Halo salam kenal sy Newbi abal yang berani-beraninya ikut meramaikan fandom ini. Saya suka sekali Hinata, maka dari itu ini kisah mengenai dia yang baru masuk sekolah menengah atas, mungkin idenya sangatlah pasaran.. oiya disini pairing nya pun nggak seperti biasanya.. jadi mohon maaf karena kesukaan saya yang aneh ini, alias memasang pairing Hinata dengan yang lain selain Sasuke dan Naruto, ehh tapi saya SasuHina and NaruHina Lovers lho, tapi aku sama sekali ngga ada ide sama pairing itu.. Tapi ini lebih menceritakan keseharian Hinata dan Sakura di Konoha High School.

Oke deh tanpa banyak omong langsung aja.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Eh? Eeh? EHH?! © Saitou-Senichi

Warning : kekurangan disana-sini, OOC (semoga tidak terlalu), abal? Ide pasaran?, Newbi.

kalau tidak suka jangan dibaca nanti merusak mata dan hati? tombol close selalu ada di pojok kanan atas warna merah. Kritik saran bahkan flame diterima karena saya newbi.. tapi tolong tidak menggunakan kata-kata kasar ya hee.

.

.


Chapter 1 : Sekolah baru lembaran baru?


.

Awal musim semi memang selalu dinantikan banyak orang, terkecuali beberapa orang yang memiliki alergi serbuk bunga. Bulan ini pun adalah awal upacara penerimaan murid baru di Konoha High School. Semua murid baru berbaris rapi dan tenang, kecuali..

"Heh teme.." bisik pria berambut pirang.

"Hn?" jawab pria berambut raven.

"Itu yang di pinggir panggung bukankah Aniki mu?" tanya nya sembari menunjuk salah satu panitia berambut hitam panjang di ikat longgar.

"Hn," Jawabnya dengan nada bangga(?)

"Heh teme, bukankah itu saudara jauh mu, ah dia juga bersama adiknya, wah.. dan itu.."

"Diam dobe! Kau membuat semua orang memandang kearah sini!" ucap pria berambut raven dengan nada geram tanpa menoleh ke arah si pembuat onar, pura-pura tidak mengenalinya.

"Eeh?" ke dua bola mata shappire pria itu melihat ke segala arah, sedetik kemudian dia menengguk ludahnya karena menyadari tatapan maut beserta aura membunuh dari berbagai arah yang menuju kearahnya.

Sang kepala sekolah―Sarutobi berdehem mencoba mencairkan suasana. Lalu kembali berpidato. Disana diujung barisan perempuan. perempuan bersurai indigo terlihat mencuri-curi pandang terhadap pria berambut pirang tersebut.

"Nee, Hina-chan jangan menatap si baka Naruto terus.. Nanti kamu tertular virus kebodohan nya," bisik nya tepat di telinga Hinata.

"Eeehh?!, Sa..sakura a-aku ti-tidak me-memperhatikan Na-Naruto," wajah Hinata merona sambil mengibas-ibaskan kedua tangan nya ke depan wajah Sakura.

Sakura memicingkan matanya, "He? Kami semua sudah tahu, kau tidak perlu menyembunyikan rasa suka mu itu."

Panas merambat hingga telinga, matanya berkunang-kunang, jantungnya berdegup kencang. Terakhir yang ia lihat dan dengar adalah teriakan Sakura dan beberapa orang yang mengkrumuni nya.


.

Beberapa jam kemudian Hinata sadar, ia mengerjapkan matanya, mencoba memfokuskan pandangan lalu ia mulai mengingat-ingat apa yang telah terjadi sampai-sampai dia berakhir di ruangan putih ini.

"Hina-chan.. kau sudah baikan?" sebuah suara feminim masuk kedalam pendengaran Hinata, ia menoleh ke arah suara, terlihatlah Sakura dengan raut wajah khawatir.

Sakura yang mengerti akan tatapan Hinata yang meminta penjelasan, ia berkata "Kau pingsan saat upacara, dan semua sudah pulang." Jelas Sakura.

Hinata berdiri lalu melihat jam yang bertengger di dinding samping rak kaca tempat meletakan berbagai obat, jam menunjukan pukul lima sore, "S..selama itukah?" tanyanya yang dijawab hanya dengan anggukan Sakura.

"Kita pulang sudah sore," ajak Sakura.

"Iya."

Sekolah baru seharusnya lembar baru, tapi mungkin tidak bagi Hinata. Dia sudah berteman dengan Sakura dari sekolah menengah pertama. Sebenarnya dengan Sasuke dan Naruto pun sama. Hanya saja Hinata dengan mereka berdua hanya sebatas kenal tidak lebih. Oh salahkan Hinata yang selalu pingsan bila disapa apalagi didekati oleh Naruto. Dan untuk Sasuke, Hinata bahkan lebih memilih duduk paling ujung selatan bila Sasuke duduk di barat, intinya dia tidak mau dekat-dekat dengan pria bermarga Uchiha itu. bukan benci, hanya saja Sasuke terlalu menakutkan bagi Hinata.

Ketukan sepatu menggema dikoridor, kelas-kelas yang sudah kosong, matahari yang mulai terbenam membuat suasana seram menjadi kental.

"Ternyata sekolahan sewaktu sore menyeramkan juga ya," ucap Sakura merapatkan badannya pada Hinata.

Teng teng teng teng

Terdengar nada bel seperti bunyi bel di stasiun kereta menggema di seluruh koridor, beberapa detik setelah bunyi bel, terdengar suara wanita dari dalam intercom yang terpasang disetiap kelas dan seluruh lorong.

Perhatian kepada seluruh siswa, sekarang sudah menunjukan pukul lima kosong-kosong, bagi siswa yang masih berada di dalam kelas maupun didalam ruangan ekskul, diharapkan segera pulang. Terima kasih.

Suara bel dengan nada seperti tadi mengakhiri pengumuman yang selalu terdengar ketika jam lima sore.

"Nee. Hina-chan lebih baik kita bergegas keluar," ajak Sakura.

"Iya," jawab Hinata.

Hinata dan Sakura melewati beberapa kelas yang memang sudah kosong. Saat melewati kelas 3-9, ekor mata Hinata menangkap sesosok bayangan. Hinata berhenti, tangan nya menarik blazer Sakura.

"T..tunggu Sakura,"

Sakura menghentikan langkahnya lalu menoleh, "Ada apa?"

"Se..sepertinya t-tadi a-ada siswa yang tertidur dikelas tiga sembilan, a-apa lebih baik kita bangunkan saja?"

"Hinata.. Seharusnya senpai itu mendengar pengumuman tadi. Jika dia tetap disana mungkin sedang menunggu seseorang," sebenarnya Sakura tidak mau memasuki kelas itu, dia hanya ingin segera pulang bersama Hinata.

"T..tapi apakah sakura ingat kejadian sewaktu disekolah dulu?"

Sakura mencoba mengingat-ingat, "Oh sewaktu Naruto tertidur dalam kelas dengan mengenakan earphone? Lalu terbangun sewaktu malam tiba? Hahaha," sakura terkekeh mengingat kejadian sewaktu SMP, "Itu sih namanya bodoh," lanjutnya.

"Iie.. Naruto-kun tidak bodoh S-Sakura," Hinata mencoba membela.

Sakura menghela napas, "Ya baiklah, sekali-kali kita boleh juga jadi penyelamat."

"Penyelamat?"

"Iya, biar senpai itu tidak merasakan pengalaman yang buruk karena terbangun ditengah malam, apalagi didalam kelas yang menakutkan." Sakura bergidik sendiri membayangkan dirinya yang mengalami hal seperti itu.

Sakura dan Hinata berbalik dan berjalan menuju pintu kelas 3-9 dengan Sakura yang berada di depan. Saat memasuki kelas baik Hinata maupun Sakura tetap didekat pintu, mereka merasa tidak sopan jika langsung berjalan dan menggoyangkan tubuh kakak kelas nya yang sedang tertidur. Disana di bangku pojok paling belakang dekat dengan jendela yang mengarah ke lapangan terlihatlah seorang wanita, kepala wanita tersebut menempel pada meja, wajahnya ditutupi oleh kedua tangan dan rambutnya yang panjang, pose seorang siswa yang tengah tertidur didalam kelas, itulah kesimpulan dalam benak Hinata sewaktu melewati kelas ini.

"Permisi senpai.. Sekarang sudah jam lima sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup," ucap sakura ramah.

Tidak ada jawaban dari si kakak kelas itu, hanya ada angin dingin yang masuk melalui jendela dekat bangku kakak kelas itu. Sakura mulai berjalan mendekat, tapi lengan blazer yang ia kenakan di tarik oleh Hinata, Sakura menoleh pada Hinata. Hinata hanya menatap Sakura dengan pandangan seperti, aku-enggan-kesana.

Sakura menghela napas, "Bukankah kau sendiri yang ingin membangunkan senpai itu? Memberitahunya bahwa sekarang sudah waktunya pulang," bisik sakura.

Hinata menggeleng kepalanya dengan keras, "T..tapi le-lebih b-baik dari sini saja."

"Nanti senpai nya nggak bangun."

Sakura maju beberapa langkah, Hinata berjalan dibelakangnya dengan tangan menggenggam kuat ujung blazer Sakura.

"Sen―oh tuhan! Hime kau ken―" sebelum sakura menyuarakan ke-protesan nya akan lengan nya yang ditarik-tarik, kedua alis Sakura bertaut, "Hina-chan kenapa wajahmu begitu?"

Telunjuk Hinata yang bergetar mengarah ke arah bawah bangku yang diduduki oleh kakak kelas tersebut. Sakura mengikuti arah yang ditunjuk Hinata.

"?!" mata sakura membelalak, lututnya lemas, bahunya ikut gemetar, dia tidak bisa bergerak.

Apa yang dilihat Sakura dan Hinata adalah nyata, kakak kelas itu, KAKAK KELAS ITU.. tidak memiliki pinggul sampai kaki, keringat dingin mengucur dari pelipis mereka. Tiba-tiba si kakak kelas itu bangun, lebih tepatnya mulai menggerakan kepalanya. Hinata yang lebih dahulu sadar, langsung menyambar lengan Sakura dan meninggalkan kelas itu.

"KYAAAAAAAAAAAAAA!" disepanjang koridor selain terdengar suara derapan langkah kaki yang cepat. Juga diiringi teriakan Sakura. Hinata dan Sakura berlari begitu cepat tanpa menoleh kebelakang.

"AKU BERJANJI TIDAK AKAN MEMASUKI KELAS ITU!" kedua nya mengucapkan ikrar dengan nada yang berbeda, Sakura dengan teriakan nya yang melengking, dan Hinata dengan suaranya yang lirih.

Beginilah kisah awalku bersekolah di Konoha High School. Yang diawali oleh sesuatu berbau mistis! Lembaran baru hidupku sepertinya akan lebih berwarna(?) atau lebih tepatnya menyeramkan..

.

Matahari sepenuhnya sudah terbenam, menampakan garis-garis berwarna merah dilangit yang mulai menghitam. Mereka berdua tetap berlari meskipun gerbang sekolah sudah terlihat didepan mata. Mereka saling mengutuk diri sendiri. Hinata dengan rasa welas asih nya yang membuat mereka begini, dan Sakura dengan sifat jahilnya yang menggoda Hinata sampai pingsan dan berakhir dengan seperti ini. Mereka saling bergenggaman tangan agar satu sama lain tidak terpisah.

Namun disana, dilantai atas tepatnya lantai kelas tiga sembilan. Terlihatlah sosok wanita dengan pinggul sampai kaki yang terpotong, sedang bertopang dagu di jendela yang terbuka. Dia menyeringai, menampakan garis bibirnya yang panjang mencapai telinga.

.

.

TBC

.

.

Tuhkan beneran deh, saya nggak bisa bikin genre romance(?) pasti ujung-ujungnya Horror ~,~ . untuk gambarnya pasti ada yang mikir, inih orang ga nyambung banget antara cerita sama gambar.. soalnya nanti di chapter berapa gitu ada madara sama izuna, aku pengen nya yang baca ngebayangin muka mereka nya yg ada di gambar ituh.

akhir kata.

Mind to review? Kritik saran diterima.