Chapter 1

Naruto © Masashi Kishimoto

A SasuSaku Fanfiction

.

.

-1-

.

.

Sakura Haruno mengerutkan alisnya. Dia yakin mendengar keributan dari lantai bawah rumahnya. Tapi dia memutuskan untuk menghiraukannya. Salahkan Ino yang memaksanya untuk menemaninya ke club dan membuatnya baru bisa tidur satu jam yang lalu.

Keributan itu terdengar semakin jelas. Hingga akhirnya seseorang mendobrak paksa pintu kamarnya. Ditengah-tengah ketidaksadarannya, Sakura mendengar suara seorang pria yang tengah berbisik,

"Sasuke, dia disini,"

Kemudian terdengar beberapa langkah kaki memasuki kamarnya. Mau tidak mau hal itu terpaksa membuat Sakura terbangun dari tidur singkatnya. Tapi dia tidak bisa melihat siapa yang datang, karena posisinya yang membelakangi pintu.

"Nona Haruno, anda harus ikut kami ke kantor polisi sekarang juga untuk dimintai keterangan,"

Sakura menghembuskan nafas kesal sebelum berbalik dan menatap polisi-polisi dihadapannya dengan bosan. Didepannya kini berdiri lima orang polisi lengkap dengan senjata api yang teracung kepadanya.

"Aku baru tau kalau polisi tidak memiliki sopan santun," kata Sakura. Mereka terlihat tersinggung mendengar sindiran Sakura.

"Kalian masuk tanpa izin kerumah seorang wanita dan menodongnya dengan pistol. Ini baru jam tiga pagi dan demi Tuhan, aku baru tidur satu jam yang lalu. Memangnya apa kesalahan yang telah ku perbuat?"

Polisi bername tag Sasuke yang sepertinya ketua tim itu maju dan menjawab pertanyaan Sakura.

"Anda akan kami beri tau setelah tiba di kantor polisi,"

"Jadi, segera ikut kami ke kantor polisi." tambahnya.

Sakura berdecak dan menatap polisi sialan itu.

"Sekarang?"

Sasuke mengangguk. Dengan malas Sakura pun menyibak selimut yang membungkus tubuhnya dan bangkit dari ranjang empuknya. Dan sekarang semua polisi itu menatap horor kearahnya.

"Apa? Tapi kalian menyuruh sekarang?" kata Sakura dengan ekspresi polos.

"Itu karena kami tidak tau jika kau tidur dengan pakaian seperti itu," ucap salah satu polisi bernama Naruto.

Sakura memandang sekujur tubuhnya. Dia tidur dengan celana dalam dan tank top yang berwarna senada. Hitam.

"Karena itu kalian tidak boleh masuk kedalam kamar seorang wanita dengan sembarangan," kata Sakura menasehati. Polisi-polisi itu mengangguk dengan wajah yang memerah.

Sakura berjalan dengan santai menuju lemari pakaiannya dan mengambil sebuah celana jeans dan jaket dan memakainya dengan cepat. Dia tidak peduli jika polisi-polisi itu tengah menatapnya.

Sakura kemudian berjalan menuju nakas disebelah ranjangnya dan mengambil sebuah ikat rambut berwarna hitam. Setelah menguncir rambutnya asal-asalan, Sakura berjalan menuju Sasuke dan berdiri dihadapannya.

"Haah, aku sangat mengantuk. Jadi segera selesaikan semua ini agar aku bisa kembali tidur."

Sakura kemudian menepuk bahu Sasuke.

"Ayo! Apa yang kau tunggu, Pak Sasuke?" tanya Sakura. Dia kemudian berjalan meninggalkan sekelompok polisi yang menatapnya takjub dan tak percaya.

"Gadis itu menarik. Bukan begitu, Sasuke?"

Naruto berjalan meninggalkan Sasuke yang masih terdiam. Beberapa saat kemudian barulah polisi tampan itu menyusul timnya yang telah lebih dulu pergi dengan sebuah seringai tipis diwajahnya.

.

.

.

"Berdasarkan hasil penyelidikan kami, anda telah menampung dan menyembunyikan seorang buronan dirumah anda. Benar begitu, nona Haruno?"

Sakura tertawa mendengar pernyataan dari pria yang duduk dihadapannya.

"Aku tidak segila itu hingga mau menampung seorang buronan. Kalian pikir rumahku apa? Tempat penampungan?" kata Sakura sarkastik.

Polisi bernama Kiba yang berdiri didekat Sakura menggertakkan giginya kesal.

"Jaga ucapanmu, nona kurang ajar," katanya tajam.

Sakura memandang pria itu. Tidak ada ketakutan dimatanya.

"Huh, memangnya kau bisa apa untuk menutup mulut kurang ajarku ini?" kata Sakura dengan nada mengejek. Kiba akan menerjang Sakura jika saja Sasuke tidak menahannya.

"Tahan emosimu, Kiba." Ucap Sasuke tegas. Kiba pun diam dan membuat Sakura melemparkan senyum kemenangan kearahnya.

"Ehm. Jadi, dimana buronan itu sekarang?"

Sakura menatap pria yang tengah menginterogasinya itu tak percaya.

"Sudah ku katakan rumahku bukan tempat penampungan," seru Sakura. Kesabarannya mulai habis.

Pria berambut perak dan berkacamata bulat itu terlihat hendak berbicara lagi, namun Sakura segera menyelanya.

"Berikan padaku gambar buronan itu." Kata Sakura tak sabaran. Dengan enggan pria bernama Kabuto itu menyerahkan beberapa gambar kepada Sakura.

Sakura memperhatikan gambar buronan itu dan langsung mengusap wajahnya kasar.

"Dasar polisi bodoh," umpatnya kesal. Semua polisi disitu mendelik tak terima mendengar umpatan Sakura.

"Pria ini tinggal didepan rumahku. Sudah hampir seminggu aku melihatnya disana," kata Sakura.

Semua orang disana terkejut mendengar perkataan Sakura. Sasuke dan timnya pun bergegas pergi menangkap buronan itu, tapi Sakura mencegahnya.

"Tidak perlu repot-repot mengejarnya. Dia pasti telah kabur setelah melihat kalian membuat keributan dirumahku," kata Sakura mengejek. Sasuke menghembuskan nafas kesal. Yang di ucapkan Sakura benar. Sekarang dia jadi terlihat bodoh dihadapan polisi-polisi lainnya.

"Tidak perlu kesal, tuan Sasuke. Lain kali kau bisa mengacaukan tidur buronan itu seperti yang kau lakukan padaku tadi." kata Sakura. Ada nada marah yang terbesit dalam ucapannya.

"Sakura?"

Sakura langsung menoleh ketika mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya. Benar saja. Sasori, kakaknya, tengah menatapnya bingung.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya bingung.

Sakura segera bangkit dari kursinya dan tanpa peringatan langsung melayangkan sebuah pukulan kewajah Sasori. Pria itu langsung terjatuh dan meringis. Darah segar mengalir dari bibirnya yang sobek.

Sakura meraih kerah seragam Sasori dan mencengkramnya erat.

"Lain kali ajari anak buahmu dengan baik," kata Sakura tajam.

Sakura melepaskan cengkramannya dengan kasar. Setelah itu dia berdiri dan menunjuk seorang polisi yang terlihat paling muda.

"Hey, kau!"

Polisi bernama Konohamaru itu menunjuk dirinya sendiri dengan gemetar.

"Sa-saya?" tanyanya terbata-bata.

"Tentu saja kau, bodoh! Antarkan aku pulang," ucap Sakura.

"Aku bisa mengantarmu pulang," kata Sasuke menawarkan.

"Aku tidak menyuruhmu, tuan sok tau!" kata Sakura kesal. Dia kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu dengan Konohamaru yang mengikuti dari belakang.

Sasori bangkit dan mengusap bibirnya yang berdarah. Tinjuan Sakura meninggalkan bekas lebam berwarna ungu diwajahnya yang putih. Polisi-polisi disana menatapnya prihatin dengan alis berkerut.

"Aw! Pasti sakit," kata Naruto. Dia meringis melihat banyaknya darah yang mengalir dari luka dibibir Sasori.

"Aku belum pernah melihat seorang gadis berhasil membuat seorang pria babak belur hanya dengan sekali pukulan," ucap Kiba ngeri.

"Untung kau tidak jadi menghajarnya, Kiba. Bisa-bisa kau yang babak belur duluan," kata Naruto. Kiba mengangguk lega mendengar ucapan Naruto.

"Ini," Sasuke memberikan sebuah baskom kecil yang telah berisi air untuk membersihkan luka Sasori. Dia juga membawa handuk bersih dan kotak P3K.

"Darimana kau mendapatkan ini? Setauku tadi kau masih berdiri disampingku," kata Sasori bingung. Sasuke memutar matanya.

"Bersihkan saja lukamu dan jangan banyak bertanya," katanya ketus.

"Cih, kau itu anak buahku, tau!" kata Sasori.

"Hormatlah kepadaku,"

Sasuke hanya mendengus dan mendudukkan dirinya disebelah Naruto tanpa mempedulikan ucapan Sasori.

"Oh, ya. Bagaimana bisa Sakura berada disini?" tanya Sasori. Sedari tadi dia bingung melihat kehadiran adik sematawayangnya dikantor ini. Apalagi dijam segini.

"Kami kira dia telah menyembunyikan buronan yang sedang kita cari dirumahnya. Tapi ternyata kami salah alamat," kata Kiba. Sasori langsung melotot mendengar perkataan Kiba.

"Kalian gila?! Mana mungkin adikku menyembunyikan buronan dirumahnya," kata Sasori dengan nada suara yang telah naik satu oktaf.

"Apa?! Sakura itu adikmu?" teriak Naruto histeris. Sasuke yang duduk paling dekat dengan Naruto langsung memukul kepala pirangnya.

"Aw, apa-apaan kau, Sasuke?!" tanya Naruto tak terima. Ia mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit.

"Salahmu sendiri berteriak dengan kencang. Kau pikir telingaku tidak sakit?" ucap Sasuke sarkastik. Naruto cemberut mendengar ucapan Sasuke.

"Sakura itu benar-benar mengerikan. Dia seperti monster," Sai yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. Sasori kembali melotot mendengar perkataan Sai.

"Apa? Kau bilang adikku monster?" kata Sasori galak. Sai tersenyum dan menggeleng pelan.

"Tidak. Aku bilang adikmu cantik," kata Sai kalem. Sasori menghembuskan nafasnya kesal.

"Kali ini kau kumaafkan, Sai. Tapi lain kali aku tidak akan segan-segan menghajarmu jika kau mengatai adikku lagi," ucap Sasori memberi peringatan. Sai mengangguk tanpa menghilangkan senyum diwajahnya.

"Ternyata dia mengidap sister complex," bisik Naruto pada Sasuke. Sasori berdehem.

"Aku bisa mendengarmu, bodoh."

Naruto menyengir lebar sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Aku bertanya-tanya. Kenapa kalian memanggil adikku dengan nama depannya?" kata Sasori.

"Memangnya kenapa? Bukankah wajar? Dia kan lebih muda dari kami," kata Kiba. Sasori pun bergerak memukul kepala Kiba.

"Dasar kau ini. Dia itu lebih tua tiga tahun dari kalian, tau!"

"HAAH?!"

.

.

.

TBC

Author's note:

Aku harap kalian suka dan jangan lupa review, favorite, and follownya yaa~