Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : SasuNaru slight ShikaNaru

Rate : T

Gendre : Romance,Drama

Warning : YAOI,ANEH,GAJE, TYPOS,DLL

LOVE in Shibuya By Akira Naru-desu

.

.

Selamat membaca! ^^,


.

.

Kagemart tidak segan-segan memberikan diskon besar. Setiap tiga bulan sekali Kagemart rutin mengadakan diskon tersebut. Jika memberi diskon, mereka benar-benar memberi diskon. Tidak seperti toko-toko yang ada di Konoha yang biasanya menaikkan harga sebelum memberi diskon. Di Kagemart banyak produk rumah tangga dan bahan makanan yang dijual separuh dari harga normal. Biasanya hanya diadakan tiga sampai empat hari. Dan Naruto tidak akan melewatkannya, meskipun pemuda yang berstatus mahasiswa itu harus berdesak-desakan bersama ibu-ibu.

Dia tidak akan kalah!

Hidup seorang diri dikota orang memang sedikit susah untuk seorang rakyat biasa macam Naruto. Kuliah saja ia dapatkan dengan bersusah ria mendapatkan beasiswa unggulan. Orang tuanya, hidup didesa kecil Jepang. Namanya, Konoha. Sangat jauh dari perkotaan. Dan mereka hanya seorang petani biasa. Jadi, ia hanya bisa hidup seadanya. Karena ia tak mau merepotkan lebih banyak untuk biaya hidupnya di Shibuya. Tempat sekarang ia tinggal.

Selepas dari Kagemart, Naruto berjalan menuju halte bus. Dia telah membeli beberapa kotak susu, roti tawar, bahan makanan dan sebuah boneka panda sebagai hadiah ulang tahun untuk anak perempuan Kakashi– salah satu seniornya dikampus.

'Semoga Sakura-chan suka,' ungkap Naruto dalam hati.

"What's up man? Are you crazy, haaaah?! Kamu bodoh!" Terdengar suara keras dipinggir jalan.

Naruto kaget dan takut. Dilihatnya seorang laki-laki bersurai oranye dengan pierching diwajahnya dan seorang lagi berpostur tinggi dengan rambut merah yang jabrik. Mereka beradu mulut sepanjang jalan, saling memaki. Mereka adalah berandalan kota yang biasa mangkal didepan Kagemart. Wajah mereka tak asing bagi Naruto, namun tingkah mereka membuat Naruto mempercepat langkahnya. Dia tak mau mengambil resiko, ia pernah sekali dipalak saat keuangannya sedang krisis. Alhasil, seminggu penuh ia hanya makan ramen dengan air putih. Kenangan yang buruk. Yahiko dan Nagato. Ia takkan pernah melupakan kedua nama itu.

Pyaaaarrr!

Suara kaca pecah membuat Naruto berhenti dan menengok kearah suara yang datang. Sekelebat, satu pecahan kaca kecil menancap ditangan kiri Naruto. Darah mengalir pelan. Naruto sedikit menjerit karena kaget. Ditariknya kaca itu dari tangannya. Lukanya tidak lebar , namun dalam. Buru-buru ia mengambil sapu tangan, lalu menutup goresan luka itu.

Rupanya, Yahiko melempar botol minuman kearah toko optik yang berada disebelah Kagemart. Botol itu pecah menghantam dinding. Pecahannya tersebar dijalanan. Beberapa orang berhenti untuk menyaksikan pertengkaran mereka. Suasana menjadi tegang. Tampaknya kedua orang itu sedang dalam keadaan mabuk.

"Gila, mabuk pagi-pagi begini," bisik Naruto menggerutu sambil memegang tangannya yang berdarah.

Nagato tak mau kalah. Ia mendendang sebuah troli yang berisi tumpukkan tisu toilet. Sontak isi troli tersebut behamburan.

"Heiiii! F*ck you, bastard!" Maki Yahiko dengan mengacungkan jari tengahnya menunjukkan permusuhan.

Suasana bertambah tegang.

"Kamu tidak apa-apa?" Kata seorang satpam yang tampak sebagai keamanan diKagemart.

Naruto hanya mengangguk seraya tersenyum.

"Aku tak sanggup menghadapi mereka seorang diri. Sebaiknya aku hubungi kepolisian. Mereka berdua sudah sering bermasalah. Kadang baikkan, kadang musuhan," satpam itu menambahkan. Didada kirinya tertera sebuah name tag dengan nama Genma.

"Jadi, mereka teman?"

"Iya. Bahkan mungkin mereka adalah sepasang kekasih. Mereka memang sering melakukan itu, bertengkar dipinggir jalan dan membuat keonaran," bisik laki-laki itu.

Naruto merasa iba. Ia cukup kaget mendengar penuturan Genma. Jadi, mereka pasangan gay? Memang disana sudah tak aneh, tapi untuk penganut aliran lurus, Naruto merasa hatinya diparut tajam. Mereka tidak mempunyi cukup pengetahuan untuk saling mencintai, pikirnya miris.

Naruto menahan rasa perih ditangannya. Dia mengambil tisu kemudian menyeka darah yang masih keluar dari goresan kaca itu. Sedangkan, dua orang ribut itu masih beradu mulut seperti kucing mau kawin. Mereka tidak saling pukul maupun menyentuh. Hanya saling mendekatan muka dan muka.

"Berhenti kalian berdua!" kata seorang lelaki muda bersurai hitam setara dengan matanya yang hitam tajam. "Jangan membuat keributan disini. Jika begini, aku tidak segan-segan menelepon polisi," katanya keras namun wajahnya begitu tenang. Suaranya bahkan lebih keras dari suara mobil yang melintas.

"Aku tidak bercanda," katanya dingin dengan nada yang mengacam.

Sontak Nagato mengatakan, "Ayolah.. Ini sesuatu yang biasa. Tenang saja."

Rupanya, ia takut dengan aura yang dikeluarkan lelaki berjas tersebut. Entah kenapa, ia merasa orang berwajah tampan dan datar dihadapnnya ini sangat serius. Pemuda itu terintimidasi.

"Ya, jangan konyol dong. Ini hanya pertengkaran biasa, kami tidak akan membunuh siapapun. Ayolah..," tambah Yahiko yang merasakan apa yang Nagato rasakan.

"Hn. Tapi, sekarang kalian benahi kekacauan ini dan bersihkan pecahan kaca botol ini. Lalu, minta maaf kepada semua orang," kata laki-laki berkulit putih itu yang begitu tegas dan berwibawa.

Laki-laki itu punya karisma, punya kepemimpinan yang luar biasa, tampak dari caranya bicara dan mengatasi masalah. Dua berandalan tadipun tunduk terhadap sikapnya. Naruto yang menyaksikan itu terdiam sesaat. Hatinya berdesir melihat laki-laki berfisik sempurna itu. Dalam hati, ia membayangkan andai saja ia seorang perempuan. Tentu ia akan jatuh cinta pada pesona lelaki itu. Laki-laki itu benar-benar sempurna dimata Naruto. Perawakannya tinggi, posturnya ideal, dan yang lebih penting, sikap kepemimpinannya yang memukau banyak orang.

Astaga! Naruto membatin untuk menghalau imajinasinya yang mulai gila. Pemuda berwajah imut itu menggeleng miris.

"Maafkan kami, semua!" seru kedua berandalan itu seraya mengangkat tangan sebagai tanda jabat tangan dari jauh. Beberapa orang bertepuk tangan memberikan apresiasi kepada pemuda pemberani itu yang telah menyematkan perdamaian. Narutopun ikut bertepuk tangan. Namun, ia bertepuk tangan untuk merayakan sebuah desiran baru dihatinya yang dulu hanya untuk Hinata.

"Kamu baik-baik saja? Aku lihat kamu berdarah," tanya laki-laki itu yang entah kapan kini sudah berada didepan Naruto, "apakah perlu kuantar kerumah sakit?" katanya lagi.

"Tidak. Aku baik-baik saja. Hanya luka kecil. Aku bisa menahannya," timpal Naruto yang dalam hatinya terdengar bunyi dag dig dug kencang. Laki-laki muda yang membuatnya berdesir itu memandangnya lembut dengan iris oniksnya.

"Hn. Aku antar kerumah saja. Kamu naik bus, kan? Akan butuh waktu lama sampai dirumah karena bus baru akan datang sepuluh menit lagi. Mobilku ada diujung jalan itu. Jika kamu mau, aku bisa mengantarmu ke apartemenmu, Ame House," katanya lagi dengan nada datar, wajah datar pula.

'Eh? Bagaimana dia tahu bahwa aku tinggal di Ame House, ttebayou?' pikir Naruto dengan hati yang semakin tidak karuan.

Naruto belum sempat berkata apa-apa. Tapi, sepertinya laki-laki itu memahami ekspresi wajahnya.

"Jangan kaget, Dobe. Aku pernah melihatmu ada di Shibuya University, aku tahu karena wajahmu terlihat bukan dari kalangan orang-orang elit. Pasti kamu adalah orang beruntung yang mendapatkan beasiswa dari East West Centre, maka dari itu hanya Ame House lah yang bisa kau tempati," laki-laki itu menjelaskan dengan nada yang begitu menyebalkan ditelinga Naruto yang kini sedang menahan seluruh amarahnya yang siap meledak.

Dobe? Wajahku terlihat miskin, begitu?

Detik itupula desiran hatinya lenyap. Berganti dengan perasaan menyesal karena sempat menganggumi pemuda menyebalkan dihadapannya. Hancur sudah imej sopannya dimata Naruto.

"Tidak usah," ucap Naruto ketus dan pendek. Ia memalingkan wajahnya sebal. Kemudian menatap tajam Sasuke dengan dua iris birunya yang bening. "Aku lebih baik menunggu bus, dari pada pulang bersamamu, Teme," lengosnya kemudian berbalik meninggalkan pemuda yang kini terpaku dibelakangnya.

"Sasuke. Namaku, Sasuke. Bukan Teme," ujarnya yang tak dipedulikan Naruto yang terus berjalan.

"Aku tidak bertanya!" seru Naruto yang ternyata masih mendengar ucapan Sasuke.

Sang Uchiha pun hanya tersenyum samar.

Lalu?

Pemuda itupun menyusul Naruto dan segera menyeret pemuda bersurai pirang itu masuk kedalam mobilnya.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Naruto kaget.

"Diamlah. Aku akan mengantarmu. Dasar kelas kepala," tukas Sasuke seraya menarik pedal mobilnya dan segera meluncur menyusuri jalan raya.

Naruto melotot marah. "Kau...! Arrrrgh! Kau menyebalkan!" gerutunya sambil mengerucutkan bibirnya yang merah. Sasuke mendengus dan tampak cuek dengan terus mengemudi tanpa mengindahkan Naruto yang terus menyerapah kepadanya.

Hello! Dia bahkan baru bertemu dengan laki-laki ini. Dan kenapa denganya? Bukankah tadi ia bersikap sangat sopan? Kenapa sekarang berubah? Naruto membatin karena ia tak ditanggapi oleh Sasuke.

"Namamu?" Tiba-tiba Sasuke bertanya saat mobil itu berhenti tepat pada pertigaan lampu merah.

Naruto mendelik kesal, namun ia akhirnya membalas juga. "Uzumaki Naruto," jawabnya singkat seperti tak berniat untuk berbicara. Apa boleh buat, ia sedang menumpang dimobil orang.

Hening..

Guk Guk Guk!

"A-astagaa!" Seru Naruto cukup kaget. Begitu ia melihat kebelakang tampak seekor anjing besar berwarna hitam. Anjingnya memakai lei berwarna putih yang melingkar erat dilehernya. Anjing itu rupanya baru bangun tidur karena terganggu dengan suara mereka. Kemudian menyalak seperti memberi sambutan kepada Naruto dan kembali duduk tenang dikursi belakang.

Naruto menghela nafas lega. Ia kira akan diserang anjing.

"Namanya Kuromaru. Dia anjingku," ucap Sasuke melirik kearah Naruto yang sepertinya sedang menormalkan kembali detak jantungnya karena kaget. Ekspresinya sangat lucu. "Kau tidak alergi anjing,kan?"

"Tidak, tidak,tidak. Aku tidak alergi, aku hanya sedikit kaget saja. Kupikir ada anjing hantu,"sangkalnya dengan polos dan terdengar konyol.

Sasuke mendengus. "Hantu?" Nadanya terdengar mengejek.

Naruto nyengir. "Aku sedikit tidak suka dengan yang namanya hantu."

"Hn."

Ketika mobil melaju, akhirnya kedua pemuda itu mencair dalam perbincangan ringan. Dan Naruto melupakan kekesalannya terhadap Sasuke yang sejak tadi bersemayam dihatinya. Kelebihan Naruto memang, ia mudah melupakan kekesalannya terhadap orang lain.

~Akira Naru-desu~

.

.

Naruto menghabiskan makan siang sambil mengobrol dengan Kiba. Teman kampusnya yang kebetulan satu apartemen. Sambil menunggu rebusan ramen, Kiba menggodanya. "Hey.. Kau diantar siapa tadi? Gebetan barumu ya?"

"Bukan!" Naruto melotot kearah Kiba yang cengengesan sementara tangannya sibuk menuangkan ramen kedalam mangkuk besarnya. "Dia Sasuke,"katanya memberitahu.

Kiba menaikkan kedua alisnya antusias. "Oh.. Wow... Seorang pria? Bukankah Sasuke itu nama seorang pria?" tanya Kiba yang dijawab anggukan oleh Naruto.

Kiba tersenyum menggoda. "Jadi kamu sekarang sudah belok?"

Putaran mata Naruto membuat Kiba terkekeh. "Aku masih normal, tidak seperti kamu, Kib."

"Oke. Tepatnya belum," ucap Kiba yang dihadiahi pelototan Naruto yang kini sedang duduk seraya memakan ramen tom yam-nya. "Oke bercanda brother! Yang aku tanyakan itu, bagaimana kau bisa pulang dengan dia? Kan, tadi kamu berangkat naik bus. Atau jangan-jangan kamu ngajak dia jalan?" cerocosnya.

"Enak saja!" Naruto tidak terima sementara mulutnya penuh dengan ramen, kemudian ia menelannya. "Tadi aku bertemu dengannya dijalan depan Kagemart. Sasuke jadi pahlawan yang melerai dua berandalan sana yang lagi adu mulut. Dari situ, dia tiba-tiba memaksaku untuk diantarnya."

Kiba sedikit terkejut namun ia tersenyum misterius. "Good for you, bro!"

"Why?" Tanya Naruto tidak mengerti.

"Tentu kamu jadi aman. Selain itu..., dia kan ganteng," goda Kiba lagi.

"Oh, kau benar-benar menyebalkan! Aku tidak berniat mempunyai kekasih seorang pria. Kalau aku mau, tentu saja aku sudah dapat dari dulu, heheh," kekehnya narsis. Kiba melongo mendengarnya.

"Pasti dengan Shikamaru," canda Kiba.

"Demi Tuhan Kibaaa... Si rusa itu memang baik, tapi dia terlalu pemalas dan menyebalkan. Bagiku, dia hanya teman baik," tukas Naruto sementara Kiba nampak sedang berpikir.

"Apa kamu yakin Shikamaru berpikiran sama?"

"Ya, emang kenapa?"

"Pagi tadi dia meneleponku. Dia tanya nomor kamarmu. Katanya dia terus menghubungimu tapi kau tak membalasnya. Masa baru ketemu kemarin dia sudah kangen? Oh.. Dia juga sangat perhatian padamu, Naru-chan~" ledek Kiba menyembunyikan nada tak sukanya saat ia membicarakan soal Shikamaru yang begitu perhatian kepada Naruto.

"Berhenti memanggilku seperti itu!" sanggah Naruto cepat. "Tapi, masa sih? Aku gak ngerasa dia perhatian, ttebayou!"jawab Naruto dengan wajah polos.

Kiba menghela nafas atas ketidakpekaan Naruto. "Wajah cantikmu cukup pantas mendapatkan panggilan seperti itu," kata Kiba cuek dengan tatapan maut Naruto yang terlihat imut. "Tapi, kan tetep saja. Shikamaru itu keren."

Naruto memandang heran kearah Kiba yang mulai terlihat sedang berhayal.

"Shikamaru tak kalah ganteng ko sama aktor-aktor Jepang," hela Kiba yang semakin liar berhayal tentang Shikamaru. Kini giliran Naruto yang melongo.

"Tapi tetep saja dia itu pemalas," timpal Naruto.

"Ya, pemalas yang jenius, bukan?" Kiba seperti terus membela Shikamaru. Naruto memincingkan matanya kearah Kiba.

"Seperti aku peduli saja," timpal Naruto lagi.

"Tapi aku peduli!" sanggah Kiba keceplosan.

Naruto tersenyum misterius. "Ah! Aku tahu, ttebayou!" tatapnya menggoda kearah Kiba. "Kau menyukai rusa pemalas itu ya~?"

Wajah Kiba sontak memerah. "Naru, bukankah sore ini harus pergi?" Kiba yang merasa malu mencoba mengalihkan perhatian. "Sebaiknya kau cepat-cepat bersiap!" Lalu pemuda manis besurai cokelat itu pun kabur begitu saja. "Jangan lupa bawa oleh-oleh!" seru Kiba lagi dari pintu, hanya mukanya saja yang nongol. Naruto tertawa atas tingkah sahabatnya.

"Ya aku harus pergi," lirih Naruto kemudian berdialog sendiri.

.

.

Naruto sudah siap berangkat. Dia menggunakan celana jeans warna biru dengan sepatu putih. Dikenakannya kemeja biru muda tanpa ia masukan kedalam celana. Rambutnya yang berantakan dibiarkan seperti asalnya. Manis. Diambilnya boneka panda yang telah ia bungkus rapi. Dimasukannya kedalam tas gandong berwarna hitam kesayangannya. Ia pun berangkat menuju kediaman Kakashi.

Naruto mengenal Kakashi saat praktikum polusi diTokyo. Saat itu, Kakashi mengajak anak perempuannya bernama Sakura. Disanalah Naruto dan Sakura berkenalan. Menurut Sakura, Naruto itu unik. Penampilannya yang sederhana dengan wajah yang tak kalah manis dengan dirinya membuat Sakura tertarik untuk berbicara dengan Naruto. Gadis kecil itu langsung cocok dengan Naruto hingga mereka menjadi sahabat. Naruto itu sangat menyenangkan, tidak seperti ayahnya yang membosankan. Begitulah kata Sakura.

Dari halte tempatnya turun, ia berjalan 300 meter menuju rumah Kakashi. Sekumpulan orang dibawah beberapa pohon. Rumah Kakashi memang mempunyai halaman yang luas, nampak seperti taman. Naruto sempat bingung mencari sisi mana Kakashi menggelar barbacue. Hingga, matanya menangkap beberapa balon yang ditata. Ada spanduk sederhana juga yang bertuliskan : "HAPPY BIRTHDAY DEAREST SAKURA!"

"Hai.. Naru-niichaan!" Sapa Sakura yang langsung memeluk Naruto.

"Hai, Sakura-chan. Selamat ulang tahun. Nii-chan punya sesuatu untukmu. Lihat ini!" Kata Naruto sambil menyerahkan bungkusan kado.

Kakashi yang sedang membolak-balikan daging menoleh kearah Naruto. "Sakura-chan. Ajak Nii-chanmu kemari," teriak Kakashi.

Ada beberapa orang yang duduk diatas tikar yang digelar disana. Sambil menggandeng Naruto, Sakura mendekati Kakashi. Naruto menyapa banyak tamu. Beberapa dari mereka adalah temannya dikampus. Namun, ada satu orang yang membuat dirinya kaget saat melihatnya. Ternyata, Sasuke ada disana, sedang berbincang dengan seorang perempuan. Hati Naruto tiba-tiba berdesir kembali.

Sasuke tidak memperhatikan Naruto karena sibuk berbincang dengan teman perempuannya itu. Naruto menuju bangku didekat tumpukan kado. Lalu, disapanya beberapa temannya. "Hallo mina-san!" ramahnya yang langsung dibalas antusias beberapa teman laki-lakinya. Naruto manyun saat teman perempuannya tampak tak peduli terhadapnya.

'Kapan aku punya pacar, kalau teman perempuan saja gak punya,' hatinya menggerutu atas ketidakberuntungannya. Naruto tidak menyapa Sasuke karena entah kenapa ia merasa canggung dan menghampiri Kakashi yang sedang memanggang daging.

"Naru, aku membeli banyak daging babi. Ayo makanlah," ucap Kakashi seraya memeberikan potongan daging yang sudah masak kepada Naruto.

"Arigato," balas Naruto, namun pandangannya melirik kearah Sasuke.

Setelah itu, mereka berbincang mengnai hidangan dalam pesta itu. Akan tetapi, mata Naruto seakan terus tergoda untuk melirik Sasuke. Hal itu terjadi berulang kali hingga Kakashi sadar.

"Mereka adalah Sasuke dan Rin," kata Kakashi sambil mrmbumbui daging keatas grill.

"Rin? Apakah dia istrimu?" tanya Naruto. Sebelumnya, Naruto pernah mendengar Sakura menyebut-nyebut nama ibunya.

"Ya. Dia baru pulang minggu lalu dari Suna."

"Memangnya apa yang dikerjakannya di Suna?" Naruto kembali bertanya, fokusnya sepenuhnya terarah kepada Kakashi.

"Oh, aku lupa memberitahu padamu. Istriku bekerja sebagai dokter disana. Beberapa bulan lagi kontraknya akan habis dan kembali praktek disini. Ya.. Setelah tiga tahun," jelas Kakashi.

"Pasti berat untukmu , Senpai."

"Ya, saat-saat awal memang sulit menjadi orang tua tunggal. Tapi tidak masalah untukku, karena Sakura sudah sekolah dan dia bukanlah anak yang manja. Akupun jadi bisa meneruskan kuliahku yang sempat terputus."

Naruto manggut-manggut mengerti. Matanya kini beralih kepada Sakura yang sedang bercengkrama dengan temannya, bibirnya kemudian mengulas sebuah senyuman yang hangat. "Sakura-chan memang anak yang baik," katanya jujur.

Kakashi terlihat bangga. "Ohya, dan Sasuke itu adalah anak dari senior Rin diSuna. Sasuke selalu datang jika Rin datang karena ingin menitipkan sesuatu kepada ibunya yang ditugaskan disana. Ibu Sasuke tinggal disana karena dia sudah tak menjalin pernikahan dengan ayah Sasuke," jelas Kakashi memberikan informasi tentang Sasuke.

Naruto tak berkomentar. Lebih tepatnya, ia tidak tahu harus berkomentar apa. Selama mereka mengobrol, Sasuke dan Rin berjalan menghampiri mereka yang berada didekat panggangan barbacue itu.

"Kamu pasti, Naru-chan?" sapa Rin ramah sedikit membuat Naruto terlonjak karena tak menyadari kedatangannya.

"Ya. Saya Naruto. Uzumaki Naruto," pemuda manis itu memperkenalkan dirinya dan sedikit menekan namanya karena ia tak senang dipanggil Naru-chan.

"Sakura beberapa kali menceritakanmu. Bahkan, dikamarnya ada gambarmu dengan mahkota bunga dikepala," kata Rin tanpa beban, "saya Hatake Rin. Senang berkenalan denganmu, Naru-chan," lanjutnya kembali memanggil Naruto dengan embel-embel chan.

Naruto terlihat sangat kaget. Rasanya, ia ingin berlari mencari kamar Sakura dan membakar gambar itu. "Ha ha ha," tawanya begitu terpaksa dan hambar. Kakashi dan Sasuke nampak geli melihatnya. "Benarkah? Yoroshiku Rin-san."

"Naru, ini Sasuke. Dia juga mahasiswa UH sepertimu," Rin memperkenalkan Sasuke kepada Naruto.

Sasuke yang sudah sadar Naruto ada disitu dari tadi hanya menatapnya dan sedikit memberi seringai angkuhnya saat mendengar ucapan Rin. Namun, dia tetap mengulurkan tangannya kepada Naruto sebagai tanda perkenalan untuk menghormati Rin.

"Hai Sas, senang bertemu kembali," kata Naruto tersenyum formal.

"Hn."

"Oh jadi kalian sudah saling kenal?" tanya Rin sedikit terkejut.

Setelah mereka sedikit berbincang-bincang, Rin memberikan kode kepada Kakashi untuk memulai acara.

Plok Plok!

Kakashi menepuk tangannya dua kali untuk menarik perhatian semua tamunya. Kemudian, sang Hatakepun membuka acara. Kakashi meminta kepada seluruh tamunya untuk berkumpul membentuk lingkaran dengan tangan saling berjabatan untuk doa bersama. Segera, Sasuke menarik tangan Naruto, bersiap untuk melakukan doa seperti yang diminta Kakashi. Naruto menatap Sasuke. Melihat tatapan itu, Sasuke tersenyum. Diberi senyum yang langka itu, Naruto menunduk.

'Sepertinya ada yang salah denganku,' benaknya.

Hingga, sebuah nada pesan masuk terdengar disaku celana Naruto. Pemuda manis itu mendapatkan alasan untuk melepaskan genggaman tangan mereka. Ia mendesah lega, karena terbebas dari rasa tak nyamannya menggenggam tangan seorang pria. Siapapun yang mengirimnya pesan, ia harus berterima kasih. Narutopun membuka pesannya. Ternyata dari Shikamaru.

Naru, bukalah emailku. Dan segera balas.

Membaca SMS itu, Naruto tersenyum. "Dasar, rusa pemalas," bisiknya lirih.

Pembacaan doa dimulai. Naruto segera bergabung dan memilih untuk tidak berada disamping Sasuke. Ia memilih diam diantara dua gadis cantik. Sekalian modus. Tangan-tangan gadis cantik lebih enak untuk digenggam, pikirnya.

Sasuke mendengus kecil. Muncul tanda tanya dalam benaknya, lalu dia sadar bahwa Naruto memang menghindari pegangan tangan dengannya.

'Straight, huh?'

Dua jam berlalu. Pesta kecil untuk Sakurapun berakhir. Sasuke kembali menawarkan tumpangan untuk Naruto. Dengan senang hati Naruto menerimanya. Disamping ia sedang mengirit uang saku, ia juga mulai merasa nyaman bersama Sasuke. Meskipun sedikit menyebalkan dan sering memanggilnya Dobe, namun ia tak keberatan untuk mencoba berteman dengan pemuda berperangai dingin itu. Ya, siapa tahu mereka bisa menjadi sahabat. Sasuke cukup menyenangkan, kok, pikir Naruto.

Terpenting, hari sudah malam dan Naruto malas untuk berjalan kaki 300 meter untuk sampai halte.

Mobil sport hitam itu melaju pelan dijalanan yang mulai sepi. Naruto terus berceloteh untuk mengusir suasana sepi itu. Rupanya, Sasuke memilih jalan yang bisa lebih cepat sampai. Jalanan itu naik turun khas perbukitan. Aspal yang halus dan mobil yang masih baru membuat tak ada suara deru mesin. Kuromarupun sepertinya asik tidur dibelakang.

"Apa mereka sedang terkena mogok,Teme?"

"Hn."

Dari arah kejauhan, remang-remang terlihat ada satu mobil yang parkir kurang beraturan dari bahu jalan. Ada empat orang. Semuanya berada diluar mobil. Salah satu diantara mereka melambaikan tangan, sepertinya hendak meminta bantuan. Sasuke menghentikan mobilnya.

"Kamu tunggu disini saja, Naru."

"Oke..," jawab Naruto.

Dari dalam mobil, Naruto memperhatikan langkah Sasuke menuju mobil silver itu. Dua diantara mereka terlihat seperti berandalan. Jalanan itu sepi dan lampu penerangan tidak terlalu bagus. Perasaan Naruto tidak enak. Terjadi pembicaraan diantara Sasuke dan keempat orang itu. Naruto dapat melihat mereka dari dalam mobil, namun mereka tidak bisa melihatnya dari luar.

Naruto mulai panik.

Sudah beberapa menit mereka bebincang, namun tidak tampak segera melakukan sesuatu. Misalnya, meminjam dongkrak atau apalah.

Tiba-tiba..

BUKK!

Sasuke menjotos salah satu diantara mereka.

Kemudian, ketiga orang lainnya membalas dengan memukul Sasuke beramai-ramai.

Bukk, bukk, buukk!

Tiga pukulan berturut-turut. Sasuke jatuh tersungkur. Tampaknya mereka belum puas. Mereka menendang Sasuke bertubi-tubi, terus dan terus. Sasuke nampak kesusahan menghadapi empat pria bertubuh besar itu. Dari mulut Sasuke, mengalir darah segar. Sasuke merasakan kesakitan yang luar biasa– ia memang sedang kurang fit sehingga tenaganya melemah.

Sial! Rutuknya seraya mengerang.

Naruto yang menyaksikan itu sangat panik. Keringat dingin keluar, tapi badannya terasa panas,kaku dan gemetar. Kini, jatungnya seakan kehilangan kontrol mengatur tempok kecepatan berdetaknya. Dia bingung, apakah dia harus keluar dan menyelamatkan Sasuke dan menghadapi empat preman itu? Ia yakin tak bisa menghadapi mereka. Naruto mencari sesuatu didalam mobil, kalau-kalau ada senjata. Sayang, Naruto tidak menemukan apapun.

Setelah berpikir beberapa saat, Naruto keluar. Dan ia berpose layaknya seorang polisi yang hendak mengambil pistol kearah empat orang itu.

"BERHENTI KALIAN! BERHENTI ATAU AKU AKAN MENEMBAKMU!"

Naruto sebenarnya takut dan gemetaran luar biasa. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian itu. Nekat, memang. Tapi, melihat keadaan Sasuke ia menjadi berani.

Tiga laki-laki berandalan diantara mereka berhenti dan mengangkat tangan keatas kepala. Mata mereka tajam memandang Naruto. Hanya satu orang yang sebenarnya tidak takut dengan ancamannya, seorang laki-laki bergigi runcing. Dia melihat Naruto dari atas kebawah dan merasa tak mungkin 'gadis' tomboy didepannya itu membawa senjata.

"Oke. Tapi urus temanmu yang suka campur urusan orang ini!" bentak pemuda bergigi runcing itu. Namun, kakinya masih sempat mendendang tubuh Sasuke.

"BERHENTI KUBILANG! SEKALI LAGI KAMU MENENDANGNYA, AKU AKAN BENAR-BENAR MENEMBAK KALIAN!" Naruto menggila. Dia bersuara keras sekali layaknya seorang ibu singa yang mengamuk karena melihat anaknya disakiti beruang. Siap menerkam beruang itu dalam satu gigitan termematikannya.

"AKU TAHU OROCHIMARU KETUA HEBI! AKU BIASA MEMBUNUH ORANG. JANGAN MAIN-MAIN!" ancam Naruto yang juga kaget kenapa kalimat itu bisa muncul. Mana kenal dia dengan Orochimaru sang Yakuza nomor satu terberbaya diJepang itu. tapi, dia tidak peduli. Dia terus meraung dan meneriaki empat pemuda itu.

Karena merasa tidak punya urusan dengan 'gadis Yakuza' didepanya. Empat lelaki itu segera kabur dan tancapg gas. Sasuke tersungkur berlumuran darah dijalanan. Naruto berlari kearah pemuda tak berdaya itu. "Sas! Sasuke..., apa kamu baik-baik saja?! Pegang tanganku, Sas. Kamu bisa berdirikan?" kata Naruto panik. Udah tahu Sasuke lagi terluka parah, eh nanyain kabar. Pantas sekali Sasuke memanggilnya Dobe.

Naruto memapah Sasuke masuk kedalam mobil. Dibaringkannya Sasuke dikursi belakang, sementara Kuromaru seperti panik melihat majikannya seperti itu. Ia menyalak beberapa kali.

"Tenang Kuromaru, aku akan membawa Sasuke kerumah sakit," ucap Naruto menenangkan anjing itu. Dengan patuh Kuromaru duduk disamping Sasuke dan menggesekakan pipinya dibadan Sasuke. Naruto menepuk anjing manis itu.

Tapi, setelah beberapa saat Naruto teringat sesuatu.

Lalu?

"GAWAT! AKU TIDAK BISA MENGEMUDIKAN MOBIL, TTEBAYOU!" Teriaknya begitu nyaring dan frustasi.

.

.

Bersambung...

.

.


Fyuuh... Beres juga. Ada yang protes saya malah pubish new story? Heheh..

Gomen, reader-san. Laptop saya keujanan, eh tuh lepi ga jalan. Sekarang lagi diservis. Jadi, kelanjutan Fic lain arsipnya dilepi yang lagi perbaikkan. Alhasil, Kira pubilsh new story buat selingan sambil nunggu lepi balik lagi. Ini rencananya ga akan banyak-banyak. Targetnya, sebelum lepi balik Kira mau apdet fic ini sampai tamat. So, dipastikan story ini apdetnya bakal cepet kalo reader-san mau.. Hehe..

Oya... Ini fic request dari Sasu-chan SiUke Naru.. Dia ngPM Kira n ngirim skrip ide cerita sampe tamat. Dan?

Kira langsung suka dengan jalan ceritanya. Simple dan langsung konek dengan pikiran Kira. Dia hanya ngirim sekitar 651 word. Singkat banget, maunya one shoot dia tuh, tapi Kira punya rencana lain. Hoho..

Tapi, buat Sasu-chan maaf kalo hasilnya beda sama yang kamu mau. Misalnya, Naru sama Suke emang ketemu dimarket tapi gak seromantis yang kamu mau. Hoho.. gini nnih.. Malah adegan rusuh. Ha..

Terus-terus.. Kira juga ngejadiin Shikamaru buat pihak ketiga bukannya Sakura. beda banget sama maunya kamu. Tapi, tenang aja,endingnya dipastikan seperti yang kamu mau. Hehe..

I hope you like this fic.

N reader-san juga suka- meskipun pastinya ini bakal ngebosenin. T.T

Akhir kata..

Berkenankah memberi review?

Love you~