Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Enkyori Love
[Kuroko Tetsuya x Reader]
.
.
.
Aku menyukaimu dari jarak sedekat ini tetapi aku tak dapat menggapaimu.
Aku melihatmu dari tempat ini. Surai birumu terlalu indah saat angin musim semi membelainya. Aku tersenyum dari tempat ini seorang diri, menatap sosok indah yang berseberangan denganku di tempat ini. Sesekali aku melirik buku catatanku yang penuh oleh coretan-coretan kecil. Beberapa garis lurus dan melengkung terdapat disana, begitu banyak sampai tak terhitung jumlahnya. Disanalah tempatku melukiskan wajah manismu. Dibuku catatan inilah aku dapat menggambarkan orang yang kusuka.
Hey, aku sangat menyukaimu, teman sekelasku.
Aku terus mencuri-curi pandang saat pelajaran sastra klasik ini tak kunjung berakhir. Aku tau kau tak menatapku karena terlalu sibuk oleh sensei di depan sana. Biarlah, aku tak berharap kau menatapku karena hanya dengan menatapmu diam-diam seperti ini hatiku hangat seolah bunga sakura mekar di dalamnya. Biarlah, aku menyukaimu seperti ini karena aku takut kau akan menjauhiku jika mengetahui perasaan ini.
Jika perasaan ini harus kusembunyikan maka aku akan melakukannya untukmu. Kau hanya perlu berada disana tanpa mengetahui perasaan ini. Mungkin sesekali membagi senyumanmu padaku juga tak apa. Aku senang karena kita seperti ini. Aku senang walaupun aku tak memberitahukan perasaan ini padamu. Aku menyukaimu di setiap musim. Aku menyukaimu tanpa alasan. Dan aku akan selalu menyukaimu dengan perasaan yang tak kau ketahui ini.
.
.
.
.
Kau tak perlu tau karena aku tak yakin jika kau mau mengetahuinya.
Saat lonceng istirahat berbunyi kau selalu pergi begitu saja. Sangat sulit bagiku bertemu denganmu saat istirahat tiba. Bosan rasanya disini, aku memutuskan untuk melangkah pergi menuju kantin sekolah. Terlihat disana sangat ramai, aku berharap di dalam keramaian ini sosokmu muncul dihadapanku. Ah, mungkinkah?! Atau hanya dalam fana saja aku boleh mengharapkannya?! Entah, mungkin hal tersebut tak seharusnya terjadi jika saja—
"Doumo, [name-san]."
—hei, siapa yang membuat khayalanku menjadi nyata?!
Mataku tak sengaja menatap mata indah pemilik suara itu. Rasanya seperti menatap sebuah kristal bening saat aku semakin lama menatapnya. Tatapannya datar seperti hari-hari sebelumnya. Wajahnya tak mencerminkan ekspresi apapun. Maaf jika kau tak suka. Sekali saja tak apa kan?!
"Doumo, Kuroko-kun."
Entah mengapa aku tak dapat menahan senyumanku. Mungkin bunga sakura dalam hatiku ini semakin mekar ketika kau datang dalam jarak sedekat ini. Sekali lagi maafkan aku jika kau tak suka. Maaf jika kau tak ingin aku berada disini, lebih baik aku segera melangkah pergi menjauhimu,
"Sumimasen Kuroko-kun, aku harus membeli seseuatu disana."
Senyuman diwajahku tak dapat tergantikan menjadi wajah tanpa ekspresi seperti dirinya. Sekilas tersenyum saat menatap sosoknya yang kini tengah menatapku datar. Tak lama setelahnya sosok itu tak terlihat lagi dalam keramaian ini. Ah, langkahku terlalu cepat meninggalkannya. Lalu dirinya mudah sekali menghilang. Biarlah, asalkan jangan perasaan ini yang menghilang.
.
.
Lonceng pulang telah berbunyi sejak tadi, sekitar setengah jam yang lalu. Sayangnya, aku tak bisa beranjak pergi dari tempat ini karena aku harus memperbaiki nilai sastra klasik seorang diri disini. Nilai yang sangat buruk! Jujur saja aku tak suka pelajaran ini. Menyusahkan dan sangat membuatku ingin terlelap jika saja sosok itu tak ada disana.
"Dapatkah kau selesaikan tugas ini sebelum matahari terbenam?" Sensei bertanya demikian padaku. Saat itu aku hanya mengangguk tanpa mengetahui aku mampu menyelesaikannya atau tidak.
"Jika kau tidak bisa dan jika kau mau, sensei akan meminta tolong pada siswa lain untuk membantumu."
Seketika mataku berkilat tajam. Tidak ada salahnya bukan meminta bantuan seseorang jika kau tak bisa melakukannya sendirian seperti ini?!
"Boleh saja, saya sangat senang dengan hal itu." Aku tersenyum dalam hati, berharap tugas ini segera selesai sebelum matahari mengatakan selamat tinggal dari ufuk barat.
"Bailakh, kau tunggu disini sebentar!"
Disini aku kembali seorang diri. Alih-alih bosan menatap kertas-kertas yang ada di depan mataku, aku beralih menatap bunga sakura yang terlihat begitu indah dari ruangan ini. Bunga sakura itu sangat indah bukan?! Bahkan aku sempat membayangkan dirimu yang tersenyum padaku di bawah pohon bunga sakura itu. Sekali saja aku ingin senyan itu kau perlihatkan padaku. Tak lebih dari sebuah senyuman. Akankah kau melakukannya walaupun hanya sesaat?
Aku semakin terhanyut dalam indahnya bunga sakura disana. Aku sama sekali tak menyadarinya jika seseorang telah berada bersamaku di ruangan ini. Saat itu, satu hal yang menyadarkanku kembali adalah hembusan napas hangat yang menggelitik leherku. Hembusan napas hangat itu membuatku tersontak, terlebih lagi saat tatapan itu kembali bertemu.
Saat itu kau dan aku terbalut dalam keramaian, tetapi saat ini apakah hanya ada kita berdua?!
"Kuroko-kun...?" Aku memastikan dengan bertanya padanya. Benarkah yang berdiri dihadapanku sekarang adalah dirinya?!
"Apakahkedatangku mengagetkanmu?" ucapnya terlalu datar saat aku kembali mengalihkan pandanganku tepat pada bunga sakura di luar sana.
"Iie."
Ketahuilah kedatanganmu mungkin sedikit mengagetkan bagiku, tetapi aku tak dapat mengatakannya dalam lisan. Terlebih lagi kau seolah menghapuskan jarak antara kita. Apakah kau baik-baik saja dengan posisi kita saat ini?
Saat sunyi kembali menghiasi ruangan ini kau sama sekali tak mengubah posisimu disini. Detak jantungku bermain cukup kencang disana. Saat itu juga mataku tak dapat lagi terfokus pada bunga sakura yang indah. Hanya sebentar saja kau berada di posisi ini telah membuatku melupakan indahnya bunga sakura itu. Sekarang yang ada hanyalah dirimu yang lebih indah dari bunga sakura di luar sana. Disini, yang terbayang hanyalah sketsa wajahmu seorang.
Aku menyukaimu dari jarak sedekat ini tetapi aku tak dapat menyentuhmu.
Hatiku tak lagi hangat tetapi telah memanas setelah sekian menit lamanya kau berada terlalu dekat denganku. Aku ingin menyentuhmu sekali saja, bolehkah aku melakukannya? Aku ingin selalu dekat denganmu, bolehkah aku berkata seperti itu? Sayangnya, lisan ini tak berani berkata demikian karena hati inilah yang mengambil alih segala perkataan yang ada. Aku menyukaimu, semua itu hanya ada dalam hatiku. Sekalipun tak pernah aku katakan melalui lisan ini.
Telapak tanganku menyentuh jendela ruangan tersebut. Perlahan mengusap lembut bayangan dirimu disana. Kedua bola mata itu terlihat menatap lurus ke luar sana, terpantul indahnya cahaya senja yang menghangatkan musim semi ini. Aku tersenyum dalam pantulan kaca itu, melihat dirimu yang tak menatapku. Tak apa jika kau tak melihatku disini karena aku hanya ingin memperhatikan bayanganmu seorang diri dalam senja.
Saat terhanyut dalam pantulan bayangnmu, tiba-tiba saja aku melihat sepasang mata itu menatapku lembut. Apakah sepasang mata itu tak ingin lagi menatap indahnya bunga sakura di luar sana? Diriku sendiri telah lama mengalihkan pandanganku pada bayangan yang terpantul di senja hari. Bagiku tak ada yang lebih indah dari sosokmu. Jika kedua bola mata itu memang tengah menatapku disini, maka aku sangat senang karenanya. Jika saja lisan ini mengucapkan sesuatu untukmu, maka aku akan mengucapkan terima kasih padamu. Entah untuk apa, mungkin aku akan mengetahuinya jika hari-hari seperti ini terus berlanjut walaupun musim terus berganti.
"Apakah pemandangan di luar sana begitu menarik perhatianmu?" kau bertanya demikian dan aku hanya dapat tersenyum tanpa menjawab pertanyaan itu. Andaikan lisan ini berbicara pastilah akan membuatmu tak percaya.
—karena disini hanya kau yang menarik perhatianku seutuhnya.
Aku masih melihat sepasang mata itu menatapku. Saat itu aku masih membiarkan segalanya terjadi begitu saja tepat sebelum telapak tangan itu bersatu diantara celah jari-jariku. Percayalah, bukan hanya aku saja yang akan terkejut jika seseorang melakukan hal seperti ini. Akhirnya tatapan itu kembali bertemu setelah persekian detik telapak tangan kami saling bertautan dalam senja.
"Sebaiknya kau tak hanya menatap jauh ke luar sana karena di ruangan ini pun ada sesuatu yang harus kau perhatikan, [name-san]."
Benar saja yang dikatakan dirinya. Aku melupakan sesuatu disini. Aku meliriknya sekilas, ternyata tugas-tugasku masih menumpuk di atas meja itu. Semua ini karena dirimu. Aku pasti selalu meyalahkanmu jika hal ini terjadi karena hanya dirimulah yang dapat menarik perhatianku lebih dari apapun.
"Ah— maaf, aku hampir saja melupakan semua itu padahal kau sudah berada disini sejak tadi tetapi aku membuang-buang waktumu begitu saja..." aku tertunduk seolah meminta maaf padanya. Untuk segalanya aku meminta maaf dan juga aku merasa malu karena hal ini. Ternyata aku belum terbiasa jika kau dan aku berdekatan dalam waktu yang cukup lama seperti ini.
"Daijoubu, aku memiliki banyak waktu untuk ini—"
Aku masih tertunduk saat itu dan sedetik kemudian aku merasakan sesuatu menyentuh helaian rambutku yang sedikit berantakan. Sontak aku kembali berdiri tegap untuk melihat dirimu yang kini masih saja menyentuh helaian rambutku. Aku memang tak bisa menyentuhmu walaupun tak ada lagi jarak diantara kita, tetapi mengapa dengan mudahnya kau menyentuhku seperti ini?! Sebenarnya apa yang kau rasakan saat ini?!
"—mungkin selain untuk basket, aku memiliki banyak waktu untuk melakukan hal ini, [name-san]."
Di ruangan ini tepat saat aku kembali menatap kedua bola mata itu kau tersenyum padaku. Pertama kalinya kita berdua berada dalam jarak sedekat ini. Semua ini mungkin terjadi karena sesuatu yang tak aku suka. Semua ini mungkin karena aku mendapatkan tugas sastra klasik itu. Dan semua ini mungkin hadiah ulang tahunku yang terindah. Tak apa jika kau tak mengetahuinya, karena tanpa kau sadari aku telah mendapatkan hadiah yang paling indah dari sosokmu disini.
"Arigatou, Kuroko-kun..."
Walaupun senja nantinya akan menghilang tergantikan malam, aku sama sekali tak ingin beranjak dari ruangan ini. Aku akan tetap menyelesaikan tugas-tugas itu walaupun hari mulai gelap karena disini aku tak hanya sendiri. Dalam jarak sedekat ini kau mungkin dapat merasakan perasaanku ini. Perasaan yang tak terduga itu mungkinkah akan muncul dihatimu juga?!
.
.
.
FIN~ (Chapter 1)
A/N : Maaf banget saya nyampah ff baru terus disini walaupun ff yang lain belum kelar (?) -_- behubung sayup-sayup inspirasi lagi lewat maka saya memanfaatkan hal tersebut untuk mengisi hari libur. Padahal mau UN sih tapi gak apalah karena sesuatu yang terlalu dianggap serius itu bisa membuat tubuh lelah dan otak stress *alasan klasik, buruknya otak saya ngepas (?)* lebih baik kita melakukan segalanya dengan normal dan lancar tanpa ada yang terlewatkan (?)
Oh, ya untuk settingnya saya buat ceritanya itu pas GoM SMA jadi sekolahnya pisah-pisah. Saya juga gak tau sama ceritanya itu gimana =w= (soalnya sayup-sayup/plak ) biarkan saja habis saya bosan sama cerita dengan cinta yang terbalaskan (?). Sejujurnya ff ini sedikit/banyak juga terinspirasi dari lagu AKB48 hahaha, lagu apa itu? Mungkin minna-san bisa menebaknya jika mau *diinjek*
Akhir kata saya bukanlah dewa, maka dari itu ff ini pasti memiliki banyak kekurangan dari segi apapun (lupakan typo karena itu sudah pasti). Kira-kira next chapetr siapa yak? *sok-sok nanya* Atau mungkin hanya tuhan yang menentukan pencerahannya?! XD
.
.
.
Thanks for read~ (jika ada XD)
Mind to review?! (jika ada juga XD)