"HAH YANG BENER AJA? MANA BISA CABE PASAR KAYAK LO DAPETIN CUCU KIAI!"

"Lo aja solat cuma setahun sekali, itu pun kalo lo gak kesiangan pas lebaran!"

"Ngaca, No. Itachi rajin ngaji, lah elo baca Iqro aja patah-patah!"

.

Aku Berhijrah!, a Naruto Fanfiction

Naruto © Masashi Kishimoto

FF ini merupakan kerjaa yang berasal dari cerita di kehidupan sehari-hari dicampur dengan imajinasi. Author tidak mengambil keuntungan apapun selain menyalurkan ide semata.

Genre: Romance/Friendship/Humor

Rate: T aja buat jaga-jaga

Warning(s):

Alternate universe lokal, OOC, pengetahuan author minim alias sotoy, humor garing krenyes, tidak sesuai EYD atau PUEBI alias gak baku, tidak selamanya dicek ulang karena mager, kemungkinan nyempil bahasa kasar, dsb.

Di sini gue gak ada niat bashing chara, ngancurin image chara, atau bahkan nyudutin komunitas manapun, jadi tolong jangan suuzhon ya please banget ini mah.

.

.

.

"Guys, gue boleh jujur gak?" Ino, mahasiswa berambut pirang, bertanya dengan gesture malu-malu babi.

"Jujur aja, No," jawab Choji sambil memakan nasi padangnya dengan nikmat. Tentu saja, di kampus mereka ini hanya ada satu rumah makan Padang yang sangat enak dengan harga bersahabat. Dan tempat itu terletak di dalam kantin GKU tempat mereka menikmati makan sore yang mereka sebut makan siang ini.

"Jujur apaan?" tanya Naruto sebelum kembali menyantap indomie-nya.

"Palingan cuma mau self-claim jadi viewer pertama story-nya Sasuke," cibir Sakura.

Ino memelototi Sakura. "Gue lagi serius!" serunya.

"Udah cepetan ngomong!" sahut Shikamaru yang bertopang dagu dengan mata yang setengah terpejam. Pemuda itu sebenarnya tengah berusaha mencuri-curi tidur karena waktunya tidurnya habis untuk membuat berbagai macam laporan organisasi sambil mengerjakan tugas kuliahnya, namun ia sama sekali tidak bisa menolak untuk mendengarkan teman dekatnya sejak kecil itu.

Ino berdeham, kemudian berucap pelan. "Jangan kaget, ya. Gue …, udah move on dari Sasuke,"

Naruto dan Shikamaru membeku dengan wajah heran yang masam. Choji berhenti mengunyah rendang. Sakura terdiam.

"Jadi …, lo udah bukan rival gue lagi?" tanya Sakura ragu-ragu.

"Gue mau tobat dari ngejar-ngejar Sasuke. Gue mau hijrah," lanjut Ino.

"Heh?"

"Gue baru tau ada cowok yang lebih baik dari Sasuke dan itu Kak Itachi. Jadi gue mau hijrah biar bisa sebanding sama Kak Itachi," tegas Ino.

Naruto tersedak kuah indomie-nya yang ditambahi cabe rawit potong. Shikamaru memasang wajah "are-you-fcking-kidding-me?" lengkap dengan postur agak membungkuk. Choji ternganga.

"HAH YANG BENER AJA?! MANA BISA CABE PASAR KAYAK LO DAPETIN CUCU KIAI!" teriak Sakura shock.

"Choji, tolong minum!" Naruto meminta tolong dengan suara parau.

Choji menggeser botol minum milik Shikamaru. "Lo serius, No?" tanyanya kemudian.

Ino mengangguk semangat. "Seratusrius!"

Shikamaru kali ini menepuk dahinya. "Astaga," gumam Shikamaru sambil memejamkan matanya.

"Ino, maaf nih kalo kesannya gue gak nyemangatin atau gimana. Tapi lo serius udah gak suka Sasuke lagi?" tanya Sakura. Alter ego sakura sudah menjerit-jerit riang karena saingannya berkurang.

"Nggak lah! Orang ada kakaknya, ngapain suka sama cowok yang ngelirik cewek aja kagak?" jawab Ino tegas.

"Tapi Kak Itachi kan alim," Choji memberi pendapat.

"Gak ada salahnya jadi alim dulu, kan? Siapa tau kalo gue udah alim Kak Itachi jadi demen ama gue!"

"Anjir!" keluh Naruto yang baru pulih dari tersedak sekaligus kepedasan. Pria berambut kuning itu kemudian menatap Ino dengan wajah "are-you-fcking-kidding-me" persis seperti Shikamaru tadi. "Yang bener aja elo sama Kak Itachi? Nyantri dari orok loh dia. Lah elo?" cibir Naruto yang memang sering dititipkan di rumah keluarga Itachi sejak kecil.

"Lo aja cuma solat setahun sekali, itu pun kalo lo gak kesiangan pas lebaran!" dukung Sakura. Entah mahasiswa berambut pink ini ada di kubu yang mana, yang jelas ia suka sekali membuka aib Ino.

"Ya gak masalah, dong. Pasti gemes-gemes adem gitu nanti pas udah nikah tiap subuh dibangunin Kak Itachi like, 'dek, bangun udah subuh,' gitu. Udah gitu diimamin, wah gila enak pasti ngajinya!" Ino berseru menggebu-gebu.

"Ngaca, No. Itachi rajin ngaji, lah elo baca Iqro aja patah-patah!" Shikamaru gatal ingin berkomentar.

Rambut Shikamaru yang terikat kini berantakan karena dijambak oleh Ino. "KAN NAMANYA JUGA BARU MAU HIJRAH!" pekik Ino kesal sambil menarik-narik rambut Shikamaru.

"Heh, udah udah!" Choji berusaha melerai kedua temannya.

"Gue gak habis pikir, No. Emangnya Kak Itachi mau sama cabe pasar kayak lo? Secara, cucunya Kiai Madara gitu," celetuk Sakura dengan niat menghujat tentunya.

"NGACA LO CABE-CABEAN FK JUGA NGEJAR ADENYA!" teriak Ino sambil berusaha menjambak Sakura.

"CABE-CABEAN FISIP GAK USAH BACOT!" Sakura balas berteriak sambil berusaha menjambak Ino.

Kali ini Naruto-lah yang terpaksa menjadi penengah antara Ino dan Sakura. Untung refleksnya cukup cepat.

"Udah dong, elah!" Naruto meringis. Setelah beberapa saat, akhirnya Sakura dan Ino kembali duduk walau masih ada kilat menyambar antara keduanya.

Shikamaru lagi-lagi menghela napas. "Lo gimana ceritanya bisa suka sama Itachi, sih?" tanya Shikamaru gusar.

.

Oke, mari kita flashback ke hari sebelumnya, yaitu Selasa dimana hanya Ino, Sakura, dan Naruto yang memiliki waktu luang di sore hari.

Entah sudah berapa lama Ino menunggu Sakura di kantin FK. Ia berkali-kali mondar-mandir sejak cuaca masih cukup terik hingga kini hujan mulai turun, namun mahasiswa berambut pink yang ia tunggu-tunggu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Padahal ia sudah menahan malu karena outfit-nya hari ini membuatnya terlihat jelas bahwa ia bukanlah anak FK, walaupun pada kenyataannya sama sekali tidak ada yang memperhatikannya.

"Argh, si anjir! Mana sih tuh orang?!" gerutu Ino kesal sambil mencoba menelepon Sakura.

"Mbak," Terdengar sebuah suara di belakang Ino.

Ino tidak menggubris suara tersebut karena masih sibuk menunggu Sakura mengangkat panggilannya.

"Mbak,"

Si anjir, ini masnya gak lihat kalo gue lagi nelpon? gerutu Ino dalam hati.

"Mbak, maaf banget ganggu. Mbaknya haid, ya?" suara tersebut kini bertanya walau dengan volume yang agak pelan.

Ino berbalik dan spontan menghardik mahasiswa tinggi di belakangnya. "Diem lo!" Namun ia terdiam ketika menyadari siapa yang berbicara. Lebih-lebih ketika mencerna perkataan mahasiswa tersebut. "Eh, gimana?" tanyanya setelah mengetahui mahasiswa tersebut merupakan seorang kating yang fotonya banyak dipajang di berbagai platform online milik kampus. Ini kating berprestasi bukan, sih?

Nampaknya cowok tersebut sangat legowo. Karena ia sama sekali tidak menunjukkan raut kesal atau membenci sekalipun Ino telah menghardiknya galak. "Rok belakang, maaf," ia memberi tahu dengan teramat sopan.

Hampir saja Ino menjerit panik dengan wajah yang kini berubah merah padam. "Tembus?" tanyanya pelan.

Cowok itu mengangguk kecil, kemudian menyodorkan sebuah kantong plastik. "Kebetulan tadi temen minta tolong beliin ini, tapi buat kamu dulu aja."

Ino memandang kantong plastik di tangan sang kating dan wajah kating itu sendiri secara bergantian. "Beneran, kak? Terus temen kakak gimana?"

Sang cowok tertawa renyah. "Gampang temen aku mah," jawabnya sangat santai, seolah berbicara dengan teman seangkatannya.

Pada akhirnya, Ino pun menerima kantong plastik tersebut. "Makasih banget, kak. Terus ini gimana gue ke kamar mandinya, ya?" ringis Ino tidak tahu diri.

Cowok itu kemudian melepas jaket yang dikenakannya, kemudian menyerahkannya pada Ino. "Tutupin pake ini," jawabnya.

Ino menatap cowok tersebut tidak percaya. "Seriusan, kak? Habis ini lo gak mau keluar FK, kan? Hujan, loh,"

"Mau ke sekre sih di rektorat. Nanti lagi ya, aku takut ditungguin," Cowok itu melambaikan tangannya dengan senyum manisnya, kemudian meninggalkan Ino yang bengong.

.

"YA TERUS LO TAU DARIMANA ITU KAK ITACHI?!" pekik Sakura gemas.

Ino cengengesan. "Di saku jaketnya ada nametag kepanitiaan Unicup. Yang namanya Itachi Uchiha terus ngikut kepanitiaan Unicup ya cuma Itachi ketua BEM, lah. Gue baru ngeh juga sih kalo Kak Itachi itu lebih oke dari adiknya,"

"Yang oke kan akhlaknya. Lah emang lo ada akhlak?" cibir Naruto.

Tak lama kemudian …. "ANJING AMPUN IYA INO BERAKHLAK MULIA NARUTO PENUH DOSA!" jerit Naruto sambil meronta-ronta karena rambutnya dijambak oleh Ino.

"Jambak aja, No, gak masalah!" Sakura mengompori Ino.

"Begini-begini gue dulu sekolah di sekolah Islam, ya!" omel Ino sambil terus menjambak Naruto.

"IYA MAKANYA UDAH DONG NO YA ALLAH!" ringis Naruto pasrah.

Akhirnya, Ino pun melepaskan jambakannya.

Shikamaru menghela napas. "Astaga, temen-temen gue gini bener, dah," gerutunya.

.

Rumah keluarga Yamanaka. Ayah Ino tengah menyesap kopi sambil membaca koran yang datang tadi pagi. Ibu Ino tengah merajut entah merajut apa. Sedangkan Ino yang duduk di dekat kedua orang tuanya terlihat gugup entah kenapa.

Ayah Ino menyadari bahwa putrinya seperti ingin menyampaikan sesuatu, lalu menurunkan korannya dan menatap putri semata wayangnya. "Kenapa, Ino?" tanya Sang Ayah.

Terciduk ingin bicara, wajah Ino menunjukkan ekspresi malu-malu babi lengkap dengan blush alami di pipinya. "Em …, ayah, ibu …. Ino …, Ino boleh jujur, nggak?" tanya Ino gugup.

"Ngomong aja, Sayang. Gak ada yang larang, kok," jawab ibunya santai.

"Ino …, mau hijrah,"

Ayah Ino membulatkan matanya terkejut. Ibu Ino menjatuhkan rajutannya dan menatap putrinya tidak percaya.

"Kamu pulang ke rumah emang buat ngomongin masalah ini?"

Ino mengangguk dengan wajah tanpa dosa.

Ayah Ino berusaha untuk mengembalikan wibawanya sebagai ayah dengan berdeham, kemudian angkat bicara. "Ayah gak ngelarang, tapi kamu tiba-tiba mau hijrah karena apa, ya?"

Merasa diinterogasi, Ino menundukkan kepalanya malu-malu. "Ja-jadi, Ino terinspirasi gitu sama kating, dia ketua BEM univ. Anaknya soleh banget. Ino juga mau kayak dia,"

Sang ayah kemudian beristighfar walau pelan. Namun ternyata cukup keras hingga terdengar oleh istrinya. "Ayah kenapa istighfar, sih? Bagus dong kalo anaknya mau hijrah!" omel Ibu Ino. Kemudian wanita paruh baya tersebut menatap putrinya dengan tatapan haru. "Besok Ibu ke Sency sekalian beliin kamu baju-baju baru yang tertutup, ya. Sekalian Ibu cariin kerudung juga. Pelan-pelan aja, nanti juga kamu terbiasa," katanya semangat.

Ino langsung memeluk ibunya erat. "Ibu supportive banget, deh! Sayang banget!"

Ayah Ino menghela napas. "Bukannya Ayah gak support kamu hijrah, ya. Tapi kalau hijrahnya karena cowok, nanti balasan tertinggi yang kamu dapetin ya …," Ayah Ino menghentikan omongannya karena kedua perempuan di hadapannya ini sibuk bergosip.

"IYA IBU! DIA GANTENG BANGET!"

"Udah ganteng, soleh pula. Anak Ibu pasti bisa dapetin calon mantu yang itu!"

"Ya Allah," gumam Ayah Ino yang pasrah melihat kedua wanita berharga di hidupnya, kemudian kembali pada korannya.

.

"Kalo lo butuh apa-apa, lo boleh ngehubungin gue kapan aja. Siapa tau gue bisa bantu," Kalimat yang pernah Shikamaru ucapkan ini terus terngiang-ngiang di benaknya ketika melihat layar HP-nya yang menampilkan adanya panggilan masuk. Wajah Shikamaru yang sedari tadi sudah masam kini bertambah masam ketika menyadari siapa yang meneleponnya tengah malam begini

Gue pasti udah gila waktu ngomong kayak gitu. Bener-bener ngerepotin banget kalo gue harus jawab telepon di waktu gabut gue yang berharga. Tapi, kalo gue biarin, pasti notif WA gue bakalan penuh spam chat. Emang harusnya gue gak usah kerajinan ngorbanin diri buat jadi pendengar, Pikiran malas Shikamaru terus berkecamuk sebelum akhirnya Shikamaru mengangkat panggilan tersebut.

"Ha—"

"SHIKAMARUUU! TOLONGIN GUEEE!" Suara cempreng Ino menjerit tepat di telinga Shikamaru.

.

TBC

.

A/n:

Gak boong gue kaget banget waktu ngecek chapter ini setelah publish tadi, LAH KOK JADI KODINGAN SEMUA MACEM TUGAS GUE DULU ANJAY :")))

Mohon maaf ya temen-temen atas ketidaknyamanannya. Ini gue udah replace. Tumben banget gue upload docs-nya modal copas dari words malah keluar sama sourcenya, biasanya fine-fine aja. Semoga gak kebawa lagi lah html-nya plis ini mah gedekin banget gaboong lol.

Oke, balik ke author's note yang sebenernya. Seperti yang gue bilang di awal, ini ff terinspirasi dari kehidupan sehari-hari gue dan orang-orang di sekitar gue. Berhubung ini temanya kinda religious dan berkaitan erat dengan daily life (terutama mahasiswa), mungkin bagi yang lebih berpengalaman bisa banget ngasih koreksi atau bahkan sharing pengalaman. Kebetulan gue juga masih perlu belajar lagi karena belom terlalu banyak pengalaman terlibat politik kampus sebagai pengurus ormawa hehe. Jadi jangan lupa follow, fav, dan review kalo masih penasaran sama perjuangan hijrah Ino demi bisa menarik hati Sang Ketua BEM Uchiha!

Makasih banyak ya udah baca! UwU