Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: M

Warning: TYPO(S), Abal, AU, OOC, YAOI, Freak, and So on.

DO NOT LIKE DO NOT READ~

Chapter 1: THAT'S MINE!

Tetesan air hujan mulai membasahi tanah kecoklatan yang tampak begitu lembut. Bunyi rintik hujan terdengar begitu bersahabat dengan indra pendengaran. Aroma hujan yang begitu lembut dan segar mulai menyeruak menemani tetesan hujan. Pendar yang tampak pada laut terlihat begitu mempesona indra penglihatan. Tampak seorang pria paruh baya sedang duduk di sebuah kursi penjang berwarna putih. Siluet pepohonan yang sedang berayun pelan tampak begitu indah. Pria itu tampak sedang memegang sebuh payung besar berwarna hitam. Pakaian mewahnya yang sewarna dengan payung tersebut tampak mulai basah akan air hujan.

Seorang pria dengan tubuh yang sedikit mungil menghampirinya, "Fugaku! Cepat masuk! Hujan semakin deras." Ucap pria tersebut. Mata biru cerahnya menatap sosok yang duduk di kursi tersebut dengan lembut. Rambut pirangnya tampak basah oleh air hujan. "Jika kita tidak pulang, istri kita akan mencari kita." Ucapnya sembari menarik rambut orang yang ada di hadapannya.

"A-aww! Jangan ditarik, baka!" ucap pria dengan rambut hitam tersebut. Matanya yang sewarna rambutnya tampak menatap orang di hadapannya dengan kesal. "Kita pulang. Tapi … kita harus menyampaikan pesan ini dulu." Ucapnya sembari memperlihatkan sebuah surat yang ada di balik jas hitamnya. "Ini hal yang sangat penting, Minato."

Pria yang ternyata bernama Minato itu hanya tersenyum lebar, "Hoo, bukankah kedua putramu termasuk dalam tugas tersebut. Kira-kira … orang seperti apa yang mereka dapatkan, huh?" ucap Minato dengan nada yang sedikit mengejek. Dia mengedip-ngedipkan matanya di hadapan Fugaku. Cengiran lebarnya masih setia menempel di wajahnya.

"Cih! Mereka akan dapa wanita yang cantik. Lihat saja!" ucapnya dengan kesal sembari pergi meninggalkan Minato yang masih asik dengan senyumannya. Matanya sempat melihat Minato sekilas sembari menatap tajam Minato yang sedang menjulurkan lidahnya.

.

.

Para pemimpin telah berkumpul di sebuah ruangan yang tampak begitu besar. Namun, hanya ada beberapa meja dan kursi yang menghiasi ruangan tersebut. Tampak lima orang pria paruh baya sedang duduk di kursi yang tersedia. Empat diantaranya masing-masing sedang memegang sebuah surat berwarna hitam. "Aku hanya menyuruh Shikaku dan Shibi yang membuka surat kali ini. Sementara Fugaku dan Mui … aku masih menahan surat kalian untuk dibuka." Ucap seorang pria paruh baya dengan rambut putih panjang, Jiraiya.

"Ha—ah, aku sudah tidak sabar ingin melihat pasangan putraku." Ucap seorang pria dengan rambut hitam panjang dan mata hijau tua. Dia tersenyum tipis pada Fugaku yang masih sibuk memperhatikan suratnya. "Fugaku … semoga pasangan pitra kita cantik, ya?"

Fugaku balas menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan, "Ehm, tapi … sepertinya aku punya firasat buruk." Ucap Fugaku sembari mengerutkan alisnya. Mui hanya menatapnya dengan bingung dan mengangkat bahunya tak peduli.

"Baiklah, silahkan kalian berdua membuka surat tersebut!" perintah Jiraiya sembari tersenyum mesum. "Kita sebagai penghuni langit yang disebut 'Sex God' harus memiliki jiwa yang peka terhadap hal-hal yang berbau mesum, hahahahaha." Ucapnya tidak tahu diri sembari tertawa nyaring.

Ya, mereka adalah para pemimpin 'Sex God' yang di tempatkan di langit tingkat terakhir. Beberapa dari mereka telah ditakdirkan menikah dengan seorang manusia. Contohnya Fugaku, Shikaku, dan Minato yang berhasil memiliki istri dari dunia manusia. Semua itu telah ditetapkan oleh sang pemimpin mereke … yaitu Jiraiya. Dan dalam peraturan Jiraiya, semua anak-anak hasil pernikahan mereka harus memilik pasangan sesuai dengan yang Jiraiya suka. Namun, untuk kali ini, Minato tidak termasuk dalam misi ini. Karena, Jiraiya mengatakan bahwa dia memiliki misi yang 'sangat menarik' bagi Minato sendiri.

Shikaku dan Shibi membuka surat tersebut dengan perlahan. Matanya mencoba meneliti tulisan dan foto yang tertera di surat tersebut. mereka lalu saling pandang dan memperlihatkan surat tersebut satu sama lain. Mata mereka membulat sempurna, "APA-APAAN INI?" teriak mereka bersamaan saat melihat surat mereka satu sama lain.

"HAHAHAHAH!" sementara Jiraiya hanya tertawa nista melihat bawahannya memasang tampang horror seperti itu.

Sex God

Seorang bocah dengan rambut pirang tampak sedang berjalan menuju kelasnya. Dia bergumam menyayikan sebuah lagu. Matanya tampak menyipit saat membalas senyum orang-orang yang menyapanya. Dasinya tampak tersampir di bahu kanannya. Seragam hitam dengan celana kotak-kotak merah hitam yang dipakainya tampak begitu pas di tubuhnya. Dia memasuki kelasnya dengan riang, "Ohayouuuu~" ucapnya sembari tersenyum lebar. Namun, tak ada satupun dari teman-temannya yang menyapanya balik. Dia mengerutkan alisnya dengan kesal.

Matanya lalu menangkap keramaian yang ada di barisan bangku paling belakang. Dengan terburu-buru dia menuju bangku tersebut—tepatnya bangku tempat dia duduk. "Kiba, kenapa ini ramai-ramai beg-HEEE? MEREKA SIAPA?" tanya Naruto kaget saat melihat dua orang bocah yang tampak lebih tua beberapa tahun darinya sedang berdiri di samping Kiba dan … memeluk pinggang Kiba dengan mesranya. "APA YANG KALIAN LAKUKAN, HAH?" bantak Naruto kesal sembari mencoba melepaskan kedua tangan tersebut dari pinggang Kiba. Kiba hanya mampu memasang tampang tolong-katakan-jika-ini-cuma-mimpi.

Setelah perkelahian antara Naruto dan kedua orang tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah Shikamaru, dengan rambut yang dikuncir ke atas seperti nanas dan Shino, seorang pria yang selalu memakai kacamata bulat berwarna hitam. Mereka tak lain dan tak bukan adalah anak dari Shikaku dan Shibi. "Jadi … tolong jelaskan apa yang sedang terjadi disini?" tanya Naruto sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya menatap bocah dengan dua tato segitiga terbalik di kedua sisi pipinya dengan lekat.

"E-entahlah. Aku juga bingung. Saat aku bangun pagi ini, mereka sudah memelukku dalam keadaan tak memakai ba-baju."

"HE?"

"Da-dan me-mereka mengaku sebagai Sex God yang akan me-menjaga dan me-melatihku."

"HEEEEE?"

Dan kemudian mereka berdua terdiam sembari menatap dua orang yang sedang sibuk berdiam diri. "Ha—ah, aku pusing dengan semua ini. Dan yang lebih membuatku prustasi adalah … orang tuaku tampak tidak masalah dengan kehadiran mereka. Malah mereka merasa senang karena rumahnya jadi ramai." Ucap Kiba dengan lesu. Matanya menatap Naruto dengan tatapan culik-aku-dari-rumah-neraka-itu.

"Kiba?"

"Hm?"

"Jadi … orang tuamu suka keramaian, ya?"

"Iya, kenapa?"

"Tinggal saja pasar. Disana kan sangan ra—"

'BLETAK'

"Jangan ngomong sembarangan, bodoh!" bentak Kiba kesal sembari mengusap-usap tangannya yang baru saja dipakainya untuk memukul kepala Naruto. Matanya mendelik Naruto yang sedang kesakitan dengan kesal. "Kau seharusnya membantuku untuk menghilangkan dua orang itu." Tunjuk Kiba kepada dua orang pria yang masih sibuk berdiam diri—salah satunya sedang tertidur pulas.

"Ha—ah, aku tidak tahu harus membantumu dengan apa. Hii! Aku tidak berharap memiliki hal yang seperti itu. YANG BENAR SAJA!" teriaknya sembari mengacak surainya dengan kasar. Matanya menatap dua orang tersebut, "Haaaah! Aku pusing." Ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca, "Kasihan sekali kau, Kiba."

"Ck! Berisik! Kau sama sekali tidak membantu!"

-VargaS. Oyabun-

Fugaku menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan mengejek, "Pfft, jadi … putra kalian menjaga orang yang sama? Ckckck, kasihan sekali. Pasti kalian mengalami waktu yang ber—"

"BERISIK!" bentak Shikaku dan Shibi secara bersamaan. Matanya mendelik ke arah Fugaku dengan tajam. "Ini semua akibat si tua bangka mesum itu." Ucap Shikaku dengan lesu. Dia menghela napas dengan berat sembari menatap pria yang sedang tersenyum ke arahnya, "Ha—ah, kau beruntung karena tak satupun dari kedua putramu yang mengikuti takdirmu sebagai Sex God, Minato." Ucapnya sembari meletakkan kepalanya di atas meja. Minato hanya tersenyum lebar mendengar ucapan sang kawan lamanya.

"Hehehe, ya begitulah aku." Jawab Minato tidak tahu diri sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dad, aku akan keluar sebentar." Ucap seorang bocah dari belakang Minato.

Minato berbalik dan menatap bocah dengan rambut jingga kemerahan dengan mata semerah darah yang menatapnya dengan malas, Kyuubi Namikze. Minato hanya mengangguk dan memberikan kunci mobil milik putra sulungnya tersebut.

'DEG'

Fugaku tampak memegang dadanya dengan kuat. Matanya terus menatap Kyuubi dengan intens. Minato yang memperhatikan gelagat aneh Fukagu bertanya, "Ada apa denganmu?" tanyanya sembari menarik Fugaku agar menatapnya.

"Entah kenapa, saat melihatnya … jantungku tiba-tiba berdetak kencang."

"Buahahah, jangan bilang kau menyukai putraku. Dasar pedofil. Awas saja kau menyantuhnya!" ucap Minato sembari menatap Fugaku dengan tajam.

"Sial! Sejak kapan aku melupakan istriku yang cantik." Ucap Fugaku dengan tampang sombongnya. Ketiga temannya hanya mendengus mengejek.

"Tadaimaaa." Ucap seseorang dari luar rumah dengan nada lesu.

"Okaeri, bagaimana dengan sekolahmu Naruto?"

" … "

Minato mengerutkan alisnya bingung saat tak mendapat jawaban dari sang putra bungsu. Matanya menelaah Naruto yang sedang berjalan dengan lesu dan tertunduk. Dia beranjak dari duduknya dan mendekati sang putra bungsu, "Ada apa denganmu Nar—"

"Jangan mendekat, Dad. Jangan ada di dekatku. Aku … sedang tidak menjadi diriku." Ucapnya tidak jelas sembari meninggalkan sang ayah yang menatapnya dengan tatapan apakah-aku-gagal-menjadi-seorang-ayah.

Minato hanya menghela napas sembari mengangkat bahunya dan menatap teman-temannya dengan sedih.

"Fugaku, kau dipanggil Jiraiya." Ucap Shikaku dengan malas. Fugaku hanya menghela napas berat sembari pergi dari tempat tersebut. Dia masih dapat mendengar suara Minato yang mengatakan, 'Semangat,' pada dririnya.

.

.

Malam telah mengambil alih langit biru cerah. Aromanya telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Cahaya-cahaya lembut bulan tampak menerpa wajah seorang bocah berambut pirang dengan lembut. "Kasihan, Kiba. Semoga dia baik-baik saja. Aku harap nasibku tidak seperti dia. Yang benar saja jika aku punya pelatih sex seperti itu. Aku bisa mati saat itu juga." Ucapnya sembari memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya. Mata birunya perlahan-lahan menutup mencoba memasuki alam mimpi. Deru napasnya terdengar begitu teratur dan halus.

-VargaS. Oyabun-

Naruto tampak menggeliat tak nyaman. Matanya menyipit saat cahaya matahari mengenai wajahnya. Dia menguap dengan lebar dan mengucek-ngucek matanya.

"AAAAAAA!"

Dia segera bangkit dari tidurnya dan menatap selimutnya dengan malas, "Dasar Kyuu-nii. Pagi-pagi sudah teriak-teriak. Dasar beri—AAAAAAA! SIAPA KAU? SIAPA KAU?" Naruto berdiri dengan cepat dan memegang sebuah jam weker berwarna merah. "Siapa kau berani masuk ke kamarku dan … KENAPA KAU TIDAK MEMAKAI BAJU?" Naruto membulatkan matanya saat menatap sosok barambut hitam kebiruan dengan kulit putih pucat. "PERGI! PERGI! PER-hmpfh."

"Jangan berteriak di pagi hari, bodoh. Bukankah kau tadi mengatakan itu sangat berisik." Ucap sosok tersebut sembari mengelap bibirnya dnegan punggung tangannya. Matanya menatap Naruto yang sedang terbengong menatapnya balik. Dia menyeringai tipis sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto, "Apa kau tidak puas dengan ciuman pagiku, manis?"

"ME-MESUUUM!" teriak Naruto sembari menutup mulutnya dengan cepat. Matanya menatap orang yang baru saja menciumnya dengan horror.

"Untuk apa kau berteriak seperti itu? itu hanya satu dari seribu pelajaran sex yang akan aku ajarkan kepadamu, bocah manis." Ucap sosok tersebut sembari menyeringai puas.

'BRUK'

"Ha—ah, baru seperti itu kau pingsan. Bagaimana jika kita bermain lebih lama? Apa kau akan melayang menjadi roh? Aku tak sabar ingin mencicipimu. Hem, apa kabarnya Aniki, ya?"

Hari-hari mereka akan dimulai setelah Naruto bangun dari pingsannya. Mungkin hal yang baik atau malah sebaliknya? Tak ada yang bisa menebak kejadian selanjutnya jika hidupmu didampingi oleh seorang Sex God.

BERSAMBUNG….

Hahahaha oke sepertinya sebelum aku pergi dari fandom Naruto untuk sementara … aku bakalan ngepublish fic rete M ini hahaha. Yooo! Apakah harus ada banyak buah lemon di fic ini? Atau harus dirubah ke rate K saja? Wkwkwk hidup ini akan bahagia jika banyak buah lemon. Mumpung puasa uda mau tamat nih, hehehe.

Saa, Mind to Review?