Dark Love

By Eucallysca Putly

Disclaimer Masashi Kishimoto

(Naruto milik Masashi Kisimoto, tapi 'Namikaze Naruto' hanya milik Sasuke. Kyaaaa! Dan itachi hanya milik Putly #dijitakkad(?))

Rate T

Genre Romance, Fantasy

Main Pair Sasuke x Naruto

Naruto x Hinata /slight/

Warning! OOC, typo, abal, Putly sebagai author yang ababil lalala~ dll(?)

Gomen baru updet hohoho, dan mungkin setelah ini Putly bakal lama updetnya, masalahnya besok udah semesteran hehehehe. Gomen, ne. semoga kalian suka chap ini.

Balasan Review~

yamada ayumu

haha ini udah di dilanjut ^^

Nauchi Kirika - Chan

Iya, Sasu masuk sekolah, tapi dia enggak jadi popular hehehe

Yuki No Fujisaki

Iya sasu masuk sekolah dan Sasu disini sengaja gak Putly buat Sasu popular. Kalo Sasu popular tiba-tiba Naruto ada yang nyerang, gak mungkin dia tiba-tiba ngilang gitu aja di tengah kerumunan orang.

Yup! Naruto emang miris banget #dirasengan. Orang tuanya emang gak pernah merhatiin Naruto tapi mereka selalu nyuruh mata-mata buat mata-matain anaknya. Dan mereka selalu pergi juga buat naruto, liat aja chap ini. Bakal ketahuan hehe

hehehe, gomen ne, kalo belum dapet feelnya. Apalagi mungkin karena ini selalu dikit-dikit wordnya.

siihat namikaze natsumi

gomen, setelah ini gak bias updet kilat masalahnya Putly besok udah semesteran hehehe.

Yukihana Nokawa

Iya dong! Apa pun yang terjadi Sasu akan selalu bersama Naru Kyaaa!#teriak ala fujoshi. Naruto disini emnag sengaja di menderitain ama Putly hehehe.

Nitya-chan

Sip! Ini udah updet ^^

Harpaairiry

Disini Naru-chan enggak ketahuan sakit apa (enggak terdefinisi(?)) mungkin di chap depan bakal dibahas. Putly sendiri masih bingung hehehe.

uzumaki raihana uchiha

Putly juga suka cerita genre kaya gini. Makanya fic Putly hampir semuanya genre kaya beginian hohoho. Kaga seru kalo gak ada fantasynya hahaha

Juniel Is A Vampire Hybrid

Hahaha bener banget tuh! Naruto disini emang sengsara! Gak bisa hidup secara normal.

.

.

.

Previous part

"Ada apa?" Tanya Naruto penasaran. Pandangannya tak lepas dari apa yang kini dipandang Sasuke, sebuah gedung pencakar langit.

"Tidak, hanya saja mungkin aku akan olah raga tak lama lagi" ucap Sasuke ambigu. Naruto yang tak mengerti apa yang dimaksud oleh Sasuke hanya menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Sudahlah kau belajar saja" ucap Sasuke seraya membuka buku dan menaruhnya ke depan Naruto.

"Apa-apaan kau!"

"Ah, satu lagi, aku akan masuk sekolahmu untuk menjagamu" ucap Sasuke seraya menghilang dalam sekejap mata. Meninggalkan Naruto yang kini diam mematung.

Kedip

Kedip

Kedip

"APAAAAAA?!"

.

Dark Love chapter 4

Semilir angin mengalun lembut. Tetes-tetes air hujan kini jatuh ke permukaan bumi. Langit hitam yang tertutupi oleh awan mendung. Udara dingin merasuk ke dalam sebuah kamar di salah satu rumah mewah di Tokyo. Membuat seorang pemuda yang kini tengah meringkuk nyaman dalam balutan selimut tebalnya sedikit terganggu. Ditambah suara guntur yang sesekali terdengar memekakkan telinga.

TOK...TOK...TOK...

Perlahan pintu terbuka, menampakkan seorang pria dengan luka melintang di hidungnya. Pria itu hanya tersenyum melihat tuan mudanya. "Naruto-sama, saatnya bangun" ucapnya seraya menggoyangkan tubuh pemuda pirang yang masih sibuk dengan alam mimpinya.

Perlahan kelopak tan itu membuka menampakkan iris azurenya yang begitu menawan. "Ohayo" ucap Naruto disertai dengan senyuman. Tapi pria bernama Iruka itu tahu jika senyuman itu tersirat rasa sakit dan-kecewa?

"Sudah waktunya bangun Naruto-sama" Iruka sekali lagi tersenyum ke arah Naruto kemudian segera memberikan secangkir green tea yang sejak awal memang dibawanya kepada Naruto.

"Arigatou" Naruto segera mengambil cangkir tea-nya, menghitup aromanya dalam-dalam dan menyesapnya perlahan. Teringat bahwa hari ini adalah hari dimana Sasuke-shinigami pantat ayam(?)- itu masuk sekolah. Ia segera bersiap-siap, segera membuktikan apakah uapan Sasuke benar atau tidak. Ayolah~ seorang pemuda dingin bermuka datar, terlebih seorang shinigami masuk sekolah? Apa mereka bisa melihat Sas inginuke dalam bentuk nyata? Ia sendiri tak mempercayainya.

Setelah aktivitas pagi seperti biasanya. Naruto segera menuju mobil limo hitam klasik milik keluarganya. Keluarganya memang menyukai sesuatu bernuansa klasik. Entah mengapa Hinata yang biasanya datang dan pergi ke sekolah bersamanya tak kelihatan. Pemuda pirang itu menghela nafas kecewa saat gadis cantiknya itu tak datang menemuinya.

"Jalan" ucap Naruto singkat seraya memejamkan matanya. Diilihatnya awan hitam yang berarak menutupi langit pagi yang seharusnya cerah. Mengapa cerah? Karena sekarang masih musim panas! Entah mengapa, melihat cuaca yang berubah-ubah kini, membuatnya khawatir.

Sepanjang perjalanan Naruto hanya melihat rintik-tintik hujan yang membasahi bumi. Air yang tumpah terlampau banyak. Tk seharusnya di musim panas seperti ini terjadi hujan yang begitu deras.

"Ini salah satu efek dari gerbang neraka yang perlahan hancur" sebuah suara disampingnya membuatnya tersentak. Suara yang kini tak asing lagi. Suara Sasuke.

Naruto segera menoleh ke sampingnya dan ia hanya melebarkan matanya sejenak dan akhirnya kembali ke normal. Dilihatnya kini Sasuke tengah duduk santai disampingnya dengan tangan melipat di depan dada. Tapi bukan itu yang membuatnya kaget. Ia sudah biasa dengan kedatangan Sasuke yang memang selalu tiba-tiba, tapi apa yang kini Sasuke kenakan. Pakaian yang biasanya bernuansa gothic yang dikenakan Sasuke kini hilang. Diganti dengan kemeja putih disertai blazer warna merah maroon serta celana merah kotak-kotak, seragam Tokyo gakuen, seragam yang sama yang ia kenakan.

Naruto terdiam beberapa saat kemudian segera mengalihkan pandangannya pada kaca jendela mobilnya, kembali melihat rintik hujan. Tak berniat untuk membalas perkataan Sasuke karena tak ingin supirnya bertanya-tanya mengapa ia berbicara sendiri.

Tak lama keduanya sampai di depan gerbang Tokyo gakuen. Mobil memang tidak boleh masuk karena memang Tokyo gakuen menerapkan prinsip derajat yang sama jika berada disekolah, kecuali adanya satu kelas elite itu.

Naruto dan Sasuke kini berjalan berdampingan. Dapat dilihat beberapa siswa-siswi menoleh ke arah mereka. Memang bukan hal baru jika murid-muris dari kelas elite-kelas Naruto- selalu populer. Selain karena kekayaan, kepintaran, mereka juga mempunyai tampang yang di atas rata-rata. Tapi entah mengapa yang dilihat kini hanya Naruto walaupun Sasuke berjalan berdampingan dengan Sasuke. Padahal Naruto yakin jika kini Sasuke benar-benar dalam wujud 'manusia'nya. Dan Naruto juga yakin seharusnya semua murid di sekolahnya akan terhipnotis oleh pesona Sasuke, seperti dirinya, walaupun sesaat. Tapi semua itu sama sekali tak terbukti.

"Mengapa tak ada yang menoleh ke arahmu?" tanya Naruto yang memang penasaran dengan yang terjadi disekitarnya.

"Aku hanya menghilangkan hawa keberadaanku. Sungguh merepotkan jika mereka mengejarku seperti yang ada di fic-fic lain" ucap Sasuke OOC bin narsis. Naruto hanya sweatdroop mendengar perkataan Sasuke. Sejak kapan makhluk dingin itu bisa berkata narsis seperti itu. Bukan Sasuke banget deh.

"Sudahlah, tak usah dipikirkan" Sasuke segera mempercepat langkahnya, tak peduli dengan pemuda pirang yang masih sibuk bertanya-tanya mengapa Sasuke menjadi sangat aneh hari ini.

Tanpa peduli dengan Naruto yang tertinggal. Sasuke melangkahkan kakinya memasuki gedung Tokyo gakuen yang memang mewah di atas rata-rata sekolah biasanya. Pandangannya memicing menatap sudut-sudut ruangan itu. Kemudia ia mendengus "Sudah kuduga" gumannya kemudian kembali berjalan, meninggalkan Naruto yang kini sibuk memanggilnya.

Memang dari awal ia menginjakkan kakinya memasuki gerbang sekolah ini. Sasuke merasakan ada sbuah kekuatan aneh yang melingkupi seluruh area sekolah. Dan ia dapat menyimpulkan jika itu adalah sebuah kekkai pelindung. Ia tak tahu siapa yang mmasangnya. Tapi itu dapat dipastikan jika itu bukan manusia. Mengapa? Karena kekkai yang diuat manusia berbeda dengan kekkai yang melingkupi area sekolah ini. Dan satu hal yang harus ia lakukan. Yaitu bertemu dengan makhluk yang memasang kekkai pelindung ini.

"Kau lama" ucap Sasuke seraya menoleh ke arah Naruto yang kini telah berada tepat disampingnya.

"Kau saja yang berjalan terlalu cepat!" perkataan ketus itu hanya dibalas dengan putaran bola mata Sasuke, tak peduli.

Sasuke sedikit mendongak mendapati papan bertuliskan 11-A kelasnya, dan juga kelas Naruto. Ia segera membuka pintu dan berjalan memasuki kelas yang memang masih sepi.

"Ne, Sasuke, apa kau tak ke ruang kepala sekolah dulu?" tanya Naruto seraya menaruh tasnya tepat disamping tas Sasuke.

"Ya, setelah aku menaruh tas ini" ucap Sasuke seraya membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa map yang harus ia serahkan pada pihak sekolah. Setelah itu berjalan keluar meninggalkan Naruto yang kini tengah duduk, sibuk memandangi awan hitam tebal yang ada dilangit serta rintik-rintik hujan yang masih jatuh walau pun tak selebat tadi.

SetelahSasuke keluar dari ruangan kelas Naruto baru tersadar. "Apa dia tahu ruang kepala sekolah?" gumannya pelan. Namun ia sedikit tersentak saat sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di otaknya. "Bagaimana bisa ia masuk sekolah jika dia seorang shinigami?!"

₪₪₪EucallyscaPutly₪₪₪

Selama pelajaran tak sekali dua kali Naruto menoleh ke sampingnya, tepatnya ke arah Sasuke yang kini melihat guru di depan kelas dengan tatapan malas. Masih banyak pertanyaan yang ada di dalam otaknya. Setelah menghirup dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam, pemuda pirang itu sedikit menyenggol Sasuke dengan sikunya. Membuat pemuda raven itu menoleh ke arahnya.

"Ne, teme map apa yang kau bawa tadi?" Sasuke menghela nafasnya. Wajah datarnya kin menatap Naruto yang uga memandangnya.

"Tentu saja untuk surat kepindahan sekolah dobe, apalagi?"

"Kamu pernah sekolah teme?" tanya Naruto lagi. Sasuke hanya mendengus sebagai jawaban. Tak ingin membuang-buangkan suaranya hanya demi menjawab perkataan Naruto.

Naruto yang mulai tersadar jika akhir-akhir ini ia tak seperti 'Naruto' biasanya saat dengan Sasuke segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Bersikap tak peduli dengan Sasuke. Pemuda itu memejamkan matanya, menutup iris azure indahnya dengan kelopak tan eksotisnya. Mencoba menikmati semilir angin yang menerpanya lembut.

Sasuke yang tedinya telah mengalihkan pandangannya kepada sensei yang kurang kerjaan hingga dalam mengajar pun memakai masker itu kembali menoleh ke arah Naruto. Melihat bagaimana wajah damai pemuda pirang itu saat matanya terpejam.

Melihat Naruto mengingatkannya tentang apa yang ia lakukan di ruang kepala sekolah. Serta fakta mengejutkan yang kini ia ketahui tentang siapa Naruto sesungguhnya.

Flashback

Sasuke berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan beberapa map yang ada di tangannya. Tak lama, ia segera menemukan sebuah pintu yang lebih besar dari pintu-pintu yang sebelumnya ia lewati. Dan tanpa mengucap salam atau pun mengetuk pintu terlebih dahulu, seperti kebanyakan siswa berkelakuan baik, Sasuke segera membuka pintu.

Mata onyx Sasuke segera berubah menjadi merah dengan tiga tomoe yang berputar pelan saat melihat seorang wanita berambut pirang kini tengah meneguk sebotol sake. Pemuda raven itu segera berjalan mendekati sang kepala sekolah dan duduk tepat di hadapan wanita pirang itu.

"Senju Tsunade" Sasuke memandang tajam kepala sekolah bernama Tsunadeyang hingga kini masih sibuk dengan botol-botol sakenya. Sungguh bukan kepala sekolah yang patut untuk di hormati.

"Apa yang membawamu keari Uchiha?" ucap Tsunade akhirnya. Wanita pirang itu segera menaruh botol sakenya dan menaruh map yang memang telah Sasuke taruh di atas meja. Tak berniat untuk melihat isi map itu Tsunade kini memandang intens pemuda raven dengan tatapan tajamnya.

"Seharusnya kau sudah tahu apa yang membawaku kemari" ucap pemuda Uchiha itu datar. Tsunade hanya menghela nafas, sudah terbiasa dengan para Uchiha yang bermuka seperti tembok itu.

"Lalu, apa yang kau inginkan Uchiha?"

Sasuke menghela nafas dan menyenderkan tubuhnya pada badan kursi, mencoba rileks. Wanita di hadapannya itu memang tak bisa dianggap remeh. Tentu saja, sekali pandang ia tahu siapa wanita itu. Senju Tsunade, shinigami elite seperti dirinya. Hanya saja sejak beberapa puluh tahun lalu keberadaannya tak diketahui. Sejujurnya ia sedikit terkejut mendapati bahwa wanita dengan kekuatan monster-menurut rumor yang beredar- itu ada disini. Menjadi kepala sekolah lagi.

"Aku merasakan kekkai yang melindungi tempat ini, aku tak menyangka jika itu kau yang membuatnya. Apa tujuanmu?"

"Tentu saja untuk melindungi murid-muridku yang manis, apalagi?" Tsunade kembali menuangkan sakenya pada cangkir kecil dan dengan sekali teguk, cairan itu habis tanpa sisa.

"Ingin melindungi muridmu, atau Namikaze Naruto?" Tsunade segera menghentikan kembali acara minum-minumnya. Memandang tajam pemuda raven itu.

"Aku tak menyangka jika kau yang diutus untuk melindungi Naruto" Tsunade menghela nafas lalu menyenderkan badannya di kursi. Memijit keningnya yang sedikit pusing.

Sasuke memutar bola matanya jengah "Apa hubunganmu dengannya hingga kau ikut campur dengan misi kali ini?"

"Tentu saja karena aku tak ingin dunia ini hancur, aku tak terlalu percaya dengan bocah ingusan sepertimu"

"Itu bukan jawaban"

Entah untuk keberapa kalinya Tsunade menghela nafas "Karena dia cucuku"

Sasuke tersentak, ia tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa maksudmu? Jangan katakana jika kau-"

"Seperti yang kau fikirkan, aku menikah dengan kakeknya, Jiraya Namikaze dan akhirnya aku memiliki seorang anak, Minato Namikaze, ayah Naruto"

Sasuke terdiam, mencerna kata-kata yang diucapkan oleh wanita dihadapannya. Ini akan semakin rumit. Sungguh, ia tak menyangka jika Naruto Namikaze, orang yang harus ia jaga adalah cucu dari rival keluarganya.

"Apa mereka mengetahui jika kau seorang shinigami?"

Untuk pertama kalinya Tsunade tersenyum lembut di hadapan pemuda raven itu "Tentu saja, bahkan sebelum kami saling jatuh cinta. Klan Namikaze memang istimewahingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengetahui 'makhluk' lain seperti kita. Seperti halnya seorang miko, mereka dapat menyegel iblis-iblis, serta beberapa kemampuan lainnya"

Kini Sasuke menghembuskan nafas lelah, jika semua yang dikatakan oleh Tsunade benar, itu artinya- "Orang tua Naruto tahu tentang ini? Tentang Naruto yang-yah, menjadi manusia yang terpilih untuk upacara penyegelan itu?"

"Ya, dan mereka tak ingin itu terjadi"

"Tapi bagaimana pun juga itu adalah takdir, tak akan bisa diubah"

"Bisa"

Tsunade kini menegakkan tubuhnya, kedua tangannya kini menopang dagunya. Sedangkan pemuda raven yang ada dihadapannya mengangkat sebelah alisnya, tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Ada sebuah fuin yang bisa mememberi energi kehidupan dari orang lain,artinya, mereka ingin memberi sebagian energi kehidupan mereka untuk Naruto agar anak mereka tak mati saat upacara itu berlangsung"

"Aku tak pernah mendengar tentang hal itu"

Wanita berambut pirang itu terkikik kecil mendengar ucapan Sasuke,"Tentu saja, bocah sepertimu tak mungkin tahu tentang hal ini, hanya saja, rumus fuin itu masih menjadi mistery, untuk itulah Minato dan Kushina mencari hingga ke berbagai negara"

Lalu kau disini menjadi kepala sekolah dan membuat kekkai yang menyelubungi sekolah ini semata-mata untuk melindungi cucumu, Namikaze Naruto?" Kini Sasuke menghela nafas, mencoba merilekskan badannya yang semenjak tadi menegang walau pun wanita dihadapannya tak mengetahuinya.

"Ya, sejujurnya aku tak ingin ini terjadi pada bocah itu" guman Tsunade lirih, dapat di lihat raut kesedihan yang menghiasi wajah cantiknya.

"Aku tak menyangka kejadiannya akan seperti ini" guman Sasuke namun masih dapat didengar oleh Tsunade.

Wanita itu tersenyum tipis mendengar perkataan pemuda raven di depannya. "Ya, memang. Dan kau bocah, berjanjilah untuk melindungi Naruto. Aku tak akan segan-segan membunuhmu jika terjadi sesuatu dengan bocah itu"

Sakuke hanya memutar bola matanya dan segera berdiri "Aku tak ingin itu terjadi" ucapnya seraya berjalan meninggalkan Tsunade dengan tidak sopannya. Membuka pintu dan kemudian keluar dari ruangan kepala sekolah itu.

Sesaat, Sasuke berhenti berjalan, menyenderkan bahunya pada dinding di sebelahnya. Menghela nafas lelah. "Tak ku sangka akan menjadi seperti ini"

Flashback End

Untuk kesekian kalinya Sasuke menghela nafas, ia kemudian menoleh ke arah Naruto yang hingga kini masih tak bosan-bosannya melihat langit mendung. Merasa diperhatikan Naruto menoleh kea rah Sasuke.

"Apa?!" ucapnya ketus seraya memandang tajam pemuda raven yang hingga kini masih menatapnya intens.

"Hn"

Naruto kembali menolehkan kepalanya, melihat langit mendung serta rintik-rintik hujan lebih mengasyikkan dari pada harus berurusan dengan 'teme' disebelahnya itu. "Cih!"

Bola mata azurenya kini memandang awan hitam tajam. Seperti melihat sebuah pergerakan di baliknya. Ia sedikit menoleh kea rah Sasuke yang kini juga melihat kea rah yang tadi ia lihat.

"Kau mengetahuinya dobe?"

Naruto mengangguk "Ya"

Sasuke tersenyum tipis, walau pun begitu masih dapat dilihat oleh Naruto. "Tak kusangka kau sudah lebih peka saat ini. Tenanglah, disini aman" mendengar ucapan Sasuke, Naruto kembali menganggukkan kepalanya. Pandangannya kembali diarahkan ke langit mendung. Menghela nafas sejenak.

"Ya, disini aman"

=======TBC=======

Review Please ^,^