Cast : Chanbaek
Rating : T
Genre : Tentukan sendiri ( PLAK#)
Happy reading! Ingat ff ini berbau yaoi..
Chapter 3 ( end )
SECOND LIFE
Aku berjalan menuju rumahku seorang diri, aku masih mencemaskan kepergian Chanyeol yang mendadak seperti itu.
"Baekki? Gwenchana?" tanya eomma
"Ne.. nan gwenchana." Sahutku sekenanya dan berjalan ke kamarku.
Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang, menatap lekat ke langit-langit kamar. Sampai aku merasaka mataku mulai berat, dan akhirnya semuanya gelap.
Aku mengernyitkan mataku, dan membukanya perlahan. Rasanya tubuhku lebih segar kini, namun saat kembali teringat tentang Chanyeol kesedihanku kembali lagi.
"Hyung! Hyung! Ayo makan malam! Berhenti mengurung diri di kamar!" terdengar suara Kai dari luar.
"Ani, sebentar."
"Cepatlah! Aku sudah lapar! Jangan membuat cacing-cacing diperutku ini berpesta!"
"Yaak! ku bilang sebentar, cerewet."
"Kau yang cerewet!" ucapnya lagi. Aku mendengus kesal dan berjalan menuju pintu kamarku.
~~ Skip time ~~
Aku duduk di depan meja belajarku, untuk pertama kalinya matematika bukanlah hal yang menarik dimataku.
"Merindukanku eoh?" terdengar suara itu lagi, aku segera membalikan tubuhku.
"Yeolli?" ucapku saat melihat sosoknya terduduk diatas jendelaku.
"Ne, ini aku."
"Kemana saja kau, kenapa menghilang?"
"hehehee.. entahlah aku sendiri juga tak tahu. Oh iya Baekki sepertinya aku sudah tahu apa urusan yang belum aku selesaikan di dunia?" ucapnya lagi.
"Mwoya?"
"Cinta."
"Cinta?" ulangku dan dia menganggukan kepalanya mantap. Entah apa yang membuatku sakit dan takut kini. Takut akan kepergiannya yang sebentar lagi, atau karena urusannya yang belum terselesaikan adalah cinta, yang berarti dia telah menyukai seseorang.
"Ba..bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku lagi.
"Tadi potongan demi potongan ingatan itu muncul di kepalaku."
"Huuh.. begitu."
"hhmm.. jadi kau akan membantuku kan?" tanyanya. Aku memandangnya sebentar, lalu menganggukan kepalaku pelan.
-Keesokan harinya-
Kami sampai didepan sebuah gedung.
"Ini adalah sekolahnya, dalam ingatanku aku sering menunggunya disini."
"Jinja? Ini kan sekolahku."
"Ne maka dari itu akan lebih mudah kan?"
"Ne, tapi tetap sulit di sekolahku ini ada dua ribu lebih murid."
"Tapi ini lebih baik daripada harus mencarinya di seluruh Korea selatan kan?" ucapnya lagi.
" benar. Lalu apa lagi yang kau ingat disana?" tanyaku.
"Hhmm, dia biasanya akan keluar dari pintu itu dan berjalan bersama dengan temannya menuju gerbang, dan aku akan segera bersembunyi."
"Mwo? apa hanya sebatas itu ingatanmu, semua siswa yang bersekolah disini pasti akan melewati pintu itu Yeolli."
"Ne, tapi memang itu yang aku ingat."
"Ne, mungkin besok akan lebih baik." Sahutnya.
-Keesokannya lagi-
"Ini..ini dalam ingatanku dia membeli bunga disini."
"Mwo? apa kau tahu banyak orang yang membeli bunga disini, ini kan toko bunga." Ucapku kesal.
"Tapi hanya itu yang bisa aku ingat." Ucapnya sedih.
"Ne, memangnya bunga apa yang ia beli?"
"Hhmm.. warnanya kuning dan bentuknya seperti bunga matahari." Ucapnya sambil mengedarkan pandangannya. Aku ikut mengedarkan pandanganku, tapi saat pelayan toko itu melihat aku kembali melempar pandanganku, dan pura-pura sedang berbicara di telpon, aku memang sering melakukan cara itu untuk membuat orang lain tak berpikir kalau aku gila bicara sendiri.
"Tak ada." Ucapnya lesu lalu berjalan mendahuluiku dengan wajah yang tertunduk.
"Yaak! Yaak! Park Chanyeol!" panggilku tapi dia tak memperdulikanku.
"Yaak! Park_"
Brak..
Aku memegang kepalaku yang terpentuk pintu toko, aku selalu lupa kalau temanku ini bisa menembus pintu. Aku mendengus kesal sambil melirik pelayan toko yang kini pasti tengah menertawaiku.
Aku berlari mengejarnya yang kini berjalan di taman yang sepi. Aku turut prihatin dengannya, tapi mau bagaimana lagi aku hanya bisa membantu sebatas ini, sisanya itu tergantung dari ingatannya.
"Jangan bersedih Yeolli! Ayolah~ kau kan namja yang tegar."
"Diamlah Baekki, aku sedang tak ingin dirayu."
"Siapa yang merayumu hah? itu kenyataan. Ayolah~ sedikit demi sedikit pasti kau akan mengingatnya. Hmm.. bagaimana kalau kita makan es krim?" ucapku pada akhirnya.
Dia memandangku, lalu memutar bola matanya malas.
"Kau tahu kan aku hantu? Mana bisa hantu makan." Ucapnya. Aku menepuk dahiku, aku hampir lupa soal itu.
"Hhm.. kalau begitu temani aku beli es krim." Ucapku lagi, lalu menarik tanganya untuk berjalan ke arah pedagang es krim.
"Anda mau yang rasa apa?" tanya pelayan itu ramah.
"Stroberi satu."
"Baiklah."
Aku merasa senang, memang aku paling menyukai makanan yang satu ini. Aku meliriknya sebentar dan dia nampak mengerutkan dahinya, seperti sedang berpikir.
"Wae? Apa kau mau Yeolli?" godaku .
"Aku ingat, dia juga menyukai es krim."
"Mwo? jinjayo?"
"Ne.. dia menyukai es krim, aku sering memperhatikannya saat ia membeli es krim dan langsung tersenyum sambil menjilatnya."
"Heuh, sepertinya sedikit demi sedikit ingatanmu pulih, oh iya apa kau begitu mencintainya? Sampai-sampai kau mengetahui semua kebiasaannya?" tanyaku.
"Ne, aku rasa seperti itu, karena dari penglihatanku mengenai ingatan demi ingatan itu aku selalu mengikutinya dan memperhatikan semua gerak-geriknya." Ucapnya lagi.
Entah mengapa hatiku merasa sedikit sakit saat ia mengatakan itu. Rasanya jantungku seperti tertusuk jarum, rasanya sakit namun lukanya tak terlalu terlihat.
"Berarti kau itu seorang penguntit."
"Mwo? enak saja. Aku ini penggemar diam-diam tahu." Ucapnya lagi, dan aku hanya mengedikkan bahuku.
~Keesokan harinya lagi~
Aku membuka mataku perlahan, aku tertidur siang ini. Mungkin karena siang ini adalah siang yang membosankan, bahkan sekolah pun tak memberikan tugas. Mataku mengedar di seluruh ruangan,mencari sosok yang ingin ku lihat saat ini.
"Yeolli? Yeolli? Kau dimana?" tanyaku sambil mengedarkan pandanganku, namun tak ada sahutan. Semenjak pagi tadi aku tak melihatnya, biasanya dia akan membangunkanku atau menggangguku namun sekarang dia hilang.
"Yeolli, aku tahu kau disini. Cepat perlihatkan dirimu, atau aku tak akan membantumu lagi." Ancamku, dan beberapa detik kemudian aku melihat sebuah sosok terduduk di depan meja belajarku. Aku menghampirinya dan menepuk pundaknya.
"Waeyo hah?" tanyaku dan dia hanya menggelengkan kepala lemas seperti tak bernyawa.
"Apa kau masih memikirkan orang yang kau suka itu hah?" tanyaku lagi, namun dia terdiam.
"Aku bosan." Ucapnya pada akhirnya.
"Bosan kenapa?"
"Kau tahu rasanya tak menyenangkan menjadi hantu gentayangan, mati tidak hidup juga tidak. Aku ingin segera menuntaskan urusanku supaya aku bisa ke surga." Ucapnya, jantungku terasa sakit lagi, sebenarnya di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku menginginkan dia tetap berada disampingku, tapi jika aku berpikir seperti itu aku pastilah orang yang egois.
"Kau mau jalan-jalan?"tanyaku, dan dia hanya menggeleng. Untuk pertama kalinya.
"Ayolah~ aku punya tempat yang sering aku kunjungi kalau aku sedang sedih. Ayolah~" ajakku lagi sambil menarik tangannya.
"Ne.." sahutnya dan berjalan mendahuluiku
Brak..
Dia menoleh kearahku dengan setengah tubuhnya sudah berada di luar kamarku, hanya kepalanya yang menembus pintuku.
"Jatuh lagi eoh? Makanya perhatikan langkahmu!" Ucapnya lalu menghilang. Aku hanya mendengus kesal sambil berusaha bangun.
Kami berjalan menuju tempat yang aku katakan, tempat itu tak jauh dari rumahku jadi dengan hanya berjalan kaki kami bisa sampai disana.
"Sudah sampai." Ucapku, dia akhirnya mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk.
"Tempat ini.. tempat ini."
"Kenapa dengan tempat ini?"
"Dia..dia.. sering duduk disini, dalam ingatanku dia sering duduk disini." Ucapnya lagi.
"Mwo?" aku merasa heran, kenapa kebiasaan orang itu sama dengan kebiasaanku. Setahuku tempat ini adalah tepat rahasiaku,tapi apa mungkin ada orang lain yang menjadikan tempat ini sebagai tempat rahasianya juga. Tidak mustahil sih, mengingat tempat ini tempat umum dan mudah dicapai.
"Ne.. aku ingat betul, dia sering duduk disini, bahkan menangis disini."
"Jinja? Apa kau mengingat wajahnya?"
"Ani." Sahutnya.
"Apa dia suka berteriak ditempat ini setelah dia merenung?" tanyaku.
"Ne.."
"Apa dia juga suka menyanyi di tempat ini?" tanyaku lagi.
"ne.. bagaimana kau tahu?"
"Apa dia akan tersenyum sambil menunjuk bintang di langit?"
"Ne.. kau benar. Baekki, apa kau_"
"Ne.. itu aku, itu aku Yeolli. Kebiasaan orang itu sama dengan kebiasaanku."
"Tempatnya bersekolah, kebiasaan membeli bunga, makanan kesukaannya, bahkan tempat dia menyendiri, semuanya sama. Kau tahu bunga apa yang kau maksud waktu itu? Itu adalah bunga krisan. Aku memang sering membelinya tapi bukan ditoko bunga yang waktu itu, tapi di toko bunga di sebelahnya yang waktu itu tutup." Dia nampak terdiam.
"Jadi...jadi.. kau orang yang kusukai diam-diam selama ini?"
"Ne.. itu aku. Apa dalam ingatanmu dia pernah menulis sesuatu di pohon itu?" tanyaku sambil menunjuk pohon besar yang tak jauh darisana.
"Ne, kau benar. Dia menulis inisial namanya disana."
"Apa yang dia tulis?" tanyaku.
"Kalau tak salah ingat "B.B ..." lalu aku menambahkan inisial namaku disana." ucapnya lagi.
"B pertama untuk Byun dan B kedua untuk Baekhyun." Ucapku lagi. Dia berjalan menuju pohon itu,lalu memegangnya.
" Baekki, ternyata kita memang sudah ditakdirkan untuk bertemu. Dan sepertinya waktu kepergianku sebentar lagi, karena..karena urusanku akan selesai." Ucapnya, aku menahan air mataku yang sedari tadi mau keluar.
"Aku ingin mengatakan sesuatu." Ucapnya lagi.
"Jangan! Jangan kau katakan, aku tak ingin kau pergi dari sisiku." Ucapku.
"Andwe, aku harus mengatakannya. Cepat atau lambat aku pasti akan menghilang dari sisimu, dunia kita berbeda kita tak akan mungkin bersama. Kau ingat Oh Sehun sshi dan Luhan sshi kan? walaupun mereka saling mencintai tapi takdir mereka harus berpisah, dan inilah takdir kita."
"Tapi.. tapi.. hikss.. hikss.." aku mulai meneteskan air mataku, aku tak sanggup lagi menahannya.
"Sudahlah, setidaknya aku bahagia bisa bersama denganmu menghabiskan hari-hariku." Ucapnya sambil mengelus pipiku.
"Baekki, saranghae" ucapnya pelan. Aku mengangkat kepalaku dan mulai menatapnya. Kulihat wajah tampan itu kini memandangku sayu.
"Na.. nado." Ucapku gemetar. Dia mulai menarik tengkukku pelan dan mulai menempelkan bibirnya, melumat sedikit bibir bawahku sehingga membuatku mau tak mau harus memberikannya akses masuk, aku tetap menangis, begitu pula dengannya. Sampai aku rasakan tubuhnya yang aku peluk mulai tak terasa lagi, aku melepaskan ciuman kami.
"Yeolli?" ucapku.
"Ne, aku harus pergi Baekki, gomawo. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya." Ucapnya lalu menghilang begitu saja.
Seminggu kemudian~
Sudah seminggu semenjak kepergiannya, aku merasa benar-benar kesepian. Aku menatap ke arah pemandangan di depanku, jejeran rumah-rumah yang tetap terlihat indah. Aku melirik ke pohon besar disebelah kananku, kuputuskan untuk mendekatinya. Sebuah ukiran tulisan masih nampak disana "B.B P.C" aku merabanya kemudian tersenyum. Rasanya baru kemarin kami disini bersama tapi sekarang dia sudah pergi dari sisiku. Hidup ini benar-benar penuh misteri.
"Baekki?" panggil seseorang, aku menoleh cepat. Betapa terkejutnya aku melihat sebuah sosok tinggi, tampan, dan ceria. Apa aku tak sedang bermimpi?
"Cha..Chanyeol?" ucapku.
"Ne.. ini aku. Lama tak bertemu."
"Kau..kau?"
"Kenapa takut begitu? Tenang aku bukan hantu, aku ini manusia. Kau bisa merasakan detak jantungku." Ucapnya sambil tersenyum dan berjalan ke arahku.
Aku segera memeluknya, ini benar-benar manusia, tubuhnya terasa hangat, dan aku bisa meraskaan deru hangat tubuhnya.
"Kenapa? Kenapa kau bisa?"
"Ne. Ternyata selama ini aku koma. Aku belum mati, aku belum mati Baekki."
"Jinja?"
"Ne."
"Tapi kenapa kau bisa mengingatku?"
"Entahlah aku juga tak mengerti, setelah aku sadar aku selalu menyebut namamu, sampai akhirnya setelah aku sembuh aku mencarimu, dan sekarang aku menemukanmu."
"Yeolli, bogoshipoyo."
"Ne nado."
"Kau berjanji tak akan pergi lagi kan?"
"Ne, aku berjanji. Hmm, tapi bolehkan aku minta sesuatu?"
"Mwo?"
"Aku ingin mengulang kejadian hari itu, aku ingin menyatakan ulang perasaanku."
"Hahahaha.. kenapa begitu?"
"Ne, aku merasa aku belum ada persiapan saat itu, tapi sekarang aku sudah siap."
"Ne..ne. aku akan mendengarkannya."
"Baekki, sejak pertama aku melihatmu aku sudah tahu kalau kau adalah bagian dari jiwaku, dan aku.. dan aku.." dia nampak berpikir sebentar.
"Mwoya?"
"Aigoo! Kenapa aku bisa lupa? Padahal aku sudah menghapalnya." Ucapnya sambil mengacak rambutnya frustasi. Aku tersenyum, lalu menarik kerah jaketnya dan menciumnya. Aku melumat bibirnya, tapi di detik berikutnya dia malah melumat bibirku sepertinya dia mau membutikan kalau dialah semenya disini, aku membuka mulutku saat dia menekannya dengan lidahnya, membiarkan sesuatu memasuki mulutku, sesuatu yang basah dan hangat. Aku merasa ciuman kali ini berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya, biasanya akan terasa dingin,tapi sekarang benar-benar hangat.
" Aku tak perlu karangan bodohmu Yeolli, bagaimana pun caramu mengatakannya, aku akan tetap mencintaimu." Ucapku setelah ciuman kami terlepas.
"Ne. Hehehehe.." ucapnya sambil tersenyum. Dan aku kembali memeluknya dengan erat.
-Flash Back_-
Author POV
Chanyeol berjalan dengan malas, ia merasa kecewa karena hari ini tak bisa bertemu dengan pujaan hatinya, yuph siapa lagi kalau bukan Baekhyun. Ia terlambat pulang karena piket, jadi dia tak bisa mengikuti Baekhyun. Dengan malas ia berjalan sambil menendang apapun yang ada di depannya.
PLAK#
Ia menendang sebuah kaleng makanan dengan keras, dan kaleng itu melesat sampai kesebrang jalanan di depannya.
BUG#
Chanyeol membulatkan matanya saat kaleng itu mengenai kepala seseorang.
"Baekhyun sshi?" pekiknya lalu dengan buru-buru menyebrang jalan.
BRAK#
Karena terburu-buru dan tak melihat sebuah mobil melintas Chanyeol pun tertabrak dengan setengah sadar ia melihat Baekhyun pingsan di seberang sana. Beberapa orang mulai membantunya, dengan kepala yang bercucuran darah, ia terus menatap Baekhyun yang dibantu beberapa orang. Mereka dimasukkan di ambulans yang sama dan bersebelahan.
"Baekhyun sshi, jika aku mati maka aku akan selalu mengingatmu. Mianhe." Ucap Chanyeol sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
**The End**
Akhirnya selesai juga..
Jangan lupa review ya!
Dan baca ff shita yang lainnya..