Diamond no Ace by Terajima Yuuji

ONE DAY

By Whulan Yanagishita

Warning: BL, OOC, Typo bertebaran.

Enjoy and Happy Reading

.

.

.

.

Sawamura sudah memutuskan bahwa dirinya akan memasuki sekolah Seidou. Ia masuk sekolah itu bukan karna tawaran yang diajukan Rei Takashima, assisten direktur dari SMA Seidou, bukan karna Seidou adalah sekolah baseball terkenal yang telah menghasilkan banyak pemain berbakat, bukan juga karna dirinya yang mendapat tawaran beasiswa. Tapi karna kehadiran dari sosok Miyuki Kazuya, si catcher utama Seidou. Dirinya tidak bisa melupakan bagaimana suara yang dihasilkan dari bola yang dilemparkannya menyentuh mitt. Dirinya ingin mendengar suara itu lagi dan yang dapat membantunya menciptakan suara itu adalah tangkapan dari Miyuki. Itu lah sebabnya dirinya akan memasuki sekolah Seidou.

Namun sebenarnya bukan hanya itu saja alasannya utamanya. Entah bagaimana dari lubuk hatinya yang paling dalam, Sawamura ingin lagi bertemu dengan Miyuki, ingin melihat raut dan tawa menyebalkannya. Sawamura tidak akan pernah melupakan bagaimana perasaan mendebarkan itu. Apa karna dirinya akan bersekolah ditempat sekelas Seidou atau karna pertemuannya dengan Miyuki. Entahlah, tapi yang jelas setelah ini dirinya dapat mewujudkan impiannya menjadi Ace dalam tim baseball dan juga bertemu dengan Miyuki Kazuya.

.

.

.

.

3 bulan sudah Sawamura bersekolah di Seidou. Susah, senang, letih, sedih sudah ia lalui. Dan dirinya pun menyadari jika jalan menjadi Ace tidak lah mudah. Apalagi dengan kehadiran Furuya, rival sekaligus teman satu angkatannya yang memiliki lempara monster. Hari ini, dimalam - malam seperti biasanya Sawamura dan para senpai lainnya berkumpul dalam satu kamar yang bernomor 11. Kamar yang salah satunya ditempati Miyuki. Berkumpul disini merupakan rutinitas sehari - hari dan Sawamura pun senang akan hal itu. Karna dirinya dapat bertemu dan berlama - lama bersama dengan Miyuki.

Disana terlihat Tetsu dan Jun yang asik bermain sogi. Kuramochi yang sedang bermain game dengan Nakata. Masuko yang tertidur lelap disalah satu kasur. Dan juga beberapa senpai yang Sawamura tidak hafal namanya.

"Hei Sawamura bisakah kau membelikan aku minuman" ujar Kuramochi.

Sawamura yang saat itu sedang menyaksikan permainan sogi antar Tetsu dan Jun mengerutkan dahi. "Kenapa aku yang harus beli, kau sendiri saja Kuramochi senpai".

Setelah itu sebuah remot tv meluncur indah tepat di dahi Sawamura. Membuat rasa nyeri yang tak tertahankan. Pelakunya pelemparan sendiri tak lain dan tak bukan adalah teman sekamarnya, Kuramochi Youichi.

"Ittai Kuramochi senpai. Ada masalah apa sih kau ini".

"Masalahmu karna kau menolak membelikan kami minum".

"Wooiiii adik kelas bukan pembantunya para senpai".

Tak jauh disana, diatas kasur, Miyuki yang menyaksikan pertengkaran Sawamura dan Kuramochi tertawa terbahak – bahak. "Hahahahaha kau memang terbaik Sawamura dan omong - omong lihat jidatmu hahaha".

"Berisik kau Miyuki senpai dan kau Tetsu senpai, Jun senpai kalau mau tertawa ya tertawa saja jangan disembunyikan. Dari sini aku tau kalian menertawakan ku". Dan tak lama kemudian kamar yang sudah dijadikan basecamp anggota tim Seidou pun pecah akan tawa yang mempertawakan dahi Sawamura yang benjol. Sedangkan Sawamura hanya bisa mendumel dalam hati sambil memaki Kuramochi.

"Hahaha baiklah akan aku temani kau Sawamura" Miyuki yang usai tertawa segera bangkit dan menawarkan dirinya untuk menemani Sawamura.

Ragu sejenak. Hati Sawamura tiba - tiba berdebara, dirinya dan Miyuki akan pergi berdua. Membeli minum. Ditengah malam.

Dengan gerakan yang terasa kaku, Sawamura pun bangkit berdiri dan berjalan mendekati Miyuki yang saat itu sudah berada di depan pintu. Setelah jarak mereka tak lebih dari 1 meter, Miyuki tiba - tiba mengulurkan tangan dan merangkul pundak Sawamura.

"Ayo kita berangkat" ajak Miyuki.

"Tunggu Minyuki senpai" cegah Furuya. "Aku ikut dengan kalian" lanjutnya kemudian.

"Eh tidak Furuya, kau belum selesai memijat pundakku" seru Jun.

"Tapi... "

"Hahaha sudahlah Furuya biarkan mereka berdua yang beli. Oi Miyuki seperti biasa ya" seru Tetsu

"Aku juga seperti biasa"

"Aku juga"

"Belikan aku puding juga"

"Kalau itu kau beli saja sendiri Masuko senpai" kali ini Miyuki yang bicara.

Setelah mencatat pesanan dari para senpai, Sawamura dan Miyuki pun segera pergi.

.

.

.

.

Di Depan Mesin Penjual Minum

"Para senpai keterlaluan, masa adek kelas disuruh ini itu. Iya kalau sedikit, ini sudah keterlaluan banyaknya pesanan. Mana ngutang lagi, " Sambil memencet mesin penjual minum, Sawamura pun tak henti - hentinya mengomel. Sedangkan Miyuki yang sedari tadi bersandar di sisi lain mesin minum hanya menggelangkan kepalanya, pasalnya sedari tadi Sawamura tidak henti - hentinya mengeluarkan unek - uneknya.

"Kau juga Miyuki, katanya mau bantu tapi sedari tadi cuma diam disitu. Ini bantuin bawain" kata Sawamura sambil menyerahkan tas plastik yang berisi penuh minuman kaleng. Miyuki segera mengambilnya dan setelah itu menjitak kepala Sawamura.

"Panggil aku senpai bakamura".

"Ittai, yak berhenti menganiaya kepalaku. Ini kepala bukan drum. Dan lagi aku tidak bodoh kau tau itu Miyuki".

"Orang bodoh tak akan mengakui kalau dirinya memang bodoh hahaha".

"Ck terserah".

Hening sejenak. Baik Sawamura dan Miyuki sama - sama tidak berbicara lagi. Mereka sibuk dengan urusan masing - masing. Sawamura yang masih memencet tombol mesin minum sedangkan Miyuki yang tak henti menatap wajah Sawamura.

"Yosh sudah selesai. Ayo Miyuki, kita kembali".

Baru mengambil tiga langkah tangan Sawamura ditarik oleh Miyuki. Kini Sawamura dan Miyuki saling berhadapan. Wajah mereka pun sangat dekat. Dan itu cukup membuat Sawamura menjadi gugup. Wajah Miyuki dari dekat terlihat sangat tampan dan membuat dirinya ingin menyentuh wajah yang sedari dulu menghantuinya.

"Err ada apa Miyuki? " tanya Sawamura.

Bukannya menjawab Miyuki malah makin mendekatkan wajahnya sehingga dahi dirinya dan Sawamura saling menempel. Dari dekat Miyuki dapat mencium wangi tubuh Sawamura. Vannila. Sangat mengiurkan.

"Tidak ada kompres. Jadi anggap saja dahiku ini adalah obatnya. Aku dengar dari orang katanya jika kita menyatukan dahi kita ke orang yang sedang memar, maka memar nya bisa menghilang".

"Hah orang bodoh mana yang berkata seperti itu. Mana mungkin memar bisa hilang hanya karna dahi saling menempel".

"Kan aku tadi bilang 'katanya'. Lagian kita baru mencoba beberapa detik saja bukan beberapa jam jadi belum terlihat hasilnya kan".

"Sampai berjam - jam pun tak akan hilang Miyuki Kazuya baka".

Sawamura mendorong dada Miyuki hingga dahi mereka pun terpisah. Sesegera mungkin ia berjalan menjauh. Tak dihiraukan Miyuki yang terus memanggil namanya untuk berhenti dan kembali.

"Oi Sawamura kembali... Aku bilang kembali Sawamuraaaaaa... "

.

Kau tak akan paham perasaan mendebarkan ini...

Perasaan sesak ketika bersentuhan denganmu...

Ini membuatku gila...

Dan rapuh...

.

.

.

.

"Pengamatanku mengatakan jika saat ini kau memendam rasa pada Sawamura. Jangan menyangkal, tindakan dan tingkah lakumu sudah menjelaskan semuanya" cercah Kuramochi. Saat ini adalah jam pulang sekolah. Kuramochi yang sedari dulu sudah dibuat penasaran dengan tingkah laku yang ditunjukan Miyuki kepada Sawamura pun tak kuasa untuk mempertanyakannya. Sebenarnya bagaimana perasaan Miyuki pada Sawamura? Apakah perlakuan Miyuki yang selama ini ditunjukan kepada Sawamura hanya sebatas sebagai fotmalitas kohai dan senpai? Kalau bener begitu, Kuramochi siap untuk memukul kepala Miyuki dengan bat. Dia tau Sawamura menyukai Miyuki dan dia tidak mau membuat Sawamura sedih karna bagaimana pun Kuramochi sudah mengangap Sawamura sebagai adik kesayangannya.

"Kenapa tiba - tiba bertanya seperti itu? Kau tidak kerasukan kan?" tanya Miyuki heran.

"Miyuki teme" satu jitakan pun didaratkan tepat dikepala Miyuki. Sedangkan sang empu pun hanya bisa mengadu kesakitan. "Jika kau hanya iseng hentikan. Jangan membuat dirinya berpikir yang lebih. Kau tau kan sakitnya orang kena PHP" lanjut Kuramochi.

"Phff seperti kau sudah pernah kena PHP saja".

"Woi teme!".

Hening sejenak. Miyuki masih sibuk dengan diamnya sedangkan Kuramochi menatap sengit ke arah Miyuki. Masih menunggu penjelasan.

"Jadi?".

"Harusnya tanpa penjelasan kau tau bukan bagaimana perasaanku padanya. Kau kira selama ini aku bersikap protektif padanya karna dia adalah adik kelasku. Tidak. Salah. Aku bersikap seperti itu karna aku menyukainya. Suka padanya disaat pertama kali aku bertemu dengannya" jelas Miyuki.

"Yah hanya menastikan saja" ujar Kuramochi.

Kembali suasan hening pun tercipta. Bedanya Miyuki kali ini sedang fokus memasukan semua buku dan kotak pensil ke dalam tas. Sedangkan Kuramochi sendiri menatap bosan keluar jendela.

"Jadi bagaimana? Ada perkembangan antara kau dan Sawamura?" tanya Kuramochi.

"Aku bingung dengannya. Setiap kali aku mendekat, dia pasti menjauh. Seperti tidak ingin berlama - lama bersamaku. Ketika hanya berdua, dia selalu menunduk dan tak mau menatapku. Tapi akan berbeda lagi saat latihan. Itulah sebabnya aku lebih suka mengajak latihan bersama ketimbang mengobrol berduaan" keluh Miyuki.

Kuramochi yang mendengar keluhan Miyuki langsung tertawa terbahak - bahak. Dirinya tidak menyangka jika sikap Sawamura akan begitu malu - malu kepada Miyuki. Ternyata Sawamura yang terkenal berisik dan tak tau malu langsung berubah ketika sudah bersama dengan orang yang dia sukai.

Namun melihat Miyuki yang frustasi membuat Kuramochi sedikit kasihan. Baiklah mungkin kini sudah saatnya dirinya akan membantu dua sejoli yang sedang dimabuk asmara.

"Kau tau Sawamura itu orang yang bodoh dan polos. Jika kau tak segera bertindak. Dia tidak akan tau jika kau mempunyai perasaan padanya".

"Lalu aku harus bagaimana? Bersikap agresif dengannya. Cara halus tak mempan sepertinya".

"Woi bakayumi awas saja jika kau macam - macam dengan Sawamura. Dia itu masih bayi kau tau itu".

"Hah bayi kah" dengus Miyuki.

"Yah jika kau tak cepat - cepat maka kau akan kehilangannya. Coba lihat itu" Kuramochi menunjuk sesuatu diluar jendela. Miyuki yang penasaran pun segera menghampirinya dan seketika hatinya pun terasa panas. Dibawah sana tepat dijalan yang menuju ke arah lapangan baseball, terlihat Sawamura dan Chris senpai yang berjalan bersisihan sambil asik bersanda gurau. Bukan hanya itu saja, tangan Chris senpai pun sesekali membelai lembut rambut Sawamura.

"Jadi bagaimana caramu mendapatkan Sawamura hem? Hahahaha".

.

.

.

.

Hari ini untuk kesekian kalinya Sawamura merasa sebal dengan pelatih Kataoka. Besok ada pertandingan persahabatan antara Seidou dan Kokudouka tapi pelatih Kataoka malah menyuruh Furuya untuk menjadi pelempar pertama. Sedangkan pelempar kedua diserahkan kepada Tanba senpai. Dan itu berarti besok dalam pertandingan persahabatan, dirinya sama sekali tidak mendapat jatah bermain.

Sawamura sadar jika sekarang kemampuannya saat ini kurang untuk membantu kemenangan tim. Tapi paling tidak harusnya pelatih Kataoka memberikan kesempatan kepadanya. Jika seperti ini, dirinya tidak bisa mengasah kemampuannya. Dan itu berarti posisi Ace akan semakin menjauh darinya.

Dengan bola yang berada ditangannya, Sawamura siap untuk melempar dengan brutal. Anggap saja pelampiasan atas kekesalannya kepada pelatih Kataoka.

"Oi Sawamura, catcher ini manusia bukan tiang sasak. Jika kau melempar seperti itu, yang ada nyawaku serasa berkurang sedikit demi sedikit" seru Kariba.

"Berisik. Kali ini aku akan melempar dengan kuat. Tolong tangkap bolanya dengan benar Kariba-kun" dengan begitu Sawamura mulai mengangkat kakinya, membentuk postur siap melempar andalanya. Namun naas, bola yang dilempar tidak mencapai mitt melainkan memantul ditanah. Padahal Sawamura sudah merasa melempar dengan sepenuh hati. Ya walaupun hatinya masih sedikit dongkol.

"Parah. Lemparanmu hari ini benar - benar buruk Sawamuraaaaa... " teriak Kariba Wataru.

"Hahahaha apa - apaan lemparan itu. Kau sedang melatih lemparanmu atau sedang bermain lempar tangkap hahahaha"

"Diam kau Miyuki, suasana hatiku sedang keruh. Jangan menaburinya lagi" dengan alis mengkerut dan bibir yang maju beberapa senti, Sawamura memandang tajam glove hitamnya. Seolah - olah benda itulah yang sedari tadi menimbulkan masalah baginya. Miyuki yang melihat hal itu sekuat tenaga menyembunyikan tawanya. Wajah pemuda beriris emas dihadapannya kini terlihat beratus kali lipat imutnya, namun karna suasana hatinya yang sedang jelek, ia berusaha untuk menahannya.

"Bagaimana setelah selesai latihan aku menangkap lemparanmu? Ayo kita berlatih beberapa lemparanmu".

Miyuki sadar satu - satunya cara untuk mengembalikan mood Sawamura adalah dengan menangkap lemparannya. Hanya baseball lah yang dapat mengembalikan keceriannya.

"Benarkah. Kau tidak bohong kan Miyuki".

"Ck untuk apa aku berbohong. Hari ini pelatih Kataoka menyuruhku untuk istirahat lebih awal karena besok aku akan jadi catcher utama. Tapi kau tau istirahat awal tidak enak jadi aku punya waktu luang banyak" ucap Miyuki. "Jadi mau latihan lempar denganku nanti".

"Mau mau Miyuki senpai. Aku mauuuuu".

Tuh kan apa dia bilang.

Mereka terus berbicara tanpa tahu sedari awal ada sosok yang terus memandang mereka dengan raut tak suka.

.

.

.

Hari telah berganti malam. Suhu yang sedari tadi hangat mulai terasa dingin karna bumi sudah tak disinari matahari lagi. Sesuai dengan apa yang dibilang pelatih Kataoka, latihan Miyuki pun selesai lebih awal. Namun bukannya kembali ke kamar, kali ini Miyuki dengan langkah sesantai mungkin berjalan menuju ke pinggir lapangan. Tepat ketempat Sawamura berada. Disana Miyuki juga melihat keberadaan Haruichi dan Kanemaru.

"Yo Haruichi, Kanemaru bagaimana latihan kalian hari ini".

"Seperti biasa Miyuki senpai, pelatih menyuruh kami mengayun bat sebanyak 200kali. Senpai sendiri kenapa ada disini".

Miyuki mengedikan bahunya ke arah Sawamura. "Menjemput Sawamura. Latihan melempar seperti biasa" kata Miyuki.

"Hairuichi, Kanemaru, aku sudah selesai latihan mengayun. Nih" bat pun diserahkan kepada Kanemaru yang langsung diterimanya dengan senang hati. "Duluan ya Haruichi, Kanemaru" pamit Sawamura.

"Hati - hati Eijun. Jangan terlalu memaksa Miyuki senpai. Sekedar mengingatkan saja besok ada latihan pertandingan persahabatan dengan sekolah Kokudouka" kata Haruichi.

Sawamura hanya mengacungkan jempolnya sebagai tanda dirinya mengerti sedangkan Miyuki hanya menampilkan cengiran biasanya. Lama pun tak apa asal dirinya bisa berduaan dengan Sawamura. Begitu kira - kira yang dipikirkan Miyuki.

Belum sempat Miyuki dan Sawamura melangkahkan kaki, tiba - tiba terdengar sebuah suara yang memanggil nama mereka.

"Tunggu Sawamura, Miyuki senpai. Bukan kah lebih baik bila aku dan Miyuki senpai yang berlatih. Besok aku akan menjadi pitching pertama jadi sebisa mungkin aku ingin menguasai lemparanku sebelumnya" ucap Furuya ketika dirinya sudah berada diantara Sawamura, Miyuki, Haruichi dan Kanemaru.

Miyuki menaikan sebelah alisnya "Bukan kah seharian ini kau sudah melatih lemparanmu Furuya. Dan jika kau terus memaksa diri, yang ada bahumu akan terkilir".

"Aku yakin aku baik - baik saja. Saat ini, aku hanya ingin menguasai lemparanku untuk pertandingan besok".

Hening. Haruichi dan Kanemaru saling bertatapan. Sedangkan Sawamura sudah memajukan bibirnya beberapa senti.

"Tapi Furuya, aku sudah ada janji dengan Sawamura".

"Aku tau Miyuki senpai. Tapi ini kan demi tim. Demi kemenangan tim kita".

Jika sudah seperti ini Miyuki tak sanggup berkata apa - apa. Dirinya ingin besok timnya menang, tapi jika dirinya menyetujui permintaan Furuya. Kesempatan untuk berdua dengan Sawamura pun akan hilang.

Diam - diam Haruichi dan Kanemaru melirik ke arah Sawamura. Ekspresi bahagia Sawamura yang beberapa saat tadi ditunjukan kini lenyap digantikan dengan ekspresi kekecewaan. Sawamura pun sadar, jika ini semua demi kemenangan tim, maka dirinya tidak bisa berbuat apa - apa lagi.

"Sudah pergilah kalian berdua. Aku akan melanjutkan lagi berlatih mengayun bat. Iya kan Haruichi, Kanemaru".

Dua orang yang disebut pun terlonjat kaget. Namun dengan cepat mereka pun segera menanggapin ucapan Sawamura.

"Y-ya Eijun. Ayo kita berlatih lagi".

"Ini ambil batt mu lagi Sawamura. Kali ini ayunkan dengan lebih lembut".

Miyuki memandang Sawamura dengan sedih. Dirinya yakin kali ini Sawamura pasti kecewa dengannya. Padahl dirinya sendiri yang tadi mengajak Sawamura tapi dengan permintaan egois Furuya, rencana untuk melatih Sawamura pun batal.

Dengan perasaan campur aduk. Miyuki pun berpamitan dengan Haruichi, Kanemaru dan Sawamura. Tak lupa Furuya yang berjalan mengikuti Miyuki dari belakang.

.

Duri itu sangat tajam...

Jika kau tak berhati - hati...

Kau akan terjatuh kedalam...

Jadi,

Sanggupkah kau mengambil langkah tanpa tergores sedikit pun luka?

.

.

.

.

Tengah malam pintu bernomor 5 diketuk kurang ajar oleh seseorang. Kuramochi yang saat itu sedang tidur merasa terganggu segera menghampiri pintu dan membukanya dengan kasar.

"BERENGSEK siapa yang malam - malam begini menganggu tidurku hah?" Sewot Kuramochi.

Sawamura dan Masuko yang saat itu sedang tidur langsung terlonjak bangun karna mendengar suara Kuramochi yang mengelegar. Dengan mata yang masih setengah mengantuk, Sawamura dapat melihat sosok Furuya yang berdiri diam didepan Kuramochi. Dengan raut poker face andalannya, terlihat Furuya sama sekali tak terganggu dengan teriakan Kuramochi.

"Ngapain kau disini teme. Kembali ke kamarmu sana".

"Anu maaf Kuramochi senpai tapi bisa kah aku bertemu dengan Sawamura".

Sawamura yang terkejut mendengar ucapan Furuya segera menghampirinya. "Ada apa Furuya" tanya Sawamura bingung.

"Bolehkah aku menginap disini. Para senpai sekamarku sangat berisik saat tidur. Aku jadi tidak bisa tidur nyenyak".

Kuramochi mengangkat alis matanya dengan heran "Kenapa kau tidak menyumpal saja telingamu dengan kapas. Dengan begitu masalahmu selesai kan".

"Sudahlah Kuramochi senpai biarkan Furuya kali ini tidur disini. Sudah malam, kita harus segera tidur. Besok pertandingannya pagi bukan" Sawamura menggandeng tangan Furuya, mempersilahkan masuk kedalam. Kuramochi yang melihat itu hanya mendecih sebel. Dirinya tahu sebenarnya niat dari kedatangan Furuya. Namun ia tidak mau menyeruakan sekarang. Benar kata Sawamura, mereka harus cepat - cepat tidur. Besok ada pertandinagan persahabatan. Lihat bahkan Masuko sudah kembali tertidur.

Sawamura mempersilahkan Furuya untuk berbaring disebelahnya. Menyeruakan keinginannya untuk segera kembali tidur. Badan Sawamura terasa pegal semua, terutama bagian kedua tanggannya. Latihan mengayun bat bener - bener membuat kedua tanggannya nyeri.

Berjam - jam telah berlalu dalam keheningan. Suhu lembab dan dingin membuat orang - orang dengan cepat mengantar kembali ke alam mimpi. Tidak terkecuali seluruh anggota yang menempati kamar nomor 5. Namun itu semua salah, karna ada salah satu orang yang sampai detik ini pun belum memejamkan matanya.

Mata hitam legam menatap lembut pada sosok pemuda berambut coklat. Dengan gerakan hati - hati, dielusnya pipi kemerahan didepannya. Halus dan lembut. Membuat dirinya ingin merasakan kelembutan di bibirnya. Dengan perlahan Furuya menyelipkan tangan kirinya dibawah kepala Sawamura. Sehingga sekarang Sawamura tidur dengan berbantal tangan Furuya. Sedangkan tangan kirinya digunakan untuk merengkuh erat pinggang ramping pemuda beriris emas. Membuat tubuh keduanya menempel dengan erat. Sawamura yang saat itu merasa kehangatan makin merapat. Dan itu membuat hati Furuya makin menghangat.

Dikecupnya dengan lembut pelipis Sawamura.

"Selamat tidur Sawamura. Semoga mimpi ini".

.

Aku memang jahat.

Memisahkan kalian yang jelas - jelas saling mencintai.

Namun bukan hanya kalian saja yang ingin merasakan kebahagian.

Aku juga ingin.

Tak perduli bila akhirnya aku terlihat egois.

Hei bukankah manusia terlahir dengan sifat egois.

.

.

TBC

.

Hai salam kenal semua. Debut perdana di fandom ini. Semoga kalian puas dengan fanfic ini. Maaf kalo banyak typo.