Yuhuu!

Ini pagi yang cerah! Tidak boleh bermalas-malasan! Apalagi di hari pertama dalam seminggu; senin. Semangat! Dan ini adalah hari kedua Naruto bekerja di salah satu hotel bintang tiga di kota Konoha; Kage Hotelㅡyang terbilang terkenal karena terletak di tengah kota dan tidak pernah sepi pengunjung. Hotel bergaya klasik dengan cat berwarna kalem. Sehingga ketika memandangnya merasa tenang, ditambah taman kecil yang sengaja dibuat menambah kesan asri di lingkungan hotel dan membuat tamu atau pengunjung umum mempunyai tempat bersantai yang nyaman.

Walau pekerjaan yang akan dilakoni Narutoㅡtokoh utama kitaㅡbukan pekerjaan dibalik computer, melaikan menjadi anggota Housekeeping atau bahasa kasarnya tukang bersih-bersih, senyum tidak pudar dari bibir tipisnya. Malah kini terbentuk cengiran lebar.

Mendapat pekerjaan ini saja ia sudah sangat bersyukur; sebab apa yang ia harapkan dari Ijazah SMA? Mencari pekerjaan sekarang sangat sulit. Mereka yang lulus perguruan tinggi belum tentu segera mendapat pekerjaan jadi syukuri saja; yang terpenting ia punya pekerjaan.

Apalagi ia bisa bekerja di sini bukan karena lulus seleksi wawancara, tapi karena pihak hotel tengah membutuhkan tenaga kerja. Baru antar surat lamaran kerja, ia langsung di interogasi oleh seseorang bernama Iruka dan disuruh mengganti pakaian dengan seragam. Ibarat kata; faktor keberuntungan.

Baiklah, semangat-semangat!

Kemarin ia telah dikenalkan pada beberapa karyawan lain dan dijelaskan secara rinci mengenai pekerjaannya sebagai Public Area di lobby dan membersihkan office. Walau tidak memiliki basic hotel, ia bisa melakukan pekerjaan dengan baik.

Keadaan lobby tidak ramai; hanya beberapa tamu yang sarapan di restaurant yang berada di seberang lobby dan seorang tamu yang telah check out duduk di sofa menunggu taksi. Staff restaurant yang Naruto tahu bernama Temari sedang melayani tamu, sementara satunya lagiㅡInoㅡberdiri di samping meja front office yang terhalang pandangan kamera cctv.

"Sungguh! Aku benar-benar kesal padanya!"

Salah satu dari dua receptionistㅡperempuanㅡmenyahut, "Lalu kau tidak memberi hukuman pada kekasihmu agar dia jera?"

Oh, sedang curhat ternyata!

Naruto melirik sejenak lalu memutar bola mata jengah. Bisa-bisanya mengambil kesempatan di jam kerja untuk curhat hal pribadi. Jangan perdulikan, Naruto, batinnya dan melanjutkan pekerjaan membersihkan debu di meja receptionist; dusting.

Ino mengatur volume suaranya agar tidak besar walau raut kesal terpancar dari wajahnya, "Aku ancam saja dia. Akan kuputuskan jika mengingkari janji sekali lagi."

"Bagus! Laki-laki seperti itu memang harus diberi pelajaran."

"Berisik."

Bukan Naruto atau kedua orang yang mengobrol atau tamu yang duduk di sofa, tapi pemuda teman berjaga Karinㅡsi receptiont perempuanㅡbergumam jengkel. Hei, dia sedang memeriksa ulang pekerjaan rekan mereka yang shift malam. Membuat konsentrasi orang terganggu.

"Chouji, kau tidak mengerti perasaan perempuan sih!" ternyata ditanggapi lain oleh dua perempuan yang mengobrol. Raut muka mereka menunjukkan sebal karena ucapan si lelaki berbadan bongsorㅡups, jangan katakan pada Chouji, ya.

Chouji tidak membalas. Pusing.

"Hum! Kau seharusnya perhatian terhadap perempuan! Nanti pacarmu kabur karena kau tidak peka."

Oke, sekarang Chouji yang mendapat ceramah gratis pagi-pagi. Mencoba tidak perduli si pemuda fokus pada pekerjaannya. Well, dia belum punya pacar jadi tak terpengaruh oleh kata-kata asal sebut itu.

Naruto yang berada di sudut lain dari meja receptionist hanya memandang ketiga orang itu dalam diam sembari tangannya yang memegang kain dusting bergerak membersihkan meja.

"Tuh! Lihat-lihat, Chouji sangat cuek! Aku yakin pacarnya tidak betah," Ino memulai lagi gosip pagi ala entertaiment dengan si objek di depan mata.

Karin ikut memandang Chouji; menyelidik lalu membenarkan perkataan Ino dengan anggukan.

Naruto mendesis. Apa-apaan mereka! Menilai orang seenaknya. Belum ia mengeluarkan protes untuk membela Choujiㅡhuh, dia tak suka melihat bully terselubungㅡsuara dehaman dari arah pintu lobby membuat mereka serentak menoleh. Melihat security membuka pintu yang terbuat dari kaca bening dan berdiri di sisinya.

Seakan tahu maksud dari dehaman dan prilaku si security, Ino buru-buru kembali ke counternyaㅡFB (Food and Baverage)ㅡdan menyibukkan diri. Begitu pula Karin yang tampak merapikan kertas-kertas yang sebenarnya telah tersusun rapi. Chouji yang memang bekerja diam saja; tidak kasak-kusuk seperti temannya.

"Selamat pagi, Uchiha-sama."

Seorang pria berpakaian rapi memasuki area lobby. Pandangan lurus; tidak lihat kanan atau kiri. Bahkan tidak membalas sapaan dari security yang kemudian keluar sambil menutup pintu.

"Selamat pagi, Uchiha-sama,"

Berjalan angkuh melewati meja receptionist menghiraukan sapaan Karin dan senyum Chouji serta Naruto.

Heh?

"Selamat pagi, Uchiha-sama," satu sapaan lagi dari Ino yang juga diacuhkan.

Pria itu berbelok di dekat restaurant dan berhenti di depan lift. Menekan tombol hingga pintu terbuka dan masuk ke dalamnya. Mereka yang diabaikan oleh pria tadiㅡkhususnya Ino dan Karinㅡmenghela napas lalu melanjutkan pekerjaan.

Naruto mengerutkan kening, "Dia ... siapa?"

Oh, jangan kaget. Naruto baru bekerja semalam, di hari minggu, dimana bagian kantor libur jadi dia tidak tahu siapa yang baru datang sampai membuat rekan-rekannya begitu. Melihat pria tadi tidak membalas sapaan membuat pemuda ini sedikit kesal. Merasa orang itu tidak sopan sama sekali. Hih, mungkin tidak diajari tata krama.

"GM kita. Uchiha Sasuke," jawab Chouji menatap Shima sekilas.

Karin beranjak cepat, pindah posisi di dekat Naruto, "Anak Uchiha Fugaku, pemilik hotel ini. Dia tampan, cool, berkharisma, uh ... banyak perempuan yang tergila-gila padanya," dari cara bicaranya, Karin terlihat sangat memuja laki-laki yang disebut anak pemilik hotel tempat mereka bekerja.

"Cool? Sombong?" oh, Naruto tersulut emosi. Pantas saja, anak pemilik hotel. Pasti jabatan GM diberikan karena status keluarga, bukan kemampuan. Apalagi wajah pria tadi kelihatan masih muda. Naruto tidak perduli mengenai ketampanan atau apapun itu, dia laki-laki. Sesama lelaki tidak memuji soal ketampanan, kan?

Hah ... orang-orang kaya memang menyebalkan.

Ya, Naruto bukan berasal dari keluarga berada jadi maklumi saja pikirannya.

"Hei, Sasuke-sama memang cuek, tapi tidak sombong," Karin menyahut.

Dahi Naruto makin berlipat. Tidak sombong apanya? Orang cuek sekalipun pasti balas sapa. Itu memang sombong ditambah status anak pemilik hotel dan jabatan GM. Kenapa dia punya atasan begitu? Hah ... Naruto mulai membayangkan hal-hal tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.

"Hm," Naruto mempercepat pekerjaannya membersihkan meja receptionist. Sedikit banyak waktunya terbuang di sini.

Selesai mendusting ia pergi ke balik counter restaurant dimana terdapat ruang penyimpanan barang yang dititipkan tamu dan sebuah trolley kecil berisi dua bucket. Meletak alat semprot chemical pembersih furniture dan menyimpan kain dusting ke saku lalu mengambil lobby dusterㅡah, banyak sekali istilah dari alat-alat yang harus dihapal.

xx

"Naruto, kau dipanggil Sasuke-sama," Pria berusia tiga puluhan yang masih tampak muda itu menghampiri anak buahnya yang tengah mop lantai restaurant yang baru dibersihkanㅡrestaurant baru closing sarapan.

Naruto berhenti, "Kenapa?" sedikit heran.

"Kemarin kau diterima olehku, tapi kau belum bicara dengan Sasuke-sama. Sekarang Sasuke-sama ingin bertemu denganmu untuk membicarakan gaji dan lain-lain. Wawancara yang tertunda," ujarnya mengulas senyum kecil.

Benar juga. Walau diterima, itu masih keputusan sepihak pria di depannyaㅡIruka, atasan Housekeeping. Bukan karena memiliki hak istimewa, tapi sebelumnya Iruka telah mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada owner yang kebetulan datang dimana ia yang mendapat giliran MOD (Manager of Duty); menggantikan pekerjaan GM di hari minggu.

Naruto mengangguk, "Akan kuselesaikan ini terlebih dahulu. Sedikit lagi,"

"Baiklah. Kau tahu dimana ruang GM, kan?"

Naruto menganguk lagi sambil menyungging senyum kecil. Iruka membalas senyum itu dan berlalu. Melanjutkan kegiatannya yang terhenti dan segera menyimpan alat mop ke dalam satu bucket yang berisi air. Menyempatkan diri membersihkan tangan di washtafel di sebelah counter restaurant dan berjalan ke arah lift.

Tidak ada batasan penggunaan lift. Jadi lift tak hanya digunakan oleh tamu. Karyawan pun dapat menggunakannya. Apalagi untuk mempercepat pekerjaan.

Ruang GM berada di lantai empat. Naruto sudah ditunjukkan ruang-ruang penting semalam jadi ia tidak akan tersesat. Ketika bunyi 'ting' terdengar pertanda ia telah tiba di lantai empat, pintu lift terbuka. Lantai ini di khususkan untuk kantor. Ruang Owner, GM, accounting, marketing, HK office yang digabung bersama kitchen office dan entah apalagi yang Naruto tidak mengerti.

Ia telah berdiri di depan sebuah pintu berwarma coklat yang di depannya terdapat hiasan bunga plastik setinggi pinggang Naruto. Menghembus napas sebentar kemudian mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Perlahan memutar knop dan mendorongnya hingga terbuka.

"Permisi ...?" menyungging senyum kecil pada pria yang berada di dalam.

Mata mereka bertemu. Iris biru cerah seperti langit di siang hari dan onyx kelam segelap malam. Naruto meneliti wajah seseorang yang tadi pagi membuat ia kesal. Memang benar apa yang dikatakan Karin; Sasuke-sama adalah pria tampan bersurai raven melawan gravitasi yang memiliki tatapan tajam serta ekspresi datar. Kulitnya putih pucat yang mengingatkan Naruto pada tokoh fiksiㅡentah benar fiksi atau kenyataanㅡsosok vampire.

Dia pun langsung membayangkan Uchiha Sasuke mengenakan pakaian a la drakula, di sudut bibir mengalir darah, matanya merah dan menerbitkan senyum miring sarat bahaya.

Huh? Kenapa malah terlihat seksi? Naruto langsung menggeleng. Menghilangkan bayangan absurd barusan. Apa sih yang dia pikirkan? Kenapa jadi terpesona begitu?

Sementara Sasuke mengernyit melihat prilaku aneh karyawan barunya itu. Pandangannya menyirat kesan malas, "Masuk," katanya dan beralih menatap layar computer lagi untuk menyimpan apa yang baru ia kerjakan.

Naruto menghela napas. Jangan berpikir tidak-tidak, Naruto. Jangan sampai kau dipecat! Mensugesti diri supaya tidak membayangkan hal aneh lagi menyangkut sang atasan, Naruto masuk ke dalam sambil menutup pintu. Menduduki salah satu kursi di depan meja dan berhadapan langsung dengan orang nomor dua setelah owner di Kage Hotel.

Sasuke mengambil map berwarna biru yang Naruto ingat itu miliknya saat mengantar lamaran. Membuka map tersebut dan melihat lembar-lembar yang ada. Semua seperti kebanyakan surat lamaran kerja; pas photo, photocopy KTP, photocopy Ijazah, transkip nilai, dan surat pendukung lainnya yang dimiliki.

Ada seulas senyum miring tersungging di bibir Sasuke, "Apa motivasimu bekerja di sini?" matanya masih memandang kertas-kertas dalam map.

"Mendapat pengalaman kerja," menjawab sekenanya. Memang apalagi? Butuh uang? Itu sudah jelas, tak perlu diucap.

"Meskipun kota Konoha termasuk kota besar, tapi kau berasal dari Tokyo," kepala si pria terangkat sehingga mereka saling memandang, "Dari Tokyo ke Konoha, kau mau mencari pengalaman?"

Ugh! Pertanyaan yang menyudutkan!

Salah ya? Tiap orang punya keputusan masing-masing. Naruto datang ke Konoha mencoba peruntungan di kota kelahiran ayahnya. Bukan tidak bisa mendapat pekerjaan di Tokyo, tapi seperti yang dimaksudkan secara implisit oleh Bos besar di hadapannya ini; sebagian besar orang ke Ibukota mencari pekerjaan yang terbatas. Daripada bersaing dengan ribuan orang, dia memutuskan mencari pekerjaan di Konoha. Termasuk kota besar di Jepang yang jarak tempuhnya dua hari satu malam dari Tokyo.

Naruto diam. Tidak tahu bagaimana menjelaskan keputusannya. Ha ... si Bos ini kenapa mempersulit wawancaranya? Apa begini rumit ya menjalani wawancara kerja?

"Kapan kau tiba di Konoha?" melihat tak ada respon, Sasuke mengajukaan pertanyaan lain.

"Seminggu lalu."

Sasuke mengangguk-angguk sambil memeriksa lembaran photocopy identitas Naruto, "Kau tinggal dimana?"

"Di gedung flat di belakang Glass Furniture di seberang,"

"Kau tahu, kan, sebelum kontrak, calon pekerja akan di training selama beberapa bulan?" nada suara Sasuke berubah dalam. Di depannya Naruto mengangguk pelan, "Kau akan ku training selama tiga bulan. Jika kinerjamu bagus maka aku akan memberi kontrak kerja, tapi jika tidak, maka aku akan memecatmu."

To the point. Menusuk langsung dengan kalimat memecat. Naruto meneguk saliva tiba-tiba; gugup. Kenapa suasananya jadi mencekam begini?

"Selama training kau akan ku gaji perhari atau daily work. Lima puluh yen sehari."

Lima puluh? Kalau dikali tiga puluh hari berarti seribu lima ratus yen. Bagaimana kalau dia off atau sakit? Berkurang! Dan.. itu jauh dibawah gaji pokok yang ditetapkan pemerintah. Kenapa?

"Hm, bagaimana?" tanya Sasuke memastikan. Dapat melihat raut bingung dan tidak senang akan nominal yang ia berikan untuk gaji.

Jangan kira Sasuke tidak tahu peraturan daerah soal gaji pekerja, namun disini ia baru menggaji training. Hal begini biasa terjadi dimanapun. Gaji training sedikit dibanding gaji yang ditetapkan pemerintah. Bahkan ada perusahaan yang tidak memberi gaji pada karyawan training.

Uh.. kalau dipikir-pikir tidak masalah. Dia tidak bisa memaksa kehendak mendapat gaji besar sedangkan baru diterima. Mana tidak punya skill dibidang hotel. Diam-diam menghembus nafas lebih keras lalu menatap sang GM, "Aku terima."

Senyum kali ini terlihat tulus. Sasuke menandatangani surat lamaran Naruto, menulis tanggal dan gaji yang diberikan. Mengulurkan tangan yang disambut pemuda itu. Bersalaman.

"Selamat datang di Kage Hotel."

"Terima kasih," Naruto membalas senyum sopan, "Kalau begitu, aku permisi," katanya dan beranjak dari kursi keluar dari ruangan yang dingin karena hembusan ac.

Setiba di luar Naruto melirik pintu yang baru ia tutup. Menghela nafas kemudian menggidik ngeri lalu berjalan meninggalkan ruang GM, "Dia memang tampan, aku akui. Tapi auranya mengerikan. Hi ... benar-benar mirip vampire!"

Sementara di dalam ruang GM, Sasuke merapikan berkas lamaran kerja Naruto lalu mengamati photocopy yang menjelaskan lebih identitas si karyawan baru. Memoles senyum yang jarang diperlihatkan kepada orang lain; senyum yang memiliki satu makna yang hanya ia sendiri yang tahu.

"Namikaze Naruto," mulutnya menggumam menyebut nama yang tertera.

tbc

Perkenalan dulu.

Ada yang baca? Entahlah. Haha. Ah ... seneng banget. Pertama kali nyemplung(?) ke fandom Naruto.

Maaf kalau ada yang tidak sesuai. Maru belum fasih(?) dalam lingkup anime Naruto. Maupun Jepang. Hehe.

Semoga tidak mengecewakan ...