Kageyama Tobio menjalani hari-harinya dengan normal. Yah, senormal-normalnya seorang maniak yang menyukai dunia voli.

Dia akan bangun, mandi, menyiapkan makanan, dan kemudian pergi kesekolah. Tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain itu, saat liburan dan hari tidak mendukung, seperti libur musim dingin kali ini ia terpaksa tak bermain voli karena cuaca yang tak mendukung.

Tapi pagi ini entah kenapa saat ia ingin bangun dari tidurnya. Tobio merasa bahwa selimut yang digunakannya untuk tidur, seakan melilit tubuhnya. Padahal biasanya tidak ada yang aneh setiap kali ia bangun tidur.

Saat itulah Tobio menyadari sesuatu.

Kedua matanya membelalak tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang pada kamarnya, bagaimana bisa mendadak seluruh kamarnya tiba-tiba membesar? Tunggu, atau jangan-jangan, Tobio dengan perasaan was-was dan cemas pun berusaha melihat kearah tubuhnya sendiri.

?!

Tobio seperti tersambar petir dipagi hari.

Ba-bagaimana bisa ini terjadi?! teriak batinnya histeris. Pemuda itu panik dan ia berusaha untuk berlari keluar dari gumpalan itu mencari bantuan.

Mungkin karena terlalu panik Tobio sampai terjatuh. Rasanya ia bahkan ingin sekali menangis keras sekarang, tapi itu bukan saat untuk menangis, ia harus menahannya dan bersikap tenang karena setidaknya ia harus memastikan terlebih dahulu, ini mimpi atau hanya kenyataan yang mengerikan.

Maka dengan perasaan harap-harap cemas ia berdoa dengan sepenuh hati, berharap kalau ini hanyalah mimpi. Tobio pun mecubit sedikit pipinya yang terasa gembil dengan keras.

Tau hasilnya?

Tuhan itu sakit!

Ok ini mungkin bukan mimpi. Dia masih bersikeras ingin melihat jam untuk memastikan nasibnya dengan masih mengelus-elus pipinya yang memerah karena cubitannya sendiri.

!

Untuk kedua kalinya hari itu Tobio merasa tubuhnya bagaikan tersambar petir, hanya kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya. Dengan rasa bingung dan takut bercampur. ia menangisi kejadian tragis yang menimpanya.

Bagaimana tidak? Ia baru saja memastikan satu hal yang membuatnya syok. Saat pertama kali tadi ia melihat kalau kamarnya membesar, tapi nyatanya saat ia mengecek tubuhnya sendiri? Malapetaka sudah menimpa hidupnya dan sudah sangat bisa dipastikan kalau ternyata bukan ruang kamarnya yang membesar, tapi lebih tepatnya dirinyalah yang mendadak mengecil.

Untuk melengkapi semua kejadian dadakannya hari itu. Dengan langkah cepat dia mendekati tempat tidurnya lalu melempar dirinya ke atasnya, dengan pikiran tak bisa lagi bermain voli ia tertidur.


Dan seperti itulah kisahnya, bagaimana akhirnya ia mendapati dirinya sendiri yang mendadak berubah menjadi kecil. Yang sialnya bukan kecil, tapi seperti kembali menjadi ketika dia berusia enam atau tujuh tahun. Lebih pastinya ia terlihat seperti seorang anak kecil. Dan pemikiran anak kecil seusianya yang sekarang pusing memikirkan kejadian yang tiba-tiba menimpanya.

Akhirnya karena merasa tidak menemukan jalan keluar apapun Tobio memutuskan untuk meminta bantuan temannya, Sugawara-san. Tangannya terjulur bergemetar, mengambil telfonnya lalu mengetik nomor sang Setter Senior, beberapa kali karena gugupnya ia menekan angka yang salah.

Dan nomornya terhubung, Tobio menunggu dengan gelisah Sugawara Koushi mengangkat panggilannya.

...

"Halo, ada perlu apa Kageyama pagi-pagi begini?" Suara Sugawara cukup untuk membuat sedikit rasa takut yang dimiliki Tobio menghilang.

"Sugawara-san! Tubuhku, tubuhku..." Ujar Tobio langsung panik terdengar jelas dari suaranya yang bergetar karena takut.

Koushi menunggu dengan sabar kelanjutan kalimat Tobio, meski entah kenapa ia sedikit merasa khawatir. Apalagi Ia merasa ada yang aneh dengan suara Kageyama yang seperti anak kecil.

"TUBUHKU MENGECIL!" Teriak Tobio dari seberang telefon, membuat seseorang yang menjadi lawan bicaranya mendadak tak tau harus bicara apa.

"...Huh?" Sahut Sugawara cengo. Sepertinya otaknya tengah memproses apa yang baru saja didengarnya dari Tobio.

Tunggu, tubuhnya mengecil?

TUBUHNYA MENGECIL! Jerit hati Sugawara syok.

"B-baiklah Kageyama, tunggu disana. Dan jangan kemana-mana, aku akan segera kesana dengan teman-teman yang lain,"

Tanpa menunggu jawaban dari Tobio. Dengan cepat Sugawara langsung menutul telefon rumahnya. Dan langsung menghubungi satu-persatu teman-temannya yang ada sembari pergi menuju rumah Tobio.

.

.

.

Tak berapa lama semuanya telah berkumpul dirumah sang setter karasuno, Kageyama Tobio. Dan melihat penampakan terbarunya cukup membuat semua hadir mendadak frustrasi.

Sawamura Daichi memijat pelipisnya, tiba-tiba kepalanya memdadak pusing.

"Jadi, Kageyama bagaimana?" Ujar si pemuda yang masih setia memijati kepalanya yang pening.

Seketika suasana menjadi hening bahkan yang namanya disebutpun ikutan bingung, kaget, dan tidak mengerti, semua eskpresi itu juga tergambar dengan jelas di wajah semua anggota klub itu.

Untuk yang kesekian kalinya juga Sugawara Koushi menghela nafas.

"Karena sepertinya kita tak bisa membiarkan Kageyama tinggal sendiri dengan kondisinya yang seperti ini, jadi siapa yang bisa dan setuju jika dia tinggal bersama dengan kita bergantian?" Tukasnya menghela nafas lelah. Seolah ia baru saja menjalani siksaan hidup tak terkira. Ia menatap temannya satu persatu.

Beberapa orang mengangkat tangannya. Hinata mengangkat tangannya dengan sukarela, Yamaguchi membuat Koushi sedikit terkejut karena cukup berani mengajukan dirinya, kemudian ada juga Nishinoya, Tanaka, Daichi, Ennoshita, Asahi, Yachi, bahkan Tsukishima (Koushi mengangkat alisnya, ada maksud apa anak ini?)

Koushi menepuk kedua tangannya, "Baiklah, semuanya ada sepuluh termasuk denganku. Berarti masing-masing dari kita akan mengurus Kageyama selama libur musim dingin ini untuk tiga hari masing-masing orang," Lanjutnya.

Tapi sepertinya masih ada yang menganjal bagi Yamaguchi Tadashi, "Tapi Suga-san, bukankah Kageyama masih punya orang tua?" Katanya sedikit penasaran.

Tobio yang sedari tadi hanya terdiam selain karena syok juga tidak mengerti dengan apa yang saat ini teman-temannya tengah bicarakan. Perlahan ia mulai mengerti.

Sebelum Sugawara menjawab, Tobio sudah lebih dulu menjelaskan, "Orang tuaku sibuk bekerja di luar negeri,"

Dan semua yang ada disana hanya terdiam mendengar penuturannya.

"Yah, itu berarti lebih sedikit orang dewasa yang perlu kita libatkan disini karena akan sangat rumit untuk menjelaskan keadaanmu secara logis,"

Koushi berkata benar, para orang dewasa mungkin akan mengatakan kalau dia bohong atau lebih buruk. Membuat Tobio menjadi bahan penelitian, seperti pada cerita-cerita Sci-fi di film. Jadi, dari pada teman mereka dijadikan bahan percobaan penelitian lebih baik jika untuk sementara waktu biarlah mereka yang semua yang merawatnya.

"Tapi, apa yang akan kita katakan kepada orang jika ada yang bertanya dan yang menjaga pertama siapa?" Tsukishima Kei berceletuk setelah hanya diam dari tadi.

"Yah kita bisa mengatakan kalau kita mengasuh anak kecil untuk mendapat uang tambahan kan?" Daichi menjawab, "Dan untuk masalah menjaga pertama. Untuk tiga hari kedepan mulai dari hari ini sepertinya aku bisa menjaganya," Sambung Koushi.

Daichi menuliskan catatan di ponselnya, "Baiklah tiga hari berikutnya aku bisa menjaga Kageyama, Nishinoya, kau bisakan hari berikutnya?" Nishinoya mengangguk setuju.

"Tsukishima, Yamaguchi, Hinata, bagaimana dengan kalian?" Daichi beralih kepada adik kelas satu mereka.

"Aku bisa menjaganya tepat setelah Nishinoya-san," Hinata Shouyo berpikir bagaimana reaksi Natsu saat bertemu anak lain yang lebih muda darinya.

Kei mengingat-ingat jadwalnya untuk beberapa hari kedepan, ah, liburan sebenarnya dia tidak akan melakukan apapun.

"Setelah Hinata aku akan menjaga Ou-sama," Koushi sedikit meliriknya dengan tatapan tak pasti.

Tadashi setuju setelah Kei memutuskan menjaga Tobio terlebih dahulu. Hei dia bisa bertanya kepada Kei bukan kalau terjadi masalah?

"Sebenarnya aku tak mau melakukan hal ini, tapi kita masih belum tau pasti apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin Kageyama akan kembali sendiri seperti semula hanya saja sepertinya itu butuh waktu yang tidak pasti? Aku pun tak tau. Bersyukur hal ini terjadi ketika liburan jika tidak? Paling tidak kita harus menjaganya karena tidak mungkin baginya untuk tinggal sendirian dalam keadaan seperti ini dan tetap berharap semua ini akan berakhir,"

Semua mengangguk mendengar penjelasan Koushi.

"Baiklah, aku sebenarnya ada waktu luang pada tanggal XX jadi hanya bisa menjaga Kageyama selama dua hari," Ennoshita Chikara menjawab.

Setelah sedari tadi berdiskusi Tanaka Ryuunosuke memberi jawaban giliran mereka, "Aku, Asahi, dan Yachi, bisa menjaganya bergiliran,"

Daichi selesai mencatat jadwal. Ia menatap mata Tobio, "Baiklah, sepertinya sekarang kami harus pergi. Sisanya aku serahkan kepadamu, Sugawara,"

Koushi dan Tobio mengantar mereka hingga pintu depan.

Dan, hari-hari dengan masa kecil Kageyama Tobio terulang kembali!

.

.

.

TBC


Author Note : Hallo, permisi. Hehehe~~~ saya masih baru disini. Mulai suka sama Haikyuu pas umur saya bagai terkuras karena pertandingan mereka. Itu lho pas awal-awal Hinata itu. Hati saya serasa diremas-remas. senang dan juga sedih di saat yang bersamaan. fanfic yang kemarin itu cuma pemanasan sebelum mulai fanfic ide besar ini!

Style nulisnya saya cukup simple ya?

Oh iya, update-an isinya paling satu atau dua chapter yang dipenuhi dengan kegiatan sehari-hari Tobio.

Saya akan berusaha sebisa saya untuk update secepat mungkin, Yosha!

Review sangat di hargai, masukan-masukan yang mendisiplin juga kok!

Btw, kalian udah ngeliat belum muka mas Oikawa waktu kalah dan saat Karasuno menang? Saya bangga lho sebagai mamahnya Tobio~~~~ /Heh/

Editor Note : Ngh, sebenarnya saya bingung mau ngomong apa. Tapi bagi yang sudah mampir ke sini jangan lupa baca dan tinggalkan jejak ok! Saya sebagai asisten dadakan dari author yang nulis fic ini sebenarnya amat sangat kesal! Karena apa? Karena authornya suka sekali nyiksa batin saya... T_T

Udahlah pokoknya jangan lupa ripiu.. ok!?