Damn, You're Sexy, Park Chanyeol!

.

.

By Jonah Kim

.

.

Pairing : Chanbaek (Main Pair).

Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kim Jongin, Do Kyungsoo, Oh Sehun, Kim Luhan (Marganya saya ganti), Shim Changmin.

.

.

Rated : M, For pornography, Smut, and Smut talk.

.

.

PLEASE Dont COPY, STEAL OR Publish My Stories, thank you.

.

Don't Like, Don't Read! No Flame.

.

.

Enjoy ^^

.

.

.

Jam pelajaran kali ini Chanyeol terus-menerus menatap Kyungsoo. Pria itu masih mengacuhkannya entah karena apa. Tapi Chanyeol bertekad akan meluluhkan Kyungsoo! Dia harus berbaikan dengan Kyungsoo, Bagaimanapun caranya!

"Babysoo… Baby."

Diam. Satu kali, dua kali, tujus belas kali, Kyungsoo masih tak terganggu. Tepatnya dia terlalu terbiasa dengan rajukan Chanyeol barusan. Jika Chanyeol fikir dia akan luluh semudah itu maka Chanyeol salah!

"Baby…"

Chanyeol melirik sonsaengnimnya yang masih duduk sambil mengecek kertas kuis. Kesempatan! Chanyeol langsung mendekatkan diri pada Kyungsoo dan mulai merayu.

"Didalam hatiku selalu tersimpan namamu. Meskipun sekarang kau membenciku dan tak mau mengenalku lagi. Bagiku kau adalah teman terbaikku satu-satunya."

SHING~~~!

Hening.

"Bahkan jika semua orang memusuhiku, jika kau tetap berada di sisiku, maka aku akan bertahan, Kyungsoo."

Sabar, Kyungsoo, sabar, Jangan sampai wajahmu memerah hanya karena gombalan anak konyol ini. Dia tidak tahu apa yang dibicarakan. Dia tak akan bertanggung jawab!

"Kyungsoo…"

Chanyeol cemberut—memasang wajah bak anak kucing yang minta dipungut tapi nyatanya Kyungsoo tak mau memungutnya.

"Bodoh," Kyungsoo berkomentar. Sadis memang tapi Chanyeol senang, setidaknya Kyungsoo mau membalasnya. Meskipun hanya satu kata tak masalah kan.

"Kenapa kau mendiamkanku, Kyungsoo?"

"Bukan urusanmu."

"Urusanku! Kan yang kau diamkan aku. Kalau yang kau diamkan oranglain baru aku tidak akan ikut campur."

Kyungsoo diam tak menanggapi. Karena kesal, Chanyeol meraih bahu Kyungsoo dan mencengkramnya. Memaksa pria imut itu untuk menatap ke arahnya. Jujur, jantung Kyungsoo berdetak lebih cepat saat ini. Chanyeol menatapnya terlalu intens! Ya Tuhan!

"Tatap aku, Kyungsoo. Kau tidak lihat betapa menderitanya aku kau acuhkan?"

"Seperti aku perduli saja."

JLEB! Perkataan Kyungsoo sungguh amat manis. Chanyeol membatin miris. Melihat Chanyeol yang mungkin menyerah, Kyungsoo buru-buru membalik badannya. Mumpung Chanyeol melepasnya bisa gawat kalau dia melihat terlalu lama ke dalam mata Chanyeol. Chanyeol itu kan virus. Virus penebar cinta maksudnya.

"Apa kau marah karena kedekatanku dengan Baekhyun sunbae?"

DEG! Akhirnya si bodoh ini sadar juga! Kyungsoo hampir saja berteriak seperti itu tapi beruntung dia bisa menahan ekspresi wajahnya. Oke Kyungsoo tetap tenang! Im cool with it, okey, calm down!

"Kalau karena itu, aku bisa menjauhinya."

"Benarkah?"

Kali ini Kyungsoo menjawab dengan nada yang lembut. Chanyeol mengangguk-anggukan kepalanya dengan penuh semangat. Jangankan menjauhi Baekhyun, apapun akan Chanyeol lakukan untuk Kyungsoo!

Yah—meskipun sebenarnya Chanyeol tidak begitu yakin sih. Dulu dia bisa menjauhi siapapun karena memang Kyungsoo melarangnya. Tapi sekarang… menjauhi Baekhyun sebenarnya agak mengganggunya.

"Aku akan berusaha tapi percayalah padaku!"

"Kau berjanji?"

"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan berusaha," jawab Chanyeol pelan penuh penyesalan. Untuk sesaat Kyungsoo benar-benar kecewa. Apa hubungan mereka sedekat itu sampai-sampai Chanyeol belum bisa menjauhinya?

"Baby, please, beri aku kesempatan."

Tapi Kyungsoo sudah sangat bersyukur Chanyeol masih mau melakukan keinginannya. Kyungsoo tahu dia egois. Tapi Kyungsoo selalu kalah oleh perasaanya sendiri. Bahkan, dari kecil Chanyeol selalu bertahan dengan sikap proktektifnya.

Apakah dia keterlaluan sekarang?

"Kalau begitu berusalah."

Chanyeol cengar-cengir. Akhirnya Kyungsoo luluh juga. Dan melihat betapa senangnya Chanyeol, mau tak mau membuat Kyungsoo tersenyum juga. Masa bodoh dengan hubungan mereka atau skinship mereka, yang penting Chanyeol mau berusaha menjauhi Baekhyun. Itu sudah lebih dari cukup.

"Baik anak-anak, bel istirahat sudah berbunyi. Jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang saya berikan tadi. Selamat siang."

Baik Kyungsoo maupun Chanyeol tak menyadari bahwa bel istirahat telah berbunyi. Mungkin saking seriusnya mereka hingga tak menyadari keadaan sekitar.

"Ayo, babysoo, kita ke kantin. Perutku lapar sekali."

"Hn."

Chanyeol tersenyum lebar.

"Aku merindukanmu."

Dan Chanyeol memeluk Kyungsoo. Mereka berpelukan cukup lama. Chanyeol senang akhirnya Kyungsoo kembali begitu juga dengan Kyungsoo. Jujur saja selama beberapa hari ini, Kyungsoo sebenarnya sangat merindukan teman raksasanya itu.

"Sudah ayo ke kantin, Chanyeol."

"Hn! Babysoo!"

Suasana di kantin tak jauh berbeda dengan di kelas tadi. Semua pasang mata menatap mereka. Akhirnya mereka berbaikan juga. Setelah beberapa hari mereka berjauhan sekarang mereka kembali lengket seperti perangko. Seperti awal-awal mereka masuk ke sekolah.

Ayolah, siapa yang tidak kenal dengan pasangan sahabat itu. Yang satu anggota basket terlampau tampan dengan senyum ramahnya nyaris tampak bodoh, sedangkan yang satu pria dingin yang selalu mengatakan kata-kata ketus.

Tak terhitung berapa banyak wanita yang sakit hati dengan ucapan jahat Kyungsoo hanya karena mendekati Chanyeol. Intinya, kedua sahabat beda watak itu benar-benar membuat semua pasang mata terheran-heran.

Chanyeol menggenggam tangan Kyungsoo dan Kyungsoo yang tersenyum manis ke arah Chanyeol. Benar-benar pemandangan yang buruk bagi siapapun yang masuk ke dalam fans klub Chanyeol.

"Kyungsoo, kau mau pesan apa? Biar aku pesankan."

"Samakan saja denganmu," jawab Kyungsoo sambil tersenyum manis. Chanyeol nyengir lalu mengangguk. Dan selagi Chanyeol antri, Kyungsoo tak sengaja bertatapan dengan geng Baekhyun. Kyungsoo tersenyum mengejek ke arah Baekhyun. Pria cantik itu nampak menggertakkan giginya kesal. Cemburu, eoh? sinis Kyungsoo.

Terlihat sekali kalau Baekhyun sangat kesal dengan kembalinya hubungan Kyungsoo dengan Chanyeol. Dia tidak suka Chanyeol dekat-dekat dengan siapapun selain dia. Apalagi dengan si mata ping-pong ini! Yang sejak mereka terjebak di kamar mandi yang sama, Baekhyun sudah mengikrarkan bahwa Kyungsoo akan jadi musuh besarnya.

"Sialan si mata ping-pong itu!" Baekhyun menggerutu tak terima. Meskipun Baekhyun tidak memiliki perasaan khusus dengan Chanyeol tapi Baekhyun itu paling anti dengan yang namanya perselingkuhan.

Chanyeol kan sekarang pacarnya.

"Jongin, kau belum bisa meluluhkan Kyungsoo, ya?" Yang ditanya hanya mengendikkan bahunya acuh. Malas sebenarnya membahas tentang si ketus Kyungsoo.

"Tidak semudah itu, Baek. Kau kan tahu begaimana menyebalkannya si Kyungsoo itu. Lagipula aku sudah menyerah kan? Aku tidak mau berurusan lagi dengan Kyungsoo."

"Kenapa? Kau takut?"

Jongin menghela nafas.

"Kau ingat kan dia pernah menggigit tanganku seperti anjing rabies?"

"Hanya karena itu?"

"Dia memuntahiku, Baek!"

"Tapi, Kyungsoo menganggu hubunganku dengan Chanyeol, Jongin! Kau tidak lihat betapa dekatnya mereka?"

Sepertinya Baekhyun sedang merajuk. Lihat bagaimana tangan Baekhyun bertengger dengan apik di lengannya. Tapi Jongin sudah terlalu kebal dengan puppy eyes macam itu. Tak akan mempan!

"Apa sekarang kau cemburu?"

"Apa? Enak saja! Tentu saja tidak!"

"Lalu apa? Sebal karena pacarmu nikung?"

"Tepat sekali!"

Jongin menggelengkan kepalanya.

"Ayolah, kau kan sudah mendapatkan uang taruhannya. Apa lagi yang kau mau? Taruhan kita sudah selesai jadi berhentilah."

"A-aku tidak bisa!"

Kali ini giliran Sehun yang menatapnya aneh.

"Kenapa tidak bisa? Jangan mulai lagi, Baek."

"Memangnya kenapa?"

"Jangan membuat semuanya jadi rumit," kata Sehun lembut. Dia tahu kalau Baekhyun itu paling anti di kasari. Kalau dia menasehati dengan cara kasar seperti Jongin pasti tidak akan didengar.

"Bagaimana jika nanti Chanyeol tahu kalau dia hanya jadi bahan taruhan? Dia pasti akan marah dan membencimu."

"Tidak akan tahu."

Sehun menyerah, Baekhyun itu keras kepala sekali.

"Aku akan mendapatkan hati Chanyeol!" Seru Baekhyun berapi-api. Sedangkan teman-temannya yang lain hanya menghela nafas lelah. Mau apalagi si Byun ini?

"Setelah mendapatkan hatinya lalu apa? Kau mau membuangnya? Kau kejam!" Luhan tidak terima kalau idolanya mendapat perlakukan seperti itu. Kalau perlu Luhan akan jadi orang pertama yang membela Chanyeol jika Baekhyun menjahatinya.

"Diam saja! Ini urusanku!"

"Baek," Jongin menatap tepat di mata Baekhyun. Sepertinya bocah ini tidak main-main dengan ucapannya. "Hentikan sebelum ada yang tersakiti."

"Aku ini sahabat kalian seharusnya kalian mendukungku!"

"Jusru karena kami sahabatmu, Baek! Kami tidak ingin kau menyesal nantinya. Chanyeol akan benar-benar membencimu nanti."

Baekhyun menutup telinganya dengan kedua tangannya. Masa bodoh dengan mereka, yang penting untuk saat ini Baekhyun tidak mau melepas Chanyeol. Katakanlah dia egois, kejam atau apa, Baekhyun tidak perduli. Dia hanya tidak rela melepas Chanyeol!

"Ayo kita kesana!" Baekhyun berdiri dari duduknya. Menatap ketiga temannya dengan tatapan bossy seperti biasa. "Aku tidak tahan melihat mereka suap-suapan seperti itu!"

Dan mau bagaimana lagi? Mereka akhirnya mengikuti langkah Baekhyun dan menghampiri mereka berdua. Kyungsoo tampak tak senang dengan kehadiran mereka sedangkan Chanyeol tampak kikuk.

"Hai Chanyeol," sapa Baekhyun manis. Chanyeol balas tersenyum. Sebenarnya Chanyeol senang dengan kedatangan mereka tapi janjinya dengan Kyungsoo tadi membuatnya ragu.

"Hai juga sunbae."

"Kenapa kalian duduk disini?" tanya Kyungsoo ketus. Menatap geng Baekhyun dengan tatapan tajam andalannya.

Jongin tersenyum miring.

"Memangnya kursi ini ada namanya? Ini tempat umum terserah kami mau duduk dimana. Pantat-pantat kami," jawabnya sinis.

"Oh, rupanya ada pria sentimentil disini," balas Kyungsoo tak mau kalah. Dia menatap Jongin dengan tatapan meremehkan. "Sedang menstruasi, sunbae? Sinis sekali."

"Seperti kau peduli saja."

"Aku memang tidak peduli kok."

"Dengar, ya, kami kesini bukan mencarimu," jawab Luhan sambil berkacak pinggang. Kyungsoo itu memang menyebalkan sih, kalau tidak ingat ada Chanyeol disini, sudah Luhan tendang pantatnya!

"Kami kesini kan mencari Chanyeol," lanjut Luhan sambil mengedipkan matanya. Chanyeol menggaruk tengkuknya meskipun tidak gatal. Luhan ini selalu bersikap aneh padanya.

"Kau makin hitam, sunbae," komentar Kyungsoo sambil menatap Jongin. Jongin mendengus. Lagi-lagi pria ini membully-nya. Padahal kan tadi Luhan yang mengajaknya bicara. Jangan-jangan Kyungsoo dendam padaku? Jongin merinding membayangkannya. Lebih baik dia dimusuhi teman sekelas daripada dimusuhi pria ketus dan menyebalkan ini.

"Apa belakangan ini kau berjemur di pantai?"

Sialan! Sebegitu hitamnya kah aku. Jongin protes dalam hati.

"Aku tidak hitam."

"Ya tapi juga tidak putih kan?"

Jongin makin frustasi.

"Seperti kau putih saja."

"Aku memang putih."

"Kau memang benar-benar sialan!"

"Seperti aku perduli saja."

Jongin menatap Kyungsoo tajam. "Sudah sejak kapan kau sekurang ajar ini? Aku ini lebih tua darimu! Panggil aku sunbae!"

"Sebenarnya aku tidak kurang ajar tapi begitu melihat kalian, aku jadi kurang ajar. Wajah kalian sih seperti kriminal."

"Apa kau tidak berkaca dulu? Wajah datarmu itu saja sudah seperti papan triplek minta dilas!"

"Aku sering berkaca dan aku rasa aku imut."

Jongin memperagakan wajah mau muntah.

"Lebih baik aku mengakui Luhan imut daripada mengakuimu, dasar triplek dijual murah!"

"Dasar arang kiloan!"

"Dasar kelereng hidup!"

Astaga! Mereka hanya bisa menganga mendengar teriakan kedua orang yang sedang adu mulut itu. Mereka tidak menyangka bahwa Kyungsoo dan juga Jongin ternyata sudah sedekat ini. Lain dengan mereka yang tengah terkagum-kagum, Kyungsoo justru menyumpahi Jongin. Tahu begini tadi dia tidak meletakkan bekal ibunya di loker Jongin. Eh… ehh? Bekal? Bekal? Loker Jongin!

Kyungsoo mendadak pucat.

Jangan-jangan Jongin sudah menerima bekal terkutuk itu? Ah tidak. Dilihat dari tampangnya sepertinya Jongin masih belum membuka lokernya. Kyungsoo masih berkutat pada pikirannya sendiri sedangkan Jongin sudah menyibukkan diri dengan makanannya.

"Kenapa kau tiba-tiba diam sambil menatapku begitu?" Jongin bertanya sinis. Lalu menyeringai begitu melihat tampang serius Kyungsoo yang tidak biasa. "Naksir?"

"Hah?"

"Naksir padaku?"

"Percaya diri sekali, kau, hitam."

"Jangan panggil aku hitam! Itu tidak sopan!"

"Lalu aku harus memanggilmu apa? Kau tahu… Jika kau ada di kegelapan, mungkin aku tidak bisa melihatmu. Kecuali jika kau tersenyum mungkin aku bisa melihatmu. Kan gigimu putih."

Jongin mengerutkan alisnya.

"Begitu…" Jongin menyeringai. Dia kira dia akan kalah dengan omongan kurang ajar Kyungsoo? Tentu saja tidak! "Kau juga. Jika kau menonton konser, aku yakin aku tidak akan bisa melihatmu, karena kau terlalu mini."

Sialan!

"Sudah.. Sudah," kata Luhan menengahi. Dia memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut. Dan meskipun mereka sudah tidak saling menghina lagi, tapi deathglare mereka itu lo. Benar-benar bikin pusing. Akhirnya mereka mau diam setelah merasa capek sendiri. Jongin mendengus berharap mereka tidak akan sering-sering bertemu.

"Chanyeol," kata Baekhyun tiba-tiba. Chanyeol yang awalnya terlihat serius memperhatikan sahabatnya bertikai dengan Jongin, lantas langsung menoleh ke wajah cantik Baekhyun. Baekhyun benar-benar telihat amat cantik di matanya. Apalagi senyum malu-malunya itu.

"Ya, Baek," jawab Chanyeol sambil tersenyum. Kyungsoo melirik Baekhyun dengan pandangan tidak suka dan bukan Baekhyun kalau dia menyerah begitu saja.

Baekhyun lalu teringat dengan buku milik Jongin yang dibacanya beberapa minggu belakangan. Di buku itu langkah selanjutnya adalah mendongakkan kepala dan menatap intens ke arah sang pria. Baekhyun berdehem beberapa kali lalu mulai menjalankan misinya.

"Baek?"

Baekhyun lupa….! Baekhyun lupa kalau saat ini dia sedang duduk sejajar dengan Chanyeol bukan sedang berdiri dimana dia bisa mendongak menatap Chanyeol. Chanyeol pasti menganggapnya gila, pasti, pasti.

"Lehermu tidak apa-apa?"

"Ah. Iya. Tidak apa-apa kok."

Baekhyun hanya kurang fokus oke tak apa.

Langkah kedua. Jilat-jilat bibirmu sesensual mungkin. Agar dia menyadari undangan tersirat darimu. Baekhyun agak ragu tapi bodoh amat. Dia menjilat-jilat bibirnya seperti kerasukan. Chanyeol yang tepat berada di depannya tentu saja bingung.

"Baek, aku khawatir. Kau kenapa?"

"Aaa aku."

"Kau seperti Bruno." Chanyeol tertawa sambil memegangi perutnya. Tunggu. Bruno itu siapa? Jangan bilang itu anjing Chanyeol?

"Bruno itu siapa?" tanya Luhan kepo. Baekhyun menggerakkan lehernya patah-patah ke arah Luhan. Sialan Luhan jangan mempermalukannya di depan Kyungsoo dong! Tidak. Tidak. Baekhyun tidak ingin dengar. Tidak. Tidak. Baekhyun tidak ingin dengar!

"Bruno itu nama anjingku."

Baekhyun merasa sekelilingnya berwarna hitam. Muram durja ditambah kenyataan pahit bahwa teman-temannya justru menertawainya dan Kyungsoo yang menyeringai penuh kemenangan. Baekhyun menenggelamkan wajahnya ke meja. Berharap meja bisa menelannya dari sini sekarang juga.

"Jangan sedih begitu, Baek," kata Chanyeol menenangkan. Bak oase di tengah gurun yang panas. Baekhyun hampir tersenyum dan memeluk Chanyeol karena terharu sebelum pertanyaan Chanyeol membuyarkan segala angan-angan indahnya.

"Bibirmu kenapa? Kau banyak makan gorengan ya?"

ITU LIPGLOSS BRENGSEK! Baekhyun ingin mengumpat sambil berteriak seperti itu tapi tawa teman-temannya membuatnya lemas seperti habis perang. "Baek, kau tidak apa-apa? Kau terlihat sedih?"

DAN KAU MASIH TIDAK TAHU?

Baekhyun pundung. Berharap seseorang akan menyelamatkannya dari terpaan ke-maluan ini. Bahkan teman-temannya tak membantu sama sekali. Dan jam istirahat tersial Baekhyun dilalui dengan tawa nista itu. Chanyeol yang polos hanya bisa menepuk-nepuk bahunya yang terkulai lemah di atas meja. Tidak menyadari sama sekali bahwa semua terjadi karena ucapan pria itu. Memiliki seme polos memang menarik tapi percayalah itu terkadang merepotkan.

.

.

.

.

.

Baekhyun menyenderkan kepalanya di atas meja. Masih terbayang kejadian memalukan saat istirahat tadi. Betapa dia ingin membakar buku itu lalu menelan abunya. Oke itu konyol. Baekhyun menatap keluar jendela agar moodnya membaik tapi pandangan matanya lurus terarah ke kanan tubuhnya. Dimana disana ada Chanyeol yang tengah berolahraga. Baekhyun tidak tahu kenapa. Hatinya terasa begitu sesak melihat kedekatan Kyungsoo dan juga Chanyeol. Baekhyun tak mengerti. Apa karena dia sudah tidur dengan Chanyeol? Atau karena Chanyeol adalah kekasih sepihaknya?

Baekhyun tak tahu. Dia pusing. Apalagi sekarang Chanyeol terlihat sangat dekat dengan Kyungsoo. Memang sudah sejak lama Chanyeol dekat dengan Kyungsoo tapi yang jadi pertanyaan kenapa baru sekarang ia merasa terganggu?

Jika kau tanya apakah Baekhyun cemburu? Tentu saja Baekhyun akan menjawab dengan tegas. Tidak! Dia tidak cemburu! Baekhyun hanya tidak suka perselingkuhan. Ya, pasti karena itu. Baekhyun terus meyakinkan dirinya sendiri. Pasti karena ia trauma ayahnya berselingkuh dengan ibu tirinya. Pasti karena itu.

Baekhyun terdiam saat tiba-tiba saja Chanyeol mendongak dan tatapan mereka bertemu. Baekhyun tidak merasa jantungnya berdebar seperti buku yang ia baca. Kalau seseorang jatuh cinta maka jantungnya berdebar begitu keras.

Baekhyun senang, itu artinya memang dia tak ada perasaan apapun dengan pria itu. Tapi rasa tidak rela dan sesak kembali ia rasakan saat lengan Chanyeol diapit dengan begitu mesranya oleh mata ping-pong itu. Baekhyun memejamkan matanya. Tidak! Tidak! Itu pasti karena ia tidak suka diacuhkan. Ya, pasti karena itu!

"Byun Baekhyun."

Baekhyun masih melamun meskipun Leeteuk sonsaengnim sudah menegurnya berulang kali. Luhan yang duduk di sebelahnya menyikut perut Baekhyun. Berharap pria cantik itu segera menyadari situasi genting tersebut. Tapi nyatanya, Baekhyun memang sedang berada di dunia lain. Dia tidak menjawab sama sekali.

"Byun Baekhyun…"

Baekhyun masih diam. Hingga Leeteuk menambah volume suaranya dan Baekhyun memekik saking kagetnya. Mengerjap-ngerjapkan kedua mata sipitnya, Baekhyun baru menyadari bahwa saat ini semua orang memandang ke arahnya.

Gawat, Baekhyun membatin. Bisa-bisanya dia melamun di saat pelajaran Leeteuk sonsaengnim! Guru Fisika paling galak, paling killer dan paling sadis di seantero sekolah! Yah, great!

"Sudah bangun?" tanya Leeteuk selembut kapas. Tapi percayalah meskipun kata-katanya lembut bak malaikat tapi tatapan matanya tajam setajam silet. Baekhyun menelan ludahnya susah payah.

"Err—saya tidak tidur, kok, sonsaengnim."

"Siapa suruh kamu boleh menjawab."

Baekhyun diam. Itu artinya Leeteuk menyuruhnya diam selagi dia terkena omelan. Tak masalah. Ibu tirinya bahkan lebih mengerikan dibanding Leeteuk.

"Berani sekali kau melamun di pelajaranku," kata Leeteuk kalem. Dia menatap Baekhyun seakan dia adalah singa dan Baekhyun adalah kelincinya. Diam-diam Leeteuk menyeringai dalam hati.

"Sekarang, jawab pertanyaanku. Jika sebuah benda bergetar hingga membentuk suatu gerak harmonis dengan persamaan y = 0,004 sin 20π t. Dengan y adalah simpangan dalam satuan meter, t adalah waktu dalam satuan sekon. Maka simpangan maksimumnya adalah?"

WHAT THE FUCK!

Brengsek! Bahasa alien macam apa itu?

Masa memberi soal biadap pada murid imut yang kebetulan sedang melamun di tengah ajarannya yang seperti radio tape itu? Baekhyun melirik teman-temannya meminta jawaban. Tapi nyatanya tidak ada yang bisa diharapkan selain Hani. Murid terpintar di kelasnya. Tapi mana mau gadis tomboy itu membantunya.

"Jawab, Baekhyun."

"Tadi sonsaengnim bilang saya tidak boleh menjawab," jawab Baekhyun pura-pura polos. Dia hanya mau mengulur waktu selama mungkin dan dia akan berfikir atau meminta jawaban teman-temannya.

"Jika aku bertanya tentang soal maka kau harus menjawabnya atau kau mau aku beri hadiah menarik?"

Hadiah menarik disini adalah hukuman. Jangan tertipu dengan tampang malaikat dan kalimat proparganda tersebut.

"Err—jawabannya adalah. frekuensi?"

"Yakin?"

Baekhyun menggeleng dengan cepat.

"Lalu apa?"

"Hm… periode?"

Leeteuk menyeringai itu artinya jawabannya salah! Mati aku! Baekhyun sudah membayangkan hukuman-hukuman apa saja yang akan diterimanya nanti. Membersihkan toilet? Ah jangan lagi, kumohon! Itu bau!

"Simpangan maksimumnya adalah amplitude."

"Yah. Sepertinya begitu."

"Sepertinya?"

Oke. Leeteuk tambah marah. Bodoh, kau Byun!

"Baiklah. Karena kau berani melamun dan tidur di tengah pelajaranku. Ditambah kau tidak bisa menjawab pertanyaanku. Maka—"

Oke. Jangan toilet lagi, plisss…

"Bersihkan toilet!"

Oh benar-benar sial! Baekhyun merutuk dalam hati. Hari ini benar-benar hari tersialnya. Pertama Kyungsoo dan Chanyeol yang sudah berbaikan dan lengket seperti perangko. Dan sekarang, dia yang imut-imut seperti malaikat disuruh membersihkan toilet. Lengkap sudah hari kesialannya.

"Titip salam ya, Baek," ucap Luhan dengan suara parau. "Titip salam buat kebahagiaan kamu hari ini. Bilang padanya, kenapa dia begitu cepat berlalu dan sekalian titip salam buat hari tersialmu. Kenapa dia datang buru-buru begini."

Baekhyun meliriknya sinis.

"Dasar orang gila."

Luhan yang tersenyum-senyum gaje saja Leteeuk mendiamkannya. Kenapa dia yang melamun malah kena imbas? Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebal. Dan begitu sampai toilet, lengkap sudah penderitaannya. Memang toilet sekolah sangatlah bersih. Seoul selalu memperhatikan kebersihan toilet semua sekolah. Memang agak bau sih tapi mau bagaimana lagi. Tapi yang jadi masalah sekarang adalah…

"Eh?"

Pria tampan dengan tinggi seperti tiang listrik sedang kencing dengan penis lemas dan mengganggu pengelihatan Baekhyun. Oke. Baekhyun bukannya benci toilet. Bukan. Toilet sekolahnya bersih. Dia hanya malas membersihkannya. Dan satu hal lagi. sejak Baekhyun tidur dengan Chanyeol, Baekhyun itu jadi agak kikuk ketika melihat penis seorang pria!

Bukan! Baekhyun bukannya mesum. Dia hanya mesum pada Chanyeol kok. Tapi… salahkah ia jika seorang pria tampan berdiri tepat di hadapannya dengan penis menyembul dan… dan… tersenyum padanya?

"Sunbae?"

"Oh. Hai. Baekhyun."

Baekhyun tahu orang ini. Dia siswa kelas tiga. Sunbae Baekhyun yang dulu pernah memimpin klub musik karena suaranya yang indah dan melengking tinggi.

"Kau mau pipis?"

PIPIS?

"Err—a-aku disuruh Leeteuk Sonsaengnim membersihkan toilet, sunbae," jawab Baekhyun pelan dan kenapa juga dia harus gugup? Baekhyun merutuk. Tenang. Baekhyun. Dia juga sudah selesai menaikkan reseting celananya kan.

"Oh, hukuman, eoh?"

"Ya, begitulah."

Baekhyun mengambil kain pel dan ember yang tergeletak di pojok ruangan. Memberi ember itu sedikit air lalu mengambil pembersih lantai. Sesaat Baekhyun lupa dengan keberadaan sunbaenya itu tapi saat dia mendengar langkah kaki. Baekhyun terkejut ternyata dia masih disini.

"Mau aku bantu?"

"Eh? Ah. Tidak usah. Aku bisa sendiri."

"Tidak usah, sungkan. Aku baru menyelesaikan penilaian basket tadi. Dan karena aku sudah duluan aku mempunyai banyak waktu luang sampai menunggu jam pelajaran berikutnya."

Ngomong-ngomong soal pelajaran olahraga. Tiba-tiba Baekhyun teringat dengan Chanyeol. Kelasnya juga sedang mengadakan olahraga kan. Oh. Pasti Chanyeol terlihat seksi dengan keringat di sekitar dahi dan pelipisnya.

"Baek? Kok malah melamun."

"Eh? Uhm. Yah."

"Bagaimana? Sini aku bantu."

"Tidak perlu, sunbae."

Pria itu menaikkan alisnya.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan memanggilku sunbae. Panggil saja aku Changmin. Kukira kita sudah menjadi teman."

Baekhyun tersenyum saat melihat Changmin bersedekap dan mencabikkan bibirnya. Lucu sekali. Yah meskipun Chanyeol lebih imut saat melakukan itu. "Ya. Changmin hyung. Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Lagipula pasti hyung capek kan?"

"Tidak. Tidak capek sedikit pun kok."

Changmin tiba-tiba merebut pel dari tangan Baekhyun lalu mulai mengepel sambil bersiul-siul. Baekhyun melongo. "Hyung. Berikan pel-nya padaku. Biar aku saja."

"Sudahlah. Lebih baik kau bantu saja membawa embernya."

Baekhyun manyun. Keras kepala sekali! Karena Changmin memaksa dan Baekhyun tak punya pilihan lain akhirnya Baekhyun terpaksa mengikuti kemauan Changmin. Mereka mengobrol selagi Changmin terus mengepel. Sepertinya Changmin pria yang baik. Selama ini Baekhyun hanya mengenal Changmin sebagai ketua klub musik bukan sebagai teman.

"Aku suka post IG-mu yang kemarin."

"Oh. Yang aku bersama anjingku?"

"Ya, waktu kau memakai kolor."

Kenapa yang diingat malah kolor sih.

"Itu anjing ibuku namanya chooko. Dia manis kan?" Baekhyun tersenyum saat mengingat bagaimana tingkah lucu Chooko selama ini. Sering mendusal di kakinya. Lalu mata berkeli-kelip khas puppy: benar-benar menggemaskan.

"Ya, dia manis. Tapi lebih manisan kamu."

"Hah?"

Kedip. Kedip-kedip manja.

"Hyung, kau sedang merayuku, ya?"

"Sudah jelas kan. Boleh aku minta nomormu?"

Baekhyun mengerjapkan mata sipitnya.

"Bukankah hyung sudah keluar dari klub karena sudah kelas tiga?" Baekhyun menatap tepat ke manik hitam milik Changmin. Entah kenapa Baekhyun merasa tidak nyaman jika Changmin mendekatinya. Tapi kenapa, ya? Rasanya malas saja kalau bukan Chanyeol.

"Memangnya kalau aku mau berteman denganmu tidak boleh? Ah. Kau menyakiti hatiku, Baek."

"Eh? T-tidak. Tentu saja tidak masalah."

Dengan canggung, Baekhyun mengambil ponselnya. Changmin terlihat begitu senang. Lalu mereka bertukar nomor ponsel dan kembali terlibat obrolan seru tentu saja sambil melanjutkan mengepel lantai toilet.

BRAK.

Baekhyun terkejut ketika mendengar suara bantingan pintu yang mengusik perhatiannya. Dilihatnya seorang pria tampan, yang dikenalinya sebagai kekasihnya sedang menatap ke arahnya dengan pandangan tajam.

"Baekhyun," katanya menggeram dengan suara rendah yang seksi. Baekhyun bisa melihat keringat menetes dari pelipis Chanyeol turun ke rahangnya. Matanya yang menyorot fokus terlihat begitu seksi. Damn it! Chanyeol seksi sekali!

"Hai, Chanyeol, selesai berolahraga?"

"Hn."

Chanyeol masih mengenakan pakaian olahraganya. Pakaian bewarna putih berpadu dengan biru. Lengannya ditekuk sampai sebatas siku. Dan itu terlihat maskulin, ditambah dengan aroma pinus dan kayu manis. Aroma parfum Chanyeol yang Chanyeol sekali. Sungguh Baekhyun hanya bisa terdiam terpesona dan terjatuh dalam kekaguman.

"Sedang apa kau disini?"

"Hukuman."

"Dengan dia?"

Baekhyun tidak terlalu mengindahkan pertanyaan Chanyeol. Dia hanya mengangguk. Baekhyun masih terpesona ya Tuhan! Padahal mereka sudah berkali-kali melakukan seks. Berapa kali? Tiga kali! Tapi Baekhyun masih terpesona?

"Siapa dia?" tanya Chanyeol tidak suka. Baekhyun mengalihkan pandangannya ke arah Changmin. Seniornya itu malah menampilkan ekspresi dingin.

"Dia Changmin, seniorku di klub musik."

"Dan calon kekasih Baekhyun—" Tambah Changmin semena-mena. Baekhyun melongo hingga rahangnya turun ke bawah dengan begitu dramatis. Changmin barusan bilang apa? Ca-calon kekasih?

"Oh rupanya hanya seorang pria overconfident, huh?" Sinis Chanyeol. Awalnya dia terkejut tapi begitu melihat tampang bego Baekhyun luntur sudah kemarahannya. Baekhyun tidak tahu apa-apa. Pasti senior ini yang mendekatinya. Baekhyun kan cukup populer di sekolah.

"Ya ya ya, tertawa saja sepuasmu." Changmin mengacuhkan Chanyeol dan berjalan mendekati Baekhyun yang hanya berjarak tiga jengkal darinya. Baekhyun reflek memundurkan tubuhnya. "Sampai jumpa, Baek. Kita akan ketemu lagi."

Changmin menyeringai begitu melihat wajah tegang Chanyeol. Dengan sengaja dia menyenggol bahu lebar Chanyeol: yang bagi Chanyeol merupakan tanda peperangan.

"Chan."

"Hn?"

"Kau kenapa? Badmood?"

Chanyeol melirik Baekhyun sinis.

"Menurutmu?"

"Ya, mana kutahu. Kan kau yang badmood."

"Bodoh."

"Siapa yang kau panggil bodoh?"

"Ingin tahu saja atau ingin tahu banget?"

Kedutan nampak di dahi mulus Baekhyun. Sejak kapan kekasihnya itu jadi out of character begini? Kenapa juga jadi se-alay dia? Apa mungkin Chanyeol terbentur sesuatu saat berolahraga tadi? Baekhyun meneliti tubuh Chanyeol dan tidak ada benjolan apapun.

"Kau tidak benjol tapi kenapa otakmu konslet?"

"Mau tau banget atau mau tahu aja?"

Kedutan lagi. Baekhyun benar-benar bingung kenapa sih kekasihnya ini? Eh bicara soal kekasih, bukankah Chanyeol sudah berbaikan dengan Kyungsoo. Pasti mata pingpong itu menyuruh Chanyeol menjauhinya. Lalu bagaimana dengan hubungan mereka.

"Kita masih kekasih tidak?"

"Mau tau banget atau—"

"Jawab atau kuhajar!" Chanyeol manyun. Baekhyun itu memang galak tapi entah kenapa mendengar ucapan nista Changmin tadi membuat Chanyeol badmood dengan cepat. "Masihlah, Baek. Kan kau yang memaksaku."

"Tapi, bukannya kau sudah baikan dengan Kyungsoo? Dia memang tidak melarangmu berdekatan denganku?"

"Melarang, sih," jawab Chanyeol dengan jujur. Chanyeol bingung. Dia tidak mau berjauhan dengan Baekhyun karena merasa sudah merenggut kesuciannya. Lagipula Chanyeol sudah sangat nyaman berada di dekat Baekhyun. Tapi di sisi lain, Chanyeol juga tidak tega meninggalkan Kyungsoo. Pria itu anti sosial. Jika tidak dengannya, Kyungsoo akan dengan siapa?

"Tapi aku tidak mau menjauhimu."

Baekhyun tersenyum lima jari.

"Ya sudah, sekarang, bisa kau bantu aku menyelesaikan hukumanku?"

"Apa bayarannya?"

"Eh? Aku tidak bawa dompet sekarang."

"Aku tidak butuh uang, Baek," ucap Chanyeol dengan suara parau. Entah kenapa suara serak Chanyeol mengindentifikasikan bahwa pria itu sedang… bergairah? Baekhyun tidak mau menerka-nerka. Tapi ciuman ganas Chanyeol-lah jawaban dari pertanyaannya.

"Ngghh…"

Baekhyun mendesah-desah meskipun Chanyeol hanya mencium bibirnya. Salahkan saja bibir tebal Chanyeol yang melumatnya membabi buta. Menjelajahi mulutnya dengan lidah lihainya. Baekhyun tahu sekarang Chanyeol bukan pria polos lagi. Dia sudah mengerti betul tentang seks. Lihat saja betapa rakusnya bibir Chanyeol menghisap bibir tipis Baekhyun. Hingga bibir Baekhyun serasa ditelan oleh bibir tebal Chanyeol.

"Ngghh… Jangan lagi, Chan."

"Kenapa, Baek?" Chanyeol melepaskan ciumannya dengan wajah memerah dan mata sayu. Damn! "Aku tidak mau kalau toilet jadi tempat tetap kita bercinta! Itu menjijikkan tau!"

"Lalu kau mau dimana, hn?"

"Di kereta?"

"Itu gila."

"Di atap sekolah."

"Dingin."

"Di loker?"

Chanyeol mengernyitkan alisnya. Loker? Memang muat? Pikiran bocah ini memang ajaib. "Kau kan anggota basket. Kita bercinta di loker gantimu saja. Menantang bukan?"

"Terlalu sempit. Aku ini besar."

"Apanya yang besar?" Baekhyun mengerlingkan matanya nakal. Lalu menghisap jari tangan Chanyeol yang sedari tadi mengukung tubuh mungilnya di dinding toilet. "Penismu, ya?"

"Ah, Baek!"

Chanyeol menatap Baekhyun frustasi. Lihat saja tingkah nakal Baekhyun saat ini. Mengulum jari telunjuknya seakan mengulum penisnya. Tatapan mata yang sayu, wajah yang merah, rambut yang berantakan. Oh sial!

"Baek, hentikan! Atau kuperkosa sekarang juga!"

Baekhyun terkekeh, melepaskan kulumannya dengan bunyi decakan yang kuat, keras dan bergairah. Penis Chanyeol perlahan-lahan mulai bangkit seperti beton.

"Kenapa kau jadi mesum, begini, Chan?"

"Kau kira karena siapa, huh?"

"Kali ini selesaikan sendiri. Aku mau kembali ke kelas, hukumanku sudah selesai."

Dengan seenak jidat, Baekhyun meninggalkan Chanyeol yang mengeras dengan santai: seolah tak terjadi apa-apa. Chanyeol memukul tembok dengan kepalan tangannya. Juniornya bisa tegak hanya karena ciuman Baekhyun? Shit!

Baekhyun tertawa-tawa di lorong kelas. Biar saja. Itu hukuman untuk Chanyeol karena sudah membuat harinya menjadi sial. Baekhyun akan melanjutkan jalannya menuju kelas tapi berhenti karena menemukan hal menarik.

Kyungsoo berjalan mengendap-endap di lorong?

Bocah itu masih memakai baju olahraga. Belum berganti baju dan berjalan menuju loker. Baekhyun tidak hafal loker siapa yang ada di depan Kyungsoo. Tapi sikap Kyungsoo mencurigakan.

"Sedang apa, Baek?"

Baekhyun terlonjak. Menatap Chanyeol yang seperti hantu berada di belakangnya. Baekhyun melirik selangkangan Chanyeol. Datar. Cepat sekali Chanyeol onani.

"Kau sudah selesai?"

"Apanya?"

"Onani."

"Tidak. Penisku tiba-tiba lemas begitu kau pergi."

"Kenapa bisa begitu?"

"Entahlah."

"Mungkin karena penismu hanya untuk lubangku," ucap Baekhyun sambil menggoda. Chanyeol mendengus tak tertarik dengan pembicaraan seputar penisnya. Baekhyun selalu membicarakan penisnya seolah membicarakan kacang. Bagaimana kalau ada oranglain lewat dan mendengarnya?

"Kau sedang apa disini? Kenapa berhenti?"

"Kyungsoo… Lihat sikapnya aneh."

Chanyeol mengalihkan pandangannya ke arah depan. Disana Kyungsoo terlihat sedang mencari-cari loker. Sikapnya waspada seperti maling. Dan Chanyeol tahu kalau Kyungsoo sedang mencari loker Jongin. Sahabatnya itu sudah menceritakan perihal bekal buatan ibunya untuk Jongin.

"Jangan-jangan dia mau mencuri."

"Dia mencari lokernya."

"Kau kira dia akan kebingungan mencari lokernya sendiri?"

Chanyeol tidak menjawab.

"Chan… Chanyeol! Ayo kita selidiki."

"Baek?"

"Apa sih? Ayo kita mendekat ke Kyungsoo."

"Maafkan aku, Baek."

"KYAAAAAAA! Chanyeol turunkan aku! Turunkan!" Baekhyun meronta-ronta ketika Chanyeol menggendongnya seperti karung beras. Ditambah lagi Chanyeol berlari membawanya entah kemana. Kepalanya pusing karena terbalik dan terlonjak-lonjak. "Berhenti! KYAAAAAA!"

BRUGH!

Chanyeol menjatuhkan Baekhyun ke tanah saat mereka sudah keluar dari lorong. Baekhyun menatapnya tak percaya. "Kau kira aku karung beras? Apa maksudmu sih? Sakit tahu!"

"Hehehe."

"Idiot, bokongku sakit tahu! Kau menjatuhkanku ke kubangan lumpur!" Baekhyun ingin menangis rasanya mengetahui seragamnya basah kuyup karena genangan air.

"Abisnya kau meronta-ronta daripada jatuh."

"Aku lebih memilih jatuh ke lorong daripada disini! Dasar idiot kejam!"

"Kau berlebihan, Baek. Itu hanya kubangan air bukan air keras."

"Brengsek!" Baekhyun berdiri. Menjambak rambut hitam Chanyeol dan menariknya kuat-kuat. Chanyeol menjerit. "Lepaskan Baek! Aww! Sakit!"

"Biar saja! Biar botak sekalian!"

"Kau mau sememu jadi botak?"

"Aku tidak perduli! Kau membuat hariku jadi sial!" Chanyeol tidak punya pilihan lain selain membalas Baekhyun. Dia balik menjambak rambut Baekhyun. Meskipun Chanyeol tidak tega karena Baekhyun itu ukenya tapi kan mereka sesama pria. Biar mereka menyelesaikannya secara jantan.

Tapi jantan kok jambak-jambakan?

"Seme kurang ajar! Lepaskan rambutku!"

"Lepaskan dulu rambutku, Baek!"

Mereka lalu berguling-gulingan di atas tanah. Beberapa kali Chanyeol terkena cipratan kubangan disana. Tapi mereka masih keras kepala. Chanyeol berperinsip tidak akan melepas rambut Baekhyun kalau Baekhyun tak melepas rambutnya. Begitu pula sebaliknya.

Beberapa anak yang lewat di lorong entah karena mau ke toilet entah mau ke lab berhenti untuk melihat pergulatan mereka. Beberapa melongo, beberapa terkikik dan beberapa berteriak histeris. Bahkan ada yang menyemangati Chanyeol supaya memenangkan pertarungan.

"Bagus sekali," suara seseorang menyadarkan mereka. Baekhyun hafal betul suara siapa itu. Mereka mendongak dan terkejut ketika tahu bahwa Leeteuk sonsangenim-lah yang ada di depan mereka saat ini.

"Tinggal kalian pakai ransel warna pink dan botol bergambar batman, aku akan dengan senang hati memasukkan kalian ke TK."

"Son-saengnim?"

Baekhyun merasa tenggorokannya tercekat.

"Jambak-jambakan, guling-gulingan. Kalian fikir kalian anak TK? Memalukan sekali."

Baekhyun merasa kepalanya nyeri. Bayangan hukuman indah Leeteuk bersliweran di kepalanya. Chanyeol mungkin belum mengetahui karena belum pernah diajar Leeteuk. Tapi ketahuilah Leeteuk itu kejam luar biasa.

Jika guru lain menyuruh menulis kalimat, aku menyesal, aku tidak akan melakukannya lagi sebanyak lima puluh kali. Maka Leeteuk akan memberinya hadiah membersihkan toilet.

Bagi Baekhyun itu amatlah buruk. Toilet memang bersih tapi dasar toilet laki-laki terkadang mereka tidak akan mau repot-repot membasuh air seni mereka. Bahkan terkadang mereka mengendapkan beberapa kotoran berwarna yang membuat Baekhyun merasakan traumatik mendalam.

Baekhyun trauma terhadap kata toilet. terutama toilet sekolahnya!

"Kalian. Jika tidak ingin aku melaporkan ini ke kepala sekolah," kata Leeeteuk lemah lembut. Baekhyun lebih memilih ini dilaporkan ke Kepala sekolah. Sungguh hukuman push up ataupun menulis masih lebih baik.

"Apa yang harus kami lakukan, sonsaengnim? Kami akan melakukannya. Asal jangan laporkan kami ke Kepala Sekolah."

Chanyeol tak merasa ada tanda bahaya maka dia bertanya. Tapi begitu Leeteuk menyeringai ke arah mereka, barulah Chanyeol tahu guru ini amatlah kejam. "Bersihkan toilet sekarang juga!"

TIDAKKKKKKKKK!

Itu raungan Baekhyun.

Chanyeol sih biasa saja.

.

.

.

.

Hari ini benar-benar hari tersialnya. Membersihkan toilet sampai dua kali dan yang terakhir adalah yang paling parah. Karena semakin sore, maka semakin kotor pulalah bau toilet busuk itu. Chanyeol terus merajuk meminta maaf. Tapi Baekhyun terlanjur kesal.

Bodoh amat. Bahkan hingga bel pulang sekolah, Baekhyun tidak membalas pesan Chanyeol sama sekali. Biar saja moodnya masih buruk.

"Baek, kau pulang bersamaku?" tanya Luhan begitu mereka sampai di depan gerbang sekolah. Baekhyun mengangguk. Ini sudah jam enam petang. Baekhyun malas naik kereta. Lagipula hampir malam. Lebih baik ikut Luhan pulang naik mobil.

"Eh? Kalian pulang berdua?" tanya Baekhyun heran melihat Jongin membonceng Sehun. Sehun naik montor sportnya warna merah. Keren sampai-sampai membuat para wanita yang mau pulang, menyempatkan diri untuk meneriaki Sehun dulu. Kurang kerjaan kalau kata Baekhyun.

"Iya, aku mau membeli kaset bersama Jongin," jawab Sehun kalem. Luhan meliriknya sekilas. Dan Sehun menyadarinya. "My Baby deer, tenang saja. Aku hanya membeli kaset kok."

"Terserah. Aku tidak perduli."

Sehun mengerutkan kening mendengar jawaban acuh tak acuh Luhan barusan. Tidak cukup kah selama ini Luhan menggantung perasaannya? Sekarang Luhan tidak perduli padanya?

"Aku akan berboncengan dengan Jongin."

"Aku tahu. Aku tidak buta."

"Mungkin dia akan berpegangan pada perutku karena aku selalu ngebut."

"Jongin, pegangan yang erat, ya! Nanti kamu jatuh!" Jongin memutar matanya malas. Perintah Luhan malah terdengar menggelikan. Sebenarnya kalau bukan karena kekurangan uang dan iming-iming kaset Miyabi dari Sehun, mana mau Jongin pulang bareng Sehun.

Sehun itu hobi ngebut. Jongin pasti langsung muntah-muntah begitu turun dari montornya. Dan juga, Jongin tidak enak juga pada Luhan. Meskipun mereka belum jadian, bagaimana pun kan Sehun kekeh selama ini mengejar Luhan jadi rasanya ngga enak gitu.

Berasa seperti menusuk dari belakang.

"Kalau begitu hati-hati. Jangan lupa besok kan hari Minggu. Kumpul di rumah Sehun ya," ucap Luhan tenang seperti samudra. Sehun mendengus. Kecewa karena ternyata Luhan tidak cemburu padanya. Tapi tentu saja. Apa yang patut dicemburui dari si krempeng ini. Sehun menelaah tubuh seksi Jongin. Menelitinya dari atas ke bawah. Mungkin dia kurang seksi.

Lain kali aku akan memboncengkan Hani saja.

"Ya sudah, sana pergi," Luhan masih mempertahankan sikap tenangnya. Dalam imajinasi Sehun, dia berharap Luhan akan merengek meminta agar dia tidak memboncengkan Jongin. Setidak seksinya Jongin, butt-nya tetap montok lo. Sehun merasa dia sudah sinting mengira butt Jongin montok.

"Tenang saja. Aku tak berhasrat dengan muka tembok ini kok. Aku dan Sehun hanya mau membeli kaset."

"Membeli kaset porno?" tanya Baekhyun sambil menggelengkan kepalanya. Sehun hanya memasang wajah datar dan dengan kode menyuruh Jongin untuk memegang pinggulnya. "Pegangan. Aku tak mau kau jatuh."

Jongin mencebikkan bibirnya.

"Jika aku sampai jatuh, aku akan menarikmu untuk menemaniku."

Baekhyun mendumel.

"Sudahlah, cepat pergi. Moodku sedang buruk."

"Baek," panggil Luhan.

"Hn?"

"Bukankah itu Chanyeol dan juga Kyungsoo?"

Baekhyun membulatkan matanya saat melihat pasangan paling romantis se-antero sekolah sedang berjalan beriringan saling tertawa seakan dunia milik mereka berdua.

Baekhyun benar-benar kesal! Dia mengalami hari yang buruk dan berharap Chanyeol akan sedih karena bertengkar dengan dia. Tapi nyatanya. Pria itu… tersenyum dengan Kyungsoo. Baekhyun merasa dadanya sesak dan seperti terhantam sesuatu.

"Baek? Kau menangis?" tanya Jongin cemas. Baekhyun memaksa senyumnya lalu mendekat ke arah Sehun dan juga Jongin. "Kalian tahu kan kalau aku keras kepala?"

"Ha?"

Itu tanggapan Luhan dari belakang.

"Aku tidak akan menyerah. Aku akan mempertahankan apapun yang aku miliki."

Jongin tidak bisa berkata-kata ketika tiba-tiba saja Baekhyun menginjak pedal montor Sehun lalu naik ke sana. Memanjat seperti monyet. HEH?

"Baek?"

Sehun memanggil ragu.

"Kau lihat kan di depan sana, Hun," kata Baekhyun masih dengan nada lemah lembut. Sehun melihat ke arah yang ditunjuk Baekhyun. Kyungsoo dan juga Chanyeol. Jadi itu yang membuat Baekhyun jadi aneh begini?

"Kejar mereka! Ikuti mereka!"

"Apa?"

"Kejar atau aku akan menendang penismu!"

Sehun gugup. Dengan tangan cekatan, dia memutar kunci montor dan mengikuti mobil Chanyeol. Meninggalkan Luhan yang mengangga dengan dramatis. "Eh? Me-mereka bonceng bertiga?"

"Baek, ini memalukan! Biarkan aku turun!" Jongin ingin menangis saja rasanya. Masa bodoh jika dia menjerit seperti seorang gadis. Jongin malu. Bagaimana tidak malu. Lihat saja tatapan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Pandangan mereka aneh bercampur jijik plus geli.

Apalagi mereka itu kan pria? Yang benar saja!

"Kalau kau turun, kita akan kehilangan jejak, Jongin!"

"Peduli amat! Aku malu, Baek!"

"Tidak perlu malu."

"Kau bisa bilang begitu! Aku tidak bisa!"

"Berusahalah untuk bisa."

"Kau kira gampang apa?"

"Diamlah, Jongin. Jangan seperti perawan begitu, ah."

"Demi miyabi idolaku, ini memalukan! Biarkan aku turun!"

Bagaimana tidak memalukan? Jika ada tiga orang pelajar SMA sedang berdempet-dempetan di atas montor. Sehun sih tidak akan malu, dia memakai helm. Lah Jongin? Tadi dia belum sempat memakai helm karena Baekhyun keburu naik. Sedangkan Baekhyun? Jangan tanya. Pria itu tidak punya malu. Urat malunya sudah putus sejak bayi!

"Cepatlah sedikit, albino!" Suruh Baekhyun nge-bossy. Sehun jengkel. Begini nih kalau Baekhyun sudah panik, dia akan dikatai albino, Jongin hitam lalu Luhan binal. Baekhyun sendiri tidak bertanya pada rumput yang bergoyang kalau sebenarnya dia lah yang paling binal di antara mereka.

"Sehun, jangan mundur, mundur! Ahh!" Sehun sebenarnya tahu kalau Jongin risih. Bagaimana tidak risih kalau montor sport yang seharusnya digunakan maksimal dua orang sekarang digunakan oleh tiga orang! Bayangkan! Tapi kalau Sehun tidak mundur dia tidak bisa menjaga keseimbangan. Jika jarak tangannya terlalu dekat dengan gas, bisa-bisa mereka akan terjatuh.

"Kalau kau risih, ayo, kita turun."

"Sehun, berani kau turun, ku potong lehermu!" Oke sifat bossy Baekhyun kembali muncul. Toh, lumayan juga dia bisa menikmati penis Jongin bergerak-gerak lucu. Bukan. Bukannya dia modus. Tapi mau bagaimana lagi dinikmati sajalah. Rejeki kan sudah ada yang mengatur.

Jongin mendesis. Penisnya tergesek-gesek bokong Sehun yang sedang menungging. Bisa horny dia kalau begini terus. "Sehh—Sehhun.. Jangan menungging. Bisa tidak?"

"Mana bisa! Kan kalau mengendari montor sport memang begini."

"Aish! Please, Baek, mundur sedikit!"

Lama-lama Jongin bisa gila!

"Mana bisa! Aku nanti jatuh!"

"Kan jok montor Sehun tinggi, kau tidak akan jatuh. Mundur sedikit lalu pegangan padaku," bujuk Jongin lagi. Dia hampir frustasi sekarang. Apalagi Sehun hobi sekali memundur-mundurkan bokongnya kalau sedang belok.

"Kalau aku jatuh, kau mau tanggung jawab?"

Sial, Jongin membatin. Mana mau dia begitu.

Critt! Cekit! Hiat!(?)

"Ahhh! Sial! Bangsat!" Jongin mengumpat. Ditempelenglah kepala Sehun saat pria itu tanpa aba-aba mengerem montornya secara mendadak. Baekhyun juga mengucapkan sumpah serapah karena hampir saja terjungkal. Untung saja tidak, bagaimana kalau sampai itu terjadi?

"Sehun kau sengaja mengerem supaya bokongmu menembus penisku, ya?" tanya Jongin kasar. Bagaimana kalau sampai menembus? Memang Sehun mau jadi uke? Membayangkannya saja Jongin merinding. Dan Jongin pun tak mau di per uke oleh Sehun. CUIH!

"Lalu kau mau bagaimana? Tuh mobil Chanyeol berhenti."

"Dari dulu, aku sudah curiga kalau kau memang selalu menatapku dengan tatapan mesum," kata Jongin jengkel luar biasa. Sial! Penisnya mulai berdiri! Bagaimana ini? Dia butuh miyabi. Sehun sialan!

Baekhyun sedang serius menatap mobil Chanyeol. Berhenti di depan supermarket, sepertinya mereka sedang membeli bahan makanan. Baekhyun tidak terlalu memperdulikan bokongnya yang nyeri dan ucapan-ucapan kotor Jongin, yang penting misinya mengikuti mereka berhasil. Sedangkan Sehun, sebenarnya pria berambut hitam itu senang bukan main. Bokongnya bersentuhan dengan penis lemas-lemas mau bangun milik Jongin.

Rasanya begitu menantang! Begitu memacu adrenalinnya! Apalagi dilakukan di tengah jalan raya begini—meskipun cukup sepi sih. Dan jujur, bagi Sehun, Jongin itu seksi.

Bukan fitnah soal perkataan Jongin kemarin-kemarin, kalau Sehun beberapa kali memang diam-diam menatap bokong seksinya. Meskipun selalu mengelak. Terkejut? Yah, Sehun memang menyukai Luhan. Luhan adalah belahan jiwanya. Tapi terkadang, beberapa kali, atau sering, entah, Sehun sendiri lupa, kalau dia sering tergoda oleh pantat semok Jongin.

Jongin itu ceroboh, Jongin itu bodoh—dan Sehun jadi ingin melindungi Jongin. Sedangkan Luhan, Luhan itu kuat dan serba bisa. Jadi terkadang, Sehun berfikir bahwa dia seharusnya menjaga Jongin saja.

Tapi yang menjadi masalahnya adalah kenapa dia jatuh cinta sama Luhan bukan Jongin saja? Dan yang paling penting, Jongin itu virgin—kekeke! Pasti sempit. Pikiran Sehun mendadak porno.

"Ya! Apa-apaan itu, Oh Sehun!" Jongin melotot saat Sehun dengan santainya memaju mundurkan bokongnya. Padahal montor Sehun masih anteng di tempat. Pinggulnya boleh saja bekerja keras tapi wajah Sehun datar bukan main. Jongin bisa lihat dari sini dalam keremangan cahaya lampu, wajah Sehun yang datar minta digampar. Jongin mengumpat.

"Oh Sehun, jangan main-main..."

"Aku sedang mencari posisi yang enak," kata Sehun kalem. Malah semakin intens memaju-mundurkan bokongnya. Jongin menatap bokong Sehun dengan tatapan horror, jijik, resah. "Ber—Berhenti, albino brengsek! Berhenti kubilang!"

Sehun tersenyum miring. "Minggu kemarin saat kita menonton porno, kau cepat bangun. Kenapa sekarang agak susah ya?"

Kepala Jongin mendidih.

"Dasar cabul! Tentu saja karena aku normal! Aku tak tertarik dengan papan triplek sepertimu! Tubuhku tahu mana yang terbaik untukku!"

"Benarkah?" Sehun menyeringai. Semakin cepat memaju-mundurkan bokongnya. Tidak tanggung-tanggung! Bokong Sehun terus maju-mundur selama hampir satu menit! Jongin menjambak Sehun tapi pria bebal bin mesum ini malah semakin keras menabrak penisnya. Sial sekali kan!

"Ka-kau itu kenapa sih? Kau! Ku-kurang jatah sama Luhan?" tanya Jongin terbata-bata. Inginnya sih mendesah tapi harga diri Jongin itu tinggi! Mana sudi dia mendesah untuk bocah albino mesum ini.

"Aku memang tidak pernah menyentuh Luhan kok," jawab Sehun santai. Jongin mengernyit. Mereka memang sahabat tapi Jongin pantang mengurusi urusan mereka. Kepo sih tapi baik Sehun ataupun Luhan, mereka itu sama-sama tertutup. Jongin tahu kalau Sehun cinta mati sama Luhan tapi…

"Aku sih maunya aku yang pertama untuk Luhan tapi aku maunya aku yang pertama untukmu."

Jongin menatap Sehun dengan tatapan jijik.

"Dasar sinting!"

"Hn. Ini enak, Jongin. Kapan-kapan kita gantian, ya?"

"CUIH!" Tubuh Jongin merinding. Jongin masih kekeh menjambak rambut Sehun sedangkan Sehun masih menggerak-gerakkan pinggulnya liar. "Aku masih suka dada be-besar. Ah! Dan aku normal!"

"Benarkah? Aku tidak yakin."

Sehun menyeringai. Tidak perduli kalau Jongin akan menghajarnya hingga sekarat setelah ini, asalkan Sehun bisa melihat wajah orgasme Jongin dari spion. Sehun rela.

"Hentikan, dasar bodoh!"

Sedangkan, Baekhyun masih fokus menatap supermarket. Dia tak menyadari atau tepatnya tak mau tahu kalau sekarang Jongin baru saja dilecehkan. Biarlah, toh mereka sudah dewasa, begitu Baekhyun menyikapinya.

"Sehun, bajingan! Kau itu lagi apa, sih?" Jongin mau turun saja. Biar saja, dia bisa naik taksi atau semacamnya. Tapi Jongin tidak punya uang. Jongin frustasi! Jadi Jongin hanya bisa menyumpahi Sehun yang tampaknya tak menyia-nyiakan kesempatan. Sialan! Penis Jongin semakin mengeras. Jongin menempeleng kepala Sehun dengan biadap tapi malah si pria mesum itu membalasnya dengan gerakan bokong! Brengsek! Brengsek!

"Kalian itu sedang apa, sih? Diam!" Akhirnya Baekhyun buka suara. Dia sedikit sebal saat mereka tak berhenti bergerak. Sehun yang bergerak ke belakang dan Jongin yang terus-terusan mundur ke belakang. Baekhyun kan jadi terdesak!

"Baek, lihat! Aku dilecehkan!"

Jongin masih sibuk menempeleng kepala Sehun.

"Jongin, Sehun bisa bodoh kalau kau pukul terus. Kau tidak kasihan apa?"

"Ya Tuhan, Baek! Tapi aku sedang dilecehkan, Baek!"

Jongin tentu saja tidak terima. Apa-apaan ini?

"Kau itu kan pria. Pria punya hormon tinggi. Saling membantu hasrat masing-masing kan tak masalah. Kecuali kalau kau seorang gadis, aku pasti akan melindungimu. Lagipula, kalian kan sering menonton porno bersama lalu berakhir dengan onani bareng. Sudah biasakan? Sudahlah, Jongin apa salahnya. Nikmati saja. Anggap saja onani yang biasanya."

Sialan, Jongin lupa kalau Baekhyun itu sama mesumnya!

"Arghh! Sehun brengsek! Berhenti! Ahh!"

"Sehun, jangan banyak bergerak nanti aku jatuh!"

"Tanggung, Baek," kata Sehun hampir-hampir memekik saat mengetahui kalau penis Jongin sudah mengeras sepenuhnya. Tegak di belahan bokongnya. Sedikit lagi mungkin Jongin akan klimaks! Sehun girang bukan main.

"Tanggung udelmu! Berhenti sekarang atau kuadukan pada Luhan!" Seketika Sehun langsung berhenti. Begini-begini meskipun beberapa kali Sehun tergoda oleh si seksi di belakangnya tapi Sehun itu masih setia kok sama bebeb Luhan, belahan jiwanya yang terkadang sadis.

"Kau benar-benar sialan, bedebah!" Itu teriakan frustasi Jongin. Dia memang tidak minta Sehun untuk terus bergerak tapi setidaknya kan tunggu sampai dia klimaks! Jongin menahan ereksinya sambil menyenderkan kepalanya di bahu kokoh Sehun.

Tak berapa lama, keadaan sudah tenang. Meskipun Jongin masih berjuang dengan ereksinya. Dan Sehun yang tidak tega kalau sahabatnya berjuang sendirian. Bagi Sehun, suka duka harus ditanggung bersama-sama. Ini juga berlaku untuk ereksi Jongin. Selagi dia bisa, Sehun mau membantu Jongin jadi siapa tahu suatu saat nanti Jongin akan luluh dan mau mengemut penisnya.

"Mau apa kau, bedebah?" Jongin menyentak tangan kiri Sehun yang merambat ke selangkangannya. Dasar tak tahu malu!

"Membantumu. Kan aku sahabatmu."

"Aku tak sudi! Lebih baik aku menyelesaikannya sendiri!"

"Oh, oke."

Sehun menyerah. Daripada kepalanya jadi korban. Meskipun ekspresinya datar mirip papan triplek tapi sebenarnya Sehun juga menahan nyeri di kepalanya. Bagaimana tidak? Jongin menjambaknya seperti tidak ada hari esok begitu. Begitu brutal dan juga sadis.

Tak lama kemudian ada sebuah mobil van hitam, berhenti tepat di samping kanan mereka. Orang asing itu menurunkan kaca mobil sambil menatap Baekhyun, Sehun dan juga Jongin dengan pandangan yang sulit diartikan. Mereka saling bertatapan, lama... saling mendalami tentang apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana kehidupan mereka sebelum ini. Kenapa ada pria kembar siam tiga di atas jok montor? Berhenti di bawah pohon rindang remang-remang seperti menunggu saweran.

Sedangkan Baekhyun cs kompak menyimpulkan bahwa mereka yang ada di dalam mobil berwajah seperti om-om pedo yang mengincar bocah di bawah umur.

Baekhyun merinding.

"Wah, wah, wah kalian saling berdempetan."

Komentar tidak penting, Baekhyun membatin.

"Apa kalian teletabis? Siapa lala-nya?"

Lelucon kuno.

"Lala? Loli saja. Yang di belakang mirip lolita."

Benar kan pedo.

"Ya, tinggal dipasangkan rok berenda."

"Tapi kenapa mereka berdempetan seperti itu? Di bawah pohon rindang lagi? Mau berbuat mesum, ya?"

"Sepertinya bukan, boss."

"Lalu? Kenapa mereka bonceng bertiga, begitu?"

"Jangan-jangan mereka lagi mangkal, bos?"

TWICH!

"KAU KIRA KAMI CABE-CABE-AN APA?"

Baekhyun berteriak histeris dikatain cabe yang lagi mangkal. Enak saja mengira kami cabe-cabean, yang ada mah kami terong-terongan! Sedangkan yang lainnya bertampang bingung. Hello ini Korea, bro, mana ada kosakata cabe-cabean.

"Kalian tidak kerepotan membonceng tiga begitu?" tanya seorang pria bertato mengacuhkan umpatan Baekhyun barusan. Pria lainnya yang ada di dalam mobil tertawa mengejek.

"Ayo, kemari, biar hyung antar."

"Nanti hyung belikan susu buat kalian."

"Aku juga punya susu lo. Kalian tinggal pilih mau susu yang mana."

Salah satu pria menjulurkan tangannya dari dalam jendela. Dia menjulurkan tangannya ke arah Baekhyun karena merasa Baekhyun-lah yang paling manis. Tapi... Tapi.. tangan itu berbulu! Catat! Berbulu! Spontan Baekhyun berteriak karena histeris. Bolehlah kalau yang berbulu itu di tempat-tempat tertentu tapi kalau di tangan…

"KYAAA! Pria berbulu!"

"Ayo, kemari.. Kau ingin lihat bulu-bulu kami, ya?"

"Hei, hyung, yang ditengah kelihatannya lucu. Ayo, kita bawa dia."

Ditengah? Maksudnya aku? Jongin cengo..

"Sehun, TANCAP GAS!"

Baekhyun yang risih karena dianggap cabe-cabe-an plus tangan berbulu rindang yang hampir menyentuhnya, langsung menyuruh Sehun untuk segera pergi. Sehun panik jadi dia mengendarai montornya juga dengan panik. Apalagi dengan gonceng tiga begini. Keseimbangannya terganggu kalau lagi ngebut. Untung saja dia sudah jago!

"Chanyeol bagaimana, Baek?" tanya Sehun. Dia itu masih setia kawan. Baekhyun menghela nafas. Lupa juga soal Chanyeol. Ini benar-benar hari tersialnya. Besok Minggu kan? Baekhyun ingin bersenang-senang saja besok merilekskan pikiran dan juga tubuhnya.

"Biar saja. Hari ini aku benar-benar ketiban sial!"

"Om-om itu menakutkan. Seram sekali," kata Jongin sambil memeluk pinggang Sehun. Baekhyun juga mengencangkan pegangannya, takut jatuh. Apalagi Sehun masih ngebut.

"Mereka menganggap kita cabe-cabean lagi!"

"Cabe-cabe-an itu apa, sih, Baek?" tanya Jongin. Kata-kata itu tak pernah ia dengar sebelumnya. Dan sepertinya hanya yang cabe asli yang paham arti dari cabe itu sendiri. Itu adalah kodrati dari alam.

"Sebutan untuk orang yang gonceng bertiga seperti kita ini. Aku dapat dari meme. Tapi di meme itu fotonya artis Korea," jawab Baekhyun setengah menyindir. Jongin makin bingung. Bukannya jawaban memuaskan yang ia dapat malah kosakata baru. Apa itu meme? Media sosial?

"Meme itu apa, Baek?"

Baekhyun memutar matanya malas. Tidak mungkin kan dia bilang, aku berselancar di internet dan menemukan itu. Tidak elit sama sekali. Bukan gayanya.

"Gambar yang ada tulisannya itu lho."

"Dapat dari mana?"

"Entahlah… Acak dari google."

"Orang Korea kan jarang buka google, Baek."

"Terserah aku, keles!"

Keles? Apa lagi sih itu?

"Berhenti, Oh Sehun!"

CKIT!

Tiba-tiba Baekhyun menyuruhnya untuk berhenti.

"Brengsek! Untung tadi aku pegangan Jongin," ucap Baekhyun galak. Dia turun dari montor Sehun dengan bokong nyaris remuk! Sudah bokongnya belum sembuh karena penis raksasa Chanyeol, sekarang mereka berdempetan dan Sehun ngebut.

"Aku naik taksi saja."

"Maaf Baek tadi itu kelepasan."

"Baek, aku ikut denganmu sajalah," kata Jongin buru-buru. Tapi ereksinya menyebabkannya berjalan begitu lamban. Terlebih lagi Sehun memegang pergelangan tangannya. Apa maunya sih?

Begitu Baekhyun mendapat taksi, dia menoleh.

"Jongin, katanya mau ikut, ayo cepat!"

"Dia kuantar saja, Baek. Lagian kan rumahnya searah denganku."

"Oke. Kalian hati-hati, ya. Sampai jumpa besok di rumah Sehun."

"EH? Baek! Baek! Kau tega padaku, Baek!"

Taksi Baekhyun sudah menjauh.

"Dia sudah pulang, Jongin."

Jongin melirik Sehun. Pria ajaib itu malah menyeringai padanya. Bulu kuduk Jongin meremang. Firasatnya buruk. Bertahun-tahun mereka bersahabat baru kali ini suasana mereka aneh begini. Mereka yang sama-sama mesum malah kikuk-kikuk kan begini.

"Uhm—Hun?"

"Ya?"

Sial! Suaranya terdengar menjijikkan! Out Of Character sekali Oh Sehun ini! Mana pernah dia menjawab begitu! Paling kan hanya deheman atau melirik sekilas. Sial! Kau sedang sial, Kim Jongin! Sehun sedang dalam masa anehnya dan kau terjebak di sini dengannya?

"Aku tidak punya uang."

"Lalu?"

"Bisa aku mendapat tumpangan ke rumah?"

"Tidak jadi beli kaset?"

"Kau kira aku mood membeli apa?" Jongin berteriak kencang. Sehun hanya mengangkat bahunya acuh. "Aku akan mengantarmu pulang, ayo, naik!"

"Kau tidak akan melakukan yang iya-iya lagi kan?"

Sehun meliriknya sekilas.

"Oh Sehun!"

"Kulihat kau sudah tidak ereksi."

"Ini karena aku takut tadi."

Sehun memberikan Jongin helm. Jongin menurut, dia memakai helm Sehun tanpa suara tapi masih mendumel. Lalu kembali menatap Sehun. Entah sejak kapan Sehun itu mulai berubah padanya. Ya, Jongin tahu kalau Sehun itu frustasi karena selalu ditolak oleh Luhan tapi kan masa iya dia harus jadi pelampiasan! Ogah, ma men!

"Jongin?"

"Apa?" Jawab Jongin galak. Sehun menatapnya lagi. Jongin jadi risih. Dia mau naik ke montor Sehun tapi pria albino itu malah mencegahnya. Mulai saat ini Jongin tidak akan membiarkan dia pulang berdua lagi dengan Sehun! Camkan itu!

"Tadi kau bilang boleh? Masa kau tega, Sehun! Aku tidak punya uang lagi!"

"Bukan begitu…"

"Lalu apa?"

"Kau saja yang membawa montorku."

Jongin mengernyit. Meskipun dia selalu naik sepeda, tapi Jongin bisa kalau cuma naik montor sport. Sehun kan dulu sering mengajarinya.

"Memang kenapa? Kau capek? Aku sudah mengantuk nih."

"Bukan begitu. Aku mau gantian penisku yang dimanjakan."

"Kurang ajar! OH SEHUN BRENGSEK! MATI SAJA KAU!"

TBC

*Lambai-lambai tangan sok cantik*... Hai. Hai. Temen-temen, maafkan aku update nya lama sekali. *dikeroyok** Aku sebenarnya mau hiatus karena nyekripsi tapi lupa ngasih tahu. Dan aku bener2 terkejut karena kalian masih mau PM aku minta lanjut. Demi apa aku terharu hikss… Kalian ternyata masih memberikan komentar di ff ini. Meminta lanjut tak henti2nya. Komentar terakhir juga 20 jam yang lalu.

Aku tersentuh T.T T.T T.T ff gaje ini ada juga yang nungguin. Terima kasih. Terima kasih...

Gomawo buat 545 akun yang setia udah fav-in, tanpa kalian aku ngga mungkin niat buat ngelanjut FF ini. Gomawo juga buat reader yang udah baca: baik itu unname non login maupun siders. Buat siders, ngga papa kok. Itu hak kalian buat ngga review tapi aku akan lebih semangat dan berterima kasih sama yang mau susah2 masukin komentar di kolom. Dan terakhir semua temen2 yang udah PM aku bahkan sampai kemarin aku masih nerima PM kalian. Kalian lah semangatku untuk come back lagiii. Hiks *elap ingus* *crot*

Terakhir, jangan ada yang tersinggung ya sama kata-kataku di ff ini. FF ini emang mesum parah jadi berusahalah untuk tetap kuat. *tawa nista*... PS: Special thanks to: Flameshine, my lovely best friend, yang nungguin aku sampe tengah malam buat update dan selalu membuatku rusuh setiap hari-nya. Dan semua yang masih nunggu FF gaje-ku ini, I LOVE GUYSSSS ^^… See you soon….