Naruto dan semua teman-temannya

milik Masashi_san.

.

.

My affair

.

.

.

.

chapter 1

.

Suara erangan memenuhi kamar bernuansa abu-abu yang hanya diterangi cahaya temaram dari lampu tidur. Seorang pria berhelaian coklat sibuk mengeluarmasukkan kejantanannya pada liang senggama wanita bersurai pink dibawahnya. Si pria terlihat begitu menikmati kegiatannya, sangat kontras dengan wanita bersurai pink dibawahnya yang hanya diam memejamkan matanya memeluk tubuh yang sedang menggagahinya. Tidak ada gerakan berarti dari wanita itu selain goyangan tubuhnya akibat kegiatan mereka dan juga nafasnya yang sedikit memburu karna tekanan dari tubuh prianya.

"Aaaah." wanita itu membuka matanya memperhatikan wajah prianya yang melenguh nikmat saat mencapai klimaks. Sendiri, tanpa dirinya ikut serta.

"Aku mencintaimu, Sakura." Ucap pria itu seraya mengecup pelipis Sakura dan mulai terlelap karna kelelahan. Meski begitu lengan kekarnya masih sempat menarik Sakura kepelukannya.

"Aku juga mencintaimu, Neji-kun." Sakura mencium pipi Neji sekilas lalu berusaha melepaskan diri dari Neji. Sebelum beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri, Sakura memperbaiki posisi selimut Neji.

Setelah selesai membersihkan diri dan berpakaian, Sakura duduk bersandar pada kepala ranjang. Diliriknya wajah damai suaminya yang tertidur pulas. Helaan nafas terdengar dari bibir mungilnya. Ini tahun ketiga pernikahannya dengan Neji. Lelaki lembut yang selalu menggumamkan kata cinta padanya. Sakura tentu saja merasa kalau dia juga mencintai Neji. Kebersamaan mereka lebih dari empat tahun menjadi alasan untuk Sakura mencintai Neji dan akan selalu bersama prianya itu. Kehidupan Sakura sangat sempurna, setidaknya seharusnya begitu jika saja wanita berhelaian pink itu mampu menikmati kegiatan ranjang mereka. Nyatanya Sakura merasa bahwa Neji tidak lagi membuatnya bergairah, menginginkan sentuhan dan orgasme. Entah apa yang salah. Sakura merasa tidak begitu menginginkan Neji diranjang. Padahal pemilik emerald itu yakin kalau dia mencintai suaminya.

"Kau pulang jam berapa?" Tanya Neji ketika mereka selesai sarapan. Sakura tersenyum tipis seraya membereskan peralatan makan mereka.

"Entahlah. Tapi aku akan berusaha pulang sebelum makan malam." Hari ini Sakura mempunyai janji berkumpul dengan teman-teman klub pecinta alamnya semasa sekolah sepulang dari mengajar. Sebenarnya Sakura ingin Neji ikut, tapi suaminya itu menolak dengan alasan ada meeting di jam yang sama.

Tak ada percakapan berarti saat Neji mengantar Sakura ke tempatnya mengajar. Setelah mencium pipi Neji wanita itu keluar dari mobil dan melambaikan tangannya pada mobil suaminya yang menjauh. Tk Sakon. Tempat yang sangat menyenangkan bagi Sakura. Tempat yang selalu bisa membuat Sakura tersenyum tulus dalam konsisi apapun. Meski dibilang ini pekerjaan, nyatanya ini merupakan hiburan bagi Sakura. tingkah menggemaskan murid-murid imutnya selalu bisa membuatnya melupakan apapun masalahnya. Karna terlalu menyenangkan, hari-hari yang Sakura lalui ditempat ini pun terasa terlalu cepat berakhir. Meski begitu Sakura sangat menikmati waktunya bersama anak-anak didiknya. Karna baginya menjadi guru Tk adalah mimpi yang jadi kenyataan.

"Rei-chan belum dijemput?" Tanya Sakura pada bocah berambut merah yang masih duduk di ayunan sementara lingkungan sekolah sudah tampak lengang karna bel pulang berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu.

"Belum. Mungkin ayah lupa." Sakura menghela nafas melihat wajah murung dan bibir manyun Rei. Muridnya yang satu ini memang gampang ngambek.

"Tidak mungkin ayah lupa Rei-chan, mungkin saja sedang macet. Bagaimana kalau kita beli es krim dulu?" Tawar Sakura dengan senyum manis dibibirnya. Wanita ini selalu tidak bisa membiarkan anak kecil murung terlalu lama.

"Benarkah?" Entah pernyataan Sakura yang mana yang ingin dipastikan oleh bocah itu. Melihat mata Rei yang berbinar-binar saat Sakura memberi anggukan sebagai jawaban dan langsung menyeret Sakura menuju minimarket terdekat membuat wanita itu terkekeh. Rei lebih tertarik dengan es krim daripada menunggu ayahnya.

Sakura tersenyum lembut memperhatikan wajah ceria Rei saat memilih es krim dan beberapa snack yang diinginkannya. bocah menggemaskan itu memanyunkan bibirnya saat Sakura menambahkan beberapa coklat dan permen kedalam keranjang sebelum membayar kekasir.

"Ayah akan mengomel jika melihat makanan manis ini. Seperti melihat monster." Gerutuan Rei membuat Sakura lagi-lagi terkekeh geli. Wanita cantik itu selalu mengagumi cara Rei bercerita. Bocah berambut merah digandengannya ini selalu mampu menyampaikan pikirannya dengan baik membuat Sakura kagum sekaligus iri. Banyak hal yang membuat Sakura selalu kesulitan menyampaikan isi pikirannya, meskipun pada suaminya.

"Rei...!" Panggilan itu membuat keduanya memandang lebih jauh kedepan dan mendapati seorang pria mirip Rei sedikit berlari kearah mereka dengan wajah cemas.

"Ayaaah!" Rei berlari dengan riang kepelukan pria itu. Sakura tersenyum ramah pada pria yang sedang memeluk erat putranya.

"Syukurlah dia bersamamu. Kami pikir terjadi hal buruk karna dia tidak ada disekitar sekolah." Kepala sekolah yang terlihat jauh lebih muda dari umurnya itu mengungkapkan kelegaannya. Benar saja, disitu ada kepala sekolah dan dua senior Sakura mengajar serta ayah Rei. Mungkin saja mereka mencari Rei sedari tadi.

"Maafkan aku. Aku hanya..." Ucap Sakura yang langsung dipotong ayah Rei.

"Ah tidak. seharusnya aku yang minta maaf terlambat menjemput Rei hingga menyusahkan kalian semua." Pria itu menurunkan Rei dari gendongannya lalu membungkukan sedikit tubuhnya tanda menyesal.

"Jangan sungkan. Yang paling penting Rei baik-baik saja, itu melegakan. kalau begitu kami pamit." Kepala sekolah berlalu diikuti Tayuya dan Matsuri.

"Bagaimana jika ku antar, sebagai ucapan terima kasih sudah menemani Rei dan bonusnya?" Tawar pria bermarga Sabaku seraya melirik kantong belanjaan ditangan putranya. "Haruno-san akan pulang bukan?" Gaara melirik kesekelilingnya yang kosong tanda Sakura tak membawa kendaraan.

"Tidak perlu Sabaku-san..."

"Ku mohon. Aku hanya ingin berterimakasih." Pria Sabaku itu membuka pintu mobil untuk Sakura tanda memaksa. Sakura mendesah sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dan menggumamkan terima kasih.

Mobil itu melaju membawa mereka bertiga. Tidak ada percakapan berarti yang terjadi, hanya Rei yang masih setia mengoceh dikursi belakang dan membuat Sakura tersenyum. Sesekali terkekeh. Sakura melambaikan tangannya pada mobil yang membawa ayah dan anak itu menjauh setelah meminta diturunkan direstoran keluarga, Chidori. Pelayan mengantarkan Sakura kesebuah ruangan saat wanita itu menyebutkan nama Naruto. Mereka memang sepakat Narutolah yang melakukan reservasi karna restoran ini di pilih atas rekomendasi Naruto dan Karin dengan alasan milik teman baik Naruto yang juga kekasih Karin.

"Sakura...!" teriakan ino langsung menyambut pendengarannya ketika Sakura memasuki ruangan yang ditunjukkan pelayan tadi sebelum meninggalkannya.

"Ino..." kata-kata Sakura terputus karna Ino langsung menerjangnya dengan pelukan hingga ia hampir terjengkang kebelakang. "Kau gila pig. Tak bisakah kau bertingkah normal?" gerutunya sebal yang pasti tidak didengarkan sahabat pirangnya itu.

"Kau terlambat jidat. Aku sangat merindukanmu." Ino mempererat pelukannya. Sakura menghela nafas lalu membalas pelukan sahabat pirangnya yang juga sangat dirindukannya.

"Aku lebih merindukanmu pig." Senyum lembut mengembang dibibir wanita berhelaian pink itu. Sedikit menyesal karna terlambat. Bagaimanapun Sakura sangat merindukan sahabat cerewetnya ini. Mereka sudah hampir tiga tahun tidak bertemu. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Ino menjadi pengiring pernikahannya. Ino adalah seorang model yang sangat sibuk dan sering berpergian bahkan sampai keluar negeri, membuat mereka jarang bertemu. Sesekali mereka berhubungan lewat media sosial. Dan terakhir si pirang ini menyinggung masalah calon suami yang sukses membuat Sakura sangat penasaran. Pasalnya tidak ada satupun media yang memuat tentang kedekatan Ino dengan seorang pria. Sakura berniat mencari tau hari ini.

"Hei, kau melupakanku pinky?" seorang pria berambut oranye jabrik bersidekap dibelakang Ino. Senyum lebar menghiasi bibir Sakura ketika emeraldnya bersiborok dengan sapphire yang selalu menceriakan suasana.

"Kau bercanda!" Sakura langsung menerjang pria kuning itu dan tertawa lepas ketika pria itu memeluk serta memutar tubuhnya.

"Lalu mana suamimu yang sempurna itu?" cibir Naruto setelah menurunkan Sakura. Bibir Sakura mengerucut sebal mendengar nada kurang menyenangkan dari Naruto. Naruto memang selalu terang-terangan menampakkan rasa tidak sukanya pada Neji. Mungkin itu juga yang membuat Neji enggan berkumpul dengan teman-teman Sakura. Sakura selalu bingung sebenarnya apa yang membuat dua pria itu bersitegang.

"Dia suamiku Naruto. Aku akan marah jika kau menjelekkannya." Protes Sakura.

"Ya ya ya." Sahut Naruto dengan nada yang membuat Sakura makin sebal. "Si sempurna itu membuat kita jarang bertemu. Padahal aku sudah cukup lama kembali dari Ame." Lanjut Naruto.

"Jangan menyalahkannya. salahkan kesibukanmu dan status jomblomu itu." Sakura memukul gemas lengan Naruto.

"Sakura_chan, sibuk dan jomblo tidak ada hubungannya." Erang Naruto.

"Lupakan dia Sakura." Wanita cantik berambut merah menyala menarik Sakura kepelukannya.

"Aku merindukanmu Karin." Bisik Sakura lembut sembari membalas pelukan Karin.

Selanjutnya Sakura menyapa Kiba yang masih membawa anjing kesayangannya kemanapun pergi. Dulu mereka semua dibuat repot karna Akamaru, anjing Kiba hilang ditengah gunung saat dibawa mendaki. Dan Kiba tak mau pulang tanpa Akamaru. Sakura hanya terkikik saat Kiba memelototinya yang menceritakan kenangan itu tanpa rasa bersalah disertai tawa teman-teman lainnya. Ada juga Sasori, pria berambut merah dengan wajah bagai bayi yang selalu leluasa mencium pipi Sakura meski Sakura menatapnya garang. Tapi tentu saja Sakura tidak bisa benar-benar marah ketika melihat wajah imutnya. Neji pernah memukul Sasori karna kebiasaannya ini saat mereka tak sengaja bertemu, tapi Sasori tak pernah jera mencium pipi Sakura. Jangan pernah berpikir Sasori menyukai Sakura atau semacamnya. maksudnya Sasori memang menyukai Sakura tapi bukan dalam konteks pasangan. Pria imut itu sudah memiliki kekasih dan dia membawanya kesini. Pria cantik berambut pirang, Deidara.

Karin dengan antusias mengenalkan kekasihnya. pria tampan berwajah datar dengan onix menawan. kulit seputih porselen yang membuat Sakura iri. Rahang tegas dan bibir menggoda yang sulit dilewatkan untuk diamati. Serta tatanan rambut tak biasa yang justru menambah kadar ketampanannya. Benar-benar tak bisa dilewatkan. Wajar jika Karin sangat membanggakan kekasihnya.

Bonus untuk Sakura, rasa penasarannya terbayar saat Ino mengenalkan Shimura Sai. Pria tampan dengan senyum menawan itu dikenalkan sebagai calon suaminya. Kulit putih cenderung pucat Sai membuat Sakura bertanya-tanya mungkinkah pria itu memiliki hubungan dengan vampir.

Obrolan kesana kemari meriuhkan ruangan itu. Naruto sebagai satu-satunya yang masih single menjadi korban bully dadakan. Masing-masing sibuk menggoda Naruto dengan menceritakan pasangannya. Kiba dengan senang hati menceritakan istrinya yang sedang hamil tua anak kedua mereka. Bahkan keluarga Akamarupun diceritakan membuat Naruto tidak berhenti menggerutu. Suasana hati pria pirang itu makin buruk dengan ikut sertanya Sasori memamerkan kemesraannya dengan Deidara padanya. Ditambah mulut pedas Sai yang mengatakan Naruto kehabisan stok bahagia. Sungguh Sakura tak menyangka pria murah senyum itu bermulut tajam. Semua terasa benar dan menyenangkan bagi Sakura, kecuali onix yang terlalu sering tertangkap sedang mengamatinya. Rasa tak nyaman langsung menjalar dalam bentuk panas keseluruh tubuh Sakura. Sungguh Sakura berusaha mengabaikan perasaan tak nyaman itu.

"Sakura-chan..." Rengekan Naruto membantu Sakura kembali dari rasa tak nyamannya. Wanita bersurai pink itu terkekeh saat Naruto merengek meminta bantuan membalas ejekan teman-teman padanya. Tentu saja Sakura tak akan berada di kubu Naruto karna malas menjadi pihak yang kalah. Hal itu semakin membuat Naruto menggerutu jengkel.

Tepat pukul tujuh mereka sepakat untuk pulang. Naruto memaksa Sakura agar ikut dengannya semobil dengan Sasuke dan Karin. Tidak ada cara untuk menolak Naruto. Akhirnya Sakura duduk dikursi belakang bersama Naruto, sementara Sasuke menyetir dan Karin disampingnya. Suasana tak secanggung yang Sakura pikirkan berkat kecerewetan Naruto dan Karin.

"Sampai jumpa sayang." Karin mencium pipi Sasuke sekilas sebelum keluar dari mobil saat mereka sampai dirumah Karin. Sakura mengucapkan salam perpisahan dan melambaikan tangannya pada Karin. Naruto dengan cepat pindah kesamping Sasuke. Pria pirang kesayangan Sakura ini memang selalu enerjik.

Tak lama kemudian mereka sampai diapartemen Naruto. Rumah sakura yang paling jauh dibanding rumah Karin dan Naruto, hingga mereka memutuskan untuk mengurutkannya saja agar Sasuke tidak bolak-balik. Naruto meminta Sakura pindah ke kursi depan saat dirinya turun. Sakura ingin menolak namun Naruto memaksa dengan alasan Sasuke bukan supir wanita pink itu dan berhasil.

"Maaf membuatmu repot Uchiha-san." Ucap Sakura dengan senyum canggung saat mereka meninggalkan kediaman Naruto.

"Hn." Sakura menghela nafas saat mendapat jawaban dengan seribu makna dari Sasuke. Pria raven itu tetap fokus menatap jalanan. Ini membuat perasaan Sakura yang memang sedari tadi tak nyaman makin tak nyaman. Padahal Sakura merasa bukan hal asing berdua bersama teman prianya. Tapi entahlah, pria disampingnya ini membuatnya sangat tak nyaman.

Helaan nafas lega meluncur dari bibir Sakura ketika mereka sampai dirumahnya. Mobil Neji tidak ada menandakan pria itu belum pulang. Jam makan malam sudah lewat. mungkin saja suaminya itu lembur. Sakura mengucapkan terima kasih lalu membuka pintu mobil berniat turun.

"Bisakah kau memanggilku Sasuke, Sakura?" pertanyaan sederhana yang entah apa artinya seolah mencekik Sakura. Nafasnya tercekat tanpa alasan jelas saat mendengar nama kecilnya disebut oleh seorang pria yang baru dikenalnya. Seharusnya reaksinya tidak berlebihan seperti ini. seharusnya.

"Y ... ya?" Dengan tergagap Sakura berniat memastikan.

"Jangan terlalu dipikirkan. Ku rasa itu bukan hal yang sulit." Benar. Seharusnya memang bukan hal sulit. Sakura berusaha membuat otaknya tidak berfikir terlalu ekstrim. Itu mempengaruhi reaksi tubuhnya dan menyusahkan.

"Aku mengerti." Ucap Sakura lirih. Berharap tidak ada hal diluar kendalinya yang terjadi. Dengan senyum canggung Sakura keluar dari mobil setelah mengucapkan selamat tinggal. Sakura langsung masuk kedalam rumahnya tanpa menunggu mobil Sasuke pergi.

"ini terasa menjengkelkan. Waktuku seharusnya sudah lewat." Desah Sakura menyandarkan punggungnya di pintu. ujung matanya melirik jendela melihat bayangan mobil Sasuke yang berlalu. Tanpa sadar tangannya mencengkeram baju tepat didadanya.

.

.

.

.

~TBC~

KEYIKARUS

25/7/2017