Just You and Me

Genre: Family and Romance

Rating: T

Pairing: KaiShin (a bromance ... sort of)

Warning: TWOSHOT, AU, OOC, OC for minor charas, abal, typo, and SHONEN-AI ALERT!

Don't like? Don't Read!

.

Disclamer:

Detective Conan © Aoyama Gosho

Just You and Me © MSN1412

.

Summary: Mereka hanya sekedar saudara angkat. Tapi, Kaito ingin lebih dari itu.


Epilogue: Forever ... Just You and Me.

.

"Gravitation cannot be held responsible for people falling in love…." ~ Albert Einstein~

.

.

.

Sepuluh tahun kemudian….

"OHAYOU, SHIN-CHAN! SEKARANG SUDAH JAM ENAM PAGI, DAN WAKTUMU UNTUK BANGUN DIMULAI DARI SEKARANG!"

Sudah memberikan peringatan, bukan mendapatkan sebuah respon baik pula. Sebuah bantal empuk melayang tepat mengarah ke muka Kaito yang telah mengenakan seragam SMA Teitan, sehingga Kaito terdorong beberapa centi dan merintih kesakitan terhadap muka tampannya. Halah, muka tampan.

"I … Ittaaaai, Shin-chaaan. Kok malah melempar bantal sih, bukannya bangun untuk sekolah?" tanya Kaito sambil mengelus-elus pipinya.

"Kai, kau tahu dua peraturan yang telah ku buat, kan?" tanya Shinichi balik dengan nada sarkastik.

"Erm … iya," jawab Kaito ragu-ragu sambil menggarukkan kepalanya. "Yang per—"

"Yang pertama." Shinichi malah memotong perkataan Kaito, lalu bangkit dari tidurnya sambil mengarahkan dirinya ke Kaito dengan sedikit acak-acakkan. "Kau harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamarku."

"Tapi aku sudah mengetuk pintu kamarmu, Shin-chaan. Malahan kamu yang tidak beranggap," keluh Kaito kesal sambil memberhentikan garukan kepalanya.

"Oke aku maafkan." Shinichi hanya mengeluh keras terhadap saudara angkat bodohnya ini. "Dan yang kedua—"

"Ya ya aku tahu …" Dengan sigap, Kaito melingkarkan lengannya ke pinggang Shinichi dan menarik Shinichi ke dekapannya. Dengan polosnya, dia melanjutkan perkataannya ke telinga Shinichi dengan suara dengkuran, "Aku tidak boleh menganggumu, kan?"

"Lepaskan, Kai!" seru Shinichi merinding mendengar suara Kaito yang mendengkur bagaikan kucing, dan berusaha untuk melepaskan dekapan dari Kaito. Dengan sengaja, Kaito melepaskan dekapannya dan Shinichi berusaha untuk menjauhi Kaito.

"Kamu itu kenapa sih? Kita ini kan saudara, mau-maunya saja kau ingin melakukan hal yang dilakukan oleh sebuah pasangan?" protes Shinichi. Kaito malah menanggapnya dengan senyuman cengirnya. Shinichi hanya bisa menyipitkan kedua matanya kembali, lalu memperingatkan Kaito untuk keluar dari kamar tidurnya.

"Keluar sekarang, Kaito. Aku harus mandi dan bersiap tuk sekolah," bantah Shinichi pelan.

"Tapi Shin-chaaan, aku mau mengusap punggungmu saat mandi," protes Kaito dengan nada meminta mohon dan muka melasnya.

"Untuk terakhir kalinya … KELUAR!" teriak Shinichi dengan nada tingginya.

"Huft … oke oke. Terserah kamu lah, tuan kutu buku penyendiri," sindir Kaito yang membuat Shinichi memandangnya sedikit sinis. Kaito akhirnya menyerah dari teriakan Shinichi, dan keluar dari kamar Shinichi dan hendak ke dapur untuk membuat sarapan pagi, sambil menunggu Shinichi mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah bersama-sama.

Sepuluh tahun telah berlalu, kini Kaito dan Shinichi mulai hidup berdua setelah kedua orang tua mereka, Yusaku dan Yukiko, telah meninggalkan mereka dan menetap di Amerika ketika mereka beranjak 14 tahun. Namun semakin bertambahnya tahun, attitude-nya Shinichi ke Kaito semakin berubah. Dulunya dia selalu perhatian terhadap Kaito, sekarang malah ingin sekali menjauhi dari Kaito. Namun Kaito tetap tidak berubah, janjinya yang dia buat sepuluh tahun yang lalu itu tidak mau dia abaikan begitu saja.

Meskipun Shinichi mulai menjauh dari dirinya, namun dia tetap bertekad untuk melindungi saudara angkatnya itu. Apapun yang terjadi.

xXxXxXxXxXx

"Ohayou, Shinichi. Ohayou Kaito-kun."

"Ohayooou, Ran-chaan~!" sapa Kaito ke sahabat mereka, Mouri Ran. Tapi tidak ke Shinichi, dia malah membalik kepala ke arah lain, dengan mengenakan kacamata baca berlensa standar. Ran menoleh kepalanya ke arah Shinichi, tapi Shinichi malah menyerobot mereka berdua dan duduk di bangku kelasnya yang dekat oleh jendela kelas.

"Apa … Shinichi sudah kena bad mood lagi?" tanya Ran curiga.

Kaito menggelengkan kepalanya. "Entahlah, Ran-chan. Sudah dari tadi pagi dia kena bad mood terus," ucap Kaito mengeluh panjang ke Shinichi.

"He…! Aku sudah kena bad mood karena kelakuanmu tadi, tahu!" seru Shinichi sambil mencolek badan Kaito dengan muka marahnya, lalu duduk kembali sambil menolehkan pandangannya ke pemandangan luar. Kembali melamun seperti biasa.

"Eh, Kaito-kun … apa yang kau perbuat dengan Shinichi tadi?" tanya Ran heran.

"Kau tahu, biasa," jawab Kaito singkat sambil menyengir ke Ran, lalu duduk di bangku kelas yang bersebrangan dengan Shinichi. Ran hanya memiringkan kepalanya, bingung dengan perkataan Kaito tadi. Lalu, Ran duduk di bangku kelasnya yang berada di belakang Shinichi dan Kaito sambil menunggu sensei mereka masuk ke kelas untuk memberikan materi pada hari ini.

Tapi di luar kelas mereka, seorang siswi berambut sebahu berwarna cokelat, membelakangi kelas tersebut dan melirik seorang siswa yang berada di dalam kelas yang dibelakanginya. Dilihatlah siswa itu dengan seringai liciknya, dan berbicara sendiri seperti nada ancaman.

"Kudo Shinichi, hah? Hmm … menarik sekali."

Lalu, gadis itu meninggalkan tempatnya dan kembali ke kelasnya yang sepertinya tidak jauh dari kelas Shinichi. Dengan seringai licik kecilnya yang masih dia pasang.

xXxXxXxXxXx

"Lunch tiiiiiiime~! Shinichi, makan siang bareng yuk!"

Shinichi hanya bisa melirik Kaito dan ber-hmm kepadanya, namun Kaito hanya mengeluh keras ke saudaranya yang satu ini. Sudah berkali-kali Kaito membujuk Shinichi untuk makan siang bareng dengannya, namun Shinichi hanya menghiraukannya dan melanjutkan untuk menghapal Matematika untuk ulangan harian yang akan diadakan setelah istirahat ini.

"Aku lagi gak napsu makan, Kai. Kalau mau, makan sendiri sana," gumam Shinichi dingin.

"Tapi Shinichiiii, aku ingin banget makan siang bareng kamuuu~!" rengek Kaito berkali-kali ke Shinichi, seperti rengekan anak kecil.

"Ayolah, Kaai…. Aku harus menghapal soal Matematika yang memang materinya rumit begini. Trigonometri, limit, semuanya bikin otak pusing," keluh Shinichi terhadap buku Matematika yang masih dia baca.

"Tenang saja, Shin…." Kaito menyandarkan lengan bebasnya ke pundak Shinichi, dan kembali mengucap dengan nada santai, "… Kita 'kan mahir kalau hal beginian, jadi jangan khawatiiiir…. Mau belajar gak belajar juga yakin deh kalau kita bakal dapat nilai 100! We're the troll brothers, aren't we?"

"Alaaah sesat kau…," hardik Shinichi sambil melepaskan sandaran dari pundaknya. "Bilang saja ini taktikmu untuk membuatku makan bareng sama kamu, kan? Ngaku," gumam Shinichi.

"Oke ketahuan deh," keluh Kaito dengan menyanyi kecil. Lalu bertanya kembali, "Coba deh, Shin … kapan terakhir kali kita makan siang bareng?"

"Dua atau tiga tahun yang lalu…," jawab Shinichi singkat sambil memainkan jemarinya, "terus…?"

Kaito membanting meja Shinichi dengan kedua tangannya. "Terus … apa seorang saudara tidak perlu untuk makan siang bareng, gitu?" tanya Kaito dengan nada sindir.

"Kai … semuanya telah berubah. Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang," ujar Shinichi datar, "lagipula, makan siang bakal berakhir, kan?" Shinichi pun mencoba mengingat sambil melirik jam dinding ke Kaito.

"Oh oke kalau kamu menolak. Tapi kalau kau membutuhkanku, temui aku di atap sekolah, okay~," keluh Kaito sambil meninggalkan kelasnya untuk makan siang di tempat yang telah di tentukan dengan memberikan setangkai mawar merah dari sulap kecil-kecilnya dan meletakkannya ke meja Shinichi sebagai pertanda 'semoga beruntung'.

Shinichi pun melirik mawar tersebut dengan tersipu malu, lalu menghela napas lega dan kembali melanjutkan untuk membaca sambil menghapal buku Matematikanya. Hanya ada dirinya sendiri yang berada di kelasnya, setelah Kaito telah berkali-kali membujuk dirinya untuk makan siang bersama. Tapi, dia menolaknya bukan karena dia lagi tidak napsu makan, melainkan ada satu alasan yang masih dia sembunyikan terhadap Kaito selama ini.

Sejak dia masuk SMA Teitan bersama Kaito untuk pertama kalinya, ada satu rasa yang secara muncul tumbuh di dalam hati Shinichi. Selama dia pergi sekolah bareng Kaito, dia selalu memandangnya dengan halus namun di sisi lain dia tersipu malu dengan dirinya. Ya … sejak hari itu, rasa cinta tumbuh di dalam Shinichi, dia merasa dia telah mengalami cinta pertama terhadapnya. Namun itu tidak mungkin terjadi, mereka hanya sebatas saudara angkat, saudara angkat yang terhubung selama 9-10 tahun ini, tidak mungkin bisa bersatu dengan satu hal yang bernama cinta, kan?

'Mana mungkin aku bisa jatuh cinta ke Kaito … meskipun cintaku ke Kaito tidak bisa menghilang dari hati kecilku ini? Mana bisa aku mencintai saudaraku sendiri? That's impossible….'

xXxXxXxXxXx

"A … Anou…."

Keluhan Shinichi di saat dia membaca buku Matematikanya pun buyar seketika, ketika ada seorang gadis yang sepertinya sebaya dengannya, berdiri di depan kelasnya dengan membawa sebagian bukunya dengan malu-malu. Shinichi pun sepertinya tidak mengenali gadis yang berdiri itu, namun dia berpikir … untuk apa dia ingin menghampiri kelasnya?

"Apa ini … kelas 2-B? Apa ada Kudo Shinichi di sini?" tanyanya ragu-ragu.

"Erm, hanya ada saya sendiri, Kudo Shinichi," jawab Shinichi sambil bangkit dari bangku kelasnya dan menghampirinya.

"Yokatta! Dari tadi aku ingin mencari dirimu, Kudo-san!" serunya girang.

Shinichi mengernyitkan dahinya dan memiringkan alisnya berkali-kali, merasa curiga terhadap gadis yang sedang mencarinya. "Kalau tidak keberatan, anda siapa ya?" tanya Shinichi terhadap gadis itu.

"Hikari … Sutekina Hikari, dari kelas 2-D. Yoroshiku ne, Kudo-san," sapa Hikari sambil menjabat tangannya dengan tangan Shinichi pelan, lalu dilepaskannya kembali.

"Yoroshiku juga, Sutekina-san—"

"Hikari-san saja sudah cukup, kok, Kudo-san," saran Hikari terhadap panggilannya.

"Hikari-san…." Shinichi pun terdiam dan bertanya kembali ke Hikari, "Ada perlu apa ke sini?"

"Oh ini…." Hikari mengarahkan semua buku yang dia bawa ke arah Shinichi. Shinichi hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali sambil keheranan.

"Aku mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal-soal IPA ini. Bisakah kau menolongku untuk mengajariku?" pinta Hikari sambil bermohon berkali-kali.

"Erm … boleh saja. Tapi, kenapa harus aku?" tanya Shinichi balik.

"Soalnya yang aku tahu, hanya kau yang mendapatkan nilai tinggi untuk mata pelajaran IPA dari 5 kelas," jelas Hikari.

Setelah mendengar penjelasan Hikari tentang alasannya untuk mengajak Shinichi untuk mengajarnya, Shinichi pun mempersilahkan Hikari ke bangku kelasnya, dan memulai untuk membantunya untuk mengerjakan soal IPA yang memang sedikit bikin bingung bagi sebagian siswa SMA. Di saat Shinichi menjelaskan semua soal IPA dari Hikari, dan Hikari hanya mengangguk-angguk pelan sambil mengerti.

Kaito yang telah makan siang di atap sekolah sempat menguntip kelakuan Shinichi dan Hikari di depan kelasnya. Dengan pelan, Kaito memantau mereka tanpa diketahui mereka. Namun di saat Hikari membungkuk ke Shinichi sebagai pertanda terima kasih, dan mengarah menuju keluar, Kaito pun berlari menuju tangga dan kembali berpura-pura jalan ke kelasnya agar jejaknya tidak diketahui.

Namun di saat Kaito melangkah kembali ke kelasnya, dia melewati Hikari yang mengarah ke kelasnya dengan tersenyum kecil. Tapi bukan senyuman kecil karena telah dibantu oleh saudaranya, melainkan senyuman kecil yang dingin nan licik yang dia tidak ketahui alasannya. Kaito pun menghentikan langkahnya, dan melirik Hikari yang memasuki kelasnya. Dengan iseng, Kaito mengarah ke kelas 2-D dan menguntip Hikari dari kejauhan.

Dia terkejut begitu melihat Hikari sedang bersama kelima teman laki-lakinya, dengan senyuman licik yang masih ia pasang, dan memberikan buku yang dibawanya kepada seorang temannya. Merasa curiga, Kaito memasang jelas kedua telinganya untuk mendengar pembicaraan mereka.

"Kerja yang bagus, Hika-chan. Bisa juga kau mengelabui si Kudo Shinichi itu," gumam teman laki-lakinya sambil membanting buku yang diberikan Hikari ke mejanya, lalu mengusap pipi Hikari lembut.

"Kalau bukan aku, siapa lagi huh, Daisuke-kun?" jawab Hikari dingin ke Daisuke sambil menerima godaan halus dari Daisuke. Lalu kembali bercakap-cakap sambil tertawa karena telah berhasil mempermainkan Shinichi.

Melihat Hikari, Daisuke, dan ketiga temannya yang sedang tertawa bahagia, apalagi Hikari yang sepertinya akting yang dia lakukan telah berhasil secara matang, Kaito hanya mengepalkan tangannya, dan menggertakkan giginya. Merasa emosinya memuncak karena mengetahui kalau gadis yang menghampiri Shinichi tadi, hanya mempermainkan saudaranya saja dengan mempermainkan kecerdasan yang Shinichi miliki.

*BRAAAAK*

Tawaan mereka pun semakin pelan begitu melihat ada seorang siswa yang membanting pintu mereka, masih dalam emosinya yang tinggi dan giginya yang digertak. Hikari dan Daisuke hampir mengira kalau siswa yang masuk ke kelas mereka itu adalah Kudo Shinichi yang telah dipermainkannya, namun tanpa mengenakan kacamata dan memiliki rambut yang acak-acakkan. Tampaknya Kaito memandang sinis ke mereka, lalu di arahkan dirinya menuju mereka yang masih berdiri dengan tangan kanannya yang dikepal. Tanpa pemberitahuan, Kaito memukul pipi Daisuke keras-keras, sambil Daisuke terjatuh dari bangkunya. Lalu Kaito membangkit Daisuke paksa dengan menarik kerah baju Daisuke.

"A … apa-apa ini?" tanya Daisuke sambil keheranan.

"Aku mendengar semuanya, bangsat! Mau saja kau memperlakukan teman wanitamu ini untuk mempermainkan saudaraku!" pekik Kaito keras.

"A … apa maksud perkataanmu itu?" tanya Daisuke balik sambil menahan rasa sakit dari Kaito. Lalu menyadari setelah dia melihat Kaito secara teliti. Daisuke menarik senyuman liciknya ke Kaito, namun Kaito pun tersentak dan menarik kerah baju Daisuke lebih keras.

"Oh … jadi kau pikir kalau aku telah mempermainkan saudaramu yang penyendiri itu?"

"Apa maksudmu itu, bangsat? Shinichi itu tidak pernah sendiri!" bentak Kaito ke Daisuke, "masih ada semua orang-orang di sekitarnya, khususnya Ran-chan dan aku yang masih menemaninya!"

Daisuke hanya bisa terdiam, sedangkan Hikari dan ketiga temannya masih tidak bisa melangkah dari tempatnya. Masih melihat bentakan dari saudara Kudo Shinichi satu ini.

"Ingat kata-kata ini, aku benar-benar tidak akan mempermaafkan … orang-orang yang telah mempermalukan saudaraku!" seru Kaito sambil menunjukkan telunjuknya ke Daisuke, lalu melepaskan tarikan kerah baju Daisuke sampai-sampai Daisuke terdorong sambil bangku kelasnya.

Sebelum Kaito keluar dari kelas Neraka ini, Kaito mengarahkan kepalanya ke arah Hikari yang telah melihat semua kejadian ini. Hikari pun tersipu malu begitu melihat Kaito yang mengarah ke dirinya, namun meleset, Kaito malah mengarahkan kepalanya menuju telinga Hikari. Detak jantung Hikari pun berdetak berkali-kali, merasa tidak bisa berkata apa-apa kepada Kaito.

"Dan kau…."

"Y … ya…?" Hikari hanya bisa mengucap pelan.

"Sekali lagi kau mempermainkan saudaraku, aku bersumpah … aku akan MEMBUNUHMU!" ancam Kaito dengan bisikan halus namun mengancam ke Hikari.

Hikari tersentak akan bisikan itu, dan masih terdiam lalu mengarahkan bola matanya ke Kaito dengan rasa ketakutan. Kaito langsung menjauhkan kepalanya dari telinga Hikari, dan berpaling ke arah keluar kelas yang dipenuhi oleh orang-orang bangsat itu, Hikari masih berpikir kalau itu hanyalah candaan dari Kaito. Tapi Kaito masih memandang mereka berlima dengan sinis, mengetahui kalau dia tidak bercanda. Kaito pun membalik pandangannya dari Hikari, Daisuke, beserta ketiga temannya, mengarahkan dirinya ke kelasnya. Masih mengancam mereka di dalam nota hitamnya, dan masih bertekad untuk melindungi Shinichi.

'Meskipun kau tidak mengetahui ini, tapi aku berjanji Shinichi … aku akan melindungimu dari celaan yang menghampirimu!'

xXxXxXxXxXx

Siang sampai sore telah dilalui. Jam sekolah pun telah selesai, para siswa langsung berhendak pulang menuju rumah mereka. Khususnya Kudo bersaudara, Shinichi dan Kaito. Setelah mereka tiba di kediaman besar mereka, mereka pun merehatkan diri di kediaman mereka, setelah belajar dan menerima materi selama hampir 9 jam dan melaksanakan ulangan harian Matematika setelah jam istirahat. Shinichi langsung membersihkan diri dengan bershower setelah tiba di ruang tidur pribadinya, dan merenungkan segala aktivitasnya selama ini.

*KREEEK*

Shinichi terkejut dan hampir histeris begitu melihat ada seseorang yang menghampiri kamar mandinya, dan dilihatlah Kaito yang berdiri di depannya dengan telanjang dada. Tanpa busana yang melekatnya satupun. Melihat Kaito bertelanjang, membuat hormon Shinichi semakin tidak teratur kembali. Mukanya pun memerah begitu melihat pemandangan yang seharusnya biasa saja untuk seorang saudara. Shinichi menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, dan menghilangkan pikiran kotor di otaknya.

"Apa aku menganggumu, Shin-chan?" tanya Kaito pelan.

"Menganggumu apa? Kau masuk begitu saja di saat aku masih bershower! Sabar sedikit, Kai. Aku hampir mau selesai kok!" seru Shinichi sambil terbata-bata dengan muka merahnya yang belum pudar.

Kaito tertawa kecil begitu saja melihat salah paham Shinichi gara-gara dipikir mau memergok Shinichi yang sedang bershower. Hal itu membuat muka Shinichi semakin merah, lagi.

"Hahahaha hanya saja…." Kaito pun mendekati menuju Shinichi, lebih dekat. "… bolehkah aku mengusap punggungmu? Seperti yang aku minta tadi pagi~," pintanya halus dengan seringai licik yang diberikannya.

"Aku mau bershower sendiri! Dan aku tidak mau diusap punggungku olehmu!" bantah Shinichi.

"Ayolah Shinichi, apa ini yang seharusnya dilakukan oleh saudara? Selalu saja bentak sana sini!" bentak Kaito balik, "bukannya … bukannya kau yang pertama kali membuatku menjadi saudaramu?"

Shinichi pun tersentak, dan memorinya tentang dirinya yang ingin mempunyai saudara pun terputar kembali seperti sebuah tape yang memutar meskipun telah rusak. Dia menundukkan kepalanya, termenung dan menyadari akan kesalahannya terhadap Kaito. Kaito yang telah menjadi saudara angkatnya selama 10 tahun ini, Kaito yang selalu menemaninya selama ini, Kaito yang membuat hatinya untuk tidak kesepian lagi, dan Kaito … begitu banyak pemberian secara tidak langsung dari Kaito olehnya.

Dengan menaikkan kepalanya kembali, Shinichi pun mengangguk pelan sebagai tanda untuk menerima pintaan Kaito. Kaito yang terdiam melihatnya, langsung mulai girang dan mengarah ke punggung Shinichi, di mana Shinichi masih dipancurkan oleh shower yang tidak ia pegang.

Kaito langsung mengoles sabun cair ke punggung Shinichi, lalu mengusapnya perlahan tapi halus. Merasakan punggungnya yang diusap Kaito, mengingatnya terhadap mereka berdua yang selalu saja main usap punggung bersama. Tapi bukan di bawah pancuran shower, melainkan di bathtub yang sekarang jarang mereka pakai karena ukuran badan mereka yang semakin tumbuh dewasa, membuat mereka tidak muat untuk mandi bersama di bathtub.

Shinichi merasakan usapan itu dengan sedikit desahan yang ia keluarkan dari mulutnya, sampai-sampai mukanya memerah lagi. Mendengar desahan dari Shinichi, Kaito langsung menghentikan gosokannya dan mukanya mulai memerah pula. Hal itu membuat Shinichi bingung begitu tidak ada rasa usapan dari Kaito, dan memandang Kaito yang masih menunduk lesu dan memerah.

"Shin-chan…."

"Ya…?" Shinichi pun mengernyitkan dahinya.

"Tukaran yuk. Aku juga pengen…," ucap Kaito pelan, dengan muka malunya yang belum menghilang.

Shinichi langsung tertawa, dan berkata, "Hahahaha … memang kamu saking malunya untuk mengusap punggungku?"

"Bukan begitu maksudku!" Kaito pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hanya saja … sudah lama ya, kita tidak melakukan ini…," ucap Kaito lirih.

"Heh ya … sudah lama sekali…," jawab Shinichi dengan senyuman tipisnya.

Tanpa basa-basi lagi, Shinichi dan Kaito bertukar posisi dan giliran Shinichi mengoles sabun cair ke punggung Kaito dan mengusapnya perlahan. Kaito pun merasakan lega begitu punggungnya diusap oleh Shinichi. Ya … rasa ini yang ingin mereka rasakan, setelah bertahun-tahun mereka tidak mandi bersama. Padahal sebagai saudara laki-laki, mandi bersama itu tidak keberatan, kan?

Setelah mereka mengusap punggung mereka bergiliran, mereka langsung membasuh badan mereka dengan pancuran shower yang masih mengalir seperti hujan kecil.

xXxXxXxXxXx

"Shinichi … boleh gak aku tidur bareng kamu?" pinta Kaito sekali lagi, melihat Shinichi yang telah merebahkan dirinya di tempat tidurnya.

Setelah berpikir sejenak, Shinichi mengabulkan permintaan Kaito sekali lagi dan dia mengangguk kepalanya pelan. Dengan rasa gembira, Kaito langsung mengarahkan dirinya ke ranjang Shinichi dan merebah tepat di dekat Shinichi.

Entah mengapa, sudah keberapa kalinya Shinichi memerah kembali karena kelakuannya Kaito? Kita hanya sekedar saudara angkat, hanya kalimat itu yang selalu dia klaim di otaknya.

Shinichi melepaskan kacamata bacanya, dan membalikkan badannya ke belakang Kaito. Tapi Kaito malah mengikuti arah badannya ke Shinichi, dan mendengkur pulas di belakang Shinichi. Shinichi merasa terganggu akan dengkuran Kaito, dan itu membuatnya tidak bisa tidur.

Merasa tidak enak, Shinichi membalikkan badannya tepat mengarah ke muka Kaito yang masih mendengkur tapi memasang wajah senyum, merasa dia lagi menikmati alam mimpinya. Dengan malu-malu, Shinichi mengarahkan jemarinya untuk mengelus rambut Kaito perlahan, takut diketahui oleh Kaito. Lalu Shinichi menoleh kepalanya ke arah Kaito lebih dekat, dan menyentuh bibir Kaito dengan bibirnya. Hanya beberapa detik saja, sentuhan itu dilepaskannya kembali.

Dia sudah gila, pikirnya. Untuk apa dirinya ingin sekali mencium saudara angkat satu-satunya itu.

Shinichi menghentikan helusan rambut Kaito lalu dilepaskannya kembali, lalu memejamkan kedua matanya tepat di dekat Kaito. Sambil berbisik halus, "Oyasumi, Kaito." kepadanya.

Setelah Shinichi memejamkan kedua matanya, tanpa sengaja Kaito membuka kedua matanya. Sebenarnya Kaito hanyalah berpura-pura mendengkur di dekat Shinichi, namun begitu dia merasakan sentuhan hangat ke bibirnya, Kaito menyadari … bahwa saudara angkatnya menyukai dirinya pula. Dan Kaito menyadari, alasan Shinichi untuk mencoba menjauhi dirinya. Karena dia tidak mau membuat Shinichi jatuh cinta terhadapnya, dan selalu mengaku kalau mereka hanya sekedar saudara angkat. Padahal, fisik bisa saja berbohong dengan memberitahukan status mereka, tetapi hati selamanya tidak akan bisa berbohong, kan?

Dengan pelan, Kaito mengecup bibir Shinichi balik sebagai tanda ciuman selamat tidur untuknya. Lalu, memejamkan kembali kedua matanya dengan senyuman tipis …

… dan berharap kalau hubungan dia dan Shinichi … lebih dari itu….

xXxXxXxXxXx

Beberapa hari telah berlalu, kawanan Daisuke dan Hikari ternyata tidak pernah mempermainkan Shinichi kembali setelah mereka diancam oleh Kaito dengan sinis. Apalagi, hubungan saudara Shinichi dan Kaito pun kembali akur. Bukannya untuk menjauhi diri mereka sendiri, melainkan mereka selalu erat. Seperti sepasang kembar yang melengket dengan lem permanen. Shinichi sekarang tidak mengenakan kacamata bacanya lagi, setelah Kaito berkali-kali menggodanya untuk tidak mengenakan kacamata yang membuatnya tampak culun, dan malah menghilangkan kharisma tampannya.

Melihat hubungan itu, Ran kembali lega akan keakuran mereka berdua, dan mulai iri terhadap Kudo bersaudara yang selalu bersamaan. Sepertinya, Ran ingin sekali memiliki saudara angkat, mau laki-laki atau perempuan. Tapi bagaimana bisa, orang tuanya telah cerai, lalu dia sudah ditakdirkan menjadi anak tunggal. Sepertinya percuma saja untuk memiliki saudara angkat.

Tapi diantara mereka berdua, ternyata Shinichi dan Kaito mencoba untuk mempertahankan hubungan yang benar-benar hubungan saudara, dan tidak boleh melebihi batas yang telah mereka tentukan dengan cara mereka sendiri. Memang, mereka berdua belum memberitahukan soal masalah ini satu sama lain, tapi asalkan memendam di hati kecil mereka … itu sudah cukup.

Waktu itu musim semi masih berlangsung, pepohonan dengan daun sakura yang bermekaran dan rontok dari ranting yang ditempatinya, lalu terbang menghembus mengikuti angin. Melihat pemandangan yang begitu cantik ini, Kaito mengajak Shinichi untuk makan siang bersama di bawah mekaran pohon sakura yang tidak jauh dari sekolah mereka. Berbeda dari sebelumnya, Shinichi malah menerima ajakan Kaito untuk makan bersama, meskipun dirinya tidak membawa bekal makanannya. 'Bodohnya aku,' pikir Shinichi.

"Kai, aku memang menerima ajakanmu tapi … saking bodohnya sampai-sampai aku menyadari kalau aku tidak membawa bekalku," ucap Shinichi malu-malu.

Kaito hanya meresponsnya dengan tawaan kecil. "Tenang, Shinichiii…. Ada stok bekalku yang cukup untuk kita berdua!" seru Kaito sambil menunjukkan bekal yang dia bawa.

"Hontou ni?" tanya Shinichi.

"Ya…," ucap Kaito pelan sambil mengangguk riang. Lalu dibukalah bekal berukuran medium dan meletakannya di kedua kakinya yang dibentuk seperti meja. Beef Teriyaki sisa makan malam kemarin, itulah yang dibawa Kaito untuk persediaan makan siangnya.

"Beef Teriyaki?" Shinichi pun menoleh ke Kaito setelah dia menguntip isi bekalnya.

"Ya…. Aku tahu kalau kamu sedikit menyukai ini, tapi … stok makanan hanya ada ini. Apa ini tidak keberatan bagimu, ne?" tanya Kaito ragu-ragu.

Shinichi menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mau membuat hati kecil Kaito sakit. "Beef Teriyaki juga tidak apa-apa kok, asal tidak membekal Sushi aja," gumam Shinichi sambil memberikan senyuman iseng ke Kaito.

*DEG*

Mendengar kata Sushi, yang dibuat langsung dari ikan mentah yang telah dibersihkan, Kaito langsung memasang wajah panik. Ya … ikan, sebuah kata yang benar-benar Kaito benci dan tidak mau ditulis di kamus otaknya. Benar-benar Ichthyophobia-nya muncul kembali dari benaknya. Sebenarnya Shinichi mengetahui kalau Kaito mengidap Ichthyophobia dan ada alasan mengapa dia phobia sekali dengan ikan. Tapi aneh, masa calon Pesulap kelas Dunia takut sama ikan?

"I'm joking, Kai. Jangan dibawa serius gitu," canda Shinichi sambil tertawa keras ke Kaito. Mendengar tawaan Shinichi, Kaito langsung marah-marah tidak jelas dan memukul kecil pundak Shinichi secara cepat. Merasa malu karena baru pertama kalinya dia dikerjain oleh saudaranya sendiri, setelah 10 tahun ini dia selalu mengerjain Shinichi dengan lelucon sulapnya. Kaito menghentikan pukulan ke Shinichi, sedangkan Shinichi hanya memberikan juluran lidah ke Kaito.

"Jaa … itadakimaaaasu~!" seru mereka berdua lalu sebelum makan, lalu melahap makanan dari bekal itu satu per satu. Meskipun makanan sisa kemarin malam, tapi masih terasa enak di lidah mereka. Dengan iseng, Shinichi memberikan suapan sedikit dan memasukkan sendok ke mulut Kaito dengan rasa tersipu malu … lagi. Kaito pun mengunyahnya pelan, lalu melepaskan sendok dari dalam mulutnya. Dibalasnya dengan menyuap ke Shinichi dengan muka polosnya. Shinichi tidak bisa menolak suapan itu, dan segera memasukan sendok ke mulutnya, dan dikeluarkannya kembali.

Mereka melakukan itu berulang-ulang, sambil isi bekal tersebut kosong melompong. Hanya ada sisa saos teriyaki yang melekat. Diletakkanlah sendok itu ke dalam bekal mereka dan menutup bekal tersebut agar tidak ada udara yang masuk. Merasa lega karena mereka telah kenyang setelah makan siang bersama, Kaito melirik Shinichi dengan lurus dan halus, merasa senang karena bisa juga makan siang bersamanya selama tiga tahun ini. Tapi senyuman itu pudar, dan Kaito memiringkan kepalanya, begitu melihat ada noda saos yang melekat di pipi Shinichi yang sedang memejamkan kedua matanya, menikmati indahnya mekar pepohonan sakura yang meneduh mereka berdua.

Dengan pelan, Kaito mengarahkan kepalanya tepat mendekati Shinichi. Begitu firasatnya tahu kalau ada seseorang yang mendekatinya, Shinichi pun membuka kedua matanya dan melihat Kaito yang semakin dekat dengannya.

"Kaito, apa yang kau lakukan?" tanya Shinichi heran.

"Diam Shinichi, jangan bergerak. Ada noda saos di pipimu," Kaito memperingati.

"Apa yang kau laku—"

Sebelum Shinichi melanjutkan perkataannya, Kaito baru saja menghilangkan noda saos di pipi Shinichi dengan menjilatnya halus tanpa sisa. Kaito mengarah ke Shinichi dengan senyuman polos khasnya kembali, dan itu membuat Shinichi benar-benar hilang kontrol akan menahan rasa malunya dan kembali blushing tidak jelas. Kami-sama, mengapa Kaito begitu baik terhadapnya? Pikirnya.

Mereka masih tidak mengeluarkan satu kata pun. Lalu tanpa pemberitahuan, mereka mendekati kepala mereka seperti magnet. Semakin dekat … hingga bibir mereka bersentuhan. Lidah yang menjulur menelusuri indahnya alam di bibir satu sama lain, membuat mereka hilang kontrol dan mereka pun mendesah begitu saja. Tangan bebas mereka pun mengarah ke rambut mereka dan mengelusnya dengan kasar. Kejadian yang begitu terlarang bagi sepasang saudara itu hanya berlangsung 2-3 menit saja, setelah mereka melepaskan ciuman membara itu dengan memberikan bekas air liur yang melengket di masing-masing lidah mereka.

Shinichi dan Kaito mulai bernapas bersamaan, dan diliriklah Shinichi yang masih bernapas dengan mukanya yang begitu memerah yang tidak biasa dari sebelumnya. Entah apa yang menghipnotis mereka sehingga mereka pun bersatu dengan sebuah ciuman.

"Kai … yang tadi itu … apa kau menganggap serius tentang ciuman tadi?" tanya Shinichi yang masih terengah-engah.

Kaito pun mengusap bibirnya dan dipasanglah seringai liciknya ke Shinichi. Lalu, memegang pipi Shinichi yang masih memerah. "Lihat sendiri, kan? Katanya kita ini saudara angkat, tapi kamu mau sekali menerima ciuman tadi," gumam Kaito halus.

"A … apa maksudmu? Tadi aku hanya—"

"Sst…." Kaito meletakkan sebuah jemari telujuknya ke bibir Shinichi agar Shinichi tidak berkata lebih kembali. Lalu dilepaskannya dari bibir Shinichi dan bergabung kembali ke teman-teman jemarinya.

"Kau bisa membohongiku dari luar, dengan memberikan status kita sebagai saudara angkat. Tapi aku tahu kalau hatimu tidak bisa berbohong, aku tahu kalau kamu sebenarnya … benar-benar menyukaiku, kan?" Kaito mengeluh kembali dan mulai berkata lagi, "Just tell me that you love me, gimana?"

"Ba … bagaimana bisa aku…? Kita ini benar-benar sekedar saudara angkat, hanya itu," gumam Shinichi ragu-ragu sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain, "kalau teman, semua orang terdekat kita, apalagi orang tua kita mengetahui kalau kita melakuan hubungan terlarang sebagai saudara … bagaimana?"

Kaito memaksa Shinichi untuk meliriknya kembali dengan lurus, dengan senyuman yang masih ia pasang. "Aku tidak peduli Shinichi, asal kita bersama … itu tidak akan menghalang kita, kok," ucap Kaito sambil mengecup dahi Shinichi.

Shinichi mengeluh panjang, dan berpikir sejenak, memberanikan dirinya untuk mengeluarkan sepatah kata yang seharusnya terlarang di dalam kamusnya. "Oke my step-brother Kudo Kaito … I really love you," ucap Shinichi pelan dan terbata-bata, dengan muka merahnya yang belum pudar, "kau puas?"

Kaito langsung memeluk Shinichi erat-erat dengan perasaan bahagianya selama ini, pelukan itu hanya beberapa detik saja lalu dilepaskannya kembali. Shinichi dan Kaito pun menempel dahi mereka dan menatap lurus begitu dekat, dengan cengiran mereka. Tawaan bahagia mereka, seperti dulu…. Seperti refleksi cermin transparan 10 tahun yang lalu yang muncul kembali.

"Aku puas kok, my lovely step-brother Kudo Shinichi~," ucap Kaito halus. Lalu dilepaskanlah sentuhan halus Kaito dari pipi Shinichi, kembali … mendekatkan kepala mereka lebih dekat, dan tak ada yang menghipnotis mereka … seperti tadi. Bibir Shinichi pun disentuh dan dikunci oleh bibir Kaito, dan Kudo saudara itu berciuman kembali … di bawah pohon sakura yang masih memekar daunnya.

Sebagai pertanda kalau sepasang saudara bisa melakukan sebuah hubungan layaknya pasangan, walaupun itu terlarang oleh hukum alam. Meskipun begitu, hubungan saudara mereka, akan tetap terikat di hati kecil mereka.

Dan dimulailah … lembaran baru tentang kehidupan mereka. Bab kedua … dari kehidupan Kudo bersaudara, Kudo Shinichi dan Kudo Kaito….

.

.

.

'Aku hanya ingin kita bersama. Forever … just you and me….'

.

.

.

THE END


A/N: bales review dulu aaaaahh~~ *ditabok readers* (btw, arigatou reviewnya :D)

Yamato Akahito: hahahaha sebelumnya aku kepikiran itu juga sih XD tapi nanti, bakal melenceng ke MK AU dong kalo gitu._. *dan aku harus meletakannya di DC/MK crossover-w-* #dalem/karena ini DC dan aku ingin membuat AU tapi suasana DC gitu :)

hiragi-chan: masalahnya ... yang Light within Darkness masih bingung mau plot ceritanya gimana x_x soalnya itu dibuat dengan tidak sengaja-.-"

Apdian Laruku: hehehehe iya dooong~! *highfive* bener2 dah di Movie 14, hints KaiShin/KIDCo-nya berasa be ge te~! :3 *begeteapaan* oioioi, yg tentang KID ciuman ama Ran itu, sebenarnya mereka gaciuman kok ehehehe... cek di YouTube ya kalo pengen lanjutnya :)

gb31: kok ... sama kayak aku ya...? #halah melihat mereka berduaan mereka udah langsung salting ke entahlah namanya XD btw, thank you soooo much~! :D *hugs* dan amiiin... *sebenarnya aku masih dalam proses improvisasi sih ehehehehe v^^*

.

at last ... the end of this twoshot~! *relief*

sebenarnya banyak halangan menulis bagian ini x_x sudah cerita tidak nyambung, alur rasanya kecepatan, dan romance saudara mereka tidak kena sama sekali... hontou ni-.-" jadi, gomen-neee terhadap author yang bener2 gaje satu ini *bows* tapi aku puas dengan quote 'Aku hanya ingin kita bersama. Forever, just you and me.'. karena mengandung banyak arti sih... XD *katanya*

dan kalimat: 'We're the troll brothers, aren't we?' bener2 keinspirasi dari perkataan adekku setelah kita menang dan menjadi 2 fastest dalam sebuah kuis di Twitter XD *replacebrotherwithsister XD*

.

akhirnya, sankyuu telah membaca fic twoshot ini! dan, aku harus kembali melanjutkan CftF dan FL yang memang ... masih setengah jalan =w=v

last words, review...?._. Jaa matta-nee~

Love and Peace, MSN1412...