang, tidak langsung membukanya dan mempersilahkan Sehun masuk.
"Apa Taemin hyung ada?"
"Kalau yang kau cari hyungku, belok kiri dan kembali lagi nanti sore." Jongin kembali masuk ke dalam rumah tapi Sehun cukup beringas untuk menggoyang-goyangkan gerbang itu dan membuat Jongin kembali berbalik.
"Uang sakumu satu tahun belum tentu cukup mengganti kerusakan yang kau buat."
"Kalau begitu kau bisa menyuruhku masuk." Lalu Jongin menggeser bagian gerbang itu dan membiarkan Sehun masuk.
Mereka duduk di lantai ruang tamu dengan kipas yang sedang berputar. Sehun menghabiskan satu teko berisi es limun yang dibuatkan ibu Jongin untuk mereka berdua. Menunggu Jongin untuk membukakan gerbang membuatnya hampir mati kehausan.
"Sebelum kemari, Kyungsoo–tetangga baru itu menegurku, minta ganti rugi berupa uang untuk biaya pemakaman Mi... Mi..." Sehun berusaha mengingat pesan yang disampaikan padanya.
"Michael?"
"Nah," Sehun mengangguk kembali menuangkan es limun yang tinggal sedikit ke dalam gelasnya.
"Aku tidak mau."
"Tapi dia bilang, Michael itu serangga–maksudku kecoa langka yang dibelinya saat liburan di London dengan harga 135 poundsterling." Jelas Sehun otomatis membuat Jongin menjatuhkan rahangnya. Terperangah lebar dengan kesadaran yang tipis.
Setelah ini Jongin akan meminta Taemin membantunya menangkapi kecoa di sudut penjuru rumahnya itu dan membujuk ayahnya untuk membeli empat tiket pesawat untuk satu keluarga dengan penerbangan ke London untuk menjual semua serangga itu di sana. Lalu pulang membawa satu truk uang dan hidup mewah di pulau hawai sampai mereka dideportasi (karena mereka tidak mengurus surat-surat penting itu).
Otak Jongin tentu hanya tak bisa menalar, bagaimana kayanya tetangga baru itu sampai membeli hal yang tidak penting. Kalau Jongin ada diposisi mereka, Jongin akan menggunakan uang itu untuk membeli software game dari serial satu sampai tamat.
Dua jam kemudian, saat mengantar Sehun sampai pintu gerbang karena anak itu ingin pulang, dia melihat Meonggu sudah berada digendongan si pemilik Michael. Atau panggil saja Kyungsoo. Jongin buru-buru mengalihkan pandangannya, pura-pura tidak melihat, membuat Kyungsoo sebal.
"Kalian harus ganti rugi!"
"Kalau kami tidak mau?"
"Aku akan meminta Ricky untuk menghabisi kalian!"
Dahi Jongin berkerut sedangkan Sehun sibuk memikirkan; Sialan apa lagi Ricky?
"Untuk informasi kalian saja, Ricky itu gorilla ayahku yang dibeli saat kami ke Afrika."
Jongin dan Sehun langsung melesat, kembali masuk ke dalam rumah melupakan keselamatan Meonggu yang mungkin saja akan dijadikan santapan makan siang untuk Ricky atau hewan lain bernama keren milik Kyungsoo itu.
Meonggu tersayang, maafkan majikanmu yang keji.
Dengan napas tersengal, Jongin dan Sehun berdiri dari balik pintu. Celaka, tetangga barunya itu seperti ada gangguan mental. Kalau waras, mana mungkin sebegitu niatnya memberi nama untuk hewan dengan nama modern. Kemarin Michael dan tadi...siapa? Ricky? Lagaknya seperti orang Eropa saja.
Jongin menyibak sedikit gordennya untuk mengintip, memastikan keadaan Meonggu. "Sinting." Lalu melempar bokongnya ke sofa terdekat.
"Jongin?" panggil Sehun dengan mata memincing sedangkan Jongin mengangkat kedua alisnya. "Kau mimisan." Lanjut Sehun.
"Euh?"
.
.
.
TBC or FIN?
.
.
.
Apasih KaiSoo jadi nista gini. Mianhae. Mending bash aku aja kalau kalian gak suka, jangan bash KaiSoonya (/-_-)/~
Ini kumpulan vignette ringan/? yang ceritanya nyambung satu sama lain/? karena wordsnya gak akan sepanjang fic lain ex; 3k+ lebih, konfliknya juga pasaran -a (mungkin, soalnya aku gak suka yang complicated bikin pusing hehee).
Kritik & saran ditunggu, ya!
Mind to review? ^^