A/N: Waiii~ Bahagianya saya liburan jalan-jalan terus! XD #plak Anyway, udah ada yang tau tentang Pottermore? Belom official dibuka, sih. Ehehe.

Disclaimer: Karakter Hetalia masih kepunyaan Hidekazu Himaruya dan Harry Potter dkk masih kepunyaan JK Rowling.

Warning: Shonen-ai/Slash dengan bermacam-macam pairing. Yang jelas ada Melayucest sama SBRL di chapter ini. Hehehe.


Suasana Great Hall di pagi hari yang mendung tetap ramai seperti biasanya. Murid-murid memenuhi empat meja besar yang berdiri dengan gagahnya di tengah ruangan. Berbagai hidangan tersaji di piring-piring besar dan minuman yang menyegarkan tertuang di piala-piala perunggu.

Di salah satu meja, James Potter duduk dengan menahan kesal. Sesekali mata cokelat di balik kaca mata bulatnya itu melirik ke depan. Ia menggeram pelan ketika mendapati pemandangan yang sama menyambut lirikan matanya yang sinis itu.

"Aku mengerti kalau akhirnya kalian bisa berduaan," kata James pelan. "Tapi, bisakah kalian tidak bermesraan di depan umum seperti ini? Kalian membuat sarapanku jadi tak enak, tahu!"

Sirius Black dan Remus Lupin akhirnya menjauhkan diri dan melepaskan ciuman panas yang terus mereka bagi sejak tadi. Cengiran lebar terpampang di wajah tampan Sirius sementara Remus—si manusia serigala yang terkenal pemalu ini—terkikik geli sambil menjilati bibirnya. Ia kemudian menarik kekasihnya dan mengecup lembut pipinya sebelum kembali duduk menghadap makanannya.

"Merlin! Sejak para pengawalmu itu pergi, hubungan kalian semakin mengerikan, kau tahu?" kata James diiringi decak sebal. Ia sekarang menyuapi sup bawangnya dengan sangar sampai supnya tumpah di sekitar mangkuk. "Tolong, biarkan kemesraan yang kalian bagi tetap tersembunyi di balik tirai tempat tidur kalian. Aku tidak perlu tahu apa yang terjadi di balik sana. Kalian mau aku trauma seumur hidup?"

"Trauma? Tubuh seksiku ini tak mungkin membuat trauma orang lain." goda Sirius sambil mengedipkan mata kiri dan melemparkan kecupan nakal ke arah James, sukses membuat sahabatnya itu merinding geli.

"Menjijikkan!" jerit James kesal sementara anggota Marauders yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi James. Ia bahkan melemparkan garpunya ke arah Sirius, tak peduli apabila ujung tajam garpunya bisa menancap atau melukai bagian tubuh sahabat karibnya itu. "Kau tahu kalau aku paling benci lelucon seperti itu!"

Sirius tertawa keras sambil merangkul pundak Remus dan menarik kekasihnya lebih dekat. Setelah menenangkan sedikit deru tawanya, Sirius mulai memperhatikan suasana sekeliling dengan kedua kelereng abu-abu miliknya. Mulai dari meja Slytherin, Hufflepuff, Ravenclaw, dan termasuk meja Gryffindor ia perhatikan dengan malas. Tapi, melihat ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, Sirius mulai penasaran.

"Hei," Sirius menegakkan tubuhnya. Keningnya berkerenyit dalam penuh pemikiran. "Kalian lihat ada yang aneh dengan sarapan kali ini?"

"Aneh bagaimana?" tanya Peter tak jelas dengan mulut penuh potongan bacon.

"Seperti... Keanehan pada orang-orang yang ada di dalam Great Hall."

James mendesah kesal sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Sirius, aku tahu kalau kau dan Remus sangat amat senang dengan keputusan Dumbledore menarik mundur para Auror, tapi kau tidak perlu pamer pada kita seperti itu setiap lima menit." gumam James, jengah dengan sikap kekanakan Sirius maupun Remus.

Sang Animagus berwujud anjing mengerang kesal sambil menggelengkan kepala keras. "Bukaaaann! Meskipun aku sangat senang sudah tak ada pengganggu, tapi bukan itu yang kumaksud! Lihat!" Ia meraih kepala James dan dengan kasar memaksanya memalingkan kepala ke balik punggungnya. "Apa kalian tidak sadar kalau banyak wajah-wajah baru di tiap-tiap meja?"

Ucapan Sirius menyadarkan tiga Marauders yang lainnya tentang orang-orang asing yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Asing dalam hal ini bukan sekedar tak pernah ada, tapi juga asing secara kewarganegaraan. Dilihat dari wajah, warna kulit, bahkan gaya bicara sepertinya mereka bukan orang Inggris.

"Murid baru, kah?" gumam Remus pelan.

Jawaban belum sempat diterima—apalagi dilontarkan—ketika pintu Great Hall terbuka dan dua orang laki-laki dengan wajah identik berjalan masuk ke dalam ruang makan. Satu pemuda tampak menggandeng pemuda satunya, sementara yang digandeng tampak ingin menghindar. Ia bahkan berkali-kali berusaha mendorong pemuda yang satunya lagi. Mengikuti di belakang keduanya adalah seorang pemuda berkacamata yang berjalan santai. Tatapannya terlihat bosan. Ketiganya berjalan menuju meja Gryffindor.

Salah satu dari tiga orang itu mengambil duduk tepat di samping Remus sambil menggerutu pelan. Ia sempat membentak pemuda di sampingnya dan menyentak tangannya lepas dari genggaman pemuda itu. Pemuda berambut hitam ikal itu kemudian melontarkan senyum lebar ke arah Remus dan berkata, "Maaf. Tempat ini kosong, kan?" dengan logat yang sama sekali berbeda dengan logat Inggris. Penekanan pada huruf 'r' dan 'i' terlalu kentara dan jelas.

"Ya." ucap Remus sambil tersenyum. "Um... Omong-omong, aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Kau murid baru?"

"Ah, ya! Maaf, lupa memperkenalkan diri." Pemuda berambut ikal itu mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Remus. "Kenalkan! Namaku Rangga Wicaksono. Dan, ya. Aku murid baru di sini. Kelas enam, kalau kau mau tahu."

"Wah. Kebetulan sekali! Aku juga kelas enam! Namaku Remus Lupin." ucap Remus penuh semangat. Ia kemudian menunjuk lencana yang tersemat di dadanya dan kembali melanjutkan, "Dan kebetulan juga aku adalah Prefek. Jadi, kalau kau ada pertanyaan seputar kegiatan sekolah dan yang lainnya yang kau tidak tahu, kau bisa tanya padaku."

Rangga tertawa renyah. "Terima kasih. Omong-omong," Ia melirik dua orang pemuda di belakangnya. "Dua orang ini adalah adikku. Yang memakai kaca mata itu adalah Raihan, baru kelas lima. Dan yang ini adalah Razak, adik kembarku yang—"

"Aku bukan sekedar adikmu!" kata Razak, memotong permbicaraan sang kakak tertua. Ia kemudian merangkul Rangga dari belakang dan menciumi pipinya. "Berapa banyak kita harus *piip* dan *piip* sampai kau mau mengakui hubungan spesial kita?"

Menghiraukan mulut para Marauders yang menganga terbuka lebar, terlalu shock dengan kalimat penuh dengan rentetan sensor, Rangga mendesah. Sang personifikasi Indonesia itu menyikut adiknya menjauh dan berdesis sangar, "Kita tidak pernah melakukan itu, dasar bego! Gara-gara kau, mereka jadi kaget begini, kan! Kau sudah membuat kesan pertamaku jelek di depan mereka!"

"Siapa yang peduli. Pokoknya kau milikku." Detik berikutnya, Razak langsung menerjang Rangga dan melumat bibir sang kakak. Tak peduli kalau seluruh pasang mata di Great Hall mengarah ke arah mereka berdua. Beberapa melirik jijik, geli, sementara beberapa terkikik senang.

Reaksi sama terlihat di wajah para Marauders. James menatap adegan incest gratis di depannya dengan mulut menganga lebar dan mata berkedut tak senang bercampur geli. Cengiran lebar terpampang di wajah tampan Sirius yang tertawa pelan melihat adegan mesra itu. Remus sendiri melirik tak nyaman dengan wajah merah padam ke dua sejoli yang masih rebutan posisi seme. Peter... Dia terlalu shock sampai tak tahu harus berekspresi apa. Memutuskan kalau itu bukan urusannya, si Animagus tikus itu melanjutkan sarapan paginya seperti semula, bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi.

James baru membuka mulutnya untuk menghentikan adegan mengerikan adik-kakak yang terlalu akrab itu ketika Lily Evans, wanita pujaannya, datang bersama teman-temannya membawa berita menarik.

"Hogwarts kebanjiran murid-murid ganteng~" pekiknya gembira sambil merangkul sahabat kentalnya, Alice.

Kembali sudut mata James berkedut tak senang. Sedaritadi ia menghadapi pagi yang tak menyenangkan; Sirius dan Remus yang mesra-mesraan-membuatnya teringat akan fakta menyedihkan bahwa status si kapten Quidditch Gryffindor ini masih jomblo sejati-dua orang adik-kakak yang masih sibuk bergulat memperjuangkan posisi seme membuatnya semakin merasa minder dengan status jomblonya, lalu sekarang pekik histeris ala fangirls keluar dari mulut perempuan pujaan hatinya. Bukan. Bukan pekikan gembira betapa tampan, macho, atletis, dan betapa gagahnya seorang James Potter di mata Lily Evans, tapi malah memuji stock murid-murid baru Hogwarts.

"Apa bagusnya, sih? Mereka cuma murid baru..." geram James. Ia kembali berkonsentrasi pada potongan bacon di depannya. Semoga makanan bisa mengalihkan perhatiannya, seperti perhatian Peter yang teralihkan total. "Murid baru yang keluar di pertengahan semester. Agak aneh..."

"Tak apa! Yang penting cowok-cowok ganteng yang bisa digebet semakin banyak!"

Oke. Bukan jawaban yang ingin didengar oleh James.

"Lily, coba lihat yang di asrama Hufflepuff! Yang rambut cokelat dan selalu bicara dengan 've~' itu manis sekali!"

"Oh, Alice! Asrama Slytherin, jarum jam sebelas! Gayanya yang dingin itu keren sekali~"

"Mana? Mana? Yang pakai jepit cross itu? Maniiiiss~"

"Oooh~ Ravenclaw juga banyak yang manis! Lihat, Alice! Arah jarum jam dua, rambut hitam! Maniiiss~"

"Eh, eh! Anak Hufflepuff baru yang rada-rada transparan itu juga lumayan, lho! Coba dia nyata sedikiiit saja. Wajah imutnya pasti lebih jelas..."

"Alice, buat apa lihat jauh-jauh ke asrama lain kalau di meja sendiri juga ada cowok ganteng? Arah jarum jam sembilan! Tiga orang cowok blond ganteng!"

"Mana? Aiiih~ Yang pakai kaca mata itu macho bangeeeett!"

"Yang alis tebal itu juga kereeen~"

"Lily! Yang pakai plester di hidung, dooong~ Kesannya bad boy bangeet!"

"Aduuuh~ Gak sanggup belajar di kelas kalau murid-murid cowoknya kayak beginiii~"

Dan semua percakapan galau itu diakhiri dengan jeritan panjang nan melengking dari dua perempuan Gryffindor ini.

Empat orang Marauders yang dari tadi mendengarkan percakapan labil dan penuh berisi pekikan-pekikan gembira merasa terhina. Bagaimana tidak? Dulu, sebelum murid-murid baru ini datang, merekalah idola di Hogwarts! James yang tenar akan keahliannya bermain Quidditch, Sirius yang tenar dengan wajah tampannya, Remus yang populer karena otak cemerlangnya, dan Peter... mari kita skip saja bocah satu ini.

Dulu, mereka berempat yang menguasai Hogwarts. Semua murid perempuan berusaha mati-matian untuk menarik perhatian mereka dan yang prianya sujud hormat di bawah kaki mereka! Agak berlebihan, tapi itulah yang mereka rasakan sebelum murid-murid baru tanpa asal-usul yang jelas ini datang! Siapa memangnya mereka? Seenaknya merebut daerah kekuasaan para Marauders?

Sebelum James sempat mengkonfrontasi Lily dan Alice tentang murid-murid baru ini, dua perempuan itu kembali menjerit panjang sambil berpegangan tangan. Tatapan mata mereka tampak begitu antusias ke arah meja guru. Coret. Bukan hanya Lily dan Alice, tapi juga semua—SEMUA—murid perempuan di Great Hall. Tak pandang asrama, tak pandang tingkat, dan tak pandang umur. Semuanya yang berjenis kelamin perempuan segera mengalihkan mata mereka dari sarapan ketika guru-guru baru Hogwarts duduk untuk menikmati sarapan hari ini.

"Bukan cuma murid, tapi Hogwarts juga kedatangan stock guru ganteeeenng~"

Sudut mata semua murid laki-laki Hogwarts serentak berkedut tak senang saat mendengar pekik gembira para murid wanita.

"Ya, ampuun! Itu yang rambut pirang klimis macho sangaaat! Ototnya gak nahaaaan!"

"Aduuuh~ Guru yang bawa-bawa pipa ledeng itu juga keren! Biar kesannya horor dan sangar, tapi sukses melelehkan hatiku yang beku dengan senyum ramahnya~"

"Guru baru yang pakai baju Cina... Gak nahan! Maniiiis!"

"Yang rambut pirang jigrak gak nahan gantengnyaaaaaa!"

"Astaga, seseorang tolong bawa saya ke Hospital Wing! Saya butuh transfusi darah!"

"Seseorang, tolong cubit saya! Ini bukan mimpi, kan, kalo Hogwarts akhirnya—AKHIRNYA, MERLIN!—guru-gurunya ganteng semua?"

"Aduh... Saya gak kuat lagi. Mau pingsan aja di pelukan salah satu guru baru itu~"

Semua murid pria harus menahan kemauan mereka untuk muntah di tempat.

"Ew, Lily!" jerit James jijik. Ia mendengarkan dari A sampai Z tentang betapa seksi, macho, tampan, keren, dan menawannya guru-guru baru plus murid-murid baru Hogwarts. Sang kapten Quidditch sudah tidak kuat lagi kalau harus mendengar pujian-pujian memualkan keluar dari mulut gebetannya. "Aku dan teman-temanku berusaha makan di sini!"

Lily Evans melirik James dengan tatapan tak senang dan sinis. "Terus kenapa? Memangnya itu urusanku?"

"Paling tidak kecilkan suara kalian. Pekikan nyaring itu mulai merusak gendang telingaku..." gumam Sirius yang menggeleng-geleng pelan dan kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

Remus sendiri hanya bisa mendesah pelan melihat ini semua. Lily dan perempuan-perempuan lainnya masih sibuk menjerit-jerit histeris, bersuka cita akan kenyataan bahwa Hogwarts diinvasi segerombolan guru dan murid menawan. Sang pemuda bersurai madu ini hanya bisa memutar bola matanya ketika James masih ngotot untuk berdebat dengan Lily tentang dirinya yang tak kalah seksi, tampan, dan gagah dibandingkan dengan orang-orang baru itu. Ia juga mendengus pelan saat beberapa murid laki-laki langsung beranjak keluar dari Great Hall. Lihat. Regulus, adik kandung Sirius, baru saja berdiri dari tempat duduknya dengan wajah pucat dan mual. Mungkin jerit gembira dari Bellatrix dan Narcissa terlalu berlebihan untuknya. Oh, Lucius juga baru keluar, mengikuti Regulus. Bedanya, wajah Malfoy satu ini merah padam. Sepertinya ia kesal kalah banding dengan saingan barunya itu.

Memikirkan tentang guru dan murid baru ini membuat kening Remus berkerenyit. Ia mulai bertanya-tanya kenapa mereka baru datang sekarang, tepat di tengah-tengah semester awal? Lagipula, kedatangan mereka yang mendadak ini berbarengan dengan penarikan mundur para Auror yang mengawasi Remus. Terlalu dekat kalau dibilang kebetulan. Apakah mereka sebenarnya...

Remus mendengus pelan dan tersenyum. Tidak mungkin. Ia terlalu berprasangka jelek. Mana mungkin Dumbledore bisa mendatangkan orang-orang sebanyak ini untuk mengawasinya? Lagipula, kebayakan dari murid-murid baru ini seumuran dengan Remus. Tak mungkin orang tak berpengalaman seperti mereka yang mengawal Remus dari para Death Eaters itu.

Tidak mungkin.

Kan?


Hetalia Axis Powers © Hidekazu Himaruya

Harry Potter © JK. Rowling

Chaos Theatre © are. key. take. tour


"Sekali lagi aku dengar pujian-pujian berlebihan tentang murid atau guru baru, siapapun dia, akan kusihir jadi orang-orangan sawah." rutuk James kesal.

Para Marauders berusaha menulikan telinga sepanjang perjalanan dari Great Hall menuju kelas pertama mereka, History of Magic, dari segala omongan berlebihan mengenai pria-pria tampan yang ada di Hogwarts. Beberapa perempuan masih asyik membicarakan pemandangan langka ketika sarapan. Tapi, yang lebih menyebalkan lagi adalah perbandingan semena-mena para wanita itu antara murid-murid lama Hogwarts dengan murid dan guru baru itu.

Terlalu.

"Bayangkan! Aku dibandingkan dengan guru berbadan besar berambut klimis itu!" jerit James frustrasi. "Katanya aku kalah macho dan atletis darinya! Demi sempak Merlin! Aku ini atlet Quidditch terbaik Hogwarts! Dia? Dia yang reputasinya belum jelas dan hanya modal otot besar saja berani dibandingkan denganku?"

"Mari berdoa saja, lah. Semoga para perempuan itu tidak macam-macam di kelas nanti..."gumam Sirius lemas. "Kudengar, ada guru baru yang menggantikan Bins."

Memang benar apa kata Sirius. History of Magic kali ini diajarkan oleh salah satu guru baru. Guru yang memperkenalkan namanya sebagai Vash Zwingli. Guru yang terbliang muda ini hobi membawa-bawa sebuah benda aneh berwarna hitam dan panjang. Kalau kata beberapa murid, itu yang disebut para Muggle sebagai senapan. Entah itu asli atau bukan.

James merebahkan kepalanya di atas meja ketika profesor mereka membalikkan tubuh, menulis sesuatu di papan tulis seraya meracau angka dan peristiwa bersejarah. "Bosan. Mau diganti gurunya sekalipun tetap saja pelajaran ini membosankan..."

James tak sempat menghindar ketika peluru menghantam meja tepat di samping kepalanya. Bukan hanya sekali, tapi dua sampai tiga kali. Tembakan itu sukses membuat James kaku, sementara Sirius dan Remus yang duduk mengapitnya menjauh sejauh mungkin, kaget.

"Berani-beraninya kamu tidur pas pelajaran saya!" bentak Vash galak. Senapan laras panjangnya teracung tinggi dengan asap menyembul dari moncong senapan. "Kamu mau saya DOR, hah!"

Pelajaran pertama: Profesor baru History of Magic tidak bisa dianggap sepele. Sekali saja tidak memperhatikan pelajaran, nyawamu melayang.


Setelah mengalami senam jantung bersama Profesor Zwingli dan senapan tersayangnya, para murid kelas enam berjalan menuju kelas berikutnya, Charms. Beruntung kelas kali ini tidak diganti gurunya. Jadi, mereka tetap disambut oleh senyum hangat dan ramah dari Profesor Flitwick, guru Charms mereka sejak tingkat satu. Ah... Guru lama memang lebih menyenangkan. Paling tidak, mereka sudah hapal kebiasaan-kebiasaan guru-guru lama. Dibandingkan dulu ketika mereka tingkat pertama, mereka harus belajar keras untuk menyenangkan hati profesor mereka.

Pelajaran kedua: Murid tingkat lanjutan akan menghapal kebiasaan guru, karena kebiasaan guru lebih berpengaruh demi nilai yang aman, damai, sentosa, serta menyenangkan hati orang tua.

"Semuanya sudah berkumpul?" seru Profesor Flitwick ceria. Dengan mata bulatnya ia menatap berkeliling, memperhatikan dengan seksama para murid yang mulai masuk memenuhi kelasnya. "Bagus! Sekarang, untuk mengingat kembali mantra yang sudah kita pelajari minggu lalu, aku mau kalian maju satu per satu dan praktekan sekarang. Mulai dari kamu, Mr. Kirkland."

Arthur Kirkland, salah satu murid baru Gryffindor beralis tebal maju ke tengah kelas. Dengan gayanya yang santai dan tenang, ia mengeluarkan tongkatnya dari dalam jubah. Sebuah tongkat unik yang membuat semua orang di dalam kelas melongo dan melotot bingung. Beberapa berusaha mati-matian untuk menahan tawa. Wajar, karena mereka melihat tongkat aneh berwarna perak dengan hiasan bintang kerlap-kerlip di ujungnya.

... Tongkat unik yang menggelikan...

Arthur menarik napas panjang sambil mengacungkan tongkat bintangnya itu ke sebuah vas bunga yang harus ia pecahkan. Pemuda berambut pirang ini menarik napas dalam-dalam sebelum berteriak lantang:

"HOATA!"

Dan vas hancur berkeping-keping, meninggalkan Profesor Flitwick dan murid-murid lainnya terdiam seribu bahasa ketika mendengar mantra aneh tersebut.

Pelajaran tambahan untuk yang rajin: mencari arti mantra 'HOATA', asal muasal, serta kegunaannya. Peduli amat kalau itu harus memakan waktu berabad-abad di perpustakaan.


Dua pelajaran berakhir aneh. Pertama, History of Magic bagaikan berada di medan perang. Timah panas dari sang profesor selalu mengancam murid-muridnya untuk terus menyimak pelajaran. Tak ada celah sedikit pun bagi mereka untuk tidur seperti dulu. Kedua adalah mantra aneh yang dirapalkan oleh Arthur sukses membuat Profesor Flitwick kebingungan setengah mati. Ia malah menghiraukan murid-murid lainnya dan sibuk bergumul dengan tumpukan buku-buku tua maupun baru mencari arti sebenarnya mantra absurd itu.

Pelajaran ketiga. Potions.

Entah harus lega atau tidak, mengingat Profesor Slughorn tetap mengajar sebagai guru Potions, tapi dengan tambahan satu guru baru bernama Wang Yao yang bertugas sebagai asisten profesor.

"Semoga saja yang ini normal..." gumam James sambil mendorong pintu kelas bawah tanah lemas. Bagaimana tidak? Kepalanya nyaris tersambar peluru panas dari Profesor Zwingli. Dia juga kena sial di kelas Charms. Vas bunga yang diledakkan Arthur sedikit menggores pipinya. Tidak. Ia tidak mau berhadapan dengan murid ataupun guru sinting untuk kelas berikutnya, terima kasih.

Sayang, kenyataan berkata lain...

"Ayo, ayo! Semuanya mendekat, aru! Di sini saya punya barang tokcer punya, aru! Sakit pinggang, nyeri tulang, bahkan sakit hati ditinggal pacar juga bisa diobati, aru! Diare? Maag? Asam urat? Bisa saya atasi dengan obat punya saya ini, aru! Ini obat paling mujarab, aru, saya berani jamin! Dan ini khusus! Gak ada lagi yang jual obat manjur macam ini, aru! Paling mujarab, paling oke, aru! Dijamin tak akan menyesal beli obat saya, aru! Khusus buat murid-murid Hogwarts, saya kasih harga spesial! Beli dua gratis satu, aru! Buruan beli, aru! Mumpung murah, mumpung murah! Tidak puas, uang kembali, aru!" seru Wang Yao semangat.

James dan teman-temannya terdiam di ambang pintu. Mulut menganga lebar, penuh dengan pertanyaan yang tak bisa diungkapkan.

"... Dan sejak kapan kelas Potions berubah jadi toko obat begini...?" gumam Sirius, bingung.

Remus melihat dari ekor matanya seorang Severus Snape yang membenturkan kepalanya berkali-kali ke atas meja sambil meratap. Wajar kalau murid nomor satu di kelas Potions seperti dia mendadak harus menerima kenyataan bahwa kelas favoritnya telah diubah semena-mena menjadi toko obat dadakan oleh si guru pendamping...

Si manusia serigala bersurai madu mendesah pelan dan melirik Yao yang masih asyik berjualan. Herannya lagi, masih ada murid yang terpancing dan membeli obat aneh yang tak jelas campurannya itu.

'Mana mungkin Dumbledore meminta orang-orang aneh seperti ini untuk menjagaku? Yang ada malah aku semakin terancam bahaya...' pikir Remus.

Well, sepertinya untuk pertama kalinya dalam tiga bulan ini Remus benar-benar terbebas dari para Auror menyebalkan itu.

To Be Continued


A/N : Hyaaaa... Maaf banget saya telat update-nya! DX Mendadak banyak yang harus saya kerjain. Dan berhubung ini liburan, saya jadi sering jalan-jalan. Kalo gak nyokap saya yang ngajakin shopping sampe malem, ya jalan-jalan sama temen. Kemaren aja baru kelar gathering sama dosen plus anak-anak interior. Menyenangkan, lhooo~ Sayang, makannya daging-dagingan semua, saya gak bisa makan TT^TT

Higashiyama-san: INI UDAH DI-UPDATE! #gaknyantejuga Awww~ Maaf, tapi hati saya udah milik Ewan McGregor. Silakan diambil klaimnya dari abang satu itu :3 #plak Makasih reviewnya!

Ambudaff: Jujur, saya kaget dapet review dari Ambudaff OAO Wahaha! Ini baru keliatan si England doang yang pake tongkat. Yang lain kayaknya gak tau kapan, nih, keluar bawa-bawa tongkatnya. Hohoho. Sev keluar dikit, kebagian head desk pula. Hohoho. Makasih reviewnya!

Aiko-chan Lummierra: Ohoho! Hidup SBRL! XD Voldie sepertinya menaruh minat ke Remus 8D Iya, ini saya pakein nama-nama yang sama kayak Godfather sama Stronghold. Heheh. Ini James udah keluar. Makasih reviewnya!

Reizenscka: Salam kenal juga! Ehei~ Penggemar SBRL! XD #dansamacarena Makasih reviewnya!

RikuSena: Dirimu gak telat review, kok :3 Sekali-kali uke yang stres duluan. Ohohoho~ Tunggu sepak terjang seorang Francis, berduet dengan Gilbert, mengajar kelas Muggle Study! XD James nongol di sini dan porsinya lumayan banyak :3 Makasih reviewnya!

Bonnefoy Clementie: Selamat buat UAS-nya yang udah kelar! :D Ohohoho~ Kalo cinta SBRL, baca fic saya yang satu lagi doonng #promositerselubung #plak Biar Indo sama Nethere pisah, tapi tetep satu asrama, lho~ Makasih reviewnya!

Yukinaga Ezakiya: Ahaha. Gak apa-apa. Gimana hasilnya? Sukses? :3 Razak emang gitu. Over-protective. Ahaha! Makasih reviewnya!

Aruichii: Wahaha! Brutal amat sampe nyolong laptop sepupu XD Nggak, dong. Si Lovi dengan mulut dan sejarah mafianya lebih pas kalo masuk Slytherin. Hahaha. Lah? Nanti kalo mereka berantem gimana? Saya yang susah... Marauders aja udah ribet, kalo digabung Bad Touch, bisa tambah rusuh. Ohoho. Dan saya belom tamat main Angry Birds di hape saya... Makasih reviewnya!

Soeara Asia: Hoo... Bukannya emang ada propaganda atau surat kabar atau apapun itu yang pake kata 'Soeara Asia', ya? Lupa saya. Lama gak buka buku sejarah. Hohoho. Tiga bulan gak bisa bebas yayang-yayangan di atas tempat tidur :3 Pelatih Quidditch... anggep aja iya, kayak semacam guru. Makasih reviewnya!

Yoshioka Beillschmidt: Sekali-kali uke yang ngamuk. Ini jaman emansipasi uke! #plak Tokoh utama Hetalia... gak tau #plak bisa pindah-pindah, kok. Hehhee. Masalah tongkat-tongkatan, kan sebagian dari mereka gak bisa sihir. Jadi, mereka sebenernya gak punya tongkat sihir. Hahhaa. Makasih reviewnya!

Raikotsun: Kaibaaa~ XD Duh, jadi kangen si Sugar Baby satu itu... #peluksetokaiba Anggep aja para nations udah ngeliat banyak perang dan kematian, jadi bisa liat thestral :D Ini James udah nongol. Hehehe. Makasih reviewnya!

Skadihelias: Hohoho. Biar uke, kalo udah gak disentuh tiga bulan bisa jadi sangar juga dia. Ahahah! Dan pastinya pembagian tugas sama, doong~ Gilaaa, kita bikinnya udah setengah mati #apanya masa gak dipake? Hohoho! Makasih reviewnya!

Ry0kiku: Dirimu dewaaaa! XD Cepet kelarin presentasi, cepet libur! Liburan di depan mata! XD Emang iya gaya nulis saya... captivating? O.o #ngumpet #malu Kalo belom penetrasi itu lemon, foreplay itu lime. Kalo gak salah, sih... Kalo bukan Swiss, ntar gak bisa ngancem DOR, dong? 8D Iyaaa! Saya curcoool! DDX Makasih reviewnya, ya!

LunatiqueSakura: Ohohoho~ Semuanya udah saya pertimbangkan dengan sebaik mungkin! XD Dirimu gak suka twilight juga rupanya! Ayo kita tos! XD Dan yeah for CHINA AS POTION TEACHER! XD Makasih reviewnya, dan nope. Saya tetep mager akut :P

Dirimu yang males login: Emang gaya saya pas di Harpot gimana? O.o Dan hantunya juga gak jago ngajar. Hohoho! Makasih reviewnya, ya!

Eka Kuchiki: Pertanyaan random: dirimu udah libur? O.o Si Iggy ngebangunin sahur kayaknya. Pagi-pagi buta gitu XD Iyaa! Berhubung di sini Brunei gak ikut, jadi nama dia saya comot dengan tak elit buat jadi namanya Singapore. Saya males mikirin nama lagi #slap :P Hooo... Dirimu belajar bahasa Korea? O.o Makasih reviewnya!

Fujoshi Anonim: Banyak yang baru kelar UAS, ya? Gimana? Hasilnya memuaskan? :D Remus blushing itu manisss! XD Di chapter ini mulai kebaca dikit sekacau apa hidup mereka. Hahaha! Makasih reviewnya!

Kureha-alpha: Ahahah! Makasih buat pujiannya! Dan para auror itu saya bayar buat ganggu biar ini tetep rated T #plak Justru dipisah biar gak bisa macem-macem! Kasian Dumbledore, nanti jantungan ngeliat adegan yaoi dimana-mana #eh Makasih reviewnya!

Shin BC1801: Ahaha. Gak telat, kok :3 Selamat berlibur, yaa~ XD Dirimu mau masuk UI juga? Selamat berjuang! XD Iya, ya? Aih, untung gak ada. Hahaha. Dewa? Aduuh... kenapa saya dipanggil dewa mulu, sih? Jadi gak enak... #ngumpetmalu Silakan! Tapi harus berhadapan sama indo yang juga di Gryffindor! XD Makasih reviewnya, ya!

Risa Kirkland Cavallone: Haai! Selamat datang di teater paling gaje! :D Emang malay over-protective ke indo. Hohoho~ Makasih reviewnya!

Sip. Semuanya udah dibales, sekarang saatnya saya tidur! Beginilah kalo kebiasaan update tengah malem... #orz

Ada yang mau review? Diterima dengan tangan terbuka, lhoo~ :3