Naruto © Masashi Kishimoto
Characters: Hatake Kakashi, Uchiha Obito, Nohara Rin
Pairing: Hints of KakaRin
Warning: Tidak ada dialog, super short
Rate: T
Static Lullaby
Ada ingatan tertentu yang akan selalu tertinggal dalam diri Rin mengenai Kakashi.
.
.
Semuanya berawal pada suatu hari di bulan Desember, di tengah suhu terendah yang pernah mendera Konoha, di antara pepohonan tanpa kehidupan, dan di bawah awan gelap yang menyelimuti malam.
.
.
Rin tidak bisa mengingat apakah saat itu adalah malam natal atau beberapa hari setelahnya, namun ia mengizinkan pikirannya yang terlalu resah untuk tidur bertanya tanpa suara pada dirinya sendiri.
Hitam, kelabu, dengan sentuhan keperakan yang berpendar dari sinar bulan dan kilauan rambut partner-nya yang tertiup angin.
Kakashi menyalakan api dengan jutsu, lalu merogoh tasnya untuk mencari perbekalan. Ketika pada akhirnya ia menyerahkan energy bar kepada Rin untuk dikonsumsi, Rin bisa melihat keletihan yang disembunyikan dengan baik oleh sang kapten. Mata Rin mengawasi setiap gerakan Kakashi yang semakin kaku, tidak melewatkan silabel minim bernada kekesalan yang terlepas dari mulutnya setiap kali jemarinya yang tidak kooperatif gagal bertugas sesuai dengan keinginan.
Remaja lelaki itu kemudian menyerah.
Perlahan, ia mendekatkan telapak tangannya pada api kecil yang terbakar lemah.
.
.
Tangan Kakashi selalu terlihat dingin.
Ada bau mesiu dan aroma metalik yang menenggelamkan fitur jarinya yang lentik dan panjang, kasar oleh bekas luka dan tempaan senjata. Di balik memori mengenai perang dan pengorbanan, Rin akan selalu ingat tatapan mata Kakashi yang bias dari waktu.
Karena, usia empat belas tidak seharusnya diwarnai dengan tetesan darah di atas salju.
Atau insomnia yang menghiasi malam beku.
Rin tidak akan pernah melupakan jemari Kakashi yang sedikit gemetar ketika menurunkan maskernya.
Wajah yang terlalu pucat, nafas yang tertahan, dan ketika Rin merasa ia sudah diizinkan untuk melihat sedikit dibalik semua itu, Kakashi kemudian tersenyum, seperti biasa, dan Rin –bagaimanapun kerasnya ia berusaha, tidak pernah bisa melihat emosi di kedua mata Kakashi yang terkunci rapat.
.
.
Terkadang, Rin berpikir mengapa senyum tulus itu terlihat begitu menyedihkan.
.
.
Lalu untuk kesekian kalinya, Kakashi kembali meminta Rin untuk beristirahat dengan suaranya yang pecah.
Dengkuran keras dari balik onggokan selimut tak jauh dari tempat mereka duduk terdengar sebagai jawaban, memancing tawa tertahan. Tanda bahwa si Uchiha maniak goggles sudah melupakan cedera di ankle-nya dan tertidur pulas.
Namun seperti biasa kekhawatiran Rin selalu cepat berpindah ke sang kapten yang masih terlalu muda.
Level chakra Kakashi yang rendah, tekanan darahnya yang sedikit di bawah normal atau cara duduknya yang kaku untuk melindungi tulang rusuknya yang retak tidak akan pernah luput dari perhatian Rin.
Kakashi menolak perhatian medis seperti biasa. Rin meragukan apakah Kakashi akan pulih tepat waktu untuk mengikuti ujian Jounin dua bulan lagi.
"Konservasi chakra itu penting, Rin. Hanya gunakan jika diperlukan. Seorang ninja medik adalah aset strategis untuk sebuah tim kecil seperti kita."
Rin tidak membantahnya.
Ia mulai berpikir bahwa ia tidak akan pernah bisa.
.
.
Malam tidak berbintang dan butir salju yang turun menembus kantung tidur Rin yang tipis.
Logika Kakashi meyakinkannya untuk memejamkan mata, mereguk udara Desember yang menusuk ke dalam paru-parunya.
.
.
Suara lipatan peta yang dibuka serta goresan pensil bertindak sebagai pengantar tidur Rin ke dunia tanpa mimpi.
Fin.
A/N: Udah lama nggak bikin fic :D Mudah-mudahan cukup menghibur. Happy belated New Year, all!
Terima kasih,
Sei.