Disclaimer:

Hetalia © Himaruya Hidekaz

Genre: Romance/Drama/Family/Friendship

Warning: OOC, OCMale!Indonesia, sho-ai, typos

xXx

Summary : Perjuangan Indonesia sebagai pekerja keras agak mata duitan karena hidup susah dan merasa bertanggung jawab untuk masa depan keluarganya, yakni sang ibu tiri Ukraina dan kedua adik tirinya, Singapura dan Taiwan, setelah meninggalnya sang ayah.

Perhatian : Cerita ini fiksi, hanya untuk hiburan belaka. Alur cerita dan penokohan di dalamnya hanya imajinasi penulis. Jika ada personifikasi yang jadi pelayan, raja, bangsawan, petani, direktur, karyawan atau bahkan sudah mati tidak ada hubungannya dengan negara aslinya.

xXx

Alternate Universe Hetalia : Indonesia Story

xXx

~Ch 13 : Hari Pesta Besar~

"Kau benar-benar tidak datang ke pesta?" tanya Spanyol sambil memakai jaketnya.

"Tidak, aku lembur hari ini, ada bonus soalnya," jawab Indonesia dengan jempol terangkat plus senyum bahagia.

"Begitu? Agak menakutkan melihat kecintaanmu akan uang, mengingatkanku pada seseorang," ucap Spanyol datar, "tapi jangan lupa istirahat lho."

"Jangan khawatir, aku selalu menjaga kesehatan dan asupan gizi seluruh keluargaku karena sakit hanya akan menambah pengeluaran," jawab Indonesia serius dengan muka menakutkan.

"Kalau begitu aku pergi dulu, mau ketemu Romano di pesta," pamit Spanyol sambil berjalan keluar melambai-lambai ke arah Indonesia dengan wajah yang berseri-seri, melihatnya saja ikut bahagia.

"Semoga beruntung," jawab Indonesia memberi semangat dan senyuman.

Setelah Spanyol benar-benar pergi, Indonesia segera melanjutkan pekerjaannya. Masih banyak yang harus disortir dan barang yang perlu diantar secepatnya. Karena pesta membuat minat para pekerja untuk lembur berkurang drastis walau sudah diiming-imingi upah lembur lebih besar. Bisa dilihat yang masih berada di kantor hanya Indonesia dan beberapa orang.

"Gawat Indonesia!" teriak Prussia tepat di belakang Indonesia yang khusyuk(?) bekerja.

"Ada apa senior Prussia? Kau mengagetkanku tahu!" jawab Indonesia sewot karena konsentrasinya buyar.

"Gawat! Ada paket untuk istana yang belum dikirim! Deadline-nya hari ini! Ini kiriman khusus!" teriak Prussia OOC, tapi itu memang bahaya, menyangkut harkat dan martabat perusahaan. Jika terjadi sesuatu yang buruk dengan perusahaan ini apa yang akan terjadi dengan Indonesia. Dia tidak ingin memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

"Bagaimana bisa terlewat? Bukannya tadi sudah diantar semua oleh Perancis?"

"Sepertinya paket ini datang terlambat, jadi tidak sempat diantar. Dasar! Bagaimana bisa kiriman penting ini baru datang di saat-saat terakhir?! Kalau begini terus yang kena getahnya perusahaan kita yang awesome ini!" Prussia marah-marah, "Padahal aku ada kencan dengan Kanada setelah ini."

*Gubrak!

'Dia mau kencan ternyata' pikir Indonesia agak menyesal berpikir bahwa Prussia benar-benar mengkhawatirkan nama perusahaan.

"Baiklah, biar saya saja yang mengantar," tanpa ba-bi-bu Indonesia langsung mengajukan diri.

"Waai! Benarkah? Terima kasih Indonesia," ucap Prussia girang sambil memeluk Indonesia. Indonesia blushing.

"Tidak masalah, pekerjaan sortiran ini bisa dilanjut besok," Indonesia merapikan surat-surat di mejanya lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Prussia menarik tangan Indonesia.

"Ada masalah apa lagi? Kalau tidak segera diantarkan bisa gawat!" ucap Indonesia sedikit sewot karena kaget dan hampir jatuh ke belakang.

"Kau yakin mau mengantar paket yang awesome untuk istana dengan penampilan seperti itu?"

Indonesia melihat sejenak penampilannya. Kemeja putih lengan pendek yang lebih mirip krem daripada putih, celana panjang agak kebesaran, sandal karet ternyaman di dunia yang selalu menemani Indonesia di kala senang dan susah, tak lupa wajahnya yang tampak berminyak belum cuci muka seharian.

"Kau cuci muka dulu dan berpakaian dengan pantas sebagai kurir khusus hari ini."

"Siap, aku ke kamar mandi dulu," Indonesia dengan jawaban santai langsung berjalan menuju kamar mandi kantor.

'Dasar, tidak peduli penampilan juga ada batasnya, sayang padahal wajahnya manis, ehh?!' pikir Prussia tapi ia langsung menghentikan lamunan gilanya lalu melanjutkan mencari baju yang rapi dari lemari adiknya. Menurutnya sebagai kurir khusus istana harus berpenampilan pantas walau tidak harus seheboh Perancis.

"Apa tidak ada baju lain? Aku tenggelam dengan baju ini," ucap Indonesia mencoba pakaian pilihan Prussia.

Sepertinya Prussia lupa dengan ukuran tubuh Indonesia yang kecil kurus kayak cewek (ditampar Indonesia). Dengan waktu yang tidak banyak tersisa dan sebelum menjadi masalah yang besar Prussia mendapat ide.

"Tenang saja Indonesia, serahkan masalah ini padaku!" Prussia langsung ke ruangan sebelah sambil membawa baju yang tadi kebesaran. Beberapa menit kemudia Prussia kembali ke ruangan Indonesia menunggu.

"Wah keren Prussia! Bajunya pas. Jangan-jangan kau memang awesome?" ucap Indonesia senang melihat penampilannya.

"Kesese, aku ini selalu awesome dari dulu, kau baru sadar?" jawab Prussia narsis.

Prussia memperbaiki pakaian Jerman menjadi muat di badan Indonesia dalam waktu singkat. Prussia benar-benar awesome! Mungkin karena sohibnya Perancis membuatnya jadi ahli masalah pakaian.

"Baiklah kita berangkat bersama, sekalian toh sama-sama ke istana," ucap Prussia memberikan tanda pengenal kurir perusahaan kepada Indonesia dan menuntunnya ke kereta kuda yang sudah dipesannya tadi.

"Tapi jangan lupa Indonesia, nanti segera kembalikan bajunya, aku akan menunggu di kantor," ucap Prussia tiba-tiba dengan wajah pucat.

"Kenapa? Aku ingin mencucinya dulu sebelum kukembalikan," tanya Indonesia saat mereka dalam kereta kuda membawa paket istimewa tersebut.

"Jangan! Aku baru ingat baju itu mau dipakai Jerman untuk keluar dengan Italia besok, aku harus memperbaiki bajunya kembali sebelum Jerman tahu. Bisa-bisa stok birku disita," wajah Prussia menjadi ketakutan setengah mati membayangkan hal buruk terjadi besok jika Jerman mendapati baju kesayangannya menyusut dalam semalam.

"Oh, baik, aku berjanji," ucap Indonesia sambil berdoa dalam hati agar pengiriman paket ini berjalan lancar. Dia ikut takut kalau Jerman marah.

Indonesia melihat lagi pakaian yang dipinjam dari bosnya lewat Prussia. Seperti baju bangsawan, jangan-jangan Jerman masih keturunan bangsawan. Indonesia merasa tidak nyaman dengan kemewahan ini.

Tiba-tiba Prussia menepuk punggung Indonesia. Indonesia sontak menegakkan punggungnya, sepertinya ia bermaksud agar Indonesia lebih percaya diri sebagai kurir khusus istana dan bangga membawa nama perusahaan.

"Meskipun hanya sementara, ingat kau kurir khusus sekarang, beri pelayanan terbaik dari perusahaan awesome kita," ucap Prussia dengan nada penyemangat.

'Kadang Prussia benar-benar bisa menjadi senior teladan,' pikir Indonesia, 'Seharusnya dia sering-sering begini,' Indonesia hanya menghela nafas memikirkannya.

~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~

Ruangan pesta benar-benar gemerlapan, dekorasi dengan dominasi warna putih dengan ornamen emas. Langit-langit yang tinggi dengan lampu kristal yang menerangi seluruh ruangan. Tak lupa hidangan-hidangan yang tampak lezat ditata rapi memenuhi meja yang juga telah dihias sedemikian rupa. Musik iringan pesta juga membuat suasana lebih hidup, mengiringi dansa pembuka pesta meriah ini.

Ruangan juga penuh dengan para undangan karena seluruh rakyat mendapat undangan pesta, begitu perintah sang raja, Amerika, yang secara pribadi mengawasi persiapan pesta agar tidak terjadi penyelewengan di pihak panitia persiapan. Wuih! Patut dicontoh Amerika ini meskipun itu karena disuruh Inggris.

Di salah satu sudut ruangan pesta Belanda sedang ngobrol dengan bangsawan yang juga tamu penting pesta tersebut. Menggantikan ayahnya yang masih meladeni tamu penting lain. Kalau nanti ia jadi raja, harus bisa menangani keinginan para bangsawan yang kadang kelewatan tapi keberadaan mereka juga penting untuk mendukung kerajaan.

"Selamat malam Pangeran. Ini pesta yang meriah benar-benar luar biasa," ucap seorang laki-laki tua, yang Belanda ingat-ingat dari keluarga Bonnefoy.

Beberapa menit Belanda harus meladeni basa-basi dari kepala keluarga Bonnefoy itu.

"Oh, iya. Kenalkan ini putriku, Monako," ucap laki-laki itu, gadis di sampingnya mengangguk mengenalkan diri. Belanda juga membalas perkenalan tersebut.

Tujuan utama pak tua itu muncul yaitu mengenalkan anaknya.

Biarpun Belanda tidak ramah, ekspresi datar, gila bisnis, dan kadang mengacuhkan orang penting yang tidak menarik minatnya, posisinya sebagai pangeran masih memiliki nilai tinggi. Membuat orang-orang 'itu' bertahan di sekitarnya untuk mendapat keuntungan.

"Bagaimana kalau kalian berdansa? Supaya saling mengenal," lanjut pak tua Bonnefoy. Belanda dan Monako hanya diam membeku terkejut.

Dengan cepat Belanda menoleh ke sekitarnya jika ada kenalannya yang bisa dijadikan alasan kabur. Jepang? Dia masih berburu(?) dengan Hungaria di depan panggung. Belgia? Sedang melayani sesi foto kedua orang tuanya, yang posenya kayak pose prewedding gagal sok romantis. Menurut Belanda lebih mirip foto artis kalender(?) tapi di mata para fujoshi dan fujodanshi ini adalah anugerah. Kanada? Lupakan, dia sulit dicari dengan mata telanjang. (Kanada : author jahat bgt T^T, Author : waa! Sorry Kanada, jangan nangis \(0.0')/ ).

Tidak ada kenalan lainnya yang terlihat, Belanda menyerah dan berusaha menjawab ajakan berdansa tanpa terlihat aneh.

Memberi isyarat untuk pergi, Monako menarik Belanda untuk menjauh dari ayahnya.

"Aku tahu kau tidak ingin berdansa," ucap Monako tanpa menoleh ke Belanda. Saat ini mereka sedang di bagian makanan.

"Aku juga tidak ingin berdansa," ucap Monako lagi sebelum Belanda sempat menjawabnya.

"Lalu?" tanya Belanda.

"Kalau bersama ayah aku tidak leluasa," ucap Monako meletakkan piringnya, "aku mau mencari kakakku dulu, terimakasih," ucap Monako lagi lalu pergi meninggalkan Belanda yang masih diam.

'Apa aku...tidak menarik...?' pikir Belanda galau, dia sedikit narsis. Harga dirinya tergores. Wajahnya ikut suram sampai membuat anak kecil yang melihatnya ketakutan. Dengan sadar diri Belanda berjalan meninggalkan tempat itu.

Kakinya melangkah menuju balkon mencari angin segar. Sedikit lelah Belanda duduk di lantai menyandarkan punggungnya ke dinding. Bersembunyi dari suasana pesta meriah yang membuatnya lelah setelah bersandiwara di sana.

Memandangi langit malam dengan sebatang rokok di mulutnya. Belanda membayangkan sang pujaan hati datang ke pesta. Dia akan menjadi orang pertama yang menghampirinya, lalu mengajaknya berdansa, lalu berkenalan, berjanji bertemu lagi di kota. Lalu? Tidak ingin melanjutkan bayangannya, membuatnya makin rindu.

Rasa kecewa menyeruak di hatinya. Padahal dia sangat ingin bertemu dengan 'dia', mengenalnya lebih jauh, dan mungkin langsung mengenalkan 'dia' ke Inggris dan Amerika. Tapi harapan itu pupus kemarin setelah mendapat laporan dari Belgia yang mengatakan bahwa orang yang ditunggu tidak akan datang ke pesta.

'Maaf, ada orang yang kusukai.'

~Bersambung~

~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~

Akhirnya chapter 13 selesai! Chapter ini saya rubah berkali-kali karena selalu merasa ada yang kurang pas, hufff, yang penting selesai lalu upload^^

Maafkan jika ada typo atau yang ganjil, baru cek beberapa bagian soalnya.

Sudah dulu, saya mau lanjut nulis chapter 14, bye^^

Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa fave and review^^

Sampai bertemu di cerita selanjutnya^^