Kanam Kiryuu

CHAIN

prologue

Yeah! Bentar lagi puasa...dan bolehkah aku mempersembahkan fict nista ini, sebelum nantinya aku mengunci otak bejat dan menetralkannya sejenak ^^

I warn you before! This contain is YAOI in which stands for boy to boy loving or man to man or guy to guy, or Kaname to Zero loving...however you put it ^^

Dont like? Just push back

.

.

.

"Haaaah." Zero menghembuskan nafas berat sembari mencuci piring bekas sisa makan malamnya. Dia melirik pergelangan tangan dimana sebuah jam perak melingkar manis disana. Pukul sebelas malam. Jam dimana makan malam sudah lewat beberapa jam dari jam makan malam seharusnya. Zero kembali menghembuskan nafas pelan, secepatnya menyelesaikan kegiatan mencucinya. Dan memutuskan kembali ke kamarnya sebelum dua orang lain penghuni rumah itu terbangun akibat aktifitas malam harinya itu.

Zero berdiri di depan jendela sesampainya ia di kamar. Membuka dengan lantang jendela dan tirai penutupnya. Membiarkan semilir angin dan sinar bulan masuk menyelinap kedalam kamarnya. Dia kukuh berdiri, bersender disisi jendela, tidak perduli udara yang semakin dingin menusuk tulang menyentuh kulit pucat miliknya.

Dia sedang dalam masa susah tidur saat ini.

Pikiran tentang kejadian siang tadi mengganggu tidur nyenyaknya. Zero menggelengkan kepala dengan gusar, membuat rambut peraknya sedikit berantakan. Mata sewarna batu Amethyst itu menatap tidak fokus keluar.

Yeah...mana bisa kau fokus terhadap apapun yang ada dihadapan matamu, ketika pikiranmu berada entah dimana kan?

.

.

.

.

Flashback

"Zero..." panggil seseorang, yang tampaknya siswa dari kelas sebelah. Zero mengalihkan perhatiannya dari sebuah buku yang tengah dibacanya.

"Hn?" tanggapnya singkat, menatap siswa tersebut, menanti percakapan selanjutnya dari siswa itu, yang entah siapa namanya.

"Ano, Yagari sensei mencarimu Zero-kun." Zero terdiam sejenak, lalu mengangguk singkat tanda ia mengerti. Merasa tidak ada lagi keperluan, siswa itu beranjak dari hadapan Zero, malas juga berlama-lama berduaan dengan orang yang bahkan untuk mengeluarkan dua huruf pun sebagai balasan begitu pelit. Rumor tentang Zero Kiryuu, sang komite disiplin sekolah yang terkenal anti-sosial, ternyata benar adanya.

Selepas kepergian siswa itu, Zero menutup buku yang tadinya mencuri konsentrasi pikirannya. Mengemasi buku itu, memasukkannya kedalam laci meja miliknya. Terdiam sejenak, menimbang-nimbang untuk menemui salah satu orang yang masuk kategori orang yang malas untuk ditemui olehnya, selain Kuran. Tapi diputuskan ia akan menemui Sensei tersebut walau enggan.

xxKZxx

Seorang pria dewasa dengan rambut raven, mata sebelah kanan yang ditutup dan tak lupa sebatang rokok terselip diantara bibirnya berdiri di antara pepohonan mapple yang ada di belakang sekolahan. Malas bersender, dan memilih menatap awan-awan dilangit saja.

"Sensei," sebuah suara menginterupsi.

Pemuda yang ditunggu-tunggunya sudah datang. Yagari tersenyum sedikit, "Zero-kun, kupikir kau tidak mau menemuiku." Ucapnya, melangkahkan kaki jenjangnya mendekati pemuda yang juga anak didiknya di sekolah itu.

"Ada kepentingan apa sampai sensei dari Night class memanggilku secara pribadi seperti ini.?" Zero malas berbasa-basi, terlalu menyia-nyiakan waktunya.

Yagari menepuk puncak kepala Zero, mengusapnya dengan sayang membuat Zero semakin merengutkan wajahnya. "Jangan perlakukan aku seperti anak kecil, Sensei." Tolaknya. Dia benci diperlakukan layaknya anak-anak. Yagari menghela nafas sedikit. Matanya yang biasanya menatap tajam kini berubah teduh. Hanya pada pemuda ini. Pemuda kesayangannya.

"Dinginnya Zero ku ini, bagaimanapun kau adalah anak didik kesayanganku sedari dulu. Tidakkah kau ingin memberiku pelukan setelah bertahun-tahun kita berpisah,?"

"Aku pergi kalau tidak ada urusan lagi." Zero hampir beranjak, kalau saja sang Sensei tidak menahan langkahnya.

"Aku memanggilmu karena ada hal yang harus kusampaikan dan perlu kau ketahui Zero-kun, ini tentang adikmu." Suasana berubah sedikit tegang. Pegangan Yagari dilengannya semakin erat. Bisa dilihat tatapan mata Yagari kembali serius, mau tidak mau membuat Zero ikut serius juga.

Kalau sudah menyangkut tentang adiknya yang sudah tewas akibat ulah vampire Pureblood beberapa tahun lalu, sudah pasti ini serius. Zero merubah posisi berdirinya menghadap kearah sang Sensei, yang juga merupakan guru berlatihnya sebagai Vampire Hunter. Semenjak kedua orangtua plus saudara kembarnya tewas dibantai oleh bangsa Vampire, Zero diasuh oleh Yagari yang saat itu dikirim oleh Asosiasi Vampire Hunter. Sebagai pemburu vampire paling hebat, kemampuan Yagari tidak perlu diragukan lagi sama sekali, alasan mengapa Cross Kaien menjadikanya guru di Night Class yang isinya para Vampire dari strata tingkatan apapun.

"Ichiruu?"

"Hm...," Yagari mengangguk singkat. "Kuharap kau tidak terlalu terkejut mendengarnya Zero-kun, Ichiruu yang selama ini kau kira tewas oleh Shizuka Hiou, ternyata masih hidup."

Zero melebarkan kedua matanya mendengar kabar itu. Tidak mengeluarkan sepatah kata apapun menanggapi berita yang disampaikan oleh Yagari. Itu terlalu mengejutkannya.

End of flashack

.

.

.

xxKZxx

.

.

.

.

Zero kembali mengusap wajahnya. Berita tentang saudara kembar yang masih hidup benar-benar mengusik pikirannya. Tidak habis pikir dan percaya akan kenyataan tersebut. Apalagi, Yagari mengatakan bahwa Ichiruu bersama Pureblood terkutuk yang telah membantai habis keluarga mereka. Yang telah mengubah hidup Zero drastis. Mengubahnya menjadi makhluk yang dibencinya, bahkan dengan tingkat paling hina. Pikirannya tersadar akan satu hal. 'Apakah Ichiruu...juga mengalami hal yang sama sepertiku?'

Kalau benar dia bersama Vampire wanita itu, tidak menutup kemungkinan Ichiruu juga menjadi sepertinya.

'Tidak mungkin.' Ekspresinya berubah keras.

"Kalau kau terus melamun didepan jendela dengan angin sekencang itu, aku yakin kau akan masuk angin setelahnya." Sebuah bisikan ditelinganya serta tiupan di sekitar lehernya dan sebuah jaket berwarna putih menyelimutinya kontan membuat Zero terkejut, dengan refleks ia membalikkan tubuhnya demi mengetahui siapa orang yang tiba-tiba menyusup dibelakangnya.

"Kuran!" pekiknya tertahan. Menyadari dekatnya jarak mereka membuat Zero mundur selangkah, terhenti didinding kamarnya.

"Hm...refleks yang terlalu telat, Kiryuu. Saking asyik melamun, kau tidak menyadari keberadaanku dari tadi."

Pemimpin klan Kuran itu semakin mendekatkan tubuhnya kepada Zero, menghimpit tubuh ramping itu dan menjebaknya diantar kedua lengannya. Kaname mengusap pipi putih Zero pelan, mengendurkan sedikit ekspresi berat yang terus terpasang diwajah pemuda bersurai perak itu beberapa saat lalu. Zero memejamkan matanya sejenak demi melepaskan kepenatan yang melanda pikirannya. Kalau biasanya Zero tidak begitu suka akan keberadaan sang pemimpin asrama Moon yang selalu menyelinap masuk sesuka hati ke kamarnya tanpa izin, untuk kali ini ia membiarkan sang Kuran menyentuhnya dengan gerakan seduktif. Cukup efektif menepis pikiran kalut akan saudara kembarnya.

Perlahan, ia membiarkan kepalanya terjatuh dibahu Kaname, membiarkan jemari lentik itu menyentuh rambut peraknya.

"Aku lelah." Ucapnya dengan lirih.

Kaname mencium puncak kepala pemuda itu, menikmati aroma segar yang menguar dari rambut-rambut sewarna perak terang. "Ada apa? Kudengar, kau dipanggil oleh Yagari sensei,hm?" tanyanya masih sambil menikmati aroma shampo dari rambut Zero.

Zero diam. Tidak memberikan tanggapan apapun atas pertanyaan pemuda brunete yang masih asyik memeluk tubuhnya. Memasrahkan diri dipelukan pemuda itu lebih penting daripada menjawab pertanyaannya.

Untuk saat ini,hal yang perlu dipikirkannya adalah merelaksasikan pikiran kusut yang bersemayam sejak beberapa jam lalu dan membuatnya jadi ringan. Jujur saja, Zero mengalami sakit kepala yang membuatnya sangat ingin membenturkan kepalanya didinding. Tapi ternyata elusan halus dikepalanya cukup efektif meringankan sakit yang mendera untuk sementara waktu. Tanpa harus menelan sebutir pain killer.

"...kau tidak tidur? Ini sudah lewat dari tengah malam," Zero mengangguk singkat. "Ada yang mengganggu pikiranmu? Atau kau terserang rasa 'lapar' hm? Sehingga waktu tidurmu terganggu."

Zero mendecakkan lidahnya begitu mendengar kata 'lapar' keluar dari bibir Kaname. Dan dia paham apa maksud dari kata 'lapar' itu sendiri. Zero mendongakkan kepalanya. Menatap tepat dimanik hitam sang Kuran itu. "Bisakah kau memikirkan hal lain selain hal 'lapar' didiriku? Kau begitu inginnya 'dimakan' ya, dasar masochist." Rengut Zero. "Jangan merendahkan ku, Kuran brengsek." Makinya lagi. Cukup kesal bila harus diingatkan, siapa dia sekarang ini. Mengingat betapa ia harus tergantung terhadap pemuda angkuh didepannya ini menambah rasa kesal menjadi berlipat-lipat.

Kedua sudut bibir Kaname terangkat membentuk sebuah seringai begitu melihat reaksi pemuda bermata violet yang tengah merengut itu. Reaksi yang cukup manis mengingat Zero terkenal dengan tampang dinginnya dan sikap acuh terhadap orang lain. "Kalau kau terus berwajah semanis itu, jangan salahkan aku setelahnya Kiryuu."

" –eh? Apa maksud!...mmpphhhh!" belum sempat melanjutkan kata-katanya, kepala klan Kuran itu membungkam ucapannya dengan sebuah kecupan dibibir. Tanpa permisi menerobos masuk kerongga mulutnya, menghisap lidahnya. Mencium dengan penuh hasrat pastinya. Membuat kedua mata Zero melotot dengan nafas yang tertahan. Dia belum siap dengan serangan ciuman ini. Hal menyebalkan lainnya yang SELALU dilakukan Kaname padanya, dan alasan kenapa Kaname Kuran masuk dalam daftar 'Orang yang Malas untuk ditemui' olehnya.

" –henti! Hhmmpp! Stop it, Kaname baka!" bentaknya begitu berhasil melepaskan ciuman sang kepala asrama Moon. Dilihatnya tampang menyebalkan itu memasang sebuah senyum yang terkesan, errr mesum?

Nafas Zero terengah, dan ia siap melancarkan tinjuan andai saja Kaname tidak menahan lengan kiri yang sudah siap teracung ke pipi mulus milik Kaname. "Kau!"

"Kan sudah ku peringatkan untuk tidak berwajah semanis itu, atau kau sebenarnya suka dan hanya berpura-pura menolak hn?" goda Kaname, mendekatkan kembali tubuhnya yang kontan ditahan oleh Zero. Ingatkan kalau ia adalah seorang Vampire Hunter dengan rangking dibawah Yagari Toga. Dan kekuatan mereka seimbang –mengingat lagi keduanya sama-sama pria! Seharusnya mudah bagi Zero untuk membanting Kaname, dan menembak Vampire Pureblood bermarga Kuran itu dengan senjata kesayangannya bila Pureblood itu sudah bertingkah sedikit ...mesum? Sifat yang seharusnya tidak ada dalam diri para Pureblood apalagi Pureblood kelas bangsawan seperti Kuran.

Ah, si Bloody Rose yang biasanya setia menemani Zero entah tersimpan kemana, membuatnya kewalahan menghalau Kuran mesum satu ini.

Kaname kembali mengecupnya, kali ini dileher putih Zero yang mana tercetak sebuah Tatto segel. Digigitnya dengan kasar segel itu, mebuat Zero terpekik tertahan. Tampak cairan merah mengalir dari leher putih itu, mengeluarkan bau khas yang bisa memancing vampire yang haus darah untuk menghisapnya. Aroma manis dari Zero membuat Kaname terasa 'lapar'. Dengan segera Kaname menjilati cairan merah kental itu. Sudah pernahkah Kaname mengatakan kalau 'rasa' Zero itu begitu berbeda? Manis mungkin? Walau kenyataannya, dia adalah level E.

Kaname membenci tatto segel Zero. Tatto segel penghubung antara Zero dengan Yuuki, yang membuatnya diam-diam diliputi perasaan bernama cemburu. Padahal, -menurutnya- pemuda bersurai perak yang ada dalam dekapannya ini adalah miliknya. Utuh. Dan Zero hanya membutuhkan 'darahnya' bila ia didera rasa 'lapar'.

" –Khh, akh,!" desahnya tertahan begitu taring Kaname tertancap diam-diam dilehernya.

"Kana –me.!" Semua syarafnya lumpuh seketika. Kalau saja Kaname tidak menahan bobot tubuhnya, dipastikan ia akan merosot setelahnya. "...Peluk aku." Bisik Kaname, memerintahkan Zero untuk bergantung padanya. Dengan lemasnya, kedua lengan yang tadinya terkulai disisi tubuhnya, terangkat untuk memeluk leher Kaname. Kembali memasrahkan dirinya dipelukan kepala klan Kuran yang selalu seenaknya itu.

xxKZxx

"Jadi,...sudah bisa cerita sekarang.?" Tanya Kaname, yang kini memeluk tubuh Zero diatas ranjang milik pemuda perak itu. Keduanya bersandar pada sandaran tempat tidur Zero, dengan sebuah selimut tebal menyelimuti keduanya. Mata Zero yang tadinya terpejam, sedikit membuka dengan malasnya. Ia masih lelah. Dan sedikit mengantuk untuk melanjutkan percakapan serius. Tenaganya masih belum pulih, dimana tadi darahnya sudah 'terdonorkan' secara paksa.

Zero memfokuskan pandangannya begitu melihat tatapan Kaname yang menanti jawaban keluar terucap darinya. Dia menghela nafas lelah.

Hal yang ingin dilupakannya walau sejenak.

"Still no answer me, my Zero?" tandas Kaname. Sedikit kecewa.

"Ichiruu..,"

"Hm?"

Zero menghirup udara sebanyak mungkin. Mempersiapkan oksigen untuk kebutuhan saat ini. Nafasnya sesak sesaat mengingat kenyataan akan saudara kembar yang mungkin masih hidup dan bersama wanita Vampire itu. Ah, Vampire...

Ditatapnya Kaname –lagi.

Bukankah pemuda ini juga sama dengan wanita itu, Shizuka Hiou. Vampire Pureblood yang menggigit dirinya sepuluh tahun lalu dan mengubahnya juga menjadi level E.

Tapi kenapa, ia bisa 'terjatuh' oleh pemuda ini?

"Yagari sensei mengatakan bahwa Ichiruu...masih hidup." Zero meremaskan jemarinya keselimut. Wajahnya kembali keras. Menandakan kegelisahannya.

Kaname menunjukkan reaksi datar atas pernyataan Zero barusan. Seolah itu bukan hal yang mengejutkannya."Tapi yang menjadi pikiranku adalah, kenyataan bahwa Ichiruu bersama wanita itu. Bersama Vampire terkutuk itu, hidup bersama vampire yang membunuh orangtua kami," Lirihnya.

"Berpikir apakah dia juga berubah sama sepertiku." Lanjutnya. Remasan dijarinya semakin mengerat membuat kuku-kuku jemari lentik itu memutih. Kaname menggenggam jemari yang kini bergetar, mencoba menenangkan Zero.

Mungkin kata-kata tidak berfungsi dengan baik saat ini. Dan Zero bukanlah tipe orang yang akan terbuai dengan kata-kata. Saat ini, yang pemuda itu butuhkan hanyalah gerakan-gerakan seduktif yang menenangkan pikirannya sejenak. Seperti yang dilakukan Kaname sekarang, sebuah elusan lembut disurai peraknya. Bagaikan Lullaby yang perlahan membuatnya jatuh terlelap.

'TOK TOK'

Kaien mendongakkan kepalanya sembari membenarkan letak kacamata minus miliknya. Sedikit mendesah karena kesibukannya memeriksa data murid baru yang baru saja ia terima pagi tadi melalui fax terganggu.

"Masuk." Ujarnya mempersilahkan orang tersebut.

Pintu ruang kepala sekolah itu terbuka. Menampakkan sesosok yang sangat ia kenal sedari dulu.

"Ah, Yagari-san. Duduklah." Mempersilahkan pria itu lagi kembali berkonsentrasi membaca berkas-berkas yang ada didalam sebuah amplop coklat besar di mejanya. Keliahatannya serius sekali.

Setelah menutup pintu dan memastikan pintu itu terkunci, Yagari menarik kursi yang ada dihadapan Kaien. Mematikan rokoknya yang sudah tinggal puntungnya kedalam asbak yang tersedia.

"Kau sudah menerima datanya,?"

Kaien diam sesaat. Mengerti arah pembicaraan dari Yagari. Diliriknya amplop coklat besar berisi data-data yang dimaksud. Lalu menganggukkan kepalanya pelan.

Wajah keduanya berubah serius. Kaien Cross yang terkenal ceria dan sedikit ceroboh tidak tampak sekarang ini. "Kuharap tidak terjadi hal buruk nantinya terutama terhadap Zero."

"Aku akan mengawasi 'dia'." Tandas Yagari begitu melihat kekalutan tercetak diwajah Kepala sekolah Cross Academy tersebut yang dibalas hanya dengan sebuah anggukkan kecil. Kaien tidak begitu banyak bicara seperti biasanya saat ini.

Sebuah perasaan kalut menyelimutinya. Kekhawatiran yang berlebih terhadap salah satu anak asuh kesayangannya itulah alasan terkuat yang menghinggap dihati sang mantan Vampire Hunter tersebut. Entah kenapa, rasanya sesuatu yang buruk akan terjadi nanti.

"Aku akan menjaga Zero walau apapun yang terjadi. Karena aku adalah Ayahnya."

Yagari menarik sebatang rokok yang terselip didalam bungkus, menghidupkannya, lalu menghisap dengan sangat dalam menikmati nikotin dengan sangat khidmat. Kemudian menghempaskan asap yang terkumpul didalam rongga mulut dan dadanya dengan kasar. "Aku juga." Desisnya.

.

.

xxxxKZxxx

.

.

Pintu gerbang Cross Academy terbuka sangat lebar. Seringai terbentuk dikedua sudut bibir pemuda bersurai perak gelap. Sebuah tas tersampir dibahunya.

"Aku kembali...aniki." desisnya pelan, semakin melebarkan seringainya.

Poni panjang yang sedari tadi menyembunyikan parasnya kini tertiup angin, menampakkan sebuah paras yang familiar. Paras dengan manik sewarna Amethyst yang identik serta surai peraknya yang sedikit lebih gelap dari surai perak seseorang.

KxZ

To be continued

Vampire Knight © Hino Matsuri

Well, i hope you enjoyed and liked it and give me some review and offer critiques and suggestions please

With big LOVE

Zero bie