Little Piece of Heaven
Pairing: SasuSaku
Disclaimer: I do not own Naruto, nor the story.
Warning: This is an Indonesian translation of Leanne Ash's story with the same title. Done with permission.
Summary:
"Aku tidak melakukannya karena aku mengangapmu lemah! Aku melakukannya karena-! Karena... aku... Sudahlah." Bertahun- tahun kemudian, kejadian ini akhirnya terjadi. Sayangnya, Sakura sudah tidak peduli. Sebuah kisah tentang cinta dan ironi, dimana yang satu tidak sadar, dan yang lainnya adalah Sasuke.
Chapter 24
.
.
Karena keadaannya yang sedang lemah, dan karena ia menyimpan chakra, Sakura tidak memusatkan chakra di telapak tangannya. Jika dia berkonsentrasi penuh, Sasuke pasti tidak akan berdiri beberapa kaki dari tempatnya dengan hanya sedikit percikan darah di bibir.
Tidak. Jika Sakura menggunakan kekuatan penuh, pemuda Uchiha itu pasti akan terbaring di tanah... dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
Sakura berdiri, mengepalkan tangannya penuh kemarahan.
Sasuke terlihat marah, mengelap darah dia malu; diserang oleh kunoichi yang bahkan masih membutuhkan perlindungannya. Ia berdecak, tahu bahwa keberuntungan adalah satu- satunya yang Sakura andalkan. Sekarang saat Sasuke sudah sadar dan fokus, apa lagi yang bisa dilakukan gadis itu?
"Itu adalah kebetulan." desis Sasuke. "apa yang akan kau lakuan, melawanku?"
Jelas Sasuke tidak mengira Sakura akan melompat ke arahnya, dengan tinju siap ditujukan padanya dengan kekuatan berapi- api. Memicingkan mata ragu, Sasuke bergeser dan menghindari serangan gadis itu. Sakura menggeretakan giginya namun tidak merasa terintimidasi oleh sikap siaga mendarat sempurna di atas batu dan membalikan tubuhnya menghadap tubuh kembali melayangkan tinjunya, Sasuke kembali menghindar dan melompat mundur.
"Sakura-" desisnya, namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, kunoichi merah muda itu mengejutkannya dengan kecepatan yang tidak ia tahu sebelumnya.
Sasuke mengangkat alis; mengingat saat dimana ia melihat Sakura bertarung agar ia bisa memperhitungkan kekuatan dan kelemahannya. Tidak ada yang bisa ia ingat, karena ia tidak pernah benar-benar melihat Sakura bertarung, atau benar-benar mengamatinya. Ia mengutuk dalam hati karena kesombongannya telah membuat penilaian terhadap Sakura salah. Sejak kapan Haruno Sakura dapat bertarung sungguhan?
Pemikiran dalam kepalanya terjawab saat Sakura melayangkan tinju yang menyeringai, menangkap tangan Sakura dengan mudah di Sasuke itu adalah gerakan yang tidak hati- hati, namun saat Sasuke mencondongkan tubuhnya untuk mengeratkan cengkeramannya di tangan Sakura, gadis itu mempersempit jarak mereka dan menyerang perut Sasuke keras dengan lututnya. Sang Uchiha terperangah saat udara di paru- parunya menyempit.
Sakura dengan mudah mengalihkan perhatian Sasuje. Dengan wajah tanpa ekpresi, Sakura menarik tangannya dari cengkeraman Sasuke dengan mudah dan menendang pemuda itu sampai jatuh ke tanah.
Walau menyakitkan, Sakura dapat memanfaatkan fakta bahwa Sasuke masih menyepelekan kemampuannya.
Sasuke terlempar membentur bebatuan, mencengkeram untuk harga dirinya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pukulan pada tubuhnya. Ia bangun dengan cepat menolak menerima bahwa Sakura dapat menyerangnya. Pandangan mereka bertemu.
Sakura berdiri dengan kaki sedikit bergetar menatap Sasuke, tangannya mengepaal. Mata hijau terangnya menatap pemuda di hadapannya dengan pandangan mencela, ketegangan mengelilingi mereka.
"Sasuke..." bisiknya. "Aku-"
"Kau," Sasuke memotong perkataan Sakura "...tidak cukup berharga untuk membuang tenagaku."
Sasuke berdiri menjulang, nafas Sakura tercekat melihat mata Sasuke yang menyala merah, marah. Titik hitam muncul dan berputar penuh amarah."Kau hanya penghalang yang tidak tahu berterimakasih." lanjut suara datar itu.
"Aku tidak tahan dengan rengekanmu. Keinginan untuk ditolong, untuk diperhatikan... menjijikan."
Sakura menggelengkan kepala. "Kau bukan Sasuke..."
"Apa kau anak kecil?" desis Sasuke sombong. "Aku tidak akan meladenimu sekarang. Ini bukan lagi tentang dirimu. Ini tentang sesuatu yang lebih besar, kau hanya menghalangiku. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kau tahu tentang aku? Kau tidak tahu apapun tentang aku. Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya, berjuang untuk mendapatkannya kembali dan mempertahankannya! Kau mana bisa tahu?Kau punya banyak orang yang selalu bersama denganmu!"Sakura berjalan mundur, menatap api hitam yang mulai merambat pelan di tubuh Sasuke.
Kutukan itu, yang bersumber dari lehernya menyebar; segel yang Sakura buat tadi hanya menjadi penghalang lemah dari kutukan Orochimaru. Sakura menelan ludah dengan susah, mencoba agar emosinya tidak menguasai dirinya.
"Tidak, kau tidak-"
Lengan Sasuke meraih belakang punggungnya, menarik pedang berat yang terselip di sabuknya. Dengan suara gesekan besi yang khas, pemuda itu mengayunkan pedangnya ke depan, meletakannya di bawah dagu Sakura yang tidak sempat membaca gerakannya. "...Menyingkir dari pandanganku, Sakura."
Sakura menatap kosong gerakan mengancam Sasuke. Mata emeraldnya bersinar karena refleksi pedang Sasuke. Walaupun penuh dengan air mata, Sakura mencoba keras untuk menahan agar tidak ada satu air mata yang jatuh.
"Itulah alasan kau membenciku, kan?"
Sasuke tidak berkedut, pedangnya tidak bergerak.
"Sebelum ini... semua ini..." Sakura menunduk sedih. "tapi kau salah. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya dan harus berjuang untuk mendapatkannya kembali. Aku juga tahu betapa susahnya untuk tahu sekali."
Mata kanan Sasuke menyipit saat tanda kutukan itu mulai menekan segel yang Sakura buat.
"Bertahun silam, saat aku terbangun di atas bangku, aku tahu kau sudah jauh pergi. Aku tidak pernah merasa lebih kesepian dari itu. "Sakura menggigit bibir bawahnya ragu. "Tapi kemudian, setelah aku dapat menerima hidup tanpa kehadiranmu, kau datang lagi. Semua yang aku inginkan saat aku masih kecil menjadi nyata… aku bisa memilikimu. Kesepian yang bahkan aku sudah lupa bahwa ia ada, lubang itu pada akhirnya terisi."
Tangan Sakura mengepal. Dia tidak akan menatap mata Sasuke, maniknya terus menatap rumput. "Dan saat kau kembali pergi seperti sebelumnya, lihatlah aku yang masih tetap di sini, Sasuke. Aku masih bertahan untuk memperjuangkanmu-" hijau brilian itu memicing dan menatap mata tanpa emosi Sasuke. "-jadi jangan berani- beraninya kau bilang aku tidak tahu bagaimana rasanya! Kau bukan satu- satunya orang yang kesakitan selama ini!"
Mata sharingan itu diam dalam hening, terus melihat sosok di hadapannya. Ketegangan di alis Sasuke melemah, pemuda itu terlihat ragu, seperti sebagian dirinya bertanya- tanya apakah kalimat gadis ini benar.
"Dengarkan aku, Sasuke!" pintanya, "tolong percaya padaku! Kau datang ke sini karena kau ingin melindungi aku, ingat? Kau akan mengalahkan Orochimaru dan kembali lagi. Tapi ada yang tidak benar di sini! Kau tidak bisa menyadari bahwa dia sedang melakukan trik padamu? Kau tidak akan bisa mengalahkan Orochimaru saat kau masih memiliki tanda kutukan itu di tubuhmu! Itulah intinya, dia membuatmu berpikir bahwa kau harus menunggu! Kau berada tepat dimana yang dia menginginkanmu!"
Pegangan Sasuke di pedangnya mengendur. Sangat sulit untuk berpikir jernih saat pikirannya terus saja melayang tak tentu dan rasa sakit yang mendera. Namun di antara kegelapan yang mengawan, dan rasa sakit kutukan itu, kalimat Sakura mulai dapat ia cerna. Kutukan itu menekannya, namun segel Sakura selalu menekan balik; pergumulan hebat tengah Sasuke rasakan di nadinya.
Bernafas berat karena emosi yang meluap- luap, Sakura menenangkan diri. "Sasuke-kun…" bisiknya, kembali menundukan pandangan. "Apa…apa kau masih membenciku sekarang?"
Setelah beberapa saat diam, sesuatu tiba- tiba hidup di mata pemuda itu. Sebelum Sakura memiliki waktu untuk bereaksi, ia sudah memasukan kembali pedangnya dan secepat kilat melayang ke arah kunoichi merah muda itu. Udara seperti dipaksa keluar dari paru- paru Sakura saat pemuda Uchiha itu menerjang tubuhnya ke tanah. Sakura jatuh di tanah dengan Sasuke di atasnya, gadis itu terbatuk karena debu yang mengelilingi mereka dari pergerakan cepat Sasuke.
Saat bebatuan kecil menekan punggungnya, Sakura mencari wajah pemuda di atasnya, meminta jawaban. Ia terkejut mendapati Sasuke tengah menatap ke arah di belakang mereka. Terbatuk, Sakura hampir tidak bisa mendengar kata yang Sasuke bisikan di telinganya.
"Sial…"
Sasuke menunduk menatap Sakura. Mata merahnya bersinar dengan emosi yang tidak bisa Sakura raba. Tanda hitam masih menyebar di hampir seluruh tubuh dan wajahnya. "Tetap di belakangku. Kau adalah bayangkanku. Mengerti?"
"Kenapa, apa yang…?"
Sasuke menggeram tak sabar, "Katakan kalau kau mengerti, Sakura!"
Menyerah, Sakura mengangguk. "…Aku mengerti."
Saat debu mulai berhenti mengelilingi mereka, Sasuke bangkit dengan cepat dan menengadahkan kepala ke arah suara tepuk tangan rendah.
"Orochimaru…" sapa Sasuke sarkastik.
Sakura membeku. Matanya membesar menatap pedang besar yang kini menancap di tempat di mana ia berdiri sebelum Sasuke menubruknya beberapa detik lalu. Sakura tidak menyadari bahwa ada chakra yang mendekat. Orochimaru berusaha membunuhnya di tempat dan Sasuke telah melindunginya; sebuah reflex yang tidak akan hilang dalam diri pemuda itu.
"Seharusnya sudah tepat sasaran tadi, refleksmu memang bagus." kata pria tua itu. Orochimaru berdiri di atas batu besar, mengamati perkemahan tersembunyi Sasuke dan Naruto. "tapi aku bukan orang bodoh, Sasuke-kun." kekeh Orochimaru sadis. "Kau pikir aku tidak tahu tujuan awalmu ke sini adalah untuk membunuhku?"
Sasuke seketika menggeretakan giginya. Sakura berdiri perlahan, mengintip dari balik bahu Sasuke.
"Walau aku merasa kecewa tahu aku selalu memiliki rencana. Aku mengambil resiko untuk memintamu kembali dengan mengancam keselamatan hidup Sakura-chan mu yang tercinta. Tentu saja aku harus mengendalikanmu agar kau tidak melawan sampai hari ritual itu."
"Apa yang sedang kau bicarakan?" tuntut Sasuke.
Tersenyum, Orochimaru mengangkat dua jarinya ke udara."Ini," katanya sambil membuat gerakan di lengannya.
Teriakan lepas dari tenggorokan Sasuke, ia mencengkeram erat lehernya saat rasa sakit tak tertahankan menjalar dari tanda kutukan itu, ia jatuh berlutut. Sakura hanya bisa melihat ngeri saat Sasuke berusaha untuk tetap bertahan dari rasa sakit yang merongrong kesadarannya.
"Hentikan!Kau menyakitinya, brengsek!" Sakura berteriak, ia melangkah maju untuk melindungi Sasuke. Dengan susah payah Sasuke menarik gadis itu kembali ke belakang, mengingatkannya agar tetap berada dalam perlindungannya.
"Tapi-"
"Jangan!" teriaknya serak.
Dari kejauhan, Orochimaru menggumam sendiri. "Sepertinya justsuku tidak bekerja secara maksimal…" ia menatap Sakura yang ia tahu adalah seorang ninja medis berpengalaman. Tapi apakah anak kecil itu mampu menahan tanda kutukan itu?Kekuatan yang hampir tidak mungkin untuk dibendung? Tidak. Itu tidak mungkin. Kutukan itu tidak akan bisa tersegel oleh seorang ninja medis yang masih dalam tahap pengembangan seperti dia. Orochimaru mengangkat bahu, tahu bahwa Sasuke-kun nya adalah seorang yang suka melawan. Gadis itu mencoba untuk meracuni pikirannya dan mungkin Sasuke sedang menahan energi dari kutukan itu.
Dia kembali mengayunkan jarinya, membuat Sasuke kehabisan nafas. Sasuke bangkit perlahan, menahan berat tubuhnya dengan lututnya. "Kau…"dia menghela "…kau mengontrolku selama ini?"
Pria ular itu menyeringai. "Itu setengah benar,Sasuke-kun. Setiap tanda kutukan yang aku buat adalah sebuah eksistensi bagiku, keberadaanku. Aku bisa merasakan saat kau kau dekat denganku, semakin besar kontrol yang aku punya atas dirimu. Semakin besar kontrol yang aku punya, semakin kau berpikir bahwa semua ketidaknyamanan ini akan berakhir kalau kau menunggu dengan sabar. Memang sejak kapan kau percaya dengan kalimat Kabuto?"
"BRENGSEK!" umpat Sasuke marah.
"Aku mencoba membuatnya mudah untukmu," aku Orochimaru."Aku memastikan bahwa tanda kutukan itu memberikan mimpi indah tentang darah dan pertempuran, janji kepuasan akan darah dan pembalasan dendam. Kau juga bisa merasakannya sekarang, kan, Sasuke-kun? Rasanya pasti menyenangkan untuk seorang pendendam sepertimu."
Sakura mengelus lehernya gugup, masih sakit akibat serangan Sasuke sebelumnya.
"Sasuke-kun…" bisiknya pelan. Walau takut, Sakura kini sangat mencemaskan Sasuke. Sepertinya misteri keanehan sikap Sasuke telah terpecahkan. Namun Orochimaru tengah membuat pemuda itu kebakaran jenggot.
Sakura telah melihat betapa bingungnya Sasuke sebelumnya saat menyadari keadaan kacau mereka. Cara Sasuke berbicara kepada Sakura, atau cara dia bertindak, tidak ada yang konsisten, terus berubah- ubah. "Kenapa kau melakukan ini?" tanya Sakura, suaranya menggema tertuju pada Sanin Ular itu.
Orochimaru menatap Sakura merenung, namun menjawab pertanyaan gadis itu. "Pada akhirnya, kepalanya akan penuh dengan kebencian dan keinginan akan darah, jiwanya tidak akan menolak saat ritual itu dilakukan. Cara ini juga membuat dia tidak bisa berpikir dengan jernih dan mudah berubah pikiran."
Sasuke mengepalkan tangannya marah, geraman rendah keluar dari tenggorokannya. Dia tidak tahan dibicarakan seperti dia adalah sebuah boneka pecobaan.
Meraih belakang tubuhnya, ia menggenggam pedangnya.
Orochimaru mengangkat satu alisnya, "Kau berencana membunuhku, Sasuke-kun? Bagaimana bisa? Selama kau punya tanda kutukanku, aku bisa mengendalikan semua usahamu sampai kau tidak bisa apa- apa."
Pria yang lebih muda mengutuk rendah. Orochimaru benar. Saat rasa sakit mulai mengonsumsinya, Sasuke tidak dapat melakukan apapun. Dan walaupun dia mencoba mengebalkan daya tahan tubuhnya, itu sama sekali tidak membantu. Orochimaru mengontrol dirinya.
"Aku takut kau tidak punya pilihan lain." ejek Sanin. "siapkan diri saja untuk ritual itu." Ia menunjuk Sakura, "maka aku tidak akan membunuhnya. Seperti yang kita janjikan di awal."
Sasuke melepaskan pedangnya dan berbalik menatap Sakura. Gadis itu menatapnya balik tanpa kata, mata hijau itu meminta Sasuke agar tidak menyuruhnya pergi, untuk menyerah. Tanpa Sakura sangka, Sasuke menutup matanya sesaat… ia memanfaatkan jalan pikirannya yang bersih dari pengaruh Orochimaru.
"Sasuke-kun…"
Mata sharingan itu menatap tajam walaupun hanya setengah terbuka sebelum terbuka seluruhnya.
"Sakura," katanya pelan. "selesaikan segelnya."
A/N: Since this story has come to its end in like...2 more chapters, i do this new progress called TheCherryOnTop. Check it out!
Anyway, Terimakasih sudah membaca.
Kritik, saran dan pendapat silahkan sampaikan lewat review.
-with cherry on top-
.the autumn evening.