Liberty Walk

By Lee Lolina

Genre: Romance/ Crime

Rate T

Summary: Pilihlah mana yang kau suka dan lihatlah mana yang paling menguntungkanmu dan merugikannmu. Inilah hidup yang harus kau pandang dari sisi buruknya dan juga gelapnya.

Chapter 1:

.

.

.

Dengan gerakan tergesa-gesa, laki-laki berambut hitam itu segera berlari keluar dari lorong gelap itu. saking tergesa-gesanya, dia sama sekali tidak mempedulikan berapa banyak orang yang ditabraknya dan berapa banyak orang juga yang marah akan kelakuannya itu. Tidak ada waktunya minta maaf. Jika nyawamu yang akan menjadi taruhannya untuk hari ini.

"Kau memang manis sekali." Seorang berkata dalam suara bisikan di dalam lorong gelap tempat laki-laki berambut hitamitu baru saja melarikan diri dari sana.

Dia meringkuk tidak jelas di lantai beraspal itu sambil memegang perutnya.

"Kau benar-benar penuh kejutan. Tapi bakat itu setidaknya akan berguna untukmu nantinya," ucapnya.

"Kau bisa melindungi dirimu sendiri dari para keparat itu sama seperti apa yang hampir kulakukan." Tidak ada yang lucu. Tapi suara ketawa berambut di udara di sana. Aneh. Benarkah?

.

.

.

Sungmin dengan tergesa-gesa memencet pintu bel rumahnya. Tak menunggu lama seseorang membuka pint tersebut. Ternyata umma-nya yang membukakan pintu tersebut. Wanita yang sudah berumur itu langsung memandang Sungmin dengan raut wajah pucat dan juga khawatir. Dengan cepat dia merangkul Sungmin dan membawanya masuk ke dalam dan juga segera menutup pintu itu.

"Apa yang terjadi?" wanita berumur itu langsung berkata dengan frontalnya.

Sungmin lalu mengangkat kepala yang sedari tadi ditundukkannya. "Dia... dia...dia..." ucapnya dengan terbata-bata.

"Apa?" wanita itu bertanya dengan tidak sabaran.

"Dia sudah kembali dan dia baru saja membunuh Sunny!" seru Sungmin.

"Dia baru saja membunuh Sunny. Kita harus segera melaporkannya ke kantor polisi. Dia harus dipenjarakan di sana lagi!" seru laki-laki itu untuk kedua kalinya.

Wanita berumur itu langsung melepaskan dekapan tangannya pada Sungmin. "Sebelum itu. apakah gadis itu berbuat aneh padamu?" wanita berumur itu kini memandangnya dengan tatapan serius dan tidak khawatir seperti tadi.

Sungmin mengerjap lucu. Dia bingung dengan perubahan drastis yang dilakukan umma-nya. Kenapa bahkan wanita yang ada di depannya ini lebih mengkhawatirkan jika gadis yang tidak bersalah itu melakukan sesuatu padanya daripada laki-laki gila itu?

"Dia tidak melakukan apa-apa. Kami baru saja ingin ke sebuah restauran dan di sana dia muncul dan membunuhnya! Kita harus betul-betul melaporkannya!" ucapnya tidak terlalu keras seperti sebelumnya.

Umma-nya hanya diam memandang Sungmin. "Baiklah. Kau sebaiknya masuk ke kamarmu dan tidak keluar untuk sementara waktu." Dia lalu berbalik dan meninggalkan Sungmin begitu saja menuju kantor kerjanya.

Sungmin yang tidak tahu akan melakukan apa lagi, akhirnya mengikuti perkataan umma-nya. Dia segera masuk ke dalam kamar mewah miliknya. Tapi sebelum itu terjadi, tiba-tiba dia mengingat sesuaut dan segera berlari ke kantor kerja milik umma-nya.

Dengan keras dia membukanya dan masuk tanpa permisi. Di sana dia melihat umma-nya sedang memegang sebuah ganggang telepon dan dia melihat sekilas nomor yang dihubungi umma-nya pada mesin badan dari telepon itu. bukannya itu nomor appa namja gila itu? kenapa tidak langsung saja menghubungi polisi? Ah, ngomong-ngomong soal polisi...

"Kau mengagetkan umma." Wanita berumur itu langsung menutup sambungan telepon itu saat melihat Sungmin ada di dalam.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa ada temanku di Jepang yang juga menjadi korbannya. Dia juga membunuh Kim Jungmo," ucap Sungmin.

Bukannya kaget dan khawatir, wanita itu malah memasang wajah sedikit senang?

"Sebaiknya kau pergi sekarang. Umma ingin sedikit privasi di sini," ucapnya dengan pelan.

Sungmin menurut dan akhirnya dia betul-betul pergi dan mengunci diri di dalam kamar mewah miliknya.

"Kau tidak menepati janjimu, Cho," ucap wanita berumur itu pada telepon yang digenggamnya.

"Haha! Tapi aku tahu kau sangat berterima kasih atas semua itu," laki-laki itu tertawa disela ucapannya.

"Sedikit. Tapi aku tidak akan main-main ketika anakmu membuatnya kembali trauma seperti dulu," ucap umma Sungmin dengan cepat sebelum laki-laki itu mengatakan hal lain yang bersifat lebih mencemohkan.

"Dia akan kebal dengan semua itu," dia mengucapkannya dengan nada santai.

Wanita itu memukul meja yang dipakai oleh tangannya tadi untuk menumpu badannya yang sedang berdiri di samping. Dia memukulnya dengan cukup keras sampai membuat tangannya berwarna kemerahan. Wanita tua itu juga menggertakkan dirinya. Kini laki-laki diseberang sana tahu bahwa wanita yang diajaknya bicara sedang marah akan ucapan singkatnya.

"Anakku adalah makhluk yang rapuh. Jangan sekali-kali kau malah membuatnya semakin banyak melihat hal seperti itu dengan alasan membuatnya kebal!" seru umma Sungmin dengan berusaha memelankan suaranya. Dia tidak ingin Sungmin menjadi kaget dan bertanya-tanya apa kemungkinan yang terjadi pada dirinya.

"Kau tahu? Berhentilah membuat dia tumbuh menjadi manusia yang munafik seperti orang-orang itu. Seharusnya dia tahu kenyataan sebenarnya yang sedang dialaminya sekarang," kali ini dengan nada yang sedikit serius dan juga dingin.

"Dia tidak akan pernah tahu sekarang dan selamanya!" wanita itu kembali berseru tanpa takut mungkin saja laki-laki itu akan marah padanya.

"Keras kepala sekali kau? Itu bisa menjadi senjata makan tuan Nyonya Lee," dengan nada sedikit ketus dan memperingati. Dan juga nada tidak sangat tidak suka pada keputusan wanita itu tersirat dalam suara bass di sana.

Umma Sungmin mulai mengatur kembali emosinya. Dia tahu jika berhubungan dengan orang seperti itu tidak boleh menggunakan emosi yang meledak-ledak. Bisa berbahaya untuk Sungminnya. Orang itu bisa membalas sesuatu akan ketidaksukaanya terhadap dirinya dalam percakapan singkat ini.

"Berhenti. Dan berjanjilah kau tidak akan membuatnya menjadi lebih rapuh lagi. Aku akan membayarmu dengan tebusan berapapun yang kau mau." Wanita itu menyodorkan sebuah kesepakatan yang menggiurkan.

"Aku tidak bisa berjanji, karena anakkulah yang melakukannya." Laki-laki itu menolak dengan keras kesepakatan itu dengan mengumpankan alasan yang lainnya. Tapi seperti alasan itu cukup rasional.

Tanpa menunggu kata-kata lain dari laki-laki itu, umma Sungmin langsung menutup memutuskan telepon itu dengan menghantamkannya pada standnya dengan keras.

Tidak ada gunanya berbicara lagi ketika orang dengan tipe seperti itu tidak akan pernah bisa diubah egonya. Hah, mereka sama-sama keras kepala.

"Sialan! Siapa yang keras kepala sekarang?" serunya.

"Tidak pernah tanpa sial ketika berurusan dengan keluarga gila itu," ucapnya kembali dengan suara bisikan. Bisa bahaya jika Sungmin mendengarnya.

.

.

.

Hari ini Sungmin kembali masuk kuliah setelah liburan musim panas yang diberikan Universitas miliknya.

Dengan tatapan was-was dia melihat sekitarnya. Dia sedikit tersentak saat melihat orang dengan rambut coklat dan sedikit berikal. Disangkanya orang itu adalah orang gila itu. Tapi untungnya bukan setelah dia melihat baik-baik rupa orang tersebut.

Sungmin dengan cepat berjalan masuk ke dalam gedung dan menuju kelasnya di jam pertama ini.

Dia berjalan tanpa mengangkat kepalanya terlalu tinggi. Dia takut mungkin saja berita akan hal itu sudah tersebar dan dia akan dimaki habis-habisan karena memang dialah yang menjadi orang terakhir yang ditemui gadis itu sebelum menghilang dan akhirnya habis di tangan laki-laki gila itu.

Sungmin sedikit heran karena universitasnya seperti terjalan seperti hari biasanya. Seperti tidak ada kejadian ganjil dan menyeramkan yang terjadi pada masyarakat yang ada di universitas tersebut. Sangat damai dan tidak ada teriakan bertanya satu sama lain serta para polisi yang datang untuk meminta keterangan.

Apa umma-nya belum melaporkan pada polisi? Tapi kenapa? Atau umma lebih memilih untuk menelpon Cho ajusshi dan lalu Cho ajusshi yang akan memutuskan apa yang akan dilakukannya pada namja gila itu? Tapi itu terlalu lama. Kenapa tidak terpikirkan jika dia saja yang langsung melaporkannya sama seperti beberapa tahun yang lalu?

Tak dirasa karena terlalu banyak berkutak dengan pikiran yang ada di otaknya, dia sudah sampai di depan kelas jam pertama dari mata pelajaran kuliah yang diambilnya.

Jam pertama, management.

Sungmin segera mendorong pintu itu dengan menggunakan tangan kanannya dan masuk ke dalam. Masih tidak terlalu banyak orang. Hanya 3 orang yang ada di sana. Dia memang sering datang terlalu cepat dari jam yang telah ditentukan, jadi tidak heran dengan masih sedikitnya orang dalam kelas yang berkapasitas 20 orang ini.

3 orang itu duduk dalam formasi yang berjauhan dan tampaknya sibuk dengan dunia mereka sendiri. Sungmin langsung canggung dengan kondisi ini walaupun dia sering kali mendapatkannya setiap ada jam kelas ini.

Sungmin mulai mengambil posisi duduk di deretan bagian tengah dari sebelah kanan ruangan itu dari 4 deretan dan mengambil yang terdepan. Dia mulai meletakkan tas milikknya di atas meja. Segera dibukanya dan lalu mengambil iphone miliknya beserta dengan headsetnya. Dia mulai memakaikan headset itu dikedua telinganya dan memutar lagi yang disukainya.

Tanpa disadarinya, ketiga orang itu memandangnya dengan tatapan aneh dan mencurigakan. Mereka saling memberi kode untuk melakukan sesuatu. Salah satu dari mereka mulai mengendap-ngendap berjalan ke tempat duduk Sungmin tanpa menimbulkan suara yang berarti.

Di tengah perjalanannya, dia mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku celananya. Dia langsung menaruhnya di depan mulut Sungmin tiba-tiba dengan menggunakan tangan kanannya dan tangan kriinya digunakan untuk menahan kepala Sungmin untuk bergerak-gerak melepaskan sapu tangan itu. Tak lama kemudian Sungmin jatuh pingsan. Sepertinya sapu tangan itu sudah dilumuri dengan obat bius.

Orang itu memeberikan kode kepada kedua temannya. Mereka lalu mulai membopong Sungmin pergi dari sana. Tidak ada yang curiga karena memang, sepertinya masih sedikit orang yang datang dan sibuk berada di kelas mereka masing-masing untuk menunggu pelajaran mereka dimulai.

Rupanya ketiga orang itu sedikit tidak berhati-hati dan membuat salah satu dari sekian banyak melihat perbuatan jahat itu. Orang itu menyeringai setan. Dia bersandar di tembok sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan kepalanya diarahkan kebelakang melihat Sungmin yang ditarik masuk ke mobil di lapangan parkir dari Universitas itu melalui jendela kaca yang ada.

"Tidak ada rasa bosan ketika itu selalu berhubungan dengan dirimu," ucapnya sambil tertawa kecil sendiri.

.

.

.

Sungmin mulai terbangun dengan sendirinya. Rasa pening langsung melanda kepalanya. Sepertinya efek obat bius itu masih kelihatan walaupun sedikit. Dia tersentak saat melihat keadaannya sendiri. Dia berada pada sebuah ruangan dengan penerangan remang-remang. Kedua kaki dan tangannya diikat dengan kuat. Dia dibiarkan dilantai yang dingin begitu saja.

Tak lama pintu yang ada di depannya terbuka dengan sendirinya dan menampakkan seorang wanita dan dua orang yang berbadan kekar yang mengikutinya.

Sungmin membulatkan matanya saat dia melihat wanita itu dengan lebih detil. Dia sangat mengenal wanita itu. Jangan katakan wanita itu yang membawanya ke sini dan melakukan hal ini.

"Wah, kau sudah bangun rupanya. Kukira kau akan tetap tidur seperti putri tidur." Wanita itu mulai jalan mendekati Sungmin. Kedua pengawalnya tetap tinggal menjaga pintu. Siapa tahu ada penyusup yang akan masuk.

"Kenapa kau melakukan hal ini? kau tahu orang tuamu bisa malu akan perbuatanmu ketika aku melaporkannya pada polisi," ucap Sungmin.

Wanita itu sekarang sudah ada di depannya. Dia menarik rambut Sungmin dengan keras dan membuat wajah Sungmin lebih terangkat ke atas dan kini mereka saling bertatapan dengan tatapan sengit.

"Hah? Kau bilang orang tuaku akan malu? Mereka malah akan sangat bangga padaku ketika aku berhasil mencuri anak keparat yang sudah beraninya membuat bangkrut perusahaan appaku! Dan kau ingin melaporkannya ke polisi? Ow, akan kupastikan kau tidak akan bisa keluar dengan selamat apalagi melaporkannya pada siapapun!" Wanita itu kembali menarik rambut Sungmin dengan lebih keras ke atas. hal itu membuat Sungmin meringis kesakitan.

Dia lalu melepaskan jambakannya pada rambut Sungmin. "Hmm. Melihat raut wajah kesakitanmu itu dan juga ringisannya membuat gejolak gembiraku muncul. Bagaimana kalau kita mendengarkannya lebih banyak lagi?"

Dia menjentikkan jari yang ada di tangan kanannya. Sontak kedua pengawal itu berjalan mendekat ke arah Sungmin. Lalu mereka mulai mengebuki Sungmin. Mereka memukulnya tanpa ampun sampai membuatnya bertarik kesakitan minta ampun. Betul-betul sebuah kebahagian sudah bagi wanita itu.

Perlahan karena tidak ada tenaga lagi, Sungmin kembali pingsan dan bersamaan dengan itu pintu besi yang ada di ruangan itu terbuka dengan sangat keras. Seorang masuk sambil menyeringai dan membawa pistol di tangan kanannya.

"Kau betul-betul tidak akan keluar dari sini. padahal lebih baik dari awal kau langusung saja melaporkan dirimu ke polisi dari pada aku yang akan datang sebagai dewa kematianmu," ucap orang itu.

Belum saja sempat wanita itu mengeluarkan sebuah makian atau perintah, orang itu sudah menarik pelatuk dan melepaskan peluru dari pistol miliknya. Peluru itu langsung menyentuh dahi perempuan itu dengan telak dan membuatnya langsung mati di tempat.

"Aku tidak butuh suara jelekmu yang bisa membuat telingaku rusak," ucapnya perlahan sambil kembali menghabisi yang lainnya hingga hanya menyisakan mereka berdua di dalam ruangan itu. Dirinya dan juga Sungmin.

Orang itu memperbaiki tatanan rambut Sungmin. Dia mengelusnya dengan lembut dan menatap wajah Sungmin yang walaupun sudah babak belur. Tapi masih bisa memberikan aura cantik untuknya.

"Sepertinya memang tidak akan pernah bisa sembuh selama mereka semua masih juga mengincarmu. Hidup itu indah dan penuh kejutan,ya?" tanyanya entah pada siapa.

.

.

.

"Kau bilang Lee Hyori yang menyekapmu dan melakukan hal ini?" tanya umma Sungmin dengan panik langsung.

Kini umma Sungmin dan juga Sungmin sendiri sudah berada di rumah sakit terdekat. Entah siapa yang menyelamatkan Sungmin dan membawanya ke sini untuk mendapatkan perawatan. Orang itu juga sepertinya berbaik hati dengan langsung menelpon umma Sungmin untuk melihat kondisi anaknya sendiri.

"Ya. Memangnya apa yang dilakukan appa? Apa maksudnya perusahaannya bangkrut karena ulah appa?" Sungmin mendesak umma-nya untuk membocorkan rahasia itu.

"Jangan berpikri terlalu banyak. Kau sedang terluka parah. Jadi lebih baik kau istirahat, sayang." Wanita berumur itu mencoba untuk mengelak. Dengan cepat dia menuju pintu, menggesernya dan keluar dari sana. Dia yang sedang menundukkan kepalanya tidak menyadari ada orang yang paling dikenalnya duduk di bangku deretan yang bertepatan dengan dia.

"Sudah kukatakan, bukan? Jangan mendidiknya menjadi anak yang munafik. Daging busuk yang selama ini kau sembunyikan pasti akan perlahan tercium baunya. Berhati-hatilah, karena bisa saja anak itu terluka karena ulah kalian sendiri." Suara itu mengagetkannya. Sontak dia mengangkat kepalanya menatap orang itu.

"Kau diam saja. Kau tidak tahu apa-apa!" wanita itu berusaha untuk mengurangi volume suaranya mengingat ini adalah rumah sakit.

"Walaupun anakku masih berbaik hati untuk melindunginya, belum tentu dia aman sepenuhnya. Kau harus betul-betul menyediakan banyak rencana untuk banyak kemungkinan." Tanpa mempedulikan apa-apa laki-laki itu mengucapkannya. Dia cukup baik hati untuk memberikan nasehat, bukan?

Karena jika anak itu hilang, kira-kira apa juga yang akan terjadi apda anaknya?

.

.

.

"Sebetulnya apa yang sedang terjadi? Apa yang disembunyikan dariku?" Sungmin dengan tatapan kosong mengucapkan kalimat itu sambil memandang pemandangan langit yanga ada di jendela kaca dekat sana.

Ya, sebetulnya apa yang sedang terjadi di sini?

.

.

.

Teaser for Next Chapter

.

.

"Apa kau bilang? Jadi selama ini tidak ada tahanan bernama Cho Kyuhyun? Apa maksudnya ini!"

.

.

.

"Kau anak pemegang kekuasan tertinggi di bawah sana,ya?"

"Wah, aku tidak tahu aku seterkenal itu."

.

.

.

Life is not a treasure but it is a game

.

.

.

TBC

Balasan Review sequel yang sebelumnya buat yang tidak login sedangkan yang tidak silahkan dicek PM-nya \(^o^)/

Cho Miku : Annyeong mian bru review hehehe
sbnernya ad kta2 yg slit dmngerti tp kluar dri itu ceritanya bner2 keren sumpah! !
Kyu bner2 mngerikan hehehe
sequel lgi dong nsibnya min blm dcrtain

L2: Tidak apa-apa, aku bahkan senang sekali kamu udh bersedia membaca bahkan mereviewnya! *hug* Err.. aku minta maaf jika ada yang sulit dimengerti dan fic ini keren? Sepertinya tidak terlalu, masih banyak yng lebih ._. *garuk kepala tidak jelas* Kyu hanya mengerikan untuk Sungmin kesayanganya (?) sequel? Ini udh ada! Semoga menyukainya dan tinggalkan review lagi,ya? hehe...*Puppy eyes*

Dreanie : Yang ini sama ngerinya ama yg sebelumnya. Aku ampe merinding bacanya.
Bagus onnie!

L2:Nyaaa~~ Makasih buat pujiannya hoho... *plakk* Dan makasih sudah membaca dan mereview yang sebelumnya o

Kanaya: author,,itu bener2 End?nanggung authooor...

L2: Ngakk~~ yang itu memang sengaja dibuat naggung kok, karena memang bakal ada sequelnya yaitu ini! Terima kasih sudahbersedia mereview yang sebelumnya!

Sha : astaga. Kasihan Ming :)

L2: Iya, Ming di sana kasihan sekali. Tapi sebetulnya coba tebak siapa yang lebih di sequel yang ini w dan terima kasih sudah mereview yang sebelumnya~~

Momokyu : Satu kata,"keren"..
Kata siapa ini buruk?
Ini keren,berasa kalo si kyunya terobsesi bnget sma sungmin..
And rela ngelakuin apa aja buat dapetin sungmin..

L2: Err.. Sepertinya tidak terlalu, masih banyak yng lebih ._. Tapi makasih buat pujiannya hehe.. Btw *Kibarkan bendera KyuMin* Kyu saking sayangnya ma Umin makanya begitu nyehehe... Oh,ya kalimat yang terakhir diralat dikit boleh,ya? Kyu rela ngelakuin apa aja buat ... sungmin. Titiknya diisi kembali,ya... *plakk* btw, makasih buat reviewnya!

MinnieGalz : N0oo. . . . . Jangan d mati in kyumin ny. . .
D bikin ming d sab0tase(?) kyu ajah. . .trus Ming terperangkap 0leh kyu. G bs kabur,Tp akhr ny cuman ming yg bisa sembuhin kyu. .
Gmn kal0 d bwt gt th0r?

L2: Yesss! Review kamu aku pertimbangkan dan masuk ke salah satu bagian part dari cerita ini hehe... karena begitu, chpt kali ini di review,ya? oke? Oke? *Puppy eyes* #plakk

A/N: Yey, author kembali membawakan sebuah sequel (lagi) nyahaha! Terima kasih bagi semua yang sudah mereview cerita yang sebelumnya. Bolehkah aku meminta kebaikan kalian semua dalam bentuk review? *puppy eyes*

Special Thanks:

[Cho Miku][Dreanie][Kanaya][Sha][Momokyu][MinnieGalz][KuyuPuyu137][Winecoup134][Sora Hwang][Rima KyuMin Elf}

Regards Loli