Author : XikaNish
Main cast : Byun Baekhyun | Park Chanyeol | Wu Yi Fan |
Other cast : temukan sendiri
Genre :angst, hurt/comfort, romance (gak tauk kalau genrenya cocok sama ceritanya)
Rating :T+
Length : multichapter
Disclaimer : ini ff saya. Pemain disini Cuma saya pinjam namanya, mereka milik Tuhan YME, Orang tuanya, SMEnt dan para fans.
Note : bayangin aja butiknya Steppany kayak butik di fashion king
.
.
.
February 1st, 2014
.
CKLEK!
"Darimana Kris?"
DUUK!
"Eh, Kris nggak apa-apa?" jeritan itu menambah keramaian didalam apartemen dikota London. Kris meringis melihat wajah Baekhyun yang khawatir karena ia baru saja kejedot sebuah gantungan lampu yang sengaja dipasang rendah.
"Aduh Baek… ini apa-apaan lagi?" tanyanya dan terus mengelus jidatnya yang sakit. Baekhyun ikut membantu mengelus jidat Kris (walau pada kenyataannya Baekhyun harus berjinjit dan mendongak karena ia kalah tinggi dari Kris).
Baekhyun nyengir karena kelakuannya. "Itu… tadi ada yang ngirimin paket, katanya pesanan dari tuan muda Kris Wu, jadi kuterima. Iseng aja kubuka, eh rupanya gantungan lampu. Karena malas lama banget nungguin kamu pulangnya, ya aku pasang aja sendiri. Tapi rupanya aku nggak berbakat masang kayak gitu , jadi terpaksa kukaitkan asal aja karena udah terlanjur. Eh malah kependekan. Sorry jadi korban!" Baekhyun memberikan peace sign dengan cengiran khasnya yang manis.
"Kan bisa besok," sahut Kris yang langsung membuang pantatnya disofa empuk berwarna gading itu. baekhyun menggeleng tidak terima. "Besok aku sibuk Kris. Kemungkinan aku pulang diatas jam 12 malam," jelasnya yang malah disambut delikan tajam.
"Jangan pulang malam-malam. Kamu itu mungil, jadi cepet sakit. Udah sana tidur." Perintah Kris dan langsung menuju kamarnya. Baekhyun tentu merasa aneh dengan sikap Kris. Memang kenapa kalau ia mungil?
Kris terlalu meremehkannya.
Dengan langkah kesal Baekhyun berbalik menuju kamarnya. Dilupakan begitu saja perihal lampu tadi. Baekhyun salah paham. Kris tidak meremehkannya, Kris hanya mengkhawatirkan dirinya.
.
.
Baekhyun dengan semangat membuat roti isi seperti biasanya. Roti isi dengan selai strawberry kesukaannya, tidak lupa ia menambahkan beberapa helai daun sawi yang masih sangat segar.
"Sudah bangun Baek?" sebuah suara pembuka dipagi hari mengagetkan Baekhyun yang tengah khusyuk dengan kegiatannya.
"Hhm," balas Baekhyun dengan sebuah deheman. Ia masih kesal dengan Kris perihal tadi malam. Kris yang merasa ada kejanggalan pada Baekhyun mulai bertanya. "Kenapa kamu?"
"Nggak ada apa-apa!" jawab Baekhyun cepat. Kris hanya terkekeh membalas ucapan Baekhyun. Seakan-akan tidak tahu kekesalan Baekhyun, lelaki tampan itu langsung saja mengambil tempat di meja makan. Menunggu Baekhyun selesai menyiapkan sarapan pagi keduanya.
"Selamat makan Kris Wu," ucap Baekhyun sinis sambil meletakan sepiring roti selai dihadapannya. Dengan beringas ia memakan roti itu. Kris terlihat kebingungan. Mungkin ia tengah bertanya-tanya, 'dimana makananku?' Baekhyun tahu apa yang dipikirkan lelaki tiang satu ini, tapi tetap cuek bebek.
"Hei Byun, mana makananku?" tanyanya dengan nada tinggi. Baekhyun hanya mengangkat bahu cuek. Sekarang gantian Kris yang kesal.
.
Bernyanyi adalah sesuatu yang menyenangkan bagi Baekhyun. Saking menyenangkannya, Baekhyun menyanyi tiap hari. Dan tiap hari itu yang ia nyanyikan pasti lagu 'Girls Generation'! (dasar SONE).
Baekhyun betul-betul cinta mati dengan girlband satu itu. Dan dari tadi lagu Goodbye di mini album 'Mr. Mr.' SNSD terus saja dilantunkannya. Lagu itu untuk seseorang.
Yeah, seseorang!
"Byun," panggilan itu membuat Baekhyun tersadar atas dunianya. Ia menoleh, mendapati seorang gadis 'bule' dengan mata biru yang jernih berada didepannya.
"Yes Marry," jawabnya.
"Madam need you," ucap gadis itu. Baekhyun mengangguk mengerti. Dengan tergesa ia mengambil buku sketsanya. Pasti ini tentang design-design yang dipesan para pelanggan. Sudah 75% baju pesanan pelanggan yang telah dibuatnya. kurang 25% seluruh baju pelanggan selesai di designnya.
Dengan langkah tergesa Baekhyun menuju ruangan kerja Steppany yang berada dilantai atas butik. Ia tidak sabar menunjukan hasil kerja kerasnya. Ia harus menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai ruang kerja yang luas itu.
Sesampai disana Baekhyun menundukan badannya seperti di Korea. Walaupun tinggal di Inggris selama dua tahun lebih, lelaki itu masih menjaga kebiasaannya di Korea. Salah satu alasannya mungkin karena pemilik butik ini masih keturunan Korea.
"Ye Madam."
"Baekhyunie, sudah datang?" sambut Steppany ramah. Baekhyun menjawab dengan mengangguk kecil. "Kemarilah. Kita akan menyambut seorang tamu istimewa."
"Apa yang kemarin?" tebak Baekhyun.
"Yep. Gadis sombong itu akan membawa tunangannya."
"Jinjja?" Baekhyun terkejut. Ia jadi gugup. "Apakah mereka akan melihat bajunya?" tanyanya sekali lagi. Wanita itu mengangguk. Ia terkikik geli melihat wajah tegang Baekhyun. Wajah cantik itu terlihat tambah imut saat gugup.
"Ingat! Tak usah tegang. Kudengar tunangannya orang yang lucu dan pembawaannya selalu ceria. Aku tidak percaya jika wanita sombong itu akan mendapatkan lelaki humoris," Steppany menggelengkan kepalanya tidak percaya. Cinta memang buta. Mungkin itu yang sekarang bergentayangan dikepalanya.
"Excuse me, madam." Baekhyun dan Steppany menoleh keasal suara.
"Ya," jawabnya saat mengetahui sang asisten datang keruangannya.
"Tamunya sudah datang Madam."
"Bawa mereka masuk," perintahnya. Asisten itu menganggukan kepalanya dan keluar dari ruangan Steppany. Tak lama kemudian asisten itu membawa dua orang tamu yang berada dibelakangnya. Baekhyun yang sekarang sedang duduk disalah satu sofa diruangan besar itu terus menunduk. Malu mungkin.
"Sit down please, mr. Park and Mrs. Choi," sambut Steppany mempersilahkan duduk sang tamu. "Terima kasih telah datang keruanganku."
"Tidak usah berbasa-basi lagi Mrs. Hwang! Aku kemari ingin melihat hasil design untuk baju calon suamiku," suara dingin dari Ann menambah nilai minus dirinya dimata Steppany. Wanita tua itu tersenyum sinis menanggapi suara dingin tadi.
"Maaf soal tadi. Baekhyunie!" panggil Steppany.
Baekhyunie?
"Ye? Eh…" Baekhyun terkejut. Matanya yang sipit itu membulat sempurna. Dadanya berdegup kencang. Ia bahkan hampir tidak bisa bernafas dengan benar.
Apakah dunia sesempit ini?
.
Lay terlihat sangat kelelahan setelah melakukan operasi pengangkatan tumor. Setelah berjam-jam mendekam di ruangan operasi, akhirnya ia sudah selesai melakukan tugas berat itu dengan hasil yang sangat baik. Hingga membuatnya tersenyum bahagia menampakan single dimple miliknya yang manis.
Ia teringat seluruh perkataan Kris kemarin. Lelaki itu sangat baik padanya, sering menasehati dirinya jika ia sedang merasa kesal. Lelaki yang perhatian.
Kris memang sempurna. Itu pandangan Lay akan lelaki itu. setiap orang pasti akan berpandang sama seperti dirinya jika mereka melihat sosok Kris. Dari mereka masih Junior high schoolKris selalu menjadi idola. Beruntung sekali jika ia berteman dengannya.
DRRT! DRRT!
Ponsel Lay berbunyi dengan keras. Dengan malas ia membuka pesan masuk yang baru saja sampai. Dari An-Zhen, rekannya sesama dokter dari China.
From : An-Zhen
Lay, ada pasien baru. Nomor ruangannya 2690.
Lay menghembuskan nafasnya. Ia beranjak dari kursinya menuju ruangan 2690. Rupanya tidak ada waktu untuk beristirahat bagi Lay. Ia harus bekerja lagi dan lagi. tiba-tiba ia teringat perkataan Kris kemarin.
Jangan banyak mengeluh Lay! Jangan pernah!
.
"Good afternoon, sir." Sapa Lay saat memasuki ruangan itu. Ia mendapati seorang lelaki mungil yang tengah duduk bersandar didashboard ranjang. Pandangannya yang semula kosong mendadak berubah menjadi ceria, ditambah dengan senyuman kecil. Dari wajahnya, ia terlihat seperti orang Asia.
"Good afternoon, Doctor." Balasnya. Lay melirik kepapan yang memberikan keterangan nama pasien.
"Apakah anda orang Korea, Minseok Kim?" tanya Lay. Minseok menjawab dengan sebuah anggukan kecil.
"Terlihat dari namaku bukan jika aku orang Korea."
"Huuft, beruntung sekali aku bisa bertemu orang Korea di negara Inggris ini," tanpa ragu Lay menggunakan bahasa Korea yang telah ia kuasai selama tujuh tahun ini.
"Hanguk-e saramimnika? Orang Korea selatan juga?" tanya Minseok.
"Animnida. Aku orang China. Tapi pernah tinggal di Korea Selatan," jawab Lay santai.
"Jinjja? Siapa nama anda dokter?" Minseok terlihat begitu penasaran.
"Zhang Yixing imnida, bangapseumnida. Tapi orang-orang sering memanggilku Lay."
"Bagaimana jika saya memanggil anda dengan Yixing uisianim?" tawar Minseok. Lay tertawa kecil.
"Boleh saja. terserah pada anda Minseok."
.
Jam makan siang seperti sekarang ini harusnya dihabiskan Kris di café langganannya seperti biasa. Tapi hari ini ia harus pulang untuk mengecek sesuatu. Ia melupakan kertas rancangannya karena terburu-buru tadi. Dan sekarang ia merutuki Baekhyun karena lelaki mungil itu meletakan kertas penting itu entah dimana.
Jangan heran jika sekarang Kris sedang kesal dengan Baekhyun. Segala sesuatu yang dibutuhkan Kris selalu disiapkan Baekhyun. Lelaki itu sangat cerewet jika Kris mulai ceroboh dengan barang-barangnya.
"Dimana kertas itu?" Kris mengobrak-abrik lemari-lemari dikamarnya. Tidak peduli bagaimana parahnya keadaan kamar besar itu. Dan mungkin jika Baekhyun pulang nanti ia bakal kena semprot mulut tajam itu.
Apa diruang kerja?
Dengan langkah tergesa ia menuju keruang kerja. Mata tajam itu mencari-cari kiranya mungkin tergeletak ditempat yang bisa terlihat olehnya. Erangan frustasi masih terdengar di bibir tipis itu. Ia lupa jika setelah masuk di apartemennya ia langsung keruang kerja. Sudah pasti ruangan ini selesai ia bongkar (keadaannya bahkan lebih parah dari kamarnya).
Terbesit dipikiran Kris untuk mengobrak-abrik kamar Baekhyun. Sebenarnya ada rasa ragu dihati. Itu daerah privasi Baekhyun. Mana mungkin kertas berharganya tercampur dikertas-kertas design baju Baekhyun.
Tapi mau bagaimana lagi. Hanya ruangan itu yang belum menjadi sasaran pencariannya. Langkahnya sangat ragu untuk menuju kamar itu. Tapi segera ditepisnya.
Segala kemungkinan pasti ada
Setelah tepat didepan pintu kamar Baekhyun, Kris mulai membuka pintu bercat coklat dengan gantungan sebuah nama. Nama dari pemilik kamar ini tentunya.
CKLEK! KREEK!
Pintu perlahan terbuka. Rupanya tidak terkunci sama sekali. Baekhyun memang sangat ceroboh. Kris sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Dalam hati ia berdoa semoga Baekhyun tidak mengetahui jejak-jejak kedatangannya dan kertas berharga miliknya berada disalah satu sudut kamar milik lelaki Hapkido itu.
Saat pintu benar-benar terbuka lebar, Kris bisa melihat keseluruhan kamar Baekhyun. Teratur sangat rapi. Ia tersenyum kecil. walaupun terkenal konyol dan ceroboh, tapi sahabat Kris yang satu itu sangat menjaga kerapian. Dan selama dua tahun mereka tinggal bersama, Baekhyun layaknya seorang istri baginya.
Wah! Kris lupa akan tujuannya kekamar Baekhyun, dan malah memujinya habis-habisan. Dengan perlahan lelaki tinggi itu melangkah. Ia tidak boleh memberantaki kamar Baekhyun. Nanti Baekhyun akan membunuhnya karena memberantaki ruangan orang tanpa izin.
Aku mulai dari yang mana ya?
Mata tajam itu menangkap sebuah lipatan kertas yang berada di atas ranjang. Ia mengambil kertas itu, membukanya, dan terlihat terkejut. Heh, inikan kertas miliknya! Ia tersenyum kegirangan. Hampir setengah jam dirinya mencari kertas ini, tiba-tiba benda tidak bernyawa ini tergeletak 'manis' di atas ranjang milik Byun Baekhyun.
Karena sudah mendapatkan apa yang ia mau, lelaki itu ancang-ancang membalikan badannya sebelum (sekali lagi) menangkap sebuah buku harian berwarna hijau lumut juga berada diatas ranjang itu. mungkin benda itu tertutup dengan kertas milik Kris.
Rasa penasaran Kris muncul dipermukaan. Tanpa ragu ia mengambil buku itu. membolak-balikannya. Tidak ada yang aneh. Biasa saja.
KRING! KRING! KRING!
Bunyi nyaring dari ponselnya mengalihkan perhatian. Dengan segera ia mengambil ponsel itu yang terletak disaku celananya.
Janet calling
"Hello!"
"…"
"Yes. Wait a minute, ok!" dengan segera, Kris menuju kantornya. Terburu-buru. Sekretarisnya baru saja mengatakan jika rapat akan segera dimulai. Dan tanpa disadarinya, ia malah membawa buku Baekhyun.
.
Apakah waktu sedang berhenti?
Kenapa Baekhyun merasakan waktunya seperti tidak bergerak sama sekali.
Apa yang terjadi?
Apa arti deguban di area jantungnya?
Ia tidak tahu!
Sepertinya benar, waktu sedang berhenti.
Baekhyun tidak bisa bergerak sama sekali. matanya terkunci dikedua mata besar itu. Ia merasa dejavu seketika. Bahkan lelaki mungil itu tidak merasa jika ada udara yang sedang berseliweran di sekitarnya, terbukti dengan sesaknya nafas.
Waktu sedang mencoba memainkannya.
Pada akhirnya ia bertemu lagi sosok itu. Baekhyun tengah berfikir kenapa ia tidak ke Kutub Selatan saja agar tidak bertemu sosok jahat itu. Apakah dunia hanya sesempit telapak tangan Bayi?
"Baekhyun! Baekhyunie! Byun! BAEKHYUN!" lelaki pencintaeyeliner itu tersadar akan situasinya.
"Ah, joseonghamnida!" ia membungkukan badannya ke Steppany, meminta maaf. Steppany hanya membalasnya dengan senyuman.
"Kamu kenapa ngelamun?" tanya Steppany. Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. dari sorot matanya ia mengatakan tidak apa-apa. Setelah merasa keadaan Baekhyun benar-benar baik-baik saja, Steppany mulai melanjutkan pembicaraan.
"Anyeonghaseyo Park Sajangnim. Naneun Steppany Hwangimnida, bangeupsemnida," Steppany memperkenalkan dirinya menggunakan bahasa Korea yang sangat lancar. Lelaki tinggi yang berada didepan Steppany ini masih terdiam. Ia terus-terusn menatap Baekhyun yang menunduk. Merasa tidak diperhatikan wanita paruh baya itu berdehem, membuat sang lelaki menyadarkan dirinya.
"ye?"
"Can you hear me?" lelaki itu terlihat malu saat Steppany menegurnya. Ia hanya tersenyum kecil.
"I do hear you, madam!" jawabnya masih dengan tersenyum.
"hey, Park sajangnim! Dimana anda menemukan calon istrimu ini? sombong sekali!" Steppany mulai mengeluarkan uneg-unegnya menggunakan bahasa Korea. Tidak peduli jika calon suami Ann ini memberi tahu kepadanya tentang uneg-uneg yang diberikan Steppany.
"Anda tahu jika saya orang Korea?"
"Terlihat dari wajah anda."
"Ouh, jadi…"
"EKHM!" deheman keras itu membuat mereka menghentikan obrolan menarik ini. Ann lagi-lagi terlihat menyebalkan. "Saya tahu kalian berdua orang Korea. Tapi hargai saya disini." Perempuan itu menaikan nada suaranya, memperlihatkan jika dia seorang yang berderajat tinggi.
Baekhyun yang sedari tadi diam, mulai memainkan kedua jarinya dengan gugup. Ia bingung jika bertatap muka dengan sosok itu. mengerikan bukan?
"Bisakah aku ke toilet sebentar?" izinnya. Steppany mengangguk kecil. dan tanpa membuang waktu lama Baekhyun segera keluar dari ruangan tersebut. Langkah kaki kecilnya menuju toilet yang berada di lantai satu.
Sesampainya ia disana, lelaki mungil itu membuka salah satu bilik toilet dan duduk di closet duduk. Air mata perlahan-lahan jatuh dimata indah itu. semakin lama semakin banyak tanpa bisa dicegah. Isakan juga terus mengalir, menandakan bagaimana rasa sakitnya hati rapuh Baekhyun.
TOK! TOK!
Ketukan di pintu bilik yang disinggahinya menyadarkan tentang kesedihan yang sedang dilanda Baekhyun. "Who?" tanyanya pada orang diseberang sana dengan suara parau.
"Naega." Baekhyun tercekat dengan suara berat yang baru saja ia dengar. Suara yang dulu menjadi suara kesayangannya.
Hening diantara keduanya untuk sementara. Akhirnya Baekhyun membuka suara untuk menghilangkan kecanggungan, "Apa urusanmu denganku?" tanyanya dingin. Dengan perlahan, lelaki mungil ini menghapus air matanya.
Terdengar helaan nafas panjang dibalik pintu bilik itu. "Aku nggak nyangka bisa ketemu sama kamu disini. Sudah dua tahun lebih, tapi perasaan berdebar itu masih ada. Aneh!" lelaki jakung itu terkekeh pelan. Ia menyenderkan badannya di samping pintu bilik toilet Baekhyun.
Tidak ada yang bicara lagi setelah ucapan lelaki jangkung tadi. Baekhyun masih mencerna kosa kata yang dilontarkan orang yang berada didepan pintu bilik toilet tersebut. "Chukkaeyo atas pernikahan anda Park sajangnim." Dari nada suaranya saat mengatakan itu terlihat jelas jika Baekhyun berusaha untuk bersikap santai.
Lelaki itu tersenyum miris. Ia sebenarnya sangat sensitif mengenai kata 'pernikahan'. "Kami belum menikah," jawabnya lugas. "Lagipula… aku sama Ann Cuma diikatkan oleh tali api."
Tali api?
Apa maksudnya?
TAP! TAP!
Suara langkah kaki terdengar menjauh. Makin lama suaranya makin kecil dan bahkan sekarang tidak terdengar. Lelaki itu pergi.
Ia pergi lagi.
Baekhyun mengadahkan kepalanya, menatap langit-langit toilet. Ia belum siap bertemu dengan lelaki tadi. Disaat seperti ini. Disaat hatinya tengah belajar untuk bangkit kembali mengejar sebuah cinta yang baru. Lelaki itu datang merusak kebahagiaan yang sedang dikumpulkan Baekhyun.
Nappeun Namja!
Ia mengambil keputusan untuk kabur dari pertemuan itu. Dari pada ia mati canggung, lebih baik membuat alasan kepada Steppany. Jadi itu, Baekhyun mengambil ponselnya dan mengetik beberapa kata ke Steppany. Setelah itu melesat pergi, kemana saja ia mau.
I'm sorry madam.
Aku ada urusan penting dengan Kris. Jadi aku pulang duluan.
Jeongmal joseonghamnida!
goodbye Channie…
.
.
.
Kris memasuki apartemennya bersama Baekhyun dengan wajah kelelahan. Seingatnya Baekhyun akan pulang larut, jadi ia tak perlu repot-repot untuk berteriak "Aku pulang!" seperti biasanya. Tapi pemikirannya berubah saat melihat sepatu krem milik Baekhyun yang selalu ia bawa kemana.
Sepatu kets berharganya.
"Baekhyun! Kau sudah pulang?!" Kris menengok ke dapur tempat biasa lelaki mungil itu berada. Aneh baginya karena Baekhyun tidak ada disana. "Baek… Where are you?"
"Hiks~ Hiks~" isakan yang terdengar keras ditelinga Kris membuatnya tersentak. Sepertinya berada dikamar Baekhyun. Tanpa banyak waktu yang ia buang, lelaki tampan itu menuju kamar Baekhyun dan membuka dengan kasar tanpa mengetuk pintu terdahulu. Beruntung pintu itu tidak terkunci.
Ia mendapati lelaki cantik itu terlihat sangat berantakan. Walaupun wajah Baekhyun ia tenggelamkan di bantal, Kris pasti sangat tahu jika wajah manisnya sembab karena terlalu banyak menangis. Kris mendekati Baekhyun, mengelus pelan surai hitam yang sangat lembut ditangannya.
Tanpa berkata-kata, Baekhyun sudah tahu jika Kris mengkhawatirkannya dari elusan dikepalanya. Ia bangun dan menatap wajah Kris lama. Hati Kris terasa begitu menyakitkan saat melihat mata yang biasanya melengkung indah itu kini terlihat memerah.
Tidak lama kemudian, lelaki mungil itu menghaburkan pelukannya ke Kris. Beruntung Kris adalah lelaki yang kuat. Jadi, gerakan spontan seperti tadi biasa ia atasi, walau ia sangat-sangat terkejut.
"Hiks~ Kris… Hiks~ Dia… Dia…"
"Pelan-pelan Baek… nggak usah dipaksa kalau pengen ngomong. Kalau mau nangis, nangis aja. Gak ada yang ngelarang kok!" inilah nilai plus dari Kris. Ia tidak akan memaksa, walau ia penasaran setengah mati. Ia tidak akan pernah memaksa.
Dipelukannya ini Kris menyalurkan sebuah kehangatan. Ia terus saja mengelus punggung sempit itu. isakan juga hampir tidak terdengar. Baekhyun sudah tenang. Bahkan ia makin memperat pelukan itu. "Istirahat aja dulu. Besok nggak usah masuk kerja. Biar aku bilang sama Steppany." Usul Kris dengan nada lembut. Ia tidak mau bertanya kenapa lelaki yang sudah dua tahun lebih tinggal dengannya ini menangis lagi karena mengingat kejadian yang membuatnya bersedih.
Baekhyun mengangguk lemah. Dengan bantuan Kris, ia merebahkan dirinya. Dengan lembut pula Kris menyelimutinya sebatas dada. "Good night, Baek!" ucapan terakhirnya sebelum menutup pintu kamar milik Baekhyun. Ia hanya membalas dengan sebuah senyuman lembut tapi lemah.
Pintu itu tertutup sempurna. Dan Baekhyun hanya bisa melihatnya tanpa tahu berbuat apa. Tanpa perintah apapun air matanya jatuh begitu saja. dan ia semakin merutuki dirinya karena kelemahan yang ia miliki.
Aku memang bodoh!
.
Dikamarnya, Kris tengah menatap kosong sebuah kertas yang sudah lusuh karena terus ia baca berulang-ulang. Tidak ada gunanya, karena tulisan-tulisan itu tidak akan berubah sesuai kehendaknya.
Hidup itu memang rumit. Jalannya berliku-liku untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Seperti sebuah labirin besar yang memusingkan. Salah memilih jalan saja, kau akan terjebak semakin dalam dan terus bertemu dengan sebuah jalan buntu. Butuh waktu yang lama untuk mendapatkan jalan keluar dari labirin besar itu.
Kris termasuk orang yang terjebak dilabirin tersebut. Ia sedang mencari sebuah jalan keluar mengenai masalahnya. Tanpa mengeluh, Kris terus melangkah. Tanpa takut pula, Kris berjalan dengan penuh keberanian. Yang ia butuh dilabirin itu adalah jalan keluar.
Karena Kris butuh sebuah jalan keluar.
Ia menginginkan sebuah kebahagiaan dan ingin melupakan segala permasalahan yang telah berlalu. Tapi dengan selembar kertas, ia menjadi terpuruk. Ia bukan manusia cengeng. Ia manusia yang kuat. Bahkan dalam menghadapi masalah yang besar, ia akan tersenyum simpul. Itulah Kris.
Tapi selembar kertas ini membuatnya merasa sangat lelah dalam menjalani hidup. Diremasnya kertas tersebut sehingga menjadi berbentuk bola. Ia melempar asal ketempat sampah kecil yang terletak tak jauh dipintu kamar mandi. Hebat sekali Kris bisa memasukinya tepat ditempat sampah. Dengan cueknya ia menarik selimut hingga seluruh tubuhnya tertutupi. Mencoba mengarungi alam mimpi indah yang ia harapkan segera datang.
.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Lay sudah berada diruangannya. Ia tengah dalam mood yang baik dalam bekerja. Dengan semangat pagi Lay mengecek data-data pasien yang perkembangannya makin membaik. Terkadang ia membenarkan kacamata yang tengah membingkai matanya.
Alarm dari ponselnya berbunyi tepat pukul 07.10 seperti yang ia setel. Lay tentu terkejut saat ponselnya berbunyi dengan nyaring. Ia tersenyum tipis karena sekarang sudah waktunya. Ia keluar dari ruangannya, menuju ruangan 2690 untuk mengantarkan sarapan.
"Anyeonghasimnikka?" sapa Lay. Minseok tertawa kecil. membuat matanya berbentuk bulan sabit terbalik. "Jangan terlalu formal pada saya uisanim." Ucapnya mengingatkan.
"Gwenchana. Jarang-jarang aku mendapatkan pasien orang Korea." Lay juga ikut-ikutan tertawa kecil setelah menjawab perkataan Minseok dengan sedikit gurauan.
"Aku juga nggak nyangka ada dokter China tapi bisa bahasa Korea dengan fasih. Ini adalah takdir yang hebat," balas Minseok tak mau kalah.
CKLEK!
Terdengar pintu terbuka. Perhatian keduanya beralih kepintu yang baru saja dibuka. Menampilkan seseorang dengan wajah kotak dan tidak lupa senyuman troll miliknya yang mempesona. Ia membungkukan badannya hampir 900.
"Jongdae!" seru Minseok kegirangan. Lelaki yang baru saja dipanggil Minseok sebagai Jongdae itu tersenyum manis. "Anyeonghaseyo Minseok hyung," sapanya.
"Kemarilah Jongdae. Ada yang ingin kuberitahukan padamu." Dengan menurut, Jongdae mendekat. "Jongdae, kenalkan… ini Zhang Yixing uisianim. Ia orang China tapi bisa berbahasa Korea juga. Jadi jangan khawatir jika berbicara dengannya."
Lay menundukan badannya seperti orang Korea. "Mannaso bangapsemnida, senang berkenalan dengan anda."
"Zhang uisianim, ini kekasihku. Kim Jong Dae. Ia orang Korea juga."
"Mannaso bangapsemnida," dibalasnya sapaan Lay.
"Aku pergi dulu. Ada yang akan kuurus. Ini sarapannya kutaruh di nakas, ya! Selamat menikmati!" pamit Lay. Lelaki berdimple itu keluar dari ruangan dan segera menuju keruangannya lagi. Raut wajahnya yang tadinya ceria berubah menjadi muram.
Aku iri sama kamu Minseok.
.
.
.
.
Esok paginya, Baekhyun benar-benar demam. Ia tidak bisa bangun dari tidurnya pagi ini. terpaksa Kris merawat Baekhyun dahulu lalu pergi kerja. Dengan telaten ia mengompres Baekhyun yang terus-terusan meracau tidak jelas.
"Baek, aku pergi dulu. Maaf nggak bisa jagain kamu. Nanti aku telefon Kyungsoo buat ngurusin kamu." Kris berpamitan sebelum pergi. Sebenarnya ia tidak tega sama sekali meninggalkan Baekhyun sendirian dalam keadaan sakit seperti ini. tapi, mau bagaimana lagi?
"Hello!" sapanya sambil keluar dari kamar Baekhyun.
"Ada apa Kris? Tumben nelfon."
"Kamu kosongkan? Jagain Baekhyun, ya. Dia lagi sakit."
"Benerkah?"
"Iya. Bisa nggak kemari?"
TING! TONG!
"Ini udah di depan pintu."
Kris yang tepat di didepan pintu terkejut saat Kyungsoo mengatakan itu. tepat waktu sekali. "Cepat banget nyampenya." Sindir Kris pada lelaki mungil didepannya ini. perawakan Kyungsoo memang tak jauh dari Baekhyun. Tapi lebih mungil Kyungsoo daripada Baekhyun. Mata besarnya juga menambah ciri khas lelaki bermarga Do itu.
"Kitakan tetangga. Waktu kamu bilang Baekhyun sakit, aku jadi khawatir. Buru-buru kemari. Kalian juga sibuk banget. Jadi jarang ketemu kita sebagai tetangga," rajuk lelaki bermata bulat itu. Kris tidak tahu mau menjawab apa hanya bisa senyum tanggung.
"Aku pergi dulu. Jagain Baekhyun yang benar," pesan Kris. Kyungsoo mengangguk. Keduanya saling melambaikan tangan. Kyungsoo segera menutup pintunya dan melangkah menuju kamar Baekhyun.
"Aigoo… Baekhyun!" terkejut Kyungsoo karena muka Baekhyun yang berkeringat dingin ditambah wajah yang memerah. Kyungsoo menyentuh dahinya, dan mendadak ia menarik tangannya. "Panasnya," keluhnya.
"Kyungsoo…"
"Baekhyun, panas banget tubuhmu. Kamu itu walaupun sibuk, jaga kesehatan. Dampaknya kayak ginikan. Kamu udah sarapan? pasti belum. Kriskan nggak bisa masak…" Kyungsoo tidak henti-hentinya nyerocos. Jika bisa dibandingkan, Kyungsoo itu lebih cerewet dari Baekhyun jika dalam hal-hal yang mendadak seperti ini.
"Aku… minta… susu strawberry."
"Eh…" Kyungsoo terheran-heran. "Kamu sakit kayak gini masih minta susu. Aku buatin bubur aja dulu, buat sarapan." tawarnya. Baekhyun masih menggeleng. "Aku maunya susu!" Baekhyun masih merengek layaknya bayi.
"Iya, iya, kubeliin. Tapi setelah makan," Kyungsoo masih melakukan penawaran. Baekhyun mempoutkan bibirnya. "Ingat, beli susu strawberry."
"Nde, Mr. Byun!"
.
"Tadi katanya nggak suka, abis juga!" Kyungsoo tersenyum melihat semangkuk penuh itu habis tak tersisa.
"Gimana nggak abis, kalau dari tadi kamu bilang sesendok lagi, sesendok lagi!" balasnya. Kyungsoo hanya nyengir nanggung. Mau bagaimana lagi, Baekhyun sedang sakit, tapi malas makan.
"Ya, udah! Kamu tiduran dulu. Aku mau pergi beliin susu strawberry-mu." Pamit Kyungsoo, dan dibalas sebuah anggukan dari lelaki yang –sayangnya- sedang sakit. Kyungsoo membantu Baekhyun membaringkannya ditempat tidur. Tidak lupa ia mengkompres Baekhyun.
Setelah melakukan kegiatan tadi, lelaki bermata bulat itu keluar dari apartement Baekhyun dan Kris untuk segera membelikan susu strawberry kesukaan Baekhyun.
DRRT! DRRT!
Getaran di ponsel Kyungsoo membunuh kebisingan di lift gedung apartement berlantai tujuh belas itu. Dengan sedikit tergesa Kyungsoo mengambilnya, dan segera mengangkat telefon.
"Hello!"
"Kyung, kamu dimana?"
"Memangnya kamu sekarang dimana?"
"Aku didepan pintu apartementmu."
"Aku lagi keluar."
"Damn!" umpatan kecil dilayangkan sang penelfon. Ia sepertinya sangat kesal.
"Jangan marah-marah, nanti kamu cepat tua." Godanya, orang diseberang sana sepertinya tidak berniat untuk meladeni Kyungsoo. Terbukti dengan keheningan yang tercipta. Sebuah ide didapatkan Kyungsoo untuk orang yang menelfonnya ini. "Aku minta tolong sesuatu selama aku pergi. Tolong kamu datang di apartement dengan nomor pintu 4066. orangnya lagi sakit. Jagain, ya!"
"Enak aja!"
"Please!" Kyungsoo memohon, membuat orang diseberang sana hanya bisa menghela nafas.
Ok!"
"Yeay!"
.
TING! TONG! TING! TONG!
Bunyi bel pintu yang terdengar berulang kali itu membuat kepala Baekhyun makin pusing saja. Ia terbangun dari tidurnya. Ia memanggil Kyungsoo untuk membukakan pintu. Tapi ia jadi teringat jika dirinya meminta Kyungsoo membelikan susu strawberry. Terpaksa dirinya yang harus membukakan pintu.
Ia menyibakan selimutnya. Berjalan menuju pintu dengan dinding sebagai tumpuan. Pusing dikepalanya makin menjadi saja. Bahkan ia merasa sedang melayang. Rasanya tidak kuat untuk melangkah mendekati pintu yang hanya kurang dari tiga langkah.
TING! TONG! TING! TONG!
Bunyi itu malah membuat kepalanya terputar-putar. Bisa sabaran tidak sih orang itu?
CEKLEK!
Ia langsung membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang. Belum sepenuhnya dirinya membuka pintu, mendadak tubuhnya lemas. Rasa sakit dikepalanya makin menjadi, dan itu membuatnya kehilangan kesadaran. Tanpa sadar ia…
BRUK!
Ambruk.
"OMONA!"
TBC
sebelumnya mo minta maaf.
ini sudah kuperbaiki. aku publish ini nanti diwarnet, karena di pc milikku malah nggak bisa masuk ffn. dan aku juga sempat ngechecknya.
mohon maaf readers semua.
untuk kata-kata non-baku itu, iseng aja. waktu aku bikin ff ini, aku sempet baca ff yang menggunakan kata non baku. tanpa sengaja keterusan.
mohon maaf sekali lagi!
#peace