~To Save You, That's All~
Genre : Romance, Mystery, Angst, Friendship (just a little, maybe?)
Shuuen no Shiori (c) Suzumu
To Save You, That's All (c) Yuki Utari
WARNING : SHOUNEN-AI, BL (BOYS LOVE)
Pairing : C-ta x A-ya (CA)
.
.
HAPPY READING, MINNA-SAN~
.
.
To Save You, That's All - Prolog
.
C-ta masih menggenggam ponselnya erat-erat. Sejak kemunculan akun twitter aneh, ponselnya sering berbunyi nyaring, nyaris sepanjang hari. Tweet dari akun ber-username mearry1713 kini memenuhi twitternya.
C-ta masuk ke dalam kamarnya sambil menatap ponselnya. kali ini, tatapan bingungnya lebih dikarenakan B-ko yang tiba-tiba memutus teleponnya. "Heh? Kenapa tiba-tiba ditutup?" bisiknya pada dirinya sendiri. Padahal, ia mau memberitahu pesan penting pada gadis itu.
Pesan tentang kematian A-ya, yang tentunya masih tidak bisa ia terima.
.
PING PONG…
.
Ponsel C-ta kembali berbunyi dan sukses membuat pemiliknya terlonjak kaget. Tanpa mengucapkan apa-apa, C-ta menggerakkan jarinya dan membuka akunnya. Dan memang benar orang itu lagi yang mengiriminya pesan aneh. "Apa lagi kali ini?" gumamnya.
.
'Sekarang aku memandangi bulan dari jendela itu'
.
" Bulan? Apa maksudnya? Kenapa harus dikirimkan padaku?" C-ta menggerutu pelan. Semakin berkembangnya zaman, orang iseng juga makin bertebaran dimana-mana ya? Huh!
Baru saja C-ta ingin menaruh ponselnya, bunyi itu tedengar lagi. Dengan kasar C-ta membuka dan membaca pesan.
.
'Warnanya sama dengan bulan malam itu…'
.
"Eh?" C-ta terdiam. Malam itu...? Bulan malam itu...? Perlahan C-ta menoleh ke arah jendela kamarnya. Terdiam lama, memandangi bulan kemerahan yang cahayanya menembus kamarnya yang agak gelap.
Keringat dingin mulai menetes dari keningnya. Suasana tenang malam itu tidak setenang hatinya. Jantungnya berdetak cepat dan keras.
Ia merasa aneh.
Hal penting apa yang telah ia lupakan? Malam itu… Ada apa dengan malam itu?
Apa…?
Ada apa dengan malam yang disinari bulan merah… heh?
.
"Ah!" Kepala C-ta tersentak kuat-kuat. Seketika, C-ta limbung ke depan. Dengan cepat, ia meraih dinding di dekatnya. Ia pegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Matanya juga sedikit mengabur dan dadanya terasa sesak.
Ia baru ingat sekarang. Ia baru ingat...
Malam itu... ya malam itu...
Malam terbunuhnya A-ya…
.
Oleh dirinya…
.
Nafas C-ta naik turun tidak beraturan. Matanya terbelalak tidak percaya. Noda yang menghalangi ingatannya seakan-akan tercuci dengan sabun super. Hilang tanpa bekas. Hanya menyisakan kenangan paling buruk yang ingin sekali ia lupakan.
Tidak. Bahkan ia tidak berusaha melupakannya.
Ia pun tidak tahu mengapa ia bisa melupakan semua itu. Bisa melupakan kejadian itu. Bisa melupakan apa yang telah ia lakukan pada orang yang paling ia sayangi. Dan memori tentang itu terus mengulang di otaknya tanpa henti.
"Aku… Aku yang telah membunuh A-ya…" mulutnya mulai bergumam tanpa ia sadari.
.
PING PONG…
.
C-ta mengambil ponselnya dengan tangan yang gemetaran. Pesan itu masih saja datang.
.
'Seperti saat membelah boneka, kau gunakan pisau'
.
C-ta mundur perlahan. Tubuhnya bergetar hebat, nyaris ia terjerembab ke belakang karena kakinya tak kuat lagi menopang tubuhnya.
"T-tidak… I-itu… boneka berharga kita… tercabik-cabik… j-jadi aku… aku…" gumam C-ta lagi.
.
PING PONG…
.
'Walaupun dia memanggil namamu'
.
C-ta langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Air matanya mulai membasahi pipinya.
"K-ketika dia memanggil namaku… a-aku... aku menusuknya..."
Lutut C-ta melemas dan ia pun merosot ke lantai.
"A-aku… aku…"
.
PING PONG…
.
'Kau salah menduganya sebagai penghianat, ya 'kan?'
.
"CUKUP! A-YA MEMANG PENGHIANAT!" jerit C-ta sekencang-kencangnya. Nafasnya tersengal-sengal. Ruangan itu seperti mengambil semua pasokan oksigen yang ia butuhkan.
"M-maka dari itu... MAKA DARI ITU KUBUNUH DIA!" teriaknya lagi. Ia tutupi wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Kenyataan itu terlalu pahit. Ia tidak bisa menghentikan tangisannya yang terdengar memilukan.
Terasa terlalu memilukan karena A-ya memang bukanlah penghianat itu… Ia bukanlah si 'rubah'… dan C-ta tahu itu tepat setelah menusuk A-ya hingga tewas.
.
Tapi semua sudah terlambat sekarang 'kan?
Kini yang tertinggal hanya rasa takut. Rasa takut akan hukuman yang menimpanya karena salah menebak siapa sang 'rubah'.
.
PING PONG…
.
'Aku sekarang ada di depan kamarmu'
.
C-ta tanpa berpikir panjang langsung mengambil cutter dan berteriak keras, "KAU INGIN MENGHUKUMKU 'KAN?! KELUAR KAU! AKAN KUBUNUH KAU!"
.
PING PONG… PING PONG…
.
Kali ini telepon. C-ta mengangkatnya dan menunggu suara asing itu terdengar.
"Sekarang aku…"
C-ta syok seketika. Suara itu bukan hanya terdengar dari ponselnya, tapi juga…
"…tepat dibelakangmu."
C-ta menoleh cepat. Yang bisa ia lihat hanya pisau yang meluncur cepat menuju dirinya.
.
JREP!
.
Mata C-ta makin terbuka lebar. Mulutnya makin menganga. Wajah pucatnya makin memucat.
Pisau itu…
Pisau itu mengenai seseorang di depannya.
C-ta terjerembab ke lantai. Ia hanya diam tak bergerak, tidak mampu kabur kemana-mana. Ia terlalu terpaku pada sosok yang menolongnya terhindar dari hukuman 'Book of Demise'.
Sosok itu…
Sosok yang sangat ia kenal.
.
"A-a-ya…?" bisik C-ta dengan suara parau.
"Keluar," perintah A-ya.
"Eh?"
"Keluar kubilang, C-ta!" ulang A-ya untuk kedua kalinya.
C-ta memaksakan dirinya untuk bangun dan keluar dari kamarnya. Otaknya masih tidak bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Bagaimana bisa…?
A-ya sudah mati. Ia tahu itu bukan sekadar berita palsu atau gosip karena ia sendirilah yang membunuhnya.
Lalu… itu siapa?
.
.
.
.
.
#Note Note Author#
.
GROAARR~~(?) Hello minna-san~ saya akhirnya memutuskan untuk berhenti hiatus (mumpung libur panjang :"3) dan malah menulis fict ini (padahal fict lain pada terbengkalai -_-a)
karena ini pertama kalinya nulis di fandom ini, jadi harap maklum kalau ceritanya atau tokohnya rada aneh (saya emang aneh sih *pundung*) jadi, kalau ada kritik, saran, atau apapun silahkan isi kotak review dibawah ini~ hee, hee~ XD