Disclaimer : Prince Of Tennis

Summary : Satu hari Tezuka bersama dengan Fuji dan Kikumaru...Ada apa gerangan?

WARNING: Unn...ini mungkin sedikit gila...jadi...ya...monggo atuh!

______________________________________________________

A DAY WITH A TENSAI

_'s Work_

Fuji tengah sendirian dirumahnya menonton televisi ketika tiba-tiba telepon rumahnya berdering…

KRRRING…KRRRING…

Fuji mengangkat gagang telepon itu dan langsung menjawab, "Ya? Ada apa. Tezuka?"

Dia tahu siapa yang meneleponnya tanpa perlu menanyakan nama sebelumnya…

"Fuji?! Kumohon tolong aku! Aku dalam masalah besar!", suara Tezuka melalui telepon terdengar panik

"Saa...benarkah? sebentar, aku buka pintunya...", Fuji bangkit dari sofanya lalu berjalan kearah pintu masuk rumahnya.

"Tunggu...Jadi sedari tadi kau tahu aku ada diluar?!", seru Tezuka melalui telepon.

CKLEK! Fuji membuka pintu rumahnya. Sambil tersenyum ia berkata, "Ya...Ayo masuk."

Tezuka menghela napas lalu ia masuk sambil berkata, "Hn..., Fuji, coba katakan padaku sejak kapan kau tahu aku berada diluar rumahmu?"

"E...to...Sejak mobilmu tiba didepan rumahku....Satu jam yang lalu kalau tidak salah?", jawab Fuji sambil mengira-ngira.

'Fuji...Orang jenius yang suka berpura-pura bodoh dan polos...Entah apa yang ada dipikirannya hingga ia tega-teganya melakukan hal ini padaku....Sukar ditebak jalan pikirannya dan ada-ada saja kelakuannya...', pikir Tezuka. Itulah definisi Fuji dimata seorang Tezuka.

"Lalu kalau kau tahu aku ada didepan sejak satu jam yang lalu itu, mengapa kau tidak membiarkan aku masuk sebelum menelepon?", tanya Tezuka sambil menghela nafas.

Fuji hanya tertawa kecil, "Hehe...Karena kau tidak bilang apa-apa!"

"Berhentilah berpura-pura bodoh, Fuji.... Aku bisa gila bila terus menerus bersama dengan orang-orang macammu dan Kikumaru...", keluh Tezuka sambil membuka sepatu.

"Gila saja kau... Tak apa kok!", komentar Fuji santai sambil melangkah masuk.

Tezuka membeku mendengar komentar Fuji yang kejam dan pedas.

"Nee, mengapa kau diam saja disana? Ayo masuk dan duduk. Aku buatkan teh, ya?", ujar Fuji lalu masuk kedapur untuk membuatkan teh.

Setelah Fuji menyuguhkan teh dan mereka sudah duduk, Fuji bertanya, "Saa...jadi apa 'masalah besar'mu itu?"

Tezuka yang baru saja akan meminum tehnya, terdiam. Fuji melihatnya lalu berkata, "Ah, silahkan diminum dulu..."

"Fiuh...Ah, Fuji, mana keluargamu?", tanya Tezuka setelah meminum tehnya.

"Oh, mereka pergi liburan ke Okinawa...Kejamnya meninggalkan aku sendirian disini...Hiks...", keluh Fuji dengan ekspresi agak kecewa.

"Baguslah...Setidaknya kau tidak akan bolos latihan tambahan minggu depan...", komentar Tezuka dingin.

"Dasar kakek tua...Nee, jadi apa sih 'masalah besar'mu tadi?", ucap Fuji santai.

"Apa kau bilang?! 'Kakek tua'?!", seru Tezuka kesal.

"Maa, maa...Tezuka...., nanti kerutan didahimu bertambah, loh! Hati-hati!", ledek Fuji riang.

"Diam kau....", ujar Tezuka. Dia terdiam lalu melanjutkan ceritanya. "Sebenarnya...., ayahku...., dia mau menjodohkanku dengan seseorang...", ucap Tezuka pelan.

Fuji yang tengah meminum tehnya, tersedak karena kaget. "Ack! Uhuk, uhuk! A-apaaa?!"

"Ya... ayahku akan menjodohkanku dengan anak perempuan dari pemilik 'Save and Rescue Corporation'.....", jelas Tezuka.

"Uhuk...Wao...Ekhem...Itukan perusahaan yang menguasai setengah dari pembuatan makanan hewan peliharaan didunia...", ucap Fuji kagum.

"Benar...Pemiliknya mau berkerjasama dengan kami melalui perjodohan ini...", tambah Tezuka.

"Dan kau adalah...anak laki-laki tunggal penerus perusahaan besar 'Tezuka Zone', bagian pendistribusian terbesar di Jepang?", tanya Fuji berpura-pura bertanya.

"Ja-jangan singgung-singgung masalah itu! Jadi aku harus bagaimana?", tanya Tezuka bingung dan putus asa.

"Ya ampun, Tezuka! Terima saja lamarannya! Perusahaanmu bisa makin kaya dengan kerjasama ini!", seru Fuji bersemangat.

"Apa?! Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kucintai! Itu namanya merusak masa depanku yang indah! Biar kaya sekalipun, kalau aku tidak memiliki pasangan hidup yang ideal, apa artinya?! Sama saja bohong!", bantah Tezuka.

"Lalu? Cobalah untuk mencintainya.", balas Fuji santai.

'Anak ini....Benar-benar...Pintar sekali menyahut omongan orang lain....', pikir Tezuka geram.

"Fufufu...Oke, oke, Tezuka...Aku mengerti, kok. Kau ingin meminta bantuanku untuk menggagalkan perjodohanmu, kan?", tanya Fuji sambil tertawa geli.

"....Hn...Akhirnya kau mengerti juga...", jawab Tezuka lega.

"Maa, tapi bagaimana caranya?", tanya Fuji polos.

SIIIIIING....

"Fuji...", bisik Tezuka.

"Hah? Iya?", ucap Fuji.

"Pikir...Kalau aku memiliki rencana, apa gunanya aku datang kemari?", tanya Tezuka kesal.

"Ummm....Minum teh mungkin?", jawab Fuji berpura-pura polos.

"Mati saja kau...Fuji, ini serius. Bisakah kau berhenti bercanda?", tanya Tezuka agak kesal.

"Iya, iya... Ah iya, sebenarnya aku punya sebuah ide yang bagus, loh! Bagaimana kalau kau bawa saja pacarmu untuk dikenalkan ke ayahmu?", usul Fuji sambil tersenyum seperti biasa.

"Fuji! Kau jenius! Tapi...., siapa?", ucap Tezuka.

"APAAA?! KAU BELUM PUNYA PACAR?! BOHONG!", seru Fuji hingga Tezuka nyaris terjungkal kebelakang.

"Jangan membuatku kaget dong! Kalau iya memangnya kenapa? Bukan urusanmu, kan?", tanya Tezuka sedikit terkejut.

"Tentu saja ini masalahku! Semua laki-laki didunia ini bisa repot kalau kau belum punya pacar! Yah, biarpun aku punya sih...", ucap Fuji.

Kali ini, Fuji yang dibuat kaget oleh Tezuka.

"APAA?! KAU SUDAH PUNYA PACAR?! KOK AKU TIDAK TAHU SIH?!", seru Tezuka kaget karena selama ini dia tidak mengetahuinya.

"E-eh...Memangnya kau harus tahu ya?", tanya Fuji gugup.

"Tentu saja! Nee, jadi siapa pacarmu?", tanya Tezuka penasaran.

"Sakuno-chan.", jawab Fuji senang.

"Ryu-Ryuuzaki-chan...? Jadi kau berhasil melalui Ryuuzaki-sensei?", tanya Tezuka tidak percaya.

"Ya~ Begitulah~ Aku hebat, kaaaan? Puji aku dong, Tezukaaa~", jawab Fuji bangga.

"Kau...benar-benar hebat....Ah, jadi, bolehkah kupinjam Ryuuzaki-chan?", tanya Tezuka.

"DITOLAK. Nee, Tezuka-kun, kalau sampai tersebar keluar kau pacaran dengan Sakuno-chan-ku, kau tahu apa yang akan terjadi padamu, kaaaaan?", tanya Fuji tersenyum penuh penekanan.

"Ba-baik...Jadi siapa, dong?", tanya Tezuka bingung.

"Ehee....Aku bisa.", jawab Fuji sambil menunjuk dirinya sendiri.

SIIIIIIIING....

"Ka-kau.....?", tanya Tezuka tidak percaya.

"Yup. Kalau cuma pura-pura, serahkan padaku, Syuusuke-sama!", ucap Fuji bangga.

"Ta-tapi, ka-kalau ketahuan dan tersebar ke publik...., mau taruh dimana mukaku...?", ucap Tezuka pelan.

"Tenang saja, Tezuka...Tidak akan pernah ketahuan....Aku sudah pernah melakukan ini lima kali, loh!", balas Fuji meyakinkan.

'Penjahat kelas kakap?!', pikir Tezuka.

"....aku pun...kalau sampai ketahuan pacaran dengan kakek tua ini....apa yang harus kukatakan pada teman-teman nanti....?", lanjut Fuji pelan.

"O-oke! Kau akan berpura-pura menjadi pacarku, kan?", jelas Tezuka sedikit gugup.

"Iyaaa...Tapi, mana ada waktu untuk menyiapkan pakaian, riasan, dan lain-lainnya? Tidak ada waktu...." ,ucap Fuji sedikit kecewa.

".....Fuji....", tiba-tiba Tezuka berbisik.

"Ya?", jawab Fuji sedikit terkejut.

"Aku kenal seseorang yang bisa melakukan hal itu dalam waktu singkat...", lanjut Tezuka.

"Nee, baguslah! Ayo kita pergi kesana!", seru Fuji bersemangat.

"........", Tezuka terdiam.

"Ng? Tezuka? Ada apa?", tanya Fuji bingung.

"Tidak apa....Ayo ikut aku...Tapi jangan kaget begitu sampai disana, ya?", ucap Tezuka sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Tergantung keadaan. Ayo kita pergi, Tezuka.", balas Fuji sambil berjalan kearah pintu masuk lalu mengenakan sepatunya.

Mereka masuk kedalam mobil Tezuka lalu melaju menuju kesebuah jalan....Sebuah jalan yang amat dikenal Fuji....Fuji segera sadar siapa orang yang dituju Tezuka...

"Tezuka....Kau bercanda...?", tanya Fuji setengah bengong.

"Tidak....Memang rumahnya yang kutuju....", jawab Tezuka singkat.

Mereka lalu berhenti disebuah rumah besar bergaya Jepang. Mereka turun dan Tezuka menekan belnya. Beberapa detik kemudian, seorang perempuan berambut hitam panjang keluar dari balik pintu gerbang coklat itu....

"Ah! Silahkan masuk!", seru gadis itu sambil mempersilahkan mereka masuk.

"Permisi....", ucap Tezuka pelan. Ia mengisyaratkan Fuji untuk mengikutinya.

Fuji, yang tengah kebingungan itu, hanya mengangkat bahunya, memasang ekspresi tersenyum seperti biasa, lalu mengikuti Tezuka masuk kedalam.

"Eto...Sebentar, ya? Ia sedang berbelanja bersama paman....", ucap gadis itu.

"Tak apa. Kami akan menunggu dikamarnya...", jawab Tezuka.

"Ah, kalau begitu silahkan. Aku akan membuatkan teh.", ucap gadis itu lalu melangkah masuk kedapur.

Tezuka dan Fuji melangkah masuk ke dalam sebuah kamar. Seekor kucing Himalaya menyambut mereka dengan cara berjalan melingkari kaki mereka. Mereka lalu duduk. Fuji langsung memalingkan wajahnya kearah Tezuka.

"Nee, Tezuka, jadi siapa orang didalam rumah ini yang kau maksud?", tanya Fuji penasaran.

"Echizen Ryoma.", jawab Tezuka singkat.

"Uun.....Ibunya Echizen maksudmu?", jelas Fuji sedikit tidak percaya.

"Bukan. Echizen Ryoma itu sendiri.", jawab Tezuka tegas.

"A-APAAA?! E-ECHIZEN?! MANIAK TENIS ITU?!", seru Fuji tidak percaya. Lagi-lagi Tezuka tejungkal kebelakang saking kagetnya.

"I-iya! Mau bukti? Kau ingat pesta minggu lalu?", tanya Tezuka.

"Pesta minggu lalu....Yang ada kejadian enam orang pingsan gara-gara meminum jus Inui yang tercampur kedalam Ponta yang kelihatannya masih tersegel itu? Yang ada kejadian Eiji dan Oishi bernyanyi duet lalu mereka jatuh gara-gara mikrofonnya terjatuh karena terinjak oleh seseorang bernama TEZUKA ya? Yang ada kejadian TEZUKA mabuk bersama dengan Eiji, Kaido, Momo-chan, dan Taka-san yang waktu itu ikutan mabuk lalu mereka bernyanyi-nyanyi semalam suntuk, medley, seperti orang gila itu ya? Lalu....", ucap Fuji yang berusaha...lebih tepatnya pura-pura mengingat kejadian-kejadian itu.

"Oke, oke! Stop! Aku tahu itu semua memalukan...Nah, kau ingat siapa yang tidak hadir waktu itu?", tanya Tezuka.

"E...Echizen-kun kalau tidak salah...Memangnya ada apa?", tanya Fuji bingung.

"Nah, sekarang, kau ingat wanita cantik yang agak pendek, berambut hijau tua panjang, ketus, dan gaya bicaranya seperti Echizen?", Tezuka balik bertanya.

"Ya...aku ingat...Dia nyaris mengambil Ponta buatan Inui tapi begitu melihat keenam orang yang pingsan itu, Pontanya ditaruh lagi....Memangnya kena...Hah?! Jangan-jangan...!", ucap Fuji tiba-tiba tersadar.

Tezuka mengangguk lalu berkata, "Ya...Itu dia...Dialah Echizen."

"Ta-tapi...bisa saja yang meriasnya adalah ibu atau wanita tadi, kan? Atau mungkin ayahnya itu?", tanya Fuji sedikit shock.

"Bukan...Ia merias dirinya sendiri..." ,ucap Tezuka pelan.

"Darimana kau tahu hal itu?", tanya Fuji bingung.

"Beberapa minggu yang lalu, aku datang kerumah Echizen untuk mengantarkan topinya yang tertinggal. Karena penasaran, aku bertanya kepada ibunya..."

FLASHBACK...

"Maaf... ,boleh saya bertanya sesuatu?", tanya Tezuka pada ibu Ryoma.

"Ya, tentu. Ada apa ya?", balas Rinko.

"Begini, Echizen tidak hadir pada pesta minggu lalu... Ada apa ya?", tanya Tezuka penasaran.

"Hah? Masa? Dia pergi kok.", jawab Rinko sedikit bingung.

Dari situ, aku mulai curiga akan keberadaan gadis tak diundang waktu itu....

"Dalam WUJUD apa dia keluar dari rumah?", tanya Tezuka gugup.

Dan ternyata....dugaanku benar....

"Dia keluar dalam wujud seorang wanita...Saya sendiri saja sampai kaget itu adalah dia....Setelah saya tanya mengapa ia pergi dengan penampilan seperti itu, katanya ia kalah taruhan dengan kakak-kakak kelasnya...", jelas Rinko sambil tersenyum geli.

THE END OF FLASHBACK

"Begitulah....", terang Tezuka.

"Saa....Ternyata Echizen punya bakat terpendam selain tenis, ya? Fufufu...", gumam Fuji sambil tersenyum geli.

CKLEK! Pintu kamar Ryoma terbuka dan masuklah Ryoma sambil membawa nampan yang berisi tiga gelas teh...

"Fuji-senpai....Tezuka-buchou....Apa yang kalian lakukan disini?", tanya Ryoma acuh sambil menaruh nampan itu dimeja lalu duduk didepan mereka.

Lalu Tezuka menjelaskan keadaan mereka padanya beserta maksud kedatangan mereka kesana....

"Jadi..", Ryoma memulai pembicaraan, "Kalian ingin aku merias Fuji-senpai hingga tampak seperti wanita?", lanjutnya.

"Begitulah...", ucap Tezuka.

"Tapi...", balas Ryoma kepada Fuji dengan nada mengejek, "Senpai punya penampilan sebagai seorang wanita tanpa perlu dirias, kok...", lanjutnya dengan maksud mengejek Fuji.

"Saa...Terima kasih...Jadi malu...", ucap Fuji sambil tersenyum polos.

'Ngg...Bukannya dibilang mirip wanita itu namanya menjatuhkan harga diri seorang laki-laki...?' ,pikir Tezuka dan Ryoma heran.

"Jadi...", mulai terasa aura yang berbeda dari Ryoma, "Senpai akan menyerahkan segala macam penampilan senpai padaku, kaaaaan?", lanjutnya horor.

"Saa...Mohon bantuannya, Echizen...", ucap Fuji sambil tersenyum dan ia tidak merasakan perubahan aura tersebut.

"Baiklah! Serahkan semuanya pada Ryoma-sama! Ayo, Fuji-senpai! Ikut akuuu~~~", ucap Ryoma liar sambil menarik tangan Fuji keluar kamar.

Tezuka....Ia duduk terdiam....Ia mendengar suara teriakan Fuji....Ia mendengar tawa setan Ryoma....Ia mendengar suara mesin-mesin yang bekerja...Entah apa yang dilakukan Ryoma pada Fuji....Tezuka tidak bisa membayangkannya....

'Kepada Fuji....Pengorbananmu takkan kusia-siakan seumur hidupku....Wahai sahabatku....', pikirnya dalam hati yang disusul suara Fuji yang terdengar menyayat hati....yang tak lama kemudian mengecil...dan menghilang....

_____________________________________________________________________________________________________________________

Yah...begitulah chapter pertama... semoga saja chapter kedua akan lebih baik...

Ditunggu reviewnyaa~~ (=^w^=)