Between Love and Mission

Author: Nacchan Sakura

Disclaimer: I DO- ..not own vocaloid.

.

.

.

There's a small line between love and hate.

Even though you said that you hate me,

Even though you said that you want to kill me,

You can not lie to your heart.

"No. I'm doing this because.. this is my job."

.

.

.

Chapter 1: New Mission

.

.

.

~Rin's POV~

"Kimi no koe wo kikasete—"

Aku mematikan nada telepon dari HP ku dengan cepat. Tanpa melihat siapa yang menghubungiku terlebih dahulu, aku menekan tombol hijau dan langsung berbicara dengan orang yang bahkan tak kuketahui siapa.

"Rin. Ada misi baru untukmu"

Ah... Pekerjaan baru?

Pasti menyenangkan.

Aku tak menjawab ucapan orang itu. Aku menutup sambungan telepon dan mengganti pakaianku. Aku langsung bergegas pergi dari apartemenku. Aku pergi menuju tempat yang mungkin bagi orang lain hanyalah tempat biasa. Ya, sebuah toko kue.

"Ah, Konnichiwa, Rin-chan!" Seorang gadis berambut biru yang mengenakan pakaian maid tersenyum padaku, aku membalas senyumannya. "Kaito-nii.. menunggumu di dalam." Ucapnya dengan nada bicara yang berbeda. Aku yang mengerti ucapannya hanya mengangguk saja.

"Terima kasih, Kaiko"

Aku pergi ke bagian dalam toko. Ada sebuah ruangan dalam toko kue itu yang tak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Sebuah pintu rahasia yang ada di bawa tempat penyimpanan bahan kue. Bukankah itu tidak biasa?

Aku menekan tombol yang mirip seperti tombol untuk menyalakan lampu, dan sebuah pintu kecil menuju ruang rahasia pun terbuka. Aku menuruni anak tangga itu dengan perlahan dan tenang, dan pintu kecil itu pun perlahan tertutup.

Saat semua anak tangga ini sudah selesai aku pijak, aku sampai di depan sebuah pintu yang cukup besar. Pintu otomatis ini langsung terbuka ketika aku berjalan mendekatinya. Dan aku pun memasuki ruangan yang penuh dengan rak buku tinggi, berbagai peralatan canggih seperti komputer, dan juga lemari kaca berisi senjata tajam maupun senjata api.

"Apa misi ku kali ini?" Tanpa basa-basi, aku langsung bertanya kepada lelaki berambut biru yang tengah duduk sambil melihat ke arah komputernya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Misi mu tentu saja seperti biasanya. Membunuh. Kita ini pembunuh bayaran, jadi kau pikir kita akan menerima misi apa lagi?"

"Bukan itu maksudku, BaKaito." Geramku. "Maksudku, siapa yang harus kubunuh? Apa dia gampang untuk dibunuh? Atau susah? Semakin sulit target yang harus aku bunuh, semakin menyenangkan."

"Seperti biasa, kau bersemangat." Ucap Kaito sambil tertawa kecil. "Ini, ambillah."

Kaito memberikanku sebuah kertas berisi informasi data dari target yang harus aku bunuh. Aku membaca pelan isi dari data itu. Disana ada sebuah foto dari seorang lelaki berambut blonde yang sedang tersenyum. Matanya berwarna biru, sangat indah. Dan aku melihat siapa namanya.

"..Len Kagamine."

"Iya. Nona Miku meminta kita untuk membunuhnya. Len adalah saingan terbesarnya, wajar kalau nona Miku ingin sekali dia untuk lenyap."

"Hee, persaingan antar yakuza, ya?"

"Iya. Hatsune Clan terkenal licik dan pandai dalam menyusun strategi, namun mereka tak pernah berbuat kasar. Sementara Kagane Clan, mereka kuat, cukup pandai dalam menyusun strategi, dan terkenal kejam. Berbeda dengan hatsune Clan yang tak pernah menyakiti orang luar jika tidak perlu, Kagane Clan tak segan segan membunuh siapapun."

Hmm. Menarik. Harus membunuh orang-orang yang suka membunuh juga.

"Kagane Clan diketuai oleh Len Kagamine yang menyamar dengan nama Kagane Rei, dan sepertinya dia berniat menghancurkan Hatsune Clan. Maka dari itu, tugasmu adalah melenyapkan Len kagamine. Dan aku akan bertugas menjadi bodyguard Miku Hatsune."

"Cih, kau pasti sengaja memilih pekerjaan yang itu ya?" Tanyaku

"Tentu saja. Ini kesempatan emas untuk mendekati wanita yang aku sukai." Seringai Kaito

"Baiklah. Kalau begitu, kapan aku bisa melaksanakan tugasku?"

"Kapanpun bisa, Rin. Hanya saja, ada satu hal yang harus kau lakukan sebelum membunuhnya."

"Apa itu?"

"Jadilah temannya. Len Kagamine bersekolah di Crypton academy, dia menjadi murid biasa disana. Dia cukup populer, dan juga tidak ada yang tahu bahwa dia adalah Kagane Rei. Dekatilah dia dan carilah berbagai info dari dirinya. Lalu saat waktunya sudah tepat, bunuhlah dia."

"Kenapa harus menjadi temannya dulu? Itu kan membutuhkan proses yang lama."

"Ini permintaan nona Miku. Turuti saja agar ia membayar lebih besar."

Huh, penjilat.

"Aku mengerti. Kalau begitu, kapan aku mulai masuk sekolah itu?" Tanyaku

"Besok. Aku sudah mengurus surat perpindahan sekolahmu. Ini seragammu" Kaito melemparkan sebuah kantong kertas kecil berisi seragam sekolah baruku

"Game Start"

.

.

.

Aku hanyalah seorang gadis yang terlihat biasa di pandangan orang lain.

Keseharianku hanyalah sebagai gadis tanpa orang tua yang bekerja di Shion Bakery. Aku hanya murid SMA biasa yang berumur 16 tahun, dan.. ya, tak ada yang spesial dariku.

Hanya saja.. ada satu hal yang berbeda dari diriku. Satu pekerjaan rahasia yang tak orang lain pernah ketahui. Yaitu—

"..Pembunuh bayaran?"

"Iya! Rin-chan, kau harus berhati-hati! Bisa saja mereka juga mengincar orang yang tidak bersalah!"

"Luka-chan, pembunuh bayaran hanya membunuh orang yang diperintahkan untuk dibunuh saja, 'kan? Mana mungkin ada yang mengincarku.." Aku membuang nafas sambil mendengarkan Sahabatku, Luka Megurine, bercerita soal rumor yang beredar baru baru ini.

"Tapi! Rin-chan, orang tuamu dulu.. adalah orang yang bisa jadi diincar oleh seseorang, bukan?"

Aku terdiam. Memori tentang semua orang tuaku yang sudah lama kulupakan kini mulai kembali.

"Ibumu adalah seorang polisi wanita yang hebat. Ayahmu adalah detektif ternama. Kau, yang bisa jadi memiliki kecerdasan dan bakat mereka, tentu saja dikhawatirkan oleh orang orang yang jahat! Karena Rin-chan bisa saja menjadi penerus orang tuamu di masa depan!"

Aku merasa kasihan pada Luka-chan. Coba saja ia tahu, pekerjaan apa yang sebenarnya aku lakukan. Ia pasti terkejut.

Tentu saja, Detektif dan Polisi yang menegakkan keadilan sungguh bertolak belakang dengan aku yang..

Pembunuh bayaran.

Itu betul, bukan?

"Itu tidak mungkin!" Aku tertawa kecil. "Luka-chan, tenang saja. Aku tidak akan meneruskan jejak kedua orang tuaku. Aku berniat menjadi gadis biasa saja.. Dan mungkin aku akan menulis novel suatu hari."

"Tapi.. aku khawatir.." Luka-chan menundukkan kepalanya. Iris matanya yang berwarna biru laut mulai berkaca-kaca, dan rambutnya yang berwarna merah muda seakan terjatuh mengikuti gerakan kepalanya.

"Tenang saja. Aku akan baik-baik saja."

Malam itu Luka-chan memutuskan untuk menginap di rumahku. Aku tinggal sendirian karena orang tuaku sudah tidak ada. Sementara Luka-chan, ia tinggal di Tokyo sendirian karena orang tuanya sedang ada di luar negeri. Meski Luka-chan lebih tua dariku, kita merasa umur kita sama.

Luka-chan adalah sahabat yang baik. Ia juga pengertian, dan selalu peduli akan diriku.

Sementara aku..

Aku adalah sahabat yang buruk. Sudah berapa lama.. aku membohongi Luka-chan?

"Sudahlah, aku tidur saja.." Aku mematikan lampu kamarku dan berjalan menuju tempat tidurku. Kurebahkan tubuh mungilku di atasnya, sambil menatap ke arah langit langit gelap yang tidak diterangi cahaya.

"Aku tak akan membiarkan diriku Game Over dalam pekerjaan kali ini"

~To Be Continued~

.

.

.

~A/N~

Holaa :D

Nacchan disini~ dengan cerita barunya yang dibikin karena bosan.

Baiklah.. aku gatau kenapa bisa nulis cerita beginian lol gara-gara pas lagi main game tentang agen rahasia jadi kepikiran deh *malah curhat*

Yak~ saya gatau mau bacot apaanlagi, jadi, read and review? :D

Feel free to Rape the 'review' button, Just make sure it won't get pregnant.