DISCLAIMER:

Vocaloid doesn't belong to us

Bloody Night © Arisu Hirasaki & Rein Yuujiro


DRAP DRAP DRAP

Gawat! Sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi sedangkan aku masih berlari kencang di jalan menuju sekolah. Kulirik jam tanganku, 3 menit lagi!

DRAP DRAP DRAP

Kupercepat langkahku untuk mencapai tempat tujuan, sekolah. Kebanyakan orang memang tidak suka sekolah bukan? Tapi tetap saja, sebenci-bencinya kita sekolah, pada saat tertentu pasti kita ingin kembali ke masa-masa saat sekolah. Aneh.

Aku berlari sekencang mungkin hingga akhirnya aku hampir sampai di depan sekolah. Kulihat gerbang sekolah sudah hampir ditutup. Argh! Menyebalkan. Aku harus berlari lebih kencang lagi.

Pelajaran pertama adalah pelajarannya Kiyoteru-sensei. Tidak mungkin aku santai-santai saja mengingat kalau siswa yang telat pada pelajarannya akan dihukum membersihkan seluruh sekolah. Aku benci sifatnya yang disiplin itu. Tapi harus kuakui, sifatnya itu memang bagus agar dapat mendidik muridnya dengan baik. Tapi tetap saja kedisiplinannya terlalu berlebihan!

.

Gerbang sekolah sudah ditutup setengahnya dan untungnya aku berhasil masuk pada saat itu juga.
"Hei kau! Tunggu! Kau telat jadi kau harus catat namamu dulu di buku Catatan Siswa!" Satpam sekolah yang menutup gerbang memanggilku untuk kembali kesana.

Aku mengabaikannya dan terus berlari ke arah kelas. Untuk apa aku kembali kalau hanya mendapat hukuman nantinya? Kalian harus tahu, Kiyoteru-sensei lebih menakutkan berkali-kali lipat daripada satpam sekolah. 'Sial, kurasa hari ini hari terburukku!' batinku.

Daripada menggerutu soal yang tidak jelas seperti ini lebih baik aku berdoa saja supaya Kiyoteru-sensei belum masuk kelas. Aku tahu itu kecil kemungkinannya.

"A-akhirnya.. sampai juga di depan kelas.." Dengan napas yang masih terengah-engah perlahan aku membuka pintu kelas. Rasa gugup dan deg-deg-an menyelimutiku.

Saking gugupnya kakiku sampai gemetar. "O-ohayou minna-san!"

Aku membuka pintu kelas sambil menundukkan kepala. Aku yakin Kiyoteru-sensei pasti sedang men-death glare ke arahku tapi-

"Miku! Tumben sekali kau telat!" Ini suara...

"Rin!" Aku memeluknya. Ternyata tidak ada Kiyoteru-sensei daritadi.

"Iya. Untung saja Kiyoteru-sensei belum masuk." Laki-laki berambut biru dan pirang langsung mengangguk setuju apa yang diucapkan Rin barusan.

"Ohayou Kaito! Len!" Aku menyapa mereka berdua. Setelah itu, Aku berjalan ke arah mejaku dan menaruh tas di sampingnya. Tapi tumben sekali Kiyoteru-sensei telat. Padahal beliau adalah guru yang paling disiplin se-sekolah.

Rin Kagamine adalah sahabat terbaikku. Aku suka warna rambut blonde-nya itu dan pita diatasnya membuat dia terlihat lebih manis lagi. Dan yang berada di belakang tempat duduknya adalah Len Kagamine, kembarannya Rin. Len juga sahabatku.

Dan laki-laki berambut biru atau lebih sering dipanggil Kaito juga termasuk sahabatku. Dia duduk di belakangku.

Kami berlima adalah sahabat. Berlima? Ya, satu lagi adalah Luka Megurine. Perempuan dewasa yang bersifat cooldan mempunyai rambut pink panjang. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai membuat dirinya semakin terlihat dewasa. Sayangnya, dia duduk agak jauh dari kami berempat.

SRAK

Suara pintu terbuka. Kukira yang masuk adalah Kiyoteru-sensei tapi ternyata dugaanku salah. Yang masuk adalah ketua kelas kami, Akita Neru. Sepertinya dia ingin memberikan pengumuman.

"Teman-teman, Kiyoteru-sensei tidak bisa mengajar hari ini karena beliau sedang sakit."

3… 2… 1…

" HOREEE! " murid-murid di kelasku langsung bersorak gembira. Sudah kuduga akan begini akhirnya. Benar-benar sikap yang tidak bagus. Orang yang sakit seharusnya di doa kan agar cepat sembuh sedangkan mereka malah kebalikannya.

.

KRINNGGG

[Di Kantin]

"Luka, Kaito, kalian jaga bangkunya dulu ya. Aku, Rin, dan Len akan membeli makan duluan," ucapku seraya ingin berjalan dari bangku.

"Baik, nona Miku," Kaito membalas ucapanku diikuti oleh anggukan Luka. "Jangan memanggilku begitu, Bakaito!" aku langsung berjalan dan memalingkan muka untuk menutupi semburat merah di wajahku. Semoga ia tidak melihatnya. Sementara Kagamine Twins hanya berdehem ria saat melihat kejadian tadi.

'Kenapa kau terus menggodaku seperti itu, Kaito? Tingkah lakumu yang seperti itu hanya membuat aku menjadi salah tingkah di depanmu. Belum lagi jantungku yang berdebar kencang sangat mengganggu. Aku pasti semakin terlihat seperti orang bodoh.' batinku. Menggerutu, menggerutu, dan menggerutu. Itulah hal yang kulakukan sejak tadi pagi.

BRUK

"Aduh!" keluhku. Karena menggerutu tadi, aku jadi tidak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang. "Maaf sudah menabrakmu," aku meminta maaf sambil berdiri dibantu oleh Rin.

"Makanya jalan yang benar dong!" setelah berdiri, aku melihat siapa yang kutabrak. Dan ternyata… Tei? Kalau dari awal aku tau dia yang kutabrak, aku lebih baik tidak minta maaf tadi.

"Huh? Ternyata kau yang kutabrak ya. Kukira siapa," jawabku dengan nada jutek. "Harusnya kau juga memperhatikan jalan!" tambahku.

"Apa? Kau saja yang jalannya tidak benar, nona un-popular!"

"Benar!" Sonika dan Lily—teman Tei, meng-iya-kan perkataan Tei. Mereka berdua adalah sahabat Tei.

"Siapa yang tidak popular! Kau tuh nona penakut! Cerita seram di sekolah kita saja takut!" sebenarnya aku tidak peduli kalau aku popular atau tidak. Teman-temanku memang bilang kalau aku popular tapi hal itu tidak terlalu penting untukku. Tapi lain halnya dengan Tei, aku tidak peduli kalau harus mengungkit masalah popular.

Tei Sukone adalah musuhku. Entah kenapa sejak dulu dia dan teman-temannya itu selalu saja mencari masalah denganku dan teman-temanku. Jujur saja, sifatnya sangat menyebalkan. Aku heran, mengapa ada orang yang ingin berteman dengannya. Dan yang paling buruk, dia suka dengan Kaito.

Oh, sepertinya aku lupa bilang pada kalian kalau aku juga memiliki sedikit perasaan pada Kaito. Tapi bukan sebagai sahabat melainkan sebagai…tanpa aku kasih tahu, kalian pasti sudah tahu apa maksudku, kan?

"Siapa yang takut? Memangnya kau tidak takut?" Tei membantah perkataanku tadi.

"Tidak tuh!"

"Fufufu," Tei tertawa. Kuakui, caranya tertawa seperti itu memang agak menyeramkan. Seperti ingin membunuh seseorang. "Kalau begitu aku tantang kau dan teman-teman kau menginap malam ini di sekolah!"

Aku terbelalak dan terdiam, sesaat nyaliku ciut sedikit. Bingung antara ikut atau tidak. "Oh, jadi sekarang kau nona penakut dan dan un-populer nih?"

Amarahku memuncak dan spontan aku menjawab "Baiklah! Aku terima tantangannya!"

.

.

.

To Be Continue


A/N from Arisu: Halo! Perkenalkan, saya Arisu. Saya masih newbie dan ini fanfic pertama saya yang berkolaborasi dengan Rein Yuujiro. Maaf kalau ada cara penulisan yang salah, typo, atau ceritanya abal ;w; Review dan flame akan diterima dengan senang hati. Tapi disarankan flame yang membangun ya. Dan untuk author-author di fandom ini, mohon bantuannya ya ^^ salam bishounen! 8D /dor

A/N from Rein: nyahoooo~ betul ini fic collab kita berdua xD silahkan direview untuk kedepannya, saran & flame diterima~ PM kalo ada yang mau ditanya ke saya(Rein Yuujiro) ato Arisu x3 sampa bertemu chap depan! R&R? :3 salam ikemen ber megane! 8DD