Hanya sebuah peringatan readers, ff ini berbau yaoi. Jadi bagi yang gak suka tapi pingin baca, monggo! Hehehhe...
Happy reading ya! Mianhae kalau ada typo.
Cast : Chanbaek couple and another.
Chapter 1
SECOND LIFE
"Berapa lama lagi dokter?"
"Apakah ia akan seperti ini selamanya?"
"Hikss..hikss.. cepatlah sadar anakku."
Suara-suara itu terus menggema ditelingaku, namun entah mengapa aku tak bisa membuka mataku. Aku bisa mendengar suara mereka, aku bisa merasakan sentuhan mereka, namun kenapa mata ini tak mau terbuka? Jiwaku seperti dikunci disuatu tempat yang entah aku tak tahu dimana, karena semuanya gelap. Aku bosan seperti ini, aku ingin segera sadar, aku takut..takut.. sampai akhirnya sebuah cahaya muncul ditengah kegelapan ini, tunggu dulu? Cahaya apa itu? Apa itu seperti di film-film dimana saat ada cahaya di tengah kegelapan itu berarti kau akan segera mati? Anii.. aku belum mau mati, aku masih ingin hidup. Aku memandang cahaya itu, benar-benar menyilaukan mataku, dan apa-apaan itu kenapa cahayanya semakin terang, aku tak sanggup lagi melihatnya. Kyaaa~
Author POV
Seorang namja yang terbujur kaku selama beberapa hari ini, dengan selang infus dan juga selang oksigen yang menghiasi ( ? ) tubuhnya, sedikit terperanjat dan membuka matanya.
"Eom..ma.." ucapnya dengan suara yang lirih, membuat beberapa orang disampingnya terkejut dan tersenyum senang.
"Baekhyun-ah.. akhirnya kau sadar juga. Aigoo! Cepat panggilkan dokter!" bentak seorang ajumha yang aku rasa adalah eomma dari namja bernama Baekhyun ini.
Author Pov end
-Skip time~
Sejak koma beberapa hari lalu karena insiden yang sungguh memalukan, bayangkan saja hanya karena seseorang melemparkan kaleng ke kepalaku, aku harus menjadi pasien koma selama 3 hari. Gara-gara itu beratku turun drastis, teman-teman sering mengejekku zombie, pipiku yang chuby kini menjadi tirus, huuh.. kesal bila diingat-ingat, terkutuk orang yang melempar kaleng itu, mudah-mudahan hidupnya tak akan tenang di dunia maupun akhirat. Semenjak kondisiku sudah membaik eomma tak lagi mengantar dan menjemputku, jujur itu sedikit membuatku malu. Aku bukan lagi anak tk yang diantar-jemput eommanya, aku ini adalah namja yang duduk di Senior High School. Kini aku sedang dalam perjalanan menuju rumah.
"Annyeong." Ucap seseorang membuatku menoleh. Aku sedikit mengerutkan alisku, melihat seorang namja tengah ikut berjalan disampingku.
"An-annyeong." Ucapku ragu, sambil tetap melangkahkan kakiku.
" Perkenalkan aku Oh Sehun. Bisa aku minta tolong? Tolong antarkan surat ini ke alamat ini."
Aku menoleh,dan sedikit melirik surat itu lalu meraihnya.
"Tapi ini_" ucapanku terputus saat namja yang tadi berjalan disampingku menghilang. Aku menoleh ke kiri-kanan, ke depan-belakang, tapi jalanan sepi. Aku sedikit bergidik dan mempercepat langkahku.
"Hikss..hikss.." suara tangisan itu sedikit mengusik pendengaranku, sebenarnya aku tak ingin memperdulikannya, namun aku sedikit terkejut saat melihat seorang anak kecil tengah menangis di pinggir jalan. Hatiku tergerak untuk mendekatinya.
"Wae?" tanyaku sambil berjongkok di depannya, ia mengangkat kepalanya memperlihatkan matanya yang basah.
"Hiks..hikss.. eomma, eomma.." ucapnya lagi terbata-bata.
"Eih? Kau kehilangan eommamu?"
"Ne.."
"Mau aku bantu untuk mencarinya?"
"Jinjayo?"
"Ne.. ayo!" ucapku sambil menggandeng tangan kecil anak laki-laki itu.
"Hyungmin-ah?" seru sebuah suara yang membuat kami berdua menoleh.
"Eomma.." seru anak kecil itu dan berlari ke arah eommanya.
"Gomawo ne, karena telah menjaga anakku."
"Eih? Ne..ne.." sahutku sedikit malu. Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku lagi, namun tak jauh dari tempat aku menemukan anak kecil itu berdiri, nampak beberapa orang tengah berkerumunan. Aku sedikit penasaran, lalu memasukan tubuhku ke tengah kerumunan itu. Ternyata sebuah kecelakaan tunggal baru saja terjadi, aku benar-benar terkejut, rasanya darahku berhenti mengalir, bagaimana tidak korban kecelakaan itu sudah tak bernyawa lagi, dan lebih parahnya korban kecelakaan itu adalah anak kecil dengan ajumha tadi. Aku menatap bingung, aku benar-benar tak bisa berpikir jernih kini. Aku lebih terkejut lagi saat melihat hantu dari anak kecil dan ajumha tadi sedang menatap sedih ke tubuh mereka, mereka berdua menoleh kearahku dan tersenyum, aku memundurkan tubuhku dan berlari dari TKP tersebut.
Aku tak tahu entah kemana kakiku akan membawaku, yang jelas aku ingin keluar dari tempat itu. Sampai akhirnya aku menghentikan langkahku untuk mengatur nafasku, aku mendudukan tubuhku di sebuah kursi taman. Dan saat aku menoleh aku melihat seorang namja tengah terduduk disampingku sambil menundukan wajahnya. Aku awalnya takut dan mengira kalau dia hantu tapi dari cara berpakaiannya aku rasa aku harus membuang jauh-jauh pikiran itu. Tampan! Itulah yang terbesit dikepalaku saat melihat namja ini. Kulitnya putih, matanya besar walaupun ia sedang menundukan wajahnya, hidungnya begitu mancung dari samping, rambutnya hitam kecoklatan dengan poni yang menutupi dahinya dan sedikit terjuntai ke bawah karena saat ini wajahnya sedang tertunduk.
"Kau mengalami hari yang buruk sama sepertiku juga eoh?" tanyaku, ia terdiam sebentar lalu memandangku membuatku sedikit salah tingkah.
"Kau berbicara padaku hah?" tanyanya sambil membulatkan mata.
"tentu saja, apa ada orang lain disini? Atau aku terlihat seperti orang bodoh yang berbicara sendiri?" protesku kesal.
"Jadi.. jadi kau bisa melihatku?"
"Hahahaha.. tentu saja aku bisa melihatmu kau kan manusia, kecuali kalau kau itu han_" ucapanku terputus, aku mengerutkan alisku, dan memandangnya lagi.
"Ja..jangan bilang kalau kau itu.."
"Ne. Aku memang hantu. Dan aku senang akhirnya ada yang bisa melihatku. Kenalkan aku.."
"Kyaaa.." aku segera berlari dari tempat itu sebelum ia menyelesaikan ucapanya. Aku rasa aku belum sembuh benar, dan sepertinya aku harus istirahat yang banyak.
"Baru pulang eoh?" tanya eomma saat aku berlari ke kamarku.
"Ne.."
"Bagaimana harimu?"
"Melelahkan. Eomma aku mau istirahat dulu, jangan biarkan orang lain masuk ke kamarku ne?"
"Ne.." sahut eomma. Eomma memang orang paling pengertian sedunia.
Aku melempar tubuhku di atas ranjang, sungguh hari ini memang melelahkan, apalagi kejadian-kejadian aneh yang aku alami ini. Kenapa tiba-tiba aku bisa melihat hal-hal aneh?
"Sepertinya tidur lebih baik, mungkin setelah bangun nanti semuanya kembali normal." Ucapku sambil melepaskan sepatuku dengan kaki, lalu menutup mataku.
Author POV.
Baekhyun benar-benar nampak kelelahan, ia memilih untuk menutup matanya sebentar. Namun sebuah angin berhembus dari jendela kamarnya membuatnya sedikit menggeliat kedinginan. Entah karena apa, Baekhyun tiba-tiba membuka matanya perlahan dan..
"KYAA..." teriak Baekhyun saat seorang namja berada di depannya, tak sekedar berteriak bahkan Baekhyun melonjakan tubuhnya ke belakang sehingga ia tersungkur di lantai.
"K..kau.. apa kau? tak ada urusan denganmu."
"Tapi aku ada. Aku ingin meminta sesuatu padamu."
"Meminta sesuatu? Tapi_"
Took..tokk..tokk..
"Baekhyun-ah? Gwenchana? Kenapa kau berteriak hah?" ucap sang eomma dari luar.
"Ne.. nan gwenchana, aku hanya terjatuh dari ranjang eomma." Ucap Baekhyun, tepatnya bohong Baekhyun.
"Ne.. pelan-pelan sayang"
"Ne eomma." Ucap Baekhyun, dan kini matanya beralih ke namja yang tengah mendudukan dirinya di kasur Baekhyun.
"Aku mohon, bantu aku."
"Mianhe, aku tak bisa. Dunia kita berbeda. Sebaiknya kau pergi!" Ucap Baekhyun lagi.
"Jebal! Tak ada yang bisa membantuku selain kau."
Baekhyun menatap namja di depannya itu horor, ia tak tahu harus berbuat apa.
1 minggu kemudian~
Baekhyun tertidur di kamarnya sepulang dari sekolah, sampai sebuah angin berhembus masuk ke dalam kamarnya.
"Yeol-ah." Ucap Baekhyun tanpa membuka matanya.
"Hehehe.. Bagaimana kau tahu kalau itu aku?"
"Siapa lagi kalau bukan kau yang datang dengan hawa dingin hah?" ucap Baekhyun.
"Hehehehe.. Baekki. Kita keluar ne? Aku ingin bermain."
"Yaak! apa kau lupa berapa umurmu sekarang hah? kau itu sudah 19 tahun."
"Ne..ne.. arra. Tapi aku ingin berjalan-jalan." Ucap Chanyeol.
"Yaak! kau kan hantu jadi kau tinggal terbang dan menghilang saja." Kesal Baekhyun, sambil menolehkan kepalanya ke Chanyeol, namun Chanyeol menghilang. Tapi saat Baekhyun hendak beranjak, tiba-tiba Chanyeol sudah berada di hadapannya. Wajah Chanyeol yang begitu dekat dengannya sontak membuat Baekhyun terkejut dan langsung terjungkal kebelakang namun tangannya dengan cepat meraih lengan Chanyeol alhasil mereka berdua tersungkur ke ranjang dengan posisi Baekhyun di bawah Chanyeol.
"Yeol..yeol-ah. Bisakah kau bangkit?" ucap Baekhyun.
"Hehehehe..Mianhe." ucap Chanyeol dan langsung bangun.
Walaupun Chanyeol hantu, namun tubuhnya masih bisa disentuh namun itu hanya berlaku bagi Baekhyun, keduanya sama-sama tak mengetahui alasannya,yang jelas Baekhyun bisa melakukan kontak fisik dengan namja hantu yang menjadi sahabat barunya ini.
Saat Baekhyun hendak mengambil sesuatu di lacinya, tiba-tiba ia melihat sesuatu. Sebuah surat yang tak asing diingatannya.
"Apa yang kau pegang itu Baekki?" tanya Chanyeol yang kini sedang rebahan di kasur Baekhyun.
"Surat."
"Surat apa?"
" hhmm.. seseorang, ani.. ada hantu yang pernah menitipkan surat ini namun aku lupa menyampaikannya."
"Mwo? setahuku kalau ada sesuatu yang belum tuntas maka hantu itu tak akan bisa pergi ke tempat seharusnya ia berada, yah seperti aku ini."
"Jinjayo?"
"Ne, bukankah aku pernah mengatakannya."
"Ne, tapi aku fikir itu berlaku untuk hantu yang belum tahu apa urusannya yang belum tuntas di dunia sama seperti kau."
"Aisshh.. menyindirku eoh?" gerutu Chanyeol sambil memutar bola matanya malas.
"Yaak! bukan saatnya bercanda. Kalau begitu aku akan segera mengantarkannya sekarang."
Ucap Baekhyun.
Author Pov end
...
...
Dengan berbekal alamat yang tertera dari surat itu aku segera menuju sebuah apartemen yang cukup mewah di tengah perkotaan. Sedangkan Yeolli, -hhm.. panggilanku untuk hantu yang sering menggangguku itu- hanya mengikutiku disampingku.
"Apa kau yakin rumahnya yang ini?" tanya Yeolli padaku, sekali lagi aku cocokan alamat itu dengan alamat yang ada pada surat.
"Ne aku yakin, kamarnya yang ini."
"Kalau begitu cepat kau tekan belnya!"
"Ne."
Ting Tong..
Tak ada jawaban.
Ting Tong..
Masih sama tak ada jawaban..
Ting Tong..
Ceklek..
Pintu itu terbuka menampilkan sesosok namja, eh entahlah atau yoeja dengan kulit putih dan pandangannya yang sayu.
"Ka..kau siapa?" tanyanya heran.
"Hhmm. Perkenalkan aku Byun Baekhyun."
"Byun.. Baekhyun? Hhmm. Apa kita saling mengenal?" tanyanya lagi padaku.
"Belum, tapi aku ingin memberikan ini." Ucapku menyerahkan surat itu padanya.
"Apa ini?"
"Baca saja!" ucapku.
"Hmm.. masuklah! Rasanya tak enak menjamu tamu seperti ini. Perkenalkan aku Xi Luhan." Ucapnya.
"Hah? ne..ne.. gamsahamnida."ucapku canggung lalu masuk mengikuti langkahnya.
Setelah membuatkanku minum, ia duduk di sofa bersama kami, hhmm.. tepatnya bersamaku karena satunya lagi tak terlihat olehnya. Ia mulai membuka surat itu, dan sedikit terkejut.
"Da..darimana kau mendapat surat ini?" tanyanya heran.
"Oh itu. Oh Sehun sshi sendiri yang memberikannya padaku."
"Apa hubunganmu dengannya?"
"Tak ada. Bahkan kami hanya berkenalan secara sepihak."
"Kapan dia memberikan ini padamu." Pertanyaaan semakin detail. Membuatku mau tak mau harus menjawabnya.
"Hhm..seminggu yang lalu."
"Mwo? ap..apa kau yakin?" aku lihat kini bibirnya bergetar.
"Ne, saat itu aku pulang dari sekolah, dan bertemu dengannya di jalan."
"Tap..tapi dia sudah meninggal 10 hari yang lalu."
"Ne aku sudah tahu." Sahutku cuek, membuatnya sedikit mengerutkan alisnya.
"Mwo?"
"Hmm... sebaiknya kau baca saja suratnya dulu, aku rasa ada sesuatu yang penting yang ingin dia sampaikan!" ucapku padanya. Ia beralih dariku menuju surat itu.
Tak sampai lima menit, ia segera menangis. Air matanya keluar cukup deras, ia mendekap surat itu di dadanya. Saat aku hendak menyentuh namja di depanku ini, tiba-tiba sebuah sosok sudah berdiri di samping Luhan dan menyentuhnya seolah ikut menangis walaupun Luhan tak merasakan keberadaannya.
"Dia..dia adalah kekasihku, ani tepatnya calon suamiku hiks..hikss.." ucapnya.
"Kami rencananya akan melangsungkan pernikahan 7 hari yang lalu, semua sudah disiapkan namun tiba-tiba dia mendapat tugas dari kantornya untuk pergi ke luar negri satu bulan sebelum pernikahan kami. Aku benar-benar kesal padanya, apalagi saat ia mengatakan ingin mengundur pernikahan kami. Bahkan saat kepergiannya aku tak ikut mengantarkannya ke bandara, dan kau tahu? Hal terakhir yang aku katakan padanya? Satu hari sebelum keberangkatannya? " Oh Sehun aku benar-benar membencimu, jika kau memang ingin mengundur pernikahan kita lebih baik batalkan saja, dan aku tak ingin melihatmu lagi" jika tahu sekembalinya dia dari luar negri ia akan mengalami kecelakaan tak akan aku lontarkan kalimat-kalimat bodoh itu, atau setidaknya tak akan aku biarkan dia pergi saat itu. Hiks.. hikkss.." ucapnya lagi lalu kembali menangis.
Aku menatap namja itu sedih, lalu beralih ke sosok hantu yang ada dibelakangnya yang juga ikut sedih. Chanyeol menggenggam tanganku, seolah-olah menguatkan diriku agar tak ikut menangis.
"Hhmm.. mianhe." Ucapku menginterupsi.
"Sebenarnya surat itu sudah diberikan seminggu yang lalu, tapi aku yang masih syok karena bisa melihat makhluk-makhluk tak kasat mata itu, sehingga lupa memberikannya."
"Ne.. gwenchana. Hmm.. Baekhyun sshi? apa aku bisa minta tolong?"
"Mwoya?"
"Katakan padanya kalau aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah mengatakan hal bodoh itu padanya."
"Hhmm.. sebaiknya kau mengatakannya sendiri. Karena..karena dia ada dibelakangmu sekarang." Ucapku sambil menunjuk ke belakangnya.
Dia menoleh dengan cepat kebelakang, namun matanya masih bingung mencari sosok itu. Sampai akhirnya sosok itu mengelus pipinya.
"Baekhyun sshi? apa dia mengelus pipiku?" ucap namja itu.
"Ne.." sahutku sedikit terkejut, ikatan batin mereka sangat kuat.
"Sehun-ah? Mianhe.. aku.. aku mencintaimu, lupakan kata-kata yang aku ucapkan waktu itu! Itu hanya emosiku sesaat, kau tahu setelahnya aku menangis berhari-hari setelah kepergianmu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Bila kita tak bisa menikah di dunia ini, maka aku akan menikah denganmu di kehidupan mendatang, tunggu aku disana ne?" Luhan kembali menangis. Tanpa sengaja air mataku ikut mengalir, namun aku bisa merasakan kini Chanyeol mendekapku membuatku menangis dalam dekapannya. Aromanya sangat wangi, aku tak mengerti padahal dia itu hantu tapi aku merasakan sesuatu yang berbeda sekarang.
"Baekhyun sshi?" ucap Luhan, aku segera menjauhkan tubuhku dari Chanyeol.
"ne?"
"Apa dia masih disini?"
"Ne. Dia masih ada dibelakangmu." Tapi beberapa detik kemudian aku mengernyitkan dahiku, sosok hantu itu kini berubah menjadi lebih samar, dan sebuah cahaya muncul dari seluruh tubuhnya, lalu lenyap.
"Wae?" tanya namja itu.
"Ani.. aku rasa dia sudah beristirahat dengan tenang sekarang."
"Jinja?"
"aku rasa itu lebih baik, daripada dia harus gentayangan."
"Ne kau benar.."
TBC
Hehehehe..
Sekian dulu ya..
Mohon reviewnya, sebuah review dari kalian sangat berarti bagiku..