~Had Enough Parties~

.

Kyuhyun x Sungmin

.

BL/YAOI/MATURE CONTENT

.

CHAPTERED

.

SORRY FOR MANY TYPO(S) COZ, IAM JUST A NEWBIE AND AMATEUR

.

CHAPTER 1

.

.

.

Cuaca cerah di malam Seoul. Kesibukan dari orang yang berlalu lalang untuk sekedar mencari sesuap nasi masih terus berjalan. Sebuah kesenangan pun terlihat disana. Berkumpul bersama teman-teman dan tertawa bersama. Cukup sederhana. Tapi, lain lagi halnya dengan seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah tapi tak menjamin ia bahagia.

Ia cukup senang dengan itu. Dikelilingi para gadis cantik dengan tawa menawan dan juga pesta yang terus saja berjalan sampai pagi tiba. Kesenangan itu akan selalu ia dapatkan. Setiap hari jika ia inginkan. Sebuah pesta mewah dengan banyaknya gadis cantik dan tempat yang khusus ia sewa untuk semua para gadisnya. Tapi, itu akan terasa hampa jika ia mengingat siapa dirinya.

Menatap kosong gelas-gelas kosong dan puluhan botol whiskey yang bertebaran diatas meja pestanya. Menatap puluhan gadis yang terus saja menggoda dan mengerubunginya. Ia melamun. Ia cukup lelah untuk hidupnya ini. Sangat cukup lelah!

Melamun di pertengahan pesta seru miliknya adalah hal yang sangat disayangkan. Karena itu mengakibatkan ia tak sadar ketika ada seseorang yang memaksa duduk di pangkuannya. Ia hanya bisa menatap dengan senyum palsunya. Ya~ senyum palsu….senyum palsu yang akan tetap menawan setiap gadisnya.

"Kita hanya perlu bersenang-senang Cho Sajangnim~" Bisik gadis itu menggoda tepat di telinga seseorang yang di panggil 'Cho Sajangnim'

Lelaki si pemilik pesta itu kembali mengeluarkan senyum palsunya. Senyum yang sudah beberapa lamanya jadi senyuman andalannya.

Tentu ia tak ingin mengecewakan para gadisnya. Ia yang membuat pesta dan menyewa semua kebahagiaannya ini tidak bagus jika harus melamun dan memikirkan sesuatu hal yang seharusnya tak ia pikirkan.

"Maafkan aku." Katanya dan tersenyum. Ia tampak menyesal.

Gadis di pangkuannya itu hanya menyunggingkan senyum—tidak—sukanya. "Yeah~ no problem."

"Kalian berpestalah sampai puas. Aku akan mentraktir semua biaya untuk kesenangan malam ini." Ia berteriak. Dan semua bersorak gembira.

Tidak merasa rugi sebenarnya. Ia memiliki cukup—tidak, tidak hanya cukup, tapi sangat cukup—untuk membayar satu diskotik terbesar di Seoul. Tentu saja ia bisa, ia adalah orang kaya! Ia mendapatkan uang hasil jerih payah ia sendiri. Ia merintis semuanya mulai dari yang terkecil. Membawa nama kecilnya menjadi nama paling besar sejagat Seoul. Ia bisa setiap harinya membayar semua kesenangan ini. Tapi, untuk apa jika hatinya masih saja tak merasa bahagia.

Kenapa seperti itu? Jika saja ia bisa memilih ketika ia di lahirkan. Ia hanya ingin kebahagiaan dan kehangatan dari sebuah rasa cinta. Cinta? Cinta seperti apa yang ia inginkan? Tentu saja cinta yang tulus yang di berikan siapapun kepadanya. Bukankah ia memiliki keluarga yang sangat mencintai dirinya. Seperti Ayah dan Ibunya. Bahkan semua harta benda yang tak ia perlukan pun ia memilikinya. Tapi, sungguh! Ia tak menginginkan cinta yang turun dari kekuasaan dan harta. Ia hanya ingin cinta dan kasih sayang yang turun dari tangan siapapun yang mencintainya.

Sendari kecil, ia memang mendapatkan cinta dari orangtuanya. Segala kebutuhan bahkan bukan kebutuhan pun di cukupi oleh kedua orangtuanya dengan sangat intens. Tapi, semua itu berbeda saat ia mulai beradaptasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Ia tak memiliki teman yang tulus yang ingin berteman dengannya. Semua penuh dengan kepura-puraan. Tak ada uang dan kekayaan ini mungkin ia tak akan memiliki teman. Karena uanglah ssemuanya bisa terwujud. Ia lelah sebenarnya dengan hidupnya yang sangat penuh dengan keprihatinan. Sampai suatu saat semuanya terbongkar jika semua teman-temannya melakukan itu karena perintah orangtuanya. ia pun terpukul. Semua ulah orang tuanya. Ia pun lebih memilih menyendiri dan menata hidupnya sendiri.

Meminta izin untuk pergi dari lingkungan kemewahan keluarganya pun ia lakukan. Walaupun berawal tak dapat izin dari sang ayah, tapi ia sudah bertekad. Ia ingin menemukan ketulusan diluar sana. Bukan sebuah kepura-puraan yang ia dapatkan.

Susah payah, ia pun mendapatkan yang ia inginkan. Pergi dari rumah dan mulai menata hidupnya dengan kemandirian yang seharusnya ia lakukan dari awal. Tapi, ternyata semua itu sama. Semua yang ia rasakan sama seperti yang ia rasakan ketika ia masih berada di lingkungan keluarganya.

Tak ada yang tulus di dunia ini. Semua memang hanya menginginkan uang!

.

.

.

.

Pagi pun datang. Ia sangat tak suka dengan keadaan pagi di setiap harinya. Semalam memang sangat membahagiakan. Tapi ia pun tak suka ketika pagi menjelang. Ia akan merasa kosong seperti ia sendiri lagi. Perasaan itu akan terus berlanjut terus-menerus. Ia sangat benci perasaan seperti ini.

Tak aka nada pekerjaan yang sering ia lakukan selain mencari uang. Duduk melayani banyak client dan meeting disana-sini. Kejenuhan sering sekali menghampirinya. Tapi perasaan itu akan hilang pula saat malam menjelang. Apalagi? Tentu saja pergi ke diskotik terbesar di Seoul. Menyewa tempat itu dan membayar semuanya. Rutinitas yang tidak bisa ia lepaskan ketika jauh dari orang tuanya.

"Apakah kau bersenang-senang, Sajangnim?"

Ia tentu mengangguk. Ia sangat mabuk sekarang. Baru saja beberapa jam ia bersenang-senang, kepalanya sudah pusing, perut terasa sakit dan mual. Tak ada yang terjadi selanjutnya selain keluarlah semua isi perutnya di tempat itu. Si pembuat pesta muntah di pestanya.

Semua gadis dan orang-orang yang tadinya mengerubunginya, secara tiba-tiba menjauh dan merasa jijik dengan apa yang terjadi dengan lelaki itu. Memang sangat menjijikan. Tapi bukan perlakuan seperti ini yang lelaki itu inginkan. Ia perlu rasa kasihan untuk sekarang ini.

"Apakah kau baik-baik saja, Sajangnim? Apakah kau perlu bantuan?" Ah, ya~ ia ingat suara ini. Suara belas kasih. Suara seorang pria. Ah….bukan, tapi wanita. Tapi ia mengenakan pakaian pelayan. Ia sangat manis. Tapi dia seorang pria. Pria manis. Hampir cantik.

Ia tersenyum dan mengangguk. Ia butuh bantuan.

Tanpa rasa jijik, pemuda manis itu pun membantunya. Membersihkan bekas muntahannya dan membawanya pergi dari tempat itu menuju toilet. Menuntaskan semua rasa sakitnya di wastafel toilet.

Dengan sangat hati-hati pemuda manis itu membantunya mengurus semuanya. Menatap kagum pada pemuda itu, ia merasakan bagaimana rasanya di sayangi tanpa uang.

"Terimakasih. Aku tertolong berkatmu." Katanya dengan tatapan penuh kekaguman.

Pemuda manis itu tersenyum ramah. "Sama-sama Sajangnim. Saya hanya melakukan tugas saya dengan seharusnya."

"Memangnya di diskotik ini menyediakan pelayanan medis?"

"Sebenarnya tidak sih. Hanya saja saya tak tega jika melihat seseorang sedang merasakan kesakitan."

"Apa aku perlu membayarmu?"

"Tidak perlu. Sajangnim tidak perlu membayar saya."

"Kalau begitu, terimakasih banyak."

Mereka saling menatap. Lalu tersenyum bersama.

"Jangan panggil Sajangnim. Panggil aku Kyuhyun."

"Kyuhyun?"

"Ya…nama ku Cho Kyuhyun. Panggil saja Kyuhyun. Aku ingin sekali seseorang memanggilku dengan sebutan Kyuhyun. Bukan sajangnim."

Pemuda manis itu tersenyum layaknya kelinci manis. Menampilkan deretan gigi putihnya dengan riang. "Baiklah, Kyuhyun…namaku Lee Sungmin. Sebut saja Sungmin. Senang berkenalan dengan mu, sa….eh maksudku Kyuhyun."

Untuk pertama kali, senyuman tulus itu akhirnya terukir jelas. Membuat Sungmin hampir saja terposana dan membuka mulutnya tak percaya. Kyuhyun sangat tampan saat tersenyum. Bukan tatapan dingin penuh rasa jijik. Tapi ini adalah tatapan hangat yang mungkin sudah hampir beberapa tahun belakangan tak terlihat.

"Kau sangat tampan saat tersenyum. Ku harap kau terus tersenyum seperti sekarang ini." Sungmin kembali tersenyum dan mengusap pundak Kyuhyun.

"Aku akan terus seperti ini jika kau mau menjadi teman ku."

"Aku mau! Kita adalah teman mulai sekarang."

"Terimakasih Sungmin!" Kyuhyun memeluk Sungmin di saat itu juga. Di toilet diskotik Kyuhyun menemukan kebahagiaan dirinya.

.

.

.

.

Mungkin pagi ini adalah pagi yang paling Kyuhyun tunggu. Setelah malam yang lumayan panjang yang membawa ia pada mimpi indahnya setelah bertemu Sungmin. Kyuhyun begitu terkagum-kagum pada sosok Sungmin yang sederhana dan penuh kasih sayang. Lihat saja bagaimana caranya membantu membereskan bekas muntahannya di diskotik semalam. Kyuhyun sangat tidak percaya dengan itu. Tapi itu memang terjadi. Sungmin adalah pemuda mengagumkan. Sangat menarik bukan?

Hari ini semua orang menatap aneh padanya. Senyuman ramah dan tatapan hangat terus menguar dari auranya. Ia sedang bahagia. Entah bagaimana sekarang ia merasa semangat. Tidak seperti biasanya.

"Selamat pagi Cho Sajangnim. Hari ini ada meeting dengan Anderson Corporation. Apakah anda bisa datang pukul sepuluh ke ruangan meeting kantor kita?" Anna mengintrupsinya di pagi hari. Secretarisnya ini sudah menJadwalkan jadwal yang padat untuk segera di selesaikan.

"Atur semuanya Anna. Aku akan segera datang secepatnya dan membereskan pekerjaan dengan cepat juga."

"Anda baik-baik saja Cho Sajangnim?"

"Tentu saja…aku sangat baik hari ini."

Anna hanya menatap aneh dengan perilaku Kyuhyun pagi ini. Ini sangat berlawanan dengan hari-hari biasanya.

"Baiklah Cho Sajangnim. Pukul sepuluh di ruang meeting."

Kyuhyun mengedipkan sebelah matanya. "Oke, Anna."

Anna pun hanya bisa menggidikkan bahunya.

.

.

.

"Bagaimana Mr. Anderson? Apakah anda tertarik untuk meneruskan pembangunan cabang perusahaan kita di Jepang?"

"Seperti biasanya Mr. Cho, Saya sangat terkagum dengan semua ide briliant anda."

"Jadi, saya menganggap bahwa anda menyetujuinya. Bagaimana?"

Mr. Anderson mengangguk pasti. Ya! Tentu saja Mr. Anderson menyetujuinya. Berkat kerjasamanya dengan si Jenius Cho Kyuhyun perusahaannya dapat di selamatkan. Ini adalah sebuah penghargaan terbesar untuk Mr. Anderson saat Kyuhyun mengajaknya untuk bekerjasama kembali untuk membangun cabang perusaahaan mereka.

Cho Kyuhyun memang terkenal dengan otak jeniusnya. Menguasai berbagai Bahasa dari penjuru Dunia. Ia selalu success melakukan meetingnya denagn sempurna. Itu ibarat seperti menjetikkan jarinya. Bagai sulap, Kyuhyun dapat menguasai semua perusahaan besar di Negaranya.

"Baiklah…meeting selesai. Saya juga harus buru-buru pamit karena masih ada perlu. Semoga harimu menyenangkan Mr. Anderson. Selamat siang."

"Selamat siang Mr. Cho."

Dan Kyuhyun pun berlalu meninggalkan Mr. Anderson.

.

.

.

.

Mobil itu melaju cepat menuju tempat tujuannya. Terlihat sekali jika mobil itu sedang semangat. Tidak! Bbukan mobilnya. Tapi sang pengemudi sedang di level semangat tertingginya. Ia terlihat tak sabaran agar segera sampai di tempat tujuannya.

Ketika mobil mewah miliknya sudah smpai di tempat tujuannya, ia pun menarik nafasnya dalam-dalam. Berkaca dan merapikan penampilannya serapih mungkin. Kyuhyun terkadang tertawa saat memikirkan prilakunya. Ia terlihat sepeti orang yang sedang jatuh cinta.

"Kau cukup oke, Kyuhyun-ah!" Ia mulai bermonolog.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia pun keluar dari mobilnya dan melangkah masuk kedalam gedung diskotik tujuannya. Menebarkan pesona miliknya dan terus menatap lurus pada seseorang yang sedang sibuk bekerja di dalam diskotik itu.

Ketika ia sudah memasuki ruangan itu, matanya langsung menangkap seseorang yang sudah tersenyum dan menyambutnya dengan lambaian hangatnya. Ya~ Sungmin disana. Menunggunya.

"Kyuhyun! Kesini!" Teriak Sungmin sumringah.

Kyuhyun membalas dengan senyum dan langkah semakin cepat. Ia sungguh tidak sabaran.

Ketika Sungmin sudah berada tepat di hadapannya dan tersenyum manis, jantung Kyuhyun berdetak empat kali lebih cepat dari biasanya. Ia seakan tersihir oleh senyuman kelinci milik seorang Lee Sungmin. Senyuman polos penuh semangat.

"Kau selalu terlihat tampan. Seperti biasanya." Ujar Sungmin memuji dan tetap tersenyum.

Kyuhyun sedikit mengartikan kata 'seperti biasanya' dalam ucapan Sungmin. Bukan suatu hal yang aneh kan jika Sungmin memang sering melihatnya di diskotik dimana ia sering datang. Itu tempat Sungmin bekerja juga.

Si penguasa di malam hari itulah julukan untuk Kyuhyun.

"Terimakasih untuk pujian yang seharusnya tak kau ucapkan, Sungmin." Kyuhyun merendah.

"Tidak tidak! Aku tidak bicara bohong."

"Kkkkk~ baiklah…senang sekali mendengar seseorang memujiku dengan penuh kegembiraan dan ketulusan. Biasanya, jika seseorang memujiku pasti berakhir sebuah imbalan. Seperti… yaa~ pesta meriah dan hal lainnya."

"Seperti itukah?" Sungmin tampak penasaran.

Kyuhyun mengangguk pasti.

"Kau mau minum sesuatu?" Tawar Sungmin pada Kyuhyun. Walaupun mereka teman, Kyuhyun masih tetap tamu special bar itu.

"Tidak. Terimakasih."

Sungmin menatap aneh. "Ada apa? Biasanya memesan Whiskey termahal? Apakah kau tak mau minum? Bahkan para gadismu ada disana." Tunjuk Sungmin dengan dagunya.

Kyuhyun menoleh kearah yang ditunjuk Sungmin. tapi Kyuhyun hanya mendengus iba saat bayangan ia pernah disana dulu. Ia kembali mengartikan kata 'Biasanya' di perkataan Sungmin tadi.

"Aku hanya ingin sesuatu. Tapi aku malu untuk mengatakannya."

Sungmin penasaran. Ia sedikit tertarik dengan ucapan Kyuhyun.

"Apa itu?"

"Kau ingin tau?"

Si manis mengangguk antusias.

"Makan malam bersamaku. Mau? Bukan disini. Di tempat yang lebih tenang."

Sungmin berlari meninggalkan Kyuhyun dan berteriak. "Jungsoo Hyung! Aku izin pergi keluar untuk makan malam bersama temanku, ya~" Teriaknya. Dan ia pun keluar dari konter pemesanan makanan.

"Kajja Kyu~" Ajaknya antusias.

Hei! Bukankah Sungmin hanya perlu menjawab 'iya' dan biarkan Kyuhyun yang akan meminta izin pada bosnya. Tapi lihat…. Siapa yang terlihat antusias disini. Pemuda manis yang ceria tentu menggemaskan, bukan?!

.

.

.

.

Sebuah caffe sederhana dan penuh aksen manis adalah jadi pilihan Kyuhyun. Banyak makanan yang mungkin saja Sungmin sukai di caffe ini. Bukan hanya makanannya, tapi Kyuhyun yakin jika Sungmin suka suasana di caffe ini.

Sebuah lagu classic yang dinyanyikan oleh si penyanyi caffe menghantarkan suasana damai di setiap suapan makanan mereka. Senyum manisnya tak pernah lepas dari sana. Dia benar-benar mengagumkan.

"Kau suka makanannya?" Tanya Kyuhyun perhatian.

Pemuda itu mengangguk mengiyakan. Tentu saja ia suka. Ia bisa memilih semua yang dia suka. Karena Kyuhyun sudah berjanji akan membayar semuanya.

"Masih mau lagi?" Kyuhyun masih terus bertanya. Sedangkan Sungmin masih sibuk dengan makanan yang melimpah di meja mereka. Asal tau saja, pemuda polos ini tidak pernah sekalipun memakan makanan seenak dan semewah ini.

"Ini sudah sangat banyak, Kyu~ jika tidak habis, apa boleh aku membungkusnya untuk Sungjin?"

"Sungjin? Siapa?"

"Adikku…"

"Kau memeiliki seorang adik?"

"Tidak! Aku memiliki tiga orang adik Kyuhyun…"

'Banyak sekali…'

"Benarkah?"

Si manis mengangguk. "Ya tentu saja. Tiga adik lelaki yang sangat manis juga menggemaskan. Aku senang memiliki adik seperti mereka."

"Siapa namanya?"

"Yang tertua namanya Lee Hyuk Jae. Dia berumur enam tahun. Yang tengah bernama Lee Donghae. Dia baru berusia empat tahun. Dan yang terakhir, namanya Lee Sungjin. Dia masih sangat kecil. Dia baru berusia satu tahun."

Mendengar Sungmin bercerita dengan sangat riang, menimbulkan perasaan penasaran di dalam dirinya. Kyuhyun ingin sekali melihat semua adik Sungmin.

"Bolehkah aku berkunjung?"

"Kau mau berkunjung?" Sungmin menatap Kyuhyun tak percaya.

"Ya. Tentu saja. Aku ingin melihat adik-adikmu yang manis."

"Rumahku berantakan. Sebenarnya, itu juga bukan rumah ku. Seorang tetangga baik hati meminjamkan rumahnya pada kami. Dia bilang tanpa imbalan dan aku pun setuju."

"Baiklah…ayo kita kerumahmu sekarang." Ajak Kyuhyun seraya menarik pergelangan tangan Sungmin.

"Ma-makanannya.?"

"Kita beli lagi untuk adikmu dirumah."

.

.

.

.

Setelah sesi makan malam selesai, Kyuhyun dan Sungmin pun segera pergi ke bar lagi dan meminta izin pulang kepada seseorang yang Sungmin sebut 'Jungsoo Hyung'. Jungsoo Hyung tanpa basa-basi tentu mengizinknan Sungmin. pemuda manis itu sudah beberapa hari ini terus lembur dari pagi sampai malam. Padahal jatahnya hanya bekerja dari pagi sampai sore saja. Tentu Jungsoo tidak melarang Sungmin untuk pulang lebih awal dari jam lemburnya.

Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke toko makanan. Sungmin sebenarnya sangat malu dan enggan saat Kyuhyun menawarinya membeli makanan yang kira-kira cukup untuk keperluannya. Tapi, lelaki tampan ini sangat pemaksa dan tentu baik hati. Ia rela membayar bahkan sampai membawakan puluhan kantung makanan dan mainan untuk adik-adik Sungmin. sulit sekali untuk mengatakan tidak. Karena pasti Kyuhyun akan tetap membelinya.

Makanan sudah cukup. Mainan pun sudah sangat banyak. Pakaian pun dan semua peralatan rumah tangga di belikan oleh Kyuhyun pada saat itu juga. Mereka layaknya sepasang suami istri yang baru saja pindah rumah. Sungmin menggeleng. Bagaimana bisa Kyuhyun begitu royal dan banyak uang? Apa yang harus di lakukannya untuk membalas kebaikan Kyuhyun?

Hampir satu setengah jam perjalanan menuju rumah Sungmin setelah berbelanja di toko. Sampailah mereka di rumah Sungmin. rumah yang kecil sederhana dan rapih, tentu saja! Pekarangannya pun tertata dengan rapih. Sungmin memang sangat menakjubkan.

"ini rumahku.. maaf jika ini tidak membuatmu nyaman."

Kyuhyun menoleh kearah Sungmin dan menatap Sungmin denga penuh rasa senang. "Tidak apa-apa. Aku suka rumahmu. Rumah ini sangat terlihat nyaman untukku."

"Benarkah? Kalau begitu ayo masuk…"

CEKLEK~

"Aku pulaaaaang~" Teriak Sungmin dengan senang

"Selamat datang Ming!" Sambut seseorang dari dalam.

'Eh? Ada seseorang? Siapa?'

"Siwonnie~ kau dimana? Aku membawa makanan…"

'Siwon?'

Ketika Sungmin melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, mata Kyuhyun membelalak kaget saat melihat sosok Siwon yang sedang duduk dengan adik-adik Sungmin.

"Hyukjae-ya~, Hae-ya~, JInnie-ya~ Hyung pulaaaaang….lihaaaatt! Hyung bawa makanan, mainan dan pakaian untuk kalian…" Sungmin berlari kearah semua adiknya. Mengakibatkan sosok Siwon menoleh kerah Kyuhyun yang mengekor di belakang Sungmin.

Kyuhyun diam menatap Siwon. Dan Siwon pun ikut diam menatap Kyuhyun.

"Ucapkan terimakasih pada Kyuhyun-hyung…"

Semua adik Sungmin di tuntunnya untuk berlari kearah Kyuhyun. Dan sengan serentak mereka memeluk Kyuhyun yang sedang berdiri terpaku menatap Siwon.

"Choi Siwon?" Ucap Kyuhyun seraya menunjuk lelaki itu.

.

.

.

To Be Continue~

.

RheaCho