Halo semuanya ^^

Buat yang udah klik, thank you banget karena udah mau nyempetin buat baca.. :")
berhubung ini fic pertama, maaf banget kalau tata bahasa gak karuan, kalimat ancur berantakan, banyak typo, alur cerita kepanjangan, gaje, gak rame, boring, dsb

Disclaimer : Hunter x Hunter bukan punya saya, Ouran High School juga bukan punya saya, bahkan bayangan karakter Hiju pun bukan punya saya (- -")

Soal Cerita :

Ide bikin fic ini nongol ketika saya dengerin lagu CN Blue yang judulnya Lady, entah mengapa :V

Buat karakter, disini ada karakter Hiju yang sebenarnya bisa siapa saja, lho :D reader bisa membayangkan dia seperti artis favorit, kecengan, tokoh anime favorit, atau siapapun yang berhak, deh. Bahkan kalau mau, bisa bayangin dirinya sendiri jadi Hiju, hehe.. *kalau mau itu juga
Dari author sendiri, author menggambarkan Hiju seperti tokoh Kunogi Himawari dari anime XXX Holic. Kenapa? karena menurut author dia cute dan punya sisi gothic bersamaan.

Buat para fans Hunter X Hunter, XXX Holic, dan Ouran High School Host, mohon maaf banget kalau merasa ada karakter yang imagenya dihancurkan disini. hontou ni gomeeenn ll

Well, enjoy the reading~.. :D


"Hey, Gon?

"Mmm?"

"Apa yang mau kau lakukan sekarang?"

"Untuk saat ini, aku mau beristirahat diatas sini selagi aku mengumpulkan informasi. Informasi yang kuperlukan sebelum aku pergi ke York Shin City untuk mencari ayahku."

"Oh. Kalau aku sebaiknya melakukan apa ya?"

"Kau disini saja, Killua. Nanti kita pergi ke York Shin City bersama-sama!"

"Yeah. Aku akan ikut denganmu tapi itu bukan maksudku. Kau cukup mengagumkan bagiku, Gon. Aku sendiri tidak punya sesuatu yang ingin dikerjakan. Aku tidak sepertimu yang punya rencana yang harus dilakukan. Meskipun ada banyak hal yang tidak ingin aku kerjakan, aku paling benci tinggal sendiri dirumah atau meneruskan bisnis keluarga. Yah, bisa dibilang aku ini iri padamu, Gon."

"Killua."

"Hmm?"

"Aku merasa senang saat bersamamu."

"…. Bu-buat apa itu tadi…?"

"Pulau Paus adalah lokasi bagi para nelayan untuk singgah selagi melakukan perburuan panjang. Disini tidak terlalu banyak rumah penduduk. Disini ada juga satu anak seumurku tapi dia perempuan. Jadi, kamulah teman pertama yang seumuran denganku!"

"Situasiku pun tidak beda. Terus menerus dirumah seharian dan menghabiskan waktuku untuk belajar membunuh. Kau adalah teman pertamaku, Gon."

"Apa kamu merasa senang saat kita bersama-sama?"

"Yaa.. gitu deh.."

"Kalau begitu, kita terus sama-sama saja! Kita bisa berkeliling dunia bersama-sama!"

"Ah, jangan bicara hal yang memalukan ah..!"

"Hehehee.. "

"Aku akan mencari ayahku. Killua juga akan menemukan hal yang ingin Killua lakukan. Pasti akan sangat menyenangkan!"

Mata Killua berbinar saat mendengarkan kata-kata Gon malam itu.

Killua tersenyum. "Baiklah. Boleh juga rencanamu. Baiklah! Akan kubantu mencari ayahmu sampai aku menemukan apa yang ingin aku lakukan!"

"Emh!"

'Gon,,'

'Tujuh tahun sudah berlalu dan aku masih tidak tahu apa yang aku inginkan,'

Killua menyedot minumannya sampai habis sembari memandang ke sekelilingnya. Sudah hampir tiga jam ia duduk di alun-alun York Shin memandangi orang-orang yang hilir mudik sembari menyantap makan siang. Ia duduk sendiri dan sudah menghabiskan dua bungkus kentang goreng, empat potong ayam goreng, satu sandwich, empat gunduk nasi, dua hamburger dan satu minuman cola jumbo.

"Sepi sekalii,," gumamnya. "Aaahh~.. Perutku sudah kenyang~! Sekarang ngapain, ya?" gumamnya lagi sembari meregangkan otot- otot tangan dan punggung.

Killua memandang langit sekarang. Begitu cerah dan indah warna birunya. Matahari ada diatasnya saat itu dengan burung – burung yang terbang kesana kemari. Ia tersenyum saat melihat burung-burung itu. Burung-burung itu selalu mengingatkannya pada Gon, teman kecilnya yang kini sudah mendapatkan cita-citanya yaitu bertemu dengan sang ayah yang merupakan seorang Hunter Professional. Gon dan ayahnya kini melakukan perjalanan ke seluruh dunia untuk menjadi Hunter arkeolog. Killua sendiri akhirnya memutuskan untuk pergi karena instingnya yang menuntun demikian. Kini sudah hampir setahun berlalu semenjak ia pisah dari Gon dengan tekad akan menemukan mimpinya sendiri.

Sudah hampir setahun Killua berada di York Shin. Dengan lisensi hunternya ia mendapatkan banyak kemudahan untuk hidup disana. Sudah berkali-kali juga ia berganti pekerjaan, dari mulai bodyguard seperti Kurapika, detektif di kepolisian, bertarung di arena besar, menjadi sipir di penjara, pemain unggul di casino dan sebagai mata-mata. Sayangnya dari sekian banyak pekerjaan, tidak ada satupun yang bertahan selama lebih dari 3 minggu. Ketika Killua merasa bosan dengan satu pekerjaan, maka ia akan melakukan pekerjaan yang lain –yang ternyata membosankan juga bagi dirinya-.

"Hhhh~.." Killua menghembuskan nafasnya. Ia berdiri dan melangkahkan kaki keluar dari alun-alun itu lalu berjalan sambil berfikir tentang kemana ia harus pergi dan mau melakukan apa. Kepalanya tertunduk dan menjadi tak terlihat karena topi yang ia pakai. Walaupun wajahnya tidak terlihat, Killua yang sedang berjalan mampu mencuri berbagai pandangan para perempuan yang melewatinya saat itu. Bagaimana tidak? Killua yang hari itu memakai atasan sleeveless berwarna biru, celana panjang coklat dan topi putih-hijau benar-benar menjadi sosok cool dan misterius bagi siapapun yang melihatnya. Di tambah dengan cara berjalannya : punggung tegak, kedua tangan dimasukkan ke dalam kantung celana, kepala tertunduk menghadap tanah dan langkahnya yang santai tapi 'tegas', membuatnya terlihat sangat tangguh dan kuat. Ia tahu ada beberapa perempuan yang membicarakannya dari tadi tapi ia menghiraukan mereka semua. Ia sadar kalau ia sempurna secara fisik. Dia cool, tinggi dengan tubuh atletis yang dibalut kulit putih pucat dan matanya yang tajam berwarna biru akan membuat siapapun 'mati' melihatnya.

Killua terus berjalan. Sudah sekitar dua kilometer dia berjalan di trotoar. Masih di alun-alun, ia belum mendapat tujuan untuk pergi kemana. Kepalanya masih tertunduk, berat karena masih bernostalgia mengingat bagaimana ia menghabiskan beberapa tahun sebelumnya dengan cara yang tidak membosankan bersama Gon. Ia tersenyum saat beberapa kenangan bodoh bersama sahabatnya itu muncul dalam benaknya.

Kakinya terus berjalan diantara kerumunan banyak orang. Benak Killua masih penuh dengan masa lalunya yang riang bersama Gon. Ia berfantasi, bagaimana jadinya kalau Gon masih ada disini bersamanya? Akankah mereka melakukan hal yang lebih gila daripada sebelumnya? Tidak usah Gon. Apakah ia akan menemukan orang yang sama seperti Gon?

Killua tertawa sendiri. Ia tidak bisa membayangkan kalau dia akan menemukan Gon kedua. Satu Gon saja dapat membuatnya nekat melarikan diri dari rumah, hampir mati karena berusaha menangkap Genei Ryodan, masuk ke dunia game dan menghadapi berbagai petualangan gila. Bagaimana jika ada Gon kedua? Apa yang akan ia lakukan? Dan sebodoh apa Gon kedua tersebut? Killua tidak bisa berhenti tertawa membayangkan hancurnya Gon kedua jika ia bisa menemukannya. Sampai akhirnya..

BRUUKK!

Fantasi Killua terhenti. Ia sadar ada yang menabrak tubuhnya dan pergi ke arah berlawanan. Dengan cepat, Killua memperhatikan sekeliling. Ia mencoba mencari siapa yang baru saja menyerang dirinya. Ia melihat sekeliling dan tidak menemukan siapapun yang mencurigakan ataupun orang yang memiliki aura mengancam. Semua orang yang berjalan melalui dirinya, didepan ataupun dibelakang bersikap wajar –berjalan dengan tenang, bergurau dengan teman-temannya, berjalan sambil menelepon atau makan es krim- dan tidak ada yang bersikap aneh. Kecuali satu orang. Ada satu orang dibelakangnya yang menarik perhatian. Ia berlari dengan cepat sambil menenteng keranjang putih digenggamannya. Killua dapat merasakan aura orang tersebut. Ia tahu orang yang berlari tersebut berkeringat dingin. Ia juga tahu kalau orang itu akan berbelok ke kanan sebentar lagi.

Killua memperhatikan orang itu dari jauh. Ia tidak mengerti mengapa. Aura orang tersebut memang kuat untuk dapat menarik perhatiannya. Sedetik kemudian, ia merasa penasaran pada pemilik aura tersebut.

"Yaah, setidaknya aku tidak punya kerjaan. Dia juga kan harus minta maaf," gumam Killua.

Killu berbalik arah dan kembali menelusuri jalan yang baru saja ia lewati. Ia terus berjalan dengan santai mengikuti langkah kaki si pemilik aura yang kuat tersebut.

"Terima kasih Hiju-chan. Jika tidak ada kau, aku tidak tahu harus bagaimana."

"Sama-sama, kek. Tolong simpan catatan yang tadi aku kasih, ya? Jangan lupa, Gonho belum bisa makan sembarangan, harus dimasak terlebih dulu."

"Iya, baiklah. Oh, masalah biaya…"

"Eh,, tidak usah, kek. Tidak apa-apa. Sudah tugasku melakukan ini semua."

"Tapiii… Rozu akan marah jika kau kembali nanti.."

"Kakek tidak perlu memikirkan dia. Dia pasti mengerti. Aku harus pergi sekarang, ini sudah jam makan malam anjing-anjing. Kakek baik-baik, ya?"

"Iya. Terima kasih banyak, Hiju-chan. Hati-hati, ya?"

"Permisi, selamat malam," Hiju membungkukkan tubuhnya dan berjalan menjauhi rumah kakek tadi. Ia berjalan sembari bersenandung riang dan mengayun-ayunkan keranjang yang ada digenggamannya. Langkahnya sangat ringan, seperti melayang.

"Hari ini aku berhasil lagi! Senangnyaaa!" gumamnya sambil tertawa kecil. "Eh, tapi bagaimana dengan Rozu, ya? Hhh~.. dasar kolot. Padahal dia yang mengajariku agar tidak pelit tapi malah dia sekarang yang pelit. Aku harus bagaimana, ya?"

Perempuan bernama Hiju itu melangkahkan kakinya sambil berfikir. Suasana sekelilingnya sepi sekali, mengingat hari itu sudah pukul 7 malam dan kakek tadi tinggal di daerah jalan-jalan kecil yang jarang lampu. Hiju terus berfikir dengan tatapan terus ke arah tanah. Tanpa sadar, didepan Hiju ada segeromolan pemabuk berat yang menghalangi jalan.

"Hei, cewek? Mau kemana malam-malam begini? Kok sendirian? Mau ditemani tidak?"

Hiju mengangkat kepalanya dan menyadari bahwa ia tidak mungkin bisa lewat.

"Kalau tidak mau, bagaimana jika kau yang menemani kami?" salah satu dari gerombolan pemabuk itu menghampiri Hiju sambil membawa pisau.

Hiju agak tegang tapi ia masih bersikap tenang.

"Wahh,, lihat. Kulit tangannya saja mulus sekali. Kalian penasaran dengan yang ada didalam tidak?"

Seluruh gerombolan itu tertawa kencang dan Hiju masih mencoba untuk tenang.

Tiba-tiba…

"Sekali lagi bicara, akan kurobek tenggorokan temanmu ini." tiba-tiba terdengar suara berat laki-laki entah darimana. Semua pemabuk yang ada disitu mendadak berhenti tertawa dan melihat sekeliling, mencari sumber suara itu.

"Si…siapa itu?!" teriak salah satu dari pemabuk itu.

"Slendiv...," salah satu dari teman pemabuk itu bersuara merintih.

Saat semua pemabuk yang ada didepan Hiju menengok ke arah suara rintihan, mereka melihat salah satu teman mereka yang ada dibelakang berdiri ketakutan dengan zona amat gelap dibelakangnya. Perlahan ia maju beberapa langkah. Saat si perintih itu tidak lagi di tempat gelap, Hiju dan para pemabuk yang lain melihat ada laki-laki tinggi yang berdiri dibelakang si perintih. Tangan laki-laki itu keriput dengan kuku-kuku panjang nan runcing berada disisi leher si perintih. Semuanya bisa melihat ada sedikit darah yang mengalir didekat ujung kukunya.

Hiju dan teman-teman dari si perintih tidak bisa melihat wajah laki-laki itu dengan jelas. Wajahnya ditutupi bayangan lidah topi berwarna hijau-putih yang dikenakan olehnya.

"Pergi dari sini dan tinggalkan perempuan itu atau temanmu ini akan aku bunuh," cowok dibelakang si perintih mengancam lagi. Perlahan, laki-laki itu mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Hiju dan teman-teman si perintih. Para pemabuk yang ada disana semakin bergidik saat mereka melihat wajah dibalik lidah topi pemuda itu. Kulit pucat dengan mata tajam yang begitu mengerikan. Ditambah lagi, tidak ada ekspresi main-main pada pemuda itu saat ia mengatakan akan membunuh sanderanya.

"Ba…baiklah, kami akan melepaskan perempuan ini. Kami akan pergi. Tolong jangan sakiti kami..," ujar pemabuk yang tadi menggoda Hiju dengan gemetaran.

Pemuda itu melepaskan pemabuk yang menjadi sanderanya. "Pergi sana," ujar pemuda itu.

Seketika para pemabuk itu langsung melarikan diri dengan terbirit-birit meninggalkan Hiju. Hiju sendiri memperhatikan para pemabuk itu dengan tatapan datar. Saat ia memalingkan pandangan ke tempat si perintih yang disandera tadi, ia tidak menemukan siapapun disana.

"Lho? Kemana orang tadi?"

Orang yang menolongnya barusan lenyap entah kemana. Suasana sunyi dan gelapnya tempat itu mendadak membuatnya berfikir yang tidak-tidak. Hiju merinding. "Apa jangan-jangan dia hantu, ya? Sebaiknya aku lewat jalan lain saja."

Hiju segera berbalik untuk mencari jalan lain. Namun saat dia baru saja berbalik, ia menabrak seseorang. Karena kaget, ia berteriak. "AHHHHHHHHH!"

"Woi..woi… sakit tahu..," ujar Killua sambil mengelus-elus dadanya.

"Eh?" Hiju mendongak ke atas untuk melihat sang pemilik suara. Begitu Hiju mendongak ke atas, ia melihat rupa Killua dengan tampang arogan khas Killua. "Ahh~.. Manusia rupanyaa~…" Hiju tersenyum lega.

Killua agak emosi saat mendengarnya. "Lho? Memangnya kamu pikir aku apa, hah?!"

"Salah kamu sendiri! Kenapa muncul dibelakang orang tiba-tiba! Itu kan bikin kaget! Aku kira kau hantu!" balas Hiju.

Killua terkejut melihat feedback dari Hiju yang justru malah memarahinya. "Kau ini! Harusnya kau berterima kasih padaku! Kalau aku tidak menolongmu, kau mungkin sudah diapa-apakan oleh orang-orang tadi!"

"Eh? Jadi yang tadi menyandera teman mereka itu kamu?"

"I-yaaaaa~…" jawab Killua dengan nada menyindir.

"Ohh.."

"Cuma 'oh'? itu saja kah? Kamu itu…"

"Terima kasih…"

"Eh?" Killua mendadak terdiam setelah mendengar ucapan 'terima kasih' dari Hiju. Ia juga melihat bagaimana manisnya senyum perempuan dihadapannya.

"Sekali lagi, terima kasih banyak ya sudah menolongku," ujar Hiju sambil tersenyum manis.

Tanpa sadar, wajah Killua kini memerah karena melihat senyum dari gadis itu. Ia juga berubah gugup. "I..iya, sama-sama…"

Mendadak Killua ingat tujuannya. "Ah, iya! Kau juga harus meminta maaf padaku! Kau menabrakku tadi siang!"

"Menabrakmu? Kapan?" balas Hiju polos.

"Tadi siang. Di trotoar dekat Toko Perhiasan Mizuku! Masa kau tidak ingat? Keterlaluan sekali."

"Tidak, aku tidak ingat sama sekali."

Killua jadi kesal. "Ah, ya sudahlah. Susah juga. Emhh?" perhatian Killua teralih pada keranjang yang ada ditangan Hiju.

"Cloud Pet House? Kau bekerja di Pet Shop?" tanya Killua.

"Ah, iya. Pet Shop sekaligus klinik hewan. Oh iya, namaku Marsh Hiju." Hiju mengulurkan tangannya.

Killua agak malu saat melihat uluran tangan dari perempuan dihadapannya. Dengan lambat, Killua menjabat tangan Hiju.

"A… Aku Killua."

"Aku minta maaf kalau tadi siang aku benar-benar menabrakmu. Tadi siang aku sedang terburu-buru karena ada anjing yang harus aku selamatkan. Aku juga sangat berterima kasih karena kau tadi menolongku. Maafkan aku karena tadi aku sudah membentakmu, ya?"

"A..ah.. oke.. sama-sama.." Killua mendadak gugup, ia tidak berani melihat ke arah hiju yang ada dihadapannya.

"Kalau begitu aku permisi, ya? Aku sudah terlambat untuk memberi makan anjing-anjing di pet shop. Sampai nanti, Killua. Aku permisi, ya?" Hiju membungkukkan tubuhnya dan berlari meninggalkan Killua di tempat itu.

Killua sendiri hanya terdiam dan memandangi perempuan yang baru saja berlari dari hadapannya. Jantungnya berdetak tidak stabil dan matanya seolah tidak bisa terlepas dari sosok Hiju. Setelah beberapa detik perempuan itu menghilang dari matanya, Killua menggelengkan kepalanya dengan keras. "Ahhhh! Aku kenapa sihh?!"

Honestly, at first I didn't know, though it was an accidental encounter

Till now, I've learned more about sorrow than happiness

Though I was full of tears, I will bring you only laughter

I must have finally found my other half

My heart is racing like this

Found you my love, The person I've been searching for

I want to share a heated embrace with you

Stay still and close your eyes

So I can kiss you on the lips

I love you, it's you who I love

Found you

The one person I'll keep by my side

Though I had kept my heart closed, I'll give my heart to you

I must have finally found my other half

My heart is racing like this

JYJ – Found You