Naruto © Masashi Kishimoto ǀ Neji Hyuuga & Tenten ǀ I take no material profits from writing this fanfiction.


Warning: AU.


"Kakiku lelah, Neji. Bisakah kau berhenti?" Gadis bercepol dua itu kembali mengeluh, membuat si lelaki berambut panjang yang berjalan lebih dahulu akhirnya menghentikan langkah dan menoleh ke belakang.

Saat ini, mereka sedang berada di salah satu mall yang ada di pusat kota. Neji meminta gadis itu untuk menemaninya menguntit adik sepupunya yang tengah diculik –berkencan, sebenarnya– oleh seorang pemuda berambut pirang.

Tenten akhirnya sampai di dekat Neji. Sungguh, ia sangat pegal berkeliling sedari tadi. Ditambah lagi, Neji berjalan dengan cepat, membuatnya kewalahan mengikuti langkah pria itu.

Gadis half chinese itu mengatur napasnya yang masih terengah-engah sebelum menyeka keringat yang membasahi dahinya, "Ayo istirahat dulu saja?" pintanya sungguh-sungguh dengan raut wajah memelas.

Lelaki bermarga Hyuuga menatapnya datar, "Kita harus cepat atau akan kehilangan jejak mereka."

Apa? Hey, apa? Tenten tidak salah dengar, kan? Seberapa besar sih brother complex yang Neji derita? Sampai-sampai pria itu harus menjadi stalker seperti ini.

Tahu begini, lebih baik ia bersantai-santai di rumah daripada menerima permintaan lelaki itu. Namun apalah daya saat tadi pagi Neji memohon padanya untuk pergi ke mall bersama-sama. Mana ia tega untuk menolak, coba?

Tenten kira, Neji akan mengajaknya berkencan. Eh, kenyataannya malah memata-matai orang yang sedang berkencan. Ia menghela napas, lelah.

"Ya sudah, aku mau pulang saja kalau begitu," sungut gadis itu pada akhirnya.

Apa Neji tidak mengerti definisi dari pegal? Ia membatin dengan kesal.

Sedangkan si pemuda bernetra amethyst hanya diam dan malah kembali menatap ke arah depan. Lelaki itu lantas setengah membungkuk di hadapan Tenten, membuat sang gadis mengerutkan keningnya heran.

"Ya sudah, ayo naik!" ujar Neji kemudian.

Tenten masih mematung, tak paham.

Neji kembali menoleh dengan wajah flatnya, "Ayo, kugendong."

"Hah?"

"Cepat!"

Mendengar nada bicara Neji yang seolah kehilangan kesabaran, Tenten segera naik ke punggung lelaki itu. Gadis bersurai coklat mellingkarkan kedua lengannya ke leher sang pemuda dan menelusupkan kepalanya ke bahu Neji. Ia bisa menghirup aroma rambut panjang terurai Neji yang sangat harum dan terasa lembut, juga kehangatan yang lelaki itu pancarkan.

Ia memejamkan matanya secara tak sadar. Merasa nyaman di belakang tubuh sang pemuda.

Kedua pipinya bersemu merah.

Tanpa tedeng aling-aling, lelaki itu lantas mulai berdiri dengan mengangkat gadis dalam gendongannya dan mulai melangkah.

"Ne-neji?"

"Hm."

"Kenapa kau menggendongku?" Tenten bertanya di kala mereka sudah berjalan cukup lama. Melepaskan rasa ganjil yang menghinggapi batinnya.

Neji mempercepat langkahnya demi menyusul sang adik sepupu yang mulai menjauh dan nyaris hilang dari pandangan. Ia lantas menjawab gadis di belakangnya datar, "Katanya kau capek, kan?"

Mendengar perkataan pemuda itu, kedua sudut bibirnya terangkat.

Ah, tolong ingatkan Tenten untuk selalu berkata 'Aku lelah' saat ia berjalan dengan lelaki itu.

Kalau dapat piggy back rides begini sih, diajak keliling mall dua puluh empat jam juga ia tak akan keberatan.


A/N: ha-halo, hehehe. Sebenernya udah dari lama pengen nulis tentang mereka tapi idenya baru nongol sekarang:')