~ To Catch You All Day ~

Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama

To Catch You All Day (c) Yuki Utari

Rated : T

Genre : Romance, a little humor

Warning : Typo(s), Shounen-ai/BL, AU, OOC (mungkin ._.)

Pairing : Eren x Rivaille / Rivaille x Eren

Enjoy~

.

.

Oo..oO

.

.


Chapter 2 — These lessons… You Don't Care Anymore

.

Eren berjalan sempoyongan ke kelasnya. Bocah yang polosnya nggak ketulungan itu nyaris terjerembab di tangga. Nyaris. Fuuh…

"Kau kenapa, Eren?" Armin Arlert—sahabatnya sejak ia diperut sang ibunda—bertanya khawatir. Ya, kalau saja ia tidak menangkap Eren, si manusia setengah titan itu sudah sampai di rumah sakit sekarang —atau mungkin sudah ke neraka berhubung perbuatannya yang selalu usil.

"Aku tidak apa-apa kok, hanya kurang tidur—"

"Ooh…"

"—Karena si pendek seenaknya nongol di mimpiku," gumam Eren sambil cemberut.

"Ha?"

"N-nande mo nai, lupakan saja. Ahahaha…"

.

.

"Biologi dan PKK."

JDER! Si Eren nyaris saja meloncat dari tempat duduknya begitu mendengar suara rendah milik senpainya tercinta.

"R-rivaille-senpai?! N-nani sore?!"

Rivaille menatap Eren datar. Seperti biasa. "Sepertinya membedah titan menyenangkan," balasnya, menanggapi pertanyaan Eren.

Eren melongo. 'Kok titan?' pikirnya lelet. Otakmu kecepatannya berapa kilobyte sih, Eren?

Rivaille tidak menjawab. Ia malah menyerahkan kaos yang kemarin dipinjamnya dari Eren. Ups, terpaksa meminjam Eren, sepertinya. "Arigatou." Lalu, orang yang suka bicara dengan makna tersirat itu melenggang pergi begitu saja.

Meninggalkan si idiot Eren terbengong-bengong.

"Dia ngomongin game yang baru rilis itu ya? Ng… Kalau tidak salah judulnya 'Blade of Counterstrike'?" tanyanya polos pada Armin. Armin ditanya soal game? Lewat dia mah.

"Mana kutahu, Eren. Kalau menurutku sih, soal 'bedah titan' tadi ada hubungannya dengan kata 'biologi' sebelumnya," jawab Armin dengan jawaban yang lebih logis. Pintar kau nak… *acung jempol #digaplak Eren*

Eren hanya manggut-manggut. Sedangkan Armin hanya tersenyum.

"Terus kenapa dengan biologi dan PKK?" tanya si mata hijau lagi. Keningnya berkerut menyaingi nenek-nenek. Armin nyaris merubah indentitasnya menjadi Krista saat mendengar pertanyaan Eren yang ternyata belum mengerti juga.

Setelah menarik nafas panjang-panjang, Armin langsung berkomentar, "Jangan tanya padaku, Eren. Kau bertanya pada senpai soal pelajaran nggak?"

Eren mencoba mengingat-ingat. Sejak kapan ia suka bertanya tentang pelajaran mengingat ia sangat membencinya? Ng...

.

WIR DIR DAS ESSEN—

.

Seisi sekolah nyaris terguling heboh mendengar speaker kelas tiba-tiba berbunyi nyaring lalu terputus begitu saja. Mending deh kalau satu lagu 'Guren no Gumiya' yang terputar. Murid-murid rela kok jadi semangat satu kali saja di pagi hari. Lah ini... Masa mereka disamakan dengan makanan... (Wir dir das essen = Kalian makanan~)

"Ehem, ehem, hahaha~ maaf ya, salah pasang lagu~" suara dari speaker kembali terdengar nyaring.

Krik. Anak-anak langsung diam saat mendengar suara riang gembira nan tak bersalah itu. Diam memaklumkan maksudnya. Maklum kalau yang melakukan hal konyol itu guru gaje mereka, si Hanji Zoe.

"Ohayou, anak-anakku tercintah~"

"Ohayou, mijikuwa na obaasan," jawab murid-murid kompak. Ya, mereka kompakan menyebut Hanji obaasan. Dia mirip nenek-nenek cerewet soalnya—

—dan menambahkannya dengan 'mijikuwa' karena menurut mereka Hanji terkadang menjijikkan.

"Bagi yang namanya disebut, diharapkan ke ruang guru sekarang juga~" perintah Hanji dari speaker yang malah terdengar seperti jingle iklan di TV.

Para siswa hanya bisa membalas Hanji dengan cara ber-sweatdrop ria.

"Jean Kirschtein, Reinner Braun, Ymir lalala, dan Eren Jaeger ditunggu sekarang yak."

Eren menaikkan alisnya tinggi-tinggi. "Memangnya aku salah apa?"

Wah, wah... kau lupa, Eren? Apa kata Irvin nanti setelah mendengar alasanmu kabur dari pelajaran tambahannya?

.

Begitu sampai di TKP, Eren kicep. Sosok Irvin yang tersenyum malah membuatnya takut setengah mampus. Ya, Irvin senyum itu bisa disamakan dengan badut 'jigsaw' yg lagi ketawa. Sama-sama nyeremin dan penuh maksud tertentu.

"Hai, Jaeger…"

Eren makin keringetan. "I-iya, sensei?"

"Kau tahu 'kan kenapa kau dipanggil kemari?"

Eren gemeteran. Sumpah, kakinya lebih lembek daripada jeli sekarang. "T-tahu—eh, t-tidak—EH! Mungkin kali ya?"

Irvin tetap tersenyum. (lalu kenapa?)

"Saya anggap saja kamu lupa, oke? Akan saya buka ingatan kamu itu lebar-lebar. Ini ada hubungannya dengan Rivaille, kakak kelasmu."

Eren pucat pasi. Dalam hati, Eren memaki-maki Rivaille. 'Tuh bocah ngomong apa ke sensei?!'

Eren, Eren… awas kualat! Gitu-gitu, Rivaille udah tua tauk. Hormatilah yang sudah TUA... *kabur*

"Begini, Jaeger… soal pelajaran tambahan..." DEG! 'DAFUK!' hati Eren spontan menyemburkan kata-kata nista.

"Kamu…"

Mata Eren makin melebar.

"Kamu…"

Eren mencengkram meja Irvin sekuat mungkin, saking deg-degannya. Untung tidak sedang menjadi titan nih anak. Kalau nggak, hancur sudah itu meja.

"Kamu…"

.

BRAK!

"SENSEI MAU NGOMONG APAAN SIH?! LAMA AMAT!"

.

Bego.

Eren malah ngamuk sambil gebrak meja.

"KENAPA KAMU YANG MARAH!"

"S-sumimasen…" Eren ciut seketika. Beginilah kebiasaan Eren yang sering ngebentak Jean kalau si ketua 'Mikasa's fans club' itu lagi iseng.

Irvin mendengus tidak senang. Eren menundukkan kepala semakin dalam.

Berduka atas kematiannya yang tinggal beberapa detik lagi.

"Lebih baik kalau saya panggil Rivaille sekarang saja! Biar dia yang urus kamu! Saya tidak mau lagi! Capek!" Jiaah… Irvin malah curcol.

"U-urus? Maksud Anda apa?" tanya Eren sambil melongo. Kayak kambing cengo.

"Lho? Rivaille belum bilang ke kamu ya?" Irvin ikutan cengo—nggak deng… guru itu hanya menggaruk kepala bingung.

Eren menggeleng pelan dan ketularan gerakan Irvin dalam menggaruk kepala. Bedanya, kalau Eren malah garuk pantat.

"Yaah… Kau nanti tanyakan saja pada Rivaille ya. Saya ingin kamu keluar sekarang. Bosan saya lihat mukamu." Eren langsung diusir. Nasib.

Nasib baik maksudnya… yang soal kabur itu ternyata nggak ketahuan… Yes!

Eren keluar dari ruangan Irvin sambil jingkrak-jingkrak kesenangan.

.

"Ikut aku sekarang, Jaeger."

Eren meloncat kaget. Rivaille tetap datar tanpa ada satu pun tanda yang menujukkan dia ikutan kaget akibat lompatan Eren yang terbilang sangat tinggi.

"Kenapa kau tiba-tiba muncul, senpai?!" protes Eren sambil mengurut dadanya karena kecepatan jantungnya tidak juga kembali normal.

"Kau sudah bertemu Irvin 'kan?"

"Kau yang memberitahuku soal kemarin ya, senpai?!" tuduh Eren sambil menuding jari tengahnya ke depan muka Rivaille. Nunjuk Rivaille lho ya, bukan ngacungin jari tengah yang kayak kalian pikirkan. Jari telunjuk udah mainstream soalnya.

"Soal apa?"

Eren menggembungkan pipinya kesal. 'Sejak kapan Rivaille jadi selemot ini?' Pikirnya kurang ajar. Ayo tampar Eren... *Author digampar Eren's fangirls*

"Kau ceritakan soal kemarin aku kabur dari pelajaran tambahan 'kan?!" desis Eren sambil menatap tajam seniornya itu. Hei, nak… kau pandang Rivaille lama-lama dengan tatapan membunuh juga nggak bakal mati si miskin ekspresi itu.

"Aku tidak bilang apa-apa, bodoh."

Eren memanyunkan bibirnya sejauh lima sentí, sejauh perjalanan ke puncak Mahameru—eh, bukan…

"Lalu, kenapa Irvin memanggilku? Kenapa dia bilang ada urusannya denganmu? KENAPAA?" tanya Eren berentetan sampai nafasnya tersengal-sengal. Rivaille cuma mengedipkan kedua matanya dua kali lalu langsung pergi begitu saja.

"WOI!"

Rivaille terus jalan.

Eren terus bete.

"SENP—"

"Kalau kau tidak mau ikut pelajaran tambahan dengan aku sebagai tutornya, ya sudah…" balas Rivaille dengan tidak menoleh ke belakang sedikit pun.

Celetukan Rivaille sukses membuat Eren bungkam dengan semburat merah di kedua pipinya.

.

Ah~ rupanya kau mulai menyukai Rivaille ya Eren?

.

.

.

.


Dengan kecenya, mentari di langit jernih sore itu tergelincir perlahan ke ujung bumi—eh, berhubung bumi tidak berujung, mataharinya nggak jadi sembunyi sambil pundung, cuma pindah ke sisi lain bumi.

Di sore yang indah itu, mulut Eren ternganga dan membentuk huruf O bulat yang sempurna. Matanya terpaku pada papan tulis di depannya—ups, Rivaille kependekan sih. Yang kelihatan di depan papan tulisnya doang.

"Jadi, maksudmu tadi pagi itu soal pelajaran tambahan ini?" cuap Eren memecah kesunyian.

Rivaille berhenti menulis dan menoleh datar. "Hn? Tadi pagi yang mana?"

"Itu lhoo… yang biologi dan PKK. Kau akan ajarkan padaku soal dua pelajaran itu juga? Kayaknya tidak perlu. Tidak penting."

Rivaille balik lagi menghadap papan tulis yang sudah dipenuhi rumus-rumus yang bikin pusing kepala.

Tapi, Rivaille tidak menulis sama sekali.

Hanya diam dengan kapur digenggamnya mengambang di udara.

Eren yang menyadari keanehan pada seniornya, langsung bertanya polos, "Kau kenapa senpai?"

"Mungkin dua pelajaran itu tidak penting bagimu—"

Eren memiringkan kepalanya, bingung. Matanya terpaku pada punggung sang senior yang tidak bergerak layaknya patung.

.

.

"—Tapi, itu penting bagiku, Jaeger… karena dua-duanya itu pelajaran favoritku…"

.

.

.

.

~ TBC ~

.

.


#Note Note Author#

.

Curcol bentar yak… ^^a

Ih wew~~ akhirnya selesai juga saya ospek… \(TwT)/ *bahagia tak terkira* /lompat-lompat gaje/

Untung para senior tidak kejam seperti yang dibayangkan… thank you so much, senpaaai~~ :,* mana ada yang kawaii lagi~ *pingsan* /nak

UKE-SENPAAIII~~ LOVE YOU~~ *lope-lope ngambang dikali*

Saya kira nasib saya ntar kayak Tomoko di Watamote yang kicep diantara lautan manusia. Ternyata, nggak… yokatta na… (=u=)=3

.

Nyah, mari kita kembali ke fict ini…

Akhirnya saya bisa kembali ngetik plus ngepost chapter ini~ *joget* saya kebut semalem ini… X3

Ohoho… kalian ngerti 'kan maksud omongan Rivaille? Dan apa hubungannya dengan chapter sebelumnya? Ngerti lah, ngerti… *maksa* /woi/

Mungkin ada yang tahu kenapa mesti biologi dan PKK? *senyum misterius*

.

Makasih untuk readers semuaaa~~ yang setia nunggu, yang masih mau buka ini fict, yang nambahin ke favorite maupun yang nge-follow~ cium mesra dari Author~ :*

Terutama yang bersedia mereview~ Rye Yureka (liat aja ntar khukhukhu~ ;3), ayakLein24 (ati-ati digaplok Ripai nanti kau bwahaha… XD), Azure'czar (domo arigatoouu~~ Author sangat terharu X"3), Fujoshi Ren (sayang sekali Eren nggak ketahuan U.U bisa nebak dong kenapa Eren bisa lolos~ B3), Kim Arlein 17 (kita lihat siapa yang agresif di fict ini fufufu…)~

Yo, monggo… Yang mau, yang mau, seribu tiga… /bukan/

Yang mau ngisi kotak review silahkaaann... Mau kritik, saran, flame, sekadar curcol(?), apa aja terserah boleh kok ^^

.

Terakhir, maafkan kegajean saya yak… (_ _")a *bow*