Felson Spitfire

Presents

A Naruto Fanfiction

"Gentei Tsukuyomi"

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing:

Neji Hyuuga X Sakura Haruno

Summary:

Sakura sebenarnya merasa kurang nyaman jika harus menjalankan misi hanya berdua saja dengan Hyuuga Neji, namun bagaimana jika mereka berdua malah terjebak cukup lama dalam dunia genjutsu yang disebut dengan Gentei tsukuyomi?

CHAPTER 5: Tsuki no Me―Failed!

"Tsuki no me." Neji membaca deretan huruf yang ditunjuk oleh jari telunjuk Sakura.

Tsuki No Me―Projek Mata Bulan

Jutsu mata ini pertama kali dipakai oleh Otsutsuki Kaguya setelah memakan buah shinju. Saat itu Kaguya mendapatkan begitu banyak chakra hingga muncul mata ke tiga di dahinya yang merupakan perpaduan antara sharingan dan rinnegan―rinne sharingan. Dengan itu, Kaguya memantulkan bayangan matanya ke arah bulan, membuat penampakan bulan menjadi serupa dengan rinne sharingan, sehingga semua orang yang melihat bulan akan terperangkap pada genjutsu yang kemudian dikenal dengan sebutan Mugen Tsukuyomi. Genjutsu ini membuat penggunanya mampu menciptakan dimensi kosong di bawah kendali mereka yang kemudian dapat mereka isi dengan menciptakan dunia yang sesuai dengan keinginan mereka. Untuk bisa menjebak semua makhluk hidup di seluruh dunia ini dalam Mugen Tsukuyomi, penggunanya harus menjadi jinchuriki juubi terlebih dahulu. Sama halnya dengan sulitnya jalan untuk mewujudkannya, untuk melepaskan justu ini juga sangat sulit karena diperlukan kekuatan seorang Rikudou Sennin.

Sakura berhenti membaca. "Neji-san, apa menurutmu ini yang kita cari?"

Neji mengalihkan perhatiannya dari buku yang masih berada di pangkuan Sakura. Ia memejamkan mata sejenak, nampak memikirkan sesuatu kemudian menatap lurus ke arah emerald rekan satu timnya. "Entahlah," katanya menghela napas. "Di beberapa bagian sepertinya iya, tapi kita tahu Madara bukanlah jinchuriki juubi. Dan yang kita lihat waktu itu bukanlah bulan yang memantulkan bayangan sharingan, lebih tepatnya kita melihat cahaya bulan menembus bola kristal yang menyerupai sharingan."

Gadis itu menunduk putus asa. Matanya menelusuri deretan kata-kata pada halaman yang baru saja mereka baca, berharap ia melewatkan sesuatu yang penting di sana. Sayangnya, jauh di dalam hati ia sependapat dengan Neji. Meskipun banyak hal yang mirip dengan kejadian yang mereka alami, namun Mugen Tsukuyomi bukanlah sesuatu yang mereka cari. Ia tidak tahu perasaan mana yang lebih mendominasi di dalam dirinya saat ini. Di satu sisi ia lelah mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan, namun di sisi lain, ia bersyukur genjutsu yang menjerat mereka bukanlah Mugen Tsukuyomi. "Setidaknya ada sisi baiknya." Gumamnya dengan suara pelan namun cukup keras untuk di dengar Neji. Hyuuga prodigy itu tahu Sakura sedang mencoba menghibur diri mereka. "Seandainya ini benar-benar Mugen Tsukuyomi dan semua orang terjebak seperti kita, mungkin kita tidak punya harapan untuk keluar dari sini." Lanjutnya dengan senyuman yang mampu membuat lawan bicaranya merasa tenang.

"Aa, kau benar." Neji berdiri, mengambil buku tentang Hagoromo dari tangan Sakura. "Mungkin kita bisa mencoba bertanya pada chichi-ue." Usulnya. Sakura mengangguk menyetujui kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti Neji.

Hizashi sedang berlatih dengan seorang Hyuuga kecil di halaman belakang ketika mereka menemuinya. Usia anak itu mungkin sekitar empat atau lima tahun jika dilihat dari tinggi badannya. Rambutnya berwarna coklat kopi seperti milik Neji dengan mata keperakan khas keluarga Hyuuga yang masih memperlihatkan kepolosannya. Di dahinya terdapat tanda segel berwarna hijau yang sama seperti milik Neji, membuat Sakura menyimpulkan bahwa bocah itu juga seorang bunke. Anak itu bersembunyi di balik tubuh Hizashi saat mereka berjalan mendekat, mengingatkan Sakura pada sosok Hinata yang pemalu. Ia tak tahu persis apa hubungan anak itu dengan Neji―bisa jadi sepupu, keponakan, atau kerabat jauh―namun kemiripan diantara mereka selalu membuat Sakura merasa takjub. Dalam hati ia bertanya-tanya. Apa Neji-san juga seimut itu saat masih kecil?

"Konnichiwa, Neji-niisan." Sapa anak itu malu-malu.

"Kau mengalami banyak kemajuan, Hagi." Pujian Neji tampaknya sangat berkesan bagi bocah kecil itu hingga membuat wajahnya sedikit memerah.

Sakura yang kebetulan menyukai anak kecil, apalagi anak seimut Hagi, membungkukkan badannya ke arah anak itu dan mengulurkan tangannya. "Halo, Hagi-kun. Aku Haruno Sakura. Kelihatannya kau akan jadi ninja yang hebat." Senyuman Sakura mungkin terlihat sangat bersahabat di mata Hagi karena ia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya di balik tubuh Hizashi.

Hagi mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Sakura. "Yoroshiku onegaishimasu, Sakura-san." Katanya sembari membungkuk hormat, sepertinya mereka memang sudah diajarkan tata krama dari kecil.

"Tidak perlu seformal itu, Hagi-kun, panggil saja aku Sakura-neechan."

"Sakura adalah iryoo-nin yang dilatih langsung oleh Godaime Hokage-sama, Hagi. Kau bisa belajar mengontrol chakra darinya." Neji menginterupsi.

Mata lebar bocah itu tampak berbinar-binar, ia mendongakkan kepalanya ke arah Sakura dengan penuh harap. "Sakura-neechan, bolehkah?"

"Dengan senang hati, Hagi-kun." Sakura kembali tersenyum, dan bisa dipastikan bahwa tidak akan butuh waktu lama bagi keduanya untuk segera akrab. Dari luar Hagi memang terlihat seperti versi kecil dari Neji, namun di luar dugaan Sakura, anak itu sama sekali tidak dingin. Mungkin ia terlihat pemalu di awal, namun setelah mengenalnya lebih dekat, ia akan menanyakan apapun yang membuatnya penasaran, dan Sakura tentu akan dengan senang hati menjawabnya. Terlahir sebagai anak tunggal dan tanpa keluarga besar, dari dulu ia selalu ingin bermain-main dengan anak kecil seperti ini.

Sementara Sakura mengajarkan apapun yang ia ketahui tentang pengontrolan chakra pada Hagi, Neji memanfaatkan waktunya untuk membicarakan apa yang mereka temukan dengan ayahnya. Mereka duduk di teras belakang sehingga Hizashi masih bisa mengawasi latihan Hagi. Neji menjelaskan segala detail tentang kemiripan sekaligus perbedaan antara Mugen Tsukuyomi dengan genjutsu yang digunakan Madara untuk memerangkap mereka dalam dunia itu.

Dengan tangan yang terlipat di depan dada dan mata yang terus mengamati halaman belakang tempat dua orang sedang berlatih, Hizashi mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh putranya, dan hanya ada satu kesimpulan yang mampu ia dapatkan. "Kau bilang Madara menyebutkan tentang sebuah prototype?" Neji menganggukkan kepalanya. "Mugen Tsukuyomi adalah Tsukoyomi tak terbatas, tapi genjutsu yang dilakukan pada kalian masih sebuah prototype dan yang melakukannya bukan seorang jinchuriki juubi, jika memang begitu, Neji, kurasa bisa dikatakan bahwa ini adalah Gentei TsukuyomiTsukuyomi terbatas."

"Gentei Tsukuyomi?"

"Ya." Hizashi mengalihkan pandangannya ke arah Neji. "Dan karena ini hanya prototype, aku rasa kita tidak sampai memerlukan kekuatan seorang Rikudou Sennin untuk melepaskannya. Mungkin kalian cukup mengalahkan penggunanya saja."

Neji membuang napas lega mendengar penuturan ayahnya. Mereka memang sering mendengar kisah tentang Rikudou Sennin hanya saja ia tak yakin pria itu benar-benar ada atau hanya sekedar dongeng belaka. "Tapi itu artinya kami memiliki masalah lain, chichi-ue." Ia terdiam sejenak, menunggu pandangan ayahnya yang sempat terdistraksi oleh suara teriakan antusias Hagi kembali padanya. "Untuk pergi ke luar desa mencari Madara, kami memerlukan izin dari Tsunade-sama."

"Aku bisa membantu untuk itu." Hizashi beranjak dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan Neji ke dalam rumah dan kembali dengan sebuah gulungan beberapa menit setelahnya. "Pergilah ke kantor Hokage dan serahkan gulungan ini Tsunade-sama. Katakan tentang Mugen Tsukuyomi yang kau temukan di buku dan mintalah izin agar klan Hyuuga bisa menyelidikinya." Ia menyerahkan gulungan itu pada putranya. "Dan kalau kau tidak keberatan, biarkan Sakura tetap di sini sementara kau menemui Hokage-sama."

Tanpa berniat untuk membukanya, Neji menerima gulungan yang diberikan oleh Hizashi. Walaupun semua orang berubah di dunia itu, tapi ia benar-benar bersyukur ayahnya masih seperti sosok ayah yang selalu diingatnya. Sosok ayah yang selalu membimbing dan dengan senang membantunya. Ia menggenggam gulungan itu erat-erat kemudian beranjak dari posisi duduknya. "Arigatou gozaimasu, chichi-ue." Ia membungkukkan badannya dalam-dalam sebelum melangkah menjauh dari sana.

"Neji," suara Hizashi membuat Neji berhenti melangkah. "Menurutku Sakura gadis yang baik."

"Aa. Aku tahu."

Hizashi yakin ia sempat melihat senyuman yang sangat tipis menghiasi wajah Neji sebelum putra tunggalnya itu kembali melangkah. Ia ikut tersenyum saat melihat Neji berjalan menghampiri Sakura dan mengatakan sesuatu yang kemungkinan hasil diskusi mereka hingga kemudian Neji memutuskan untuk mengambil jalan pintas dengan melompati pagar dinding yang mengelilingi kediaman Hyuuga setelah Sakura memberikan sebuah anggukan.

)))))oOo(((((

Di kantor Hokage, Neji memberikan gulungan pemberian ayahnya pada Tsunade dan mengatakan persis seperti apa yang dipesankan Hizashi kepadanya. Di hadapannya kini Tsunade yang tampak berkacamata merah sedang dengan serius menekuni tulisan yang tertera di gulungan itu.

"Aku rasa tidak ada salahnya jika kita berjaga-jaga. Kau mendapatkan izinku, Hyuuga Neji. Berapa orang yang kau butuhkan untuk melakukan penyelidikan ini?"

"Untuk misi ini aku hanya membutuhkan Sakura, Tsunade-sama." Melihat kerutan yang dibuat alis Tsunade membuat Neji menyimpulkan bahwa ia dan Sakura mungkin seharusnya juga tidak terlalu akrab di sini, karena itu ia buru-buru menambahkan. "Karena dia iryoo-nin terbaik setelah Anda."

"Baiklah. Kau bisa langsung memberitahunya dan segera berangkat setelah kalian siap."

"Hai. Wakarimasu." Neji segera pamit dari sana melesat pergi dengan cepat karena tak sabar untuk memberitahukan kabar gembira ini pada Sakura.

Saat ia sampai di kediamannya, ayahnya masih betah duduk di tempat yang sama hanya saja sekarang Sakura dan Hagi telah menyudahi latihan mereka. Sakura duduk di samping Hizashi membicarakan entah apa dengan Hagi yang duduk di pangkuan Sakura tampak lengket pada gadis berambut merah muda itu. Di depan mereka terdapat sepiring kudapan dan empat cangkir teh yang tampak masih mengepulkan asap. Sebuah senyuman tipis sempat menghiasi wajah rupawan Neji sebelum ia berjalan mendekat.

"Neji-san, bagaimana?"

"Tsunade-sama sudah memberi kita izin. Kita bisa berangkat segera setelah siap."

"Aku akan pergi bersama kalian." Hizashi berujar.

"Tapi, chichi-ue .."

"Di gulungan yang kau bawa aku sudah menjelaskan pada Tsunade-sama bahwa aku akan mendampingi kalian dalam misi ini, Neji."

Neji menganggukkan kepala pasrah. Selama ini ia sering membayangkan pergi menjalani misi bersama ayahnya sehingga ia bisa menunjukkan perkembangannya di medan pertempuran yang sesungguhnya dan hal itu benar-benar terjadi di sini. Mungkin Sakura benar, ada hal positif yang bisa diambil dari musibah yang menimpa mereka. Neji mendudukkan dirinya di samping Sakura, menerima uluran cangkir yang diberikan gadis itu padanya kemudian menyesap tehnya perlahan. Ia tahu saat-saat menenangkan seperti ini tidak akan bertahan lama, karena segera setelah berangkat, besar kemungkinan mereka akan mengalami hari-hari melelahkan dan menegangkan jika mereka berhadapan dengan musuh. Dan jika mereka berhasil, mungkin ia tidak akan bertemu dengan ayahnya lagi.

"Ano, Neji-san, Hizashi-san," Sakura meletakkan cangkirnya yang telah tandas. "Jika kita berangkat hari ini, mungkin sebaiknya sekarang aku pulang." Ia mendapati tatapan protes dari Hagi yang masih duduk di pangkuannya. Bocah laki-laki itu mendongak tanpa mengucapkan apa-apa. "Gomen, Hagi-kun. Aku harus menyiapkan peralatanku untuk misi ini, dan mungkin meracik beberapa antidote untuk berjaga-jaga."

"Hagi, kemarilah." Hizashi mengulurkan tangannya dan memindahkan bocah itu dari pangkuan Sakura ke pangkuannya sendiri.

"Apa kita akan bertemu lagi?"

Pertanyaan polos dari Hagi membuat Sakura terpaku. Sebenarnya ia juga masih ingin menghabiskan waktu dengan bocah menggemaskan itu, tapi misi ini sangat penting baginya. "Mm.. mungkin kita akan bertemu lagi." Jawabnya ragu-ragu. Ia bahkan tak tahu apakah di dunia nyata Hagi benar-benar ada atau tidak―mungkin ia harus bertanya pada Neji nanti. Bocah itu mengulurkan kelingkingnya ke arah Sakura, membuat si gadis musim semi semakin menyesal karena mereka harus berpisah seperti ini. Ia mengalihkan pandangannya pada Neji meminta pendapat, dan pria itu menganggukkan kepalanya. Dengan mantap Sakura menautkan kelingkingnya pada kelingking kecil Hagi. "Kalau begitu kita bertemu di gerbang satu jam lagi?" Pertanyaan itu ia tujukan pada dua pria lain yang ada di hadapannya saat ini. Setelah mendapat persetujuan dari keduanya, Sakura segera undur diri dari kediaman Hyuuga.

)))))oOo(((((

Sakura merasakan deja vu saat langkah kakinya membawa ia sampai ke gerbang Konoha. Di sana Neji sudah berdiri menyandar pada salah satu dinding gerbang dengan tangan terlipat di depan dada persis seperti saat mereka akan memulai misi ini―mungkin itu kebiasaannya saat menunggu timnya berkumpul―hanya saja sekarang di sampingnya juga berdiri seorang pria dewasa yang mirip dengannya mengenakan pakaian jounin Konoha, Hyuuga Hizashi.

"Apa kalian menunggu lama?" tanya Sakura sedikit malu. Ia takut kebiasaan senseinya yang selalu terlambat diam-diam menular padanya.

"Kami juga baru sampai, Sakura." Hizashi yang menjawab.

"Yokatta."

Neji menjauhkan punggungnya dari dinding. "Kalau begitu kita berangkat sekarang. Kita bisa memulai pencarian di markas lama Akatsuki saat kita menyelamatkan Gaara dulu, dan jika tidak ada, kita akan pergi ke hutan Yumegakure untuk mencari petunjuk."

"Hai."

Mereka berangkat dengan formasi Neji di depan, Sakura di tengah dan Hizashi di belakang. Perjalanan untuk mencapai markas Akatsuki seharusnya memakan waktu sekitar tiga hari dua malam karena tempat itu berdekatan dengan perbatasan Suna dan Konoha, dan hari ini adalah malam ke dua yang harus mereka habiskan di tengah gelapnya hutan. Tak banyak hal yang menarik terjadi selama dua hari belakangan. Selama perjalanan mereka lebih fokus bergerak secepat mungkin tanpa banyak bicara dan di malam sebelumnya, Neji dan Hizashi lebih sering menghabiskan waktu mereka untuk melakukan meditasi sementara Sakura yang tak ingin mengganggu ketenangan mereka lebih memilih untuk membaca buku medis yang sengaja di bawanya dengan bantuan cahaya api unggun yang mereka buat. Untungnya malam ini sedikit berbeda dari kemarin. Mereka bertiga duduk mengitari api unggun sambil menyantap ikan bakar yang sempat mereka tangkap di sungai sore tadi.

Suasana seperti ini rasanya sangat nyaman untuk memulai percakapan. Dan bicara soal percakapan, sesuatu terlintas dalam benak Sakura. "Ano.. Neji-san. Boleh aku bertanya sesuatu?" Pria itu menatap Sakura tanpa menunjukkan rasa keberatan. "Apa di dunia nyata Hagi benar-benar ada?"

"Aa. Dia adalah putra tunggal dari sepupu chichi-ue. Bisa dibilang dia adalah sepupu jauhku."

"Kau sepertinya sangat menyukai anak kecil, Sakura?"

Suara Hizashi yang tiba-tiba menyeruak diantara mereka membuat Sakura menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Etto.. Itu karena aku anak tunggal, Hizashi-san. Maksudku, Neji-san mungkin juga anak tunggal, tapi dia anggota dari klan besar dan memiliki banyak sepupu, sementara aku.. hanya sendirian."

"Orang tuamu tak memiliki saudara?" tanya Hizashi lagi.

"Iie. Kebetulan, Tou-san dan Kaa-san, mereka berdua sama-sama anak tunggal." Sakura bergumam dengan suara lemah. "Ah, kenapa kita jadi membicarakan tentang orang tuaku ahahaha." Gadis itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah untuk menutupi rasa malu yang entah datang karena apa kemudian memutuskan untuk menghabiskan sisa ikan bakarnya.

"Kau bisa datang ke tempat kami kalau kau ingin bertemu dengan Hagi." Suara Neji tiba-tiba kembali terdengar setelah mereka bertiga terdiam cukup lama. Sudut-sudut bibir Sakura terangkat membentuk sebuah senyum mendengar ucapan pria berambut panjang itu. Mungkin senyuman termanis yang pernah Neji lihat seumur hidupnya. Ia mungkin tak menyadari jika pipinya terlihat sedikit memerah, namun ia bisa merasakan wajahnya memanas saat menatap senyuman yang ditujukan ayahnya kepadanya.

)))))oOo(((((

Neji, Sakura, dan Hizashi kembali melanjutkan perjalanan pagi-pagi sekali, dan sesuai perkiraan mereka telah mencapai daerah perbatasan ketika hari menjelang siang yang artinya, markas Akatsuki hanya tinggal beberapa kilometer di depan mereka. Neji mempercepat gerakan melompatnya diikuti oleh dua orang lain yang masih setia mengekor di belakangnya.

Bagian luar gua itu masih sama seperti terakhir kali mereka lihat dulu. Bahkan puing-puing besar dari pintu gua yang dulu dihancurkan Sakura dengan tinjunya masih tersisa di sana. Ketika mereka memutuskan untuk memasuki gua itu, tak ada siapapun di sana. Yang ada di dalamnya hanyalah sebuah patung besar dengan begitu banyak mata dan Sakura berani bersumpah dulu patung itu tak ada saat ia dan Chiyo-baasan melawan Sasori di sana.

Mereka baru saja akan memutuskan untuk mengambil rencana B saat sebuah suara yang sudah cukup familiar di telinga Neji dan Sakura terdengar dan secara tiba-tiba sosok pria bertopeng dengan jubah hitam bergambar awan merah seolah muncul dari sebuah lubang tak kasat mata. Dia, Uchiha Madara. "Sepertinya kalian lebih cerdik daripada yang ku kira."

Baik Hizashi maupun Neji segera memasang pose kuda-kuda begitu menyadari keberadaan musuh di hadapan mereka, sementara Sakura sudah bersiap memusatkan chakra pada tangan kanannya. Tidak ada kata-kata yang terucap sebelum mereka berakhir dengan menyerang Madara secara bergantian, namun sayangnya, pria itu bukanlah musuh yang bisa dianggap remeh. Ia memang belum memberikan serangan balik sama sekali namun sudah mampu membuat ketiganya kewalahan. Masalahnya, mereka bertiga adalah tipe ninja yang bertarung dengan melakukan serangan fisik secara langsung, dan kemampuan Madara yang ternyata mampu menteleportasikan sebagian tubuhnya entah kemana membuat serangan-serangan yang mereka layangkan terlihat seolah menembus badannya.

Kedua pria Hyuuga itu tentu saja sudah menggunakan byakugan mereka untuk mengamati pergerakan Madara namun jurus teleportasi yang dilakukannya bukanlah seperti milik Nidaime dan Yondaime Hokage yang mengandalkan kecepatan. Dari yang mereka lihat, tubuh Madara seperti menghilang begitu saja.

Mengetahui kemampuan lawannya yang sangat di atas rata-rata membuat Hizashi memutuskan untuk memberikan aba-aba pada Sakura dan Neji untuk mundur. "Seberapapun serangan yang kita lakukan tidak akan mempan padanya." Pria itu berkata sambil sedikit terengah. "Kita harus membuat rencana."

"Aku dan chihci-ue akan kembali menyerang, Sakura, kau carilah kelemahannya."

Setelah mendapat persetujuan dari Sakura, Neji dan Hizashi kembali melancarakan serangan terhadap Madara sementara Sakura berdiri sedikit jauh sambil mengamati mereka. Setelah cukup lama memperhatikan pertarungan antara rekan-rekannya dengan Madara, Sakura yang nampak menyadari sesuatu segera mengisyaratkan agar Neji dan Hizashi mendekatinya.

"Aku menemukan kelemahannya." Kedua pria berambut cokelat kopi yang saat ini sudah berdiri di sisi kanan dan kiri Sakura bersiap untuk mendengarkan penjelasan gadis itu dengan seksama. "Dia sebenarnya lebih sering menghindari serangan kalian daripada membiarkan tubuhnya tertembus, dan dia membutuhkan jeda sekitar lima menit sebelum membiarkan serangan kalian menembus tubuhnya kembali. Itu artinya, jika perkiraanku benar, tubuhnya sedang memadat dan tidak dapat ditembus saat dia menghindari serangan kalian."

"Begitu ya.. lima menit, kurasa kita memiliki kesempatan yang cukup besar." Hizashi bergumam. "Neji, dalam waktu lima menit kita harus bisa melumpuhkan titik chakranya, dan Sakura, kau yang mengakhirinya."

"Hai!" Seru Sakura dan Neji bersamaan, kemudian bersama dengan ayahnya, Neji menerjang mau untuk menyerang Madara dari arah depan sementara Hizashi dari arah belakang.

"Jukenho hakke Rokujuyon sho!"

Sesuai dugaan mereka, pukulan pertama dari Neji dan Hizashi menembus tubuh Madara. Pria bertopeng itu baru saja akan menghindari pukulan selanjutnya, namun gerakan dari jutsu turun temurun klan Hyuuga itu memiliki kecepatan yang tinggi sehingga musuh yang sudah terkunci posisinya akan memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk dapat melarikan diri. Pukulan demi pukulan terus mengenai tubuh Madara. Sakura selalu mengagumi gerakan luwes Neji saat memakai jutsu itu, namun ia berusaha untuk tetap fokus karena setelah mereka selesai adalah gilirannya untuk menyerang.

Ketika gerakan Neji dan Hizashi semakin bertambah cepat, Sakura buru-buru memusatkan chakra pada tangan kanannya dan segera berlari kencang saat Hizashi memberinya aba-aba. Ia meninju perut Madara dengan sekuat tenaga menyebabkan pria itu terpental hingga membentur patung besar yang kemudian ikut hancur karena kerasnya pukulan Sakura. Tubuh Madara tergeletak diantara puing-puing patung yang bertebaran di lantai gua. Hizashi berjalan mendekat dengan perlahan untuk memastikan apakah pria itu masih bernafas atau tidak. Ia tidak bisa melihat wajahnya namun ia bisa melihat ada bercak darah yang merembes pada jubahnya dan perlahan tubuh itu hancur dengan sendirinya seperti serpihan debu.

Baru saja mereka dikejutkan dengan kejadian itu, saat tiba-tiba tubuh Neji dan Sakura diselimuti cahaya putih menyilaukan. "Neji-san, apa ini..."

Suara terkejut Sakura membuat Hizashi menoleh ke arah dua orang yang ada di belakangnya dan matanya sedikit melebar saat mendapati pemandangan itu. Ia menyadari sesuatu. "Kalian akan kembali bukan? Ke dunia kalian yang sebenarnya. Ini berarti perpisahan." Pria itu mengulaskan sebuah senyuman pahit.

Neji menundukkan kepalanya. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ini adalah ketiga kalinya ia harus mengalami perpisahan dengan ayahnya dan bagaimanapun juga ia tidak akan pernah terbiasa. Di satu sisi ia lega karena telah berhasil mengalahkan Madara, namun di sisi lain, ia tak dapat memungkiri bahwa dadanya terasa sangat sakit mengingat di masa depan mungkin tak akan ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya.

Sambil mengepalkan tangannya erat, Neji menatap Hizashi dengan sebuah senyum di wajahnya. Memang tidak selebar senyum Naruto, namun ini adalah pertama kalinya bagi Sakura melihat Neji tersenyum selebar itu, dan Sakura tahu bahwa itu adalah senyuman palsu. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa Neji menyembunyikan kesedihan yang mendalam dibalik senyumannya. "Chichi-ue, terima kasih karena sudah membantu kami." Kata Neji dengan suara beratnya. "Meskipun kita hanya menghabiskan sedikit waktu bersama, tapi aku sangat berterima kasih. Hontou ni... arigatou."

Hizashi mengangguk sembari membalas senyuman putranya. "Aku senang bisa mengenalmu lebih banyak, Neji. Aku bangga melihatmu tumbuh menjadi ninja yang hebat seperti sekarang." Cahaya yang melingkupi tubuh Neji dan Sakura semakin menyilaukan. Ketika tubuh Hizashi terlihat semakin mengabur di mata mereka berdua, samar-samar mereka masih bisa mendengar pria itu berkata, "Sakura, aku titipkan Neji kepadamu." Dan sedetik kemudian, semua berubah menjadi putih seperti saat mereka pertama kali terkena genjutsu ini.

Sakura mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya yang berubah dari terang menjadi sedikit gelap. Ia terbaring di dalam gua dengan Neji berada di sampingnya, dan mereka tak hanya berdua di sana. Ia dapat melihat beberapa sosok dua orangduduk menyandar pada dinding gua dengan mata terpejam. Sakura buru-buru bangun dan bergerak mendekati mereka untuk memastikan siapa yang dilihatnya dalam penerangan yang minim itu. "Ino? Chouji?"

"Jidat, kau sudah sadar?" Ino menggosok-gosok matanya tampak kelelahan, di sampingnya, Chouji masih terlelap tampak sama sekali tak terganggu.

"Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Kami baru saja menyelesaikan misi dan kebetulan melewati tempat ini. Tadi kami berniat mencari tempat untuk beristirahat karena sudah malam tapi kami malah melihatmu dan Neji terbaring di tanah dengan Madara berdiri di dekat kalian, dan tentu saja kami tidak tinggal diam."

"Tadi? T-tunggu, berapa lama kami terbaring? Dan.. sekarang tanggal berapa Ino?"

"Kalian terbaring cukup lama, mungkin empat atau lima jam? Entahlah aku tidak bisa memastikan, dan sekarang tanggal 25, memangnya kenapa?" Gadis berambut pirang itu menguap lebar kemudian meregangkan badannya. Ia tidak mengharapkan jawaban dari Sakura yang tampaknya jauh lebih kebingungan daripada dirinya. "Shikamaru dan ayahnya ada di luar. Mungkin mereka sedang bermain shogi. Aku akan keluar mengecek mereka." Ino mengangkat pundak tak mendapati respon dari Sakura yang sekarang tampak linglung di matanya.

Gadis itu memutuskan untuk beranjak dari sana dan keluar dari gua. Tepat seperti tebakannya, dua orang dengan otak di atas rata-rata itu bermain shogi dengan menggambar petak-petak kecil di atas tanah. Tampaknya mereka berada di luar karena ingin memanfaatkan cahaya bulan purnama. "Shikamaru, Shikaku-jisan, Sakura dan Neji sudah sadar."

Di dalam gua Sakura masih tak habis pikir, waktu yang mereka lalui dalam dunia genjutsu sudah lebih dari satu minggu namun di dunia nyata mereka hanya terbaring selama empat sampai lima jam? Kemampuan klan Uchiha memang benar-benar menakutkan. Ah, sudahlah, setidaknya hal ini lebih baik karena ia dan Neji tak membuang terlalu banyak waktu. Bicara soal Neji, Sakura buru-buru membalikkan badannya mengingat rekannya itu sama sekali belum bersuara sejak mereka siuman tadi.

Masih berada di tempatnya semula, Neji saat ini sedang duduk bersila dengan pandangan menerawang. Sakura tahu betul apa yang dipikirkan oleh pria berambut panjang itu. Ia ingin mengatakan sesuatu untuk menghiburnya, namun mungkin saat ini yang paling dibutuhkan Neji adalah bermain dengan pikirannya sendiri. Gadis itu memutuskan untuk menyusul Ino keluar untuk menanyakan lebih banyak lagi tentang bagaimana mereka bisa mengusir Madara. Siapa tahu mereka juga membutuhkan penjelasan mengenai ketidaksadaran dirinya dan Neji kan?

)))))oOo(((((

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Tim Asuma―InoShikaCho bersikeras bahwa nama tim mereka tetap Tim Asuma untuk menghormati mendiang sensei mereka―beserta Neji dan Sakura memutuskan untuk memulai perjalanan kembali ke Konoha. Kondisi fisik Neji dan Sakura sudah pulih seratus persen karena memang sebenarnya mereka tidak memiliki banyak luka luar, dan genjutsu yang digunakan Madara pun bukan tipe genjutsu yang melukai mental seseorang―setidaknya tidak untuk Sakura.

Tapi gadis itu tahu bahwa gentei tsukuyomi sangat berpengaruh pada Neji. Sakura tahu Neji adalah sosok yang pendiam, tapi setelah mereka siuman, pria itu menjadi jauh lebih pendiam daripada sebelumnya. Selama dalam perjalanan mereka ke menuju desa, ia tak dapat menghentikan gerakan matanya yang sesekali mencuri pandang ke arah Neji, seolah khawatir pria jenius itu akan merosot dari batang pohon sewaktu-waktu.

Perjalanan pulang mereka terasa lebih cepat daripada saat mereka berangkat. Sakura berpikir mungkin jarak yang mereka tempuh untuk melarikan diri kemarin cukup jauh sehingga memperpendek jarak yang harus mereka tempuh saat pulang. Begitu sampai di Konoha, Sakura meminta tolong pada Tim Asuma yang segera bergerak menuju gedung Hokage untuk melapor agar menyampaikan permohonan maafnya karena ia dan Neji akan terlambat dalam memberikan laporan sementara ia berniat untuk mengunjungi rumah sakit terlebih dahulu.

Tanpa adanya penolakan dari Neji membuat Sakura semakin yakin bahwa pria itu tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Di rumah sakit, Sakura yang memang sudah dikenal baik di sana segera meminta sebuah kamar kosong pada salah satu medi-nin yang memang bertugas untuk mengurus administrasi rumah sakit, dan di sinilah mereka berada sekarang. Ia meminta Neji duduk bersila di ranjang pasien dengan posisi membelakanginya, sementara ia bersiap mengalirkan chakra ke tengkuk pria itu.

Setelah beberapa menit, Neji bisa merasakan otot-ototnya sejak tadi sempat tegang mula terasa rileks.

"Sudah merasa lebih baik?"

Saat gadis itu menghentikan aliran chakranya Neji segera membalikkan badan menghadap Sakura. "Aa, arigatou." Ia sedikit mendongakkan kepala menatap Sakura kini tampak lebih tinggi darinya karena posisi gadis itu sedang berdiri. Mata keperakannya dapat melihat Sakura yang sekarang sedang tersenyum lega, dan hal itu entah mengapa membuat hatinya terasa menghangat.

"Aku akan mengambilkan beberapa obat untukmu, Neji-san, kau bisa menunggu di sini." Sakura baru saja akan mengambil langkah pertamanya, namun tangan pria itu menahan pergelangan tangannya. Belum sempat gadis itu bereaksi untuk menunjukkan keterkejutannya, namun hal yang terjadi berikutnya membuat ia lebih terkejut lagi.

Hyuuga Neji menarik dirinya mendekat hingga Sakura yang masih dalam posisi berdiri berakhir dalam pelukannya. "N-Neji-san.." Gadis itu sama sekali tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia dan Neji mungkin memang sudah semakin dekat tapi Sakura sama sekali tak menyangka jika mereka akan mengalami kontak fisik seperti ini.

Neji tak mengeluarkan suara apapun. Ia tak tahu kenapa instingnya meminta dirinya untuk memeluk Sakura, namun kehangatan yang dipancarkan tubuh si gadis musim semi membuat pria itu tak ingin melepaskannya. Ia sedang mencari alasan agar gadis itu bersedia menemaninya untuk lebih lama lagi namun elusan di punggung dan kepalanya membuat ia merasa lega. Sejak berada dalam dunia genjutsu, Neji mulai tahu Sakura adalah gadis yang pengertian, dan itu artinya ia tak memerlukan kata-kata. Cukup lama mereka terus berada dalam posisi yang sama tanpa menyadari kehadiran pemilik sepasang mata yang sedang tersenyum menatap keduanya.

-To be continued-

Aaarrgghhh saya sama sekali gak pd buat ngepost chapter iniii T_T

Mohon maaf updatenya ngaret banget ~

Dulu dulu saya kalo nulis fic isinya murni romance doang, dan ini fic satu-satunya yang dibumbui adventure jadi yaaa mohon dimaklumi ya kalo adegan berantemnya sedikit gak masuk akal :"D

Seriously I've tried my best –v

Kenapa chapter ini lama banget? Pertama karna saya sempet bingung sebenernya mau digimanain ending dari dunia genjutsunya karna di RTN Naruto cuman ngelempar kunai ke mata Obito. Dan kedua, saya nyoba nyari-nyari dulu tentang Tsuki no me, mugen tsukuyomi, sama kelemahannya Obito biar rada masuk akal gitu, saya sampe ngubek-ubek hardisk nyari episode yang Konan Vs Obito. Yah, walaupun hasilnya seperti ini saya harap kalian tetap menikmati hihihi.

Balasan review:

Chihuyy: waduh sayangnya di chap ini mereka udah balik ke dunia nyata u.u tapi jangan khawatir nanti di dunia nyata saya bakal cari cara biar mereka tetep deket kok kkk

Xiuka07: beneran manis? XD kyaaaa syukurklah karna saya ngerasa banyak banget kekurangannya, jadi kalo ada kritik dan saran saya bakal nerima banget loh :3

RIKUDO MADARA 39: Pinginnya sih gitu, nanti Nejinya bakal saya pertahanin biar tetep hidup hihihi, tapi kalo sampe PDS 4 kira-kira bakal sepanjang apa :"V

Myosotis sylvatica: ihiii doki-doki kenapa nih? Kkk~ sankyu udah disemangatin nih :3

Alfabicaaiko: Iya dia kalem-kalem gimana gitu kkk ngeliat mukanya ada berasa adem, emang sayang banget kenapa dia dimatiin u.u saya seneeeeeng banget baca review aiko-san yang selalu panjang, dan komentar-komentarnya yg membangun :3 awalnya sempet gak pd karna alurnya lelet, tp ternyata malah dipuji, sankyuuuu :*

Rikarika: sasuneji apa sakuneji nih? Kkk oh ia, kalo rika-san suka nejisaku mungkin bisa baca di arcieve nejisaku yg English karna yg English lebih banyak daripada yg Bahasa Indonesia, atau jangan-jangan malah udah baca semua? Kkk~

Leavendouxr: nih nih saya tambahin dou-san kkk~ Neji jadinya kaya tukang modus ya kkk~ eh eh berarti Sasuke gak manusiawi nih? :"V painkiller ch 4 kayanya bakal sedikit lama karna waktu saya kepotong buat mikirin chapter ini :"D so sorry dou-saaaan~ just kill me :"D

Nickname: thank you juga buat review kamu~ :3

Balay67: nanti kalo perlu mereka dibikin cemburu-cemburuan deh kkk, kita liat aja kelanjutannya nanti gimana karna saya sendiri juga masih belum tau :"V

Apaajaboleh: sankyu buat pujiannya dan udah mau nyemangatiiin~ /

AryaniCentric: duuh kepala saya berasa melembung ini dibilang keren XD makasih banyak aryani-saaaan~

Hinamori Hikari: Hika-san, saya pas buka cerita Hika-san tadinya mau liat Sasuke dinistain kan, eh malah kepincut sama fic kakasaku yg Terimakasih masa duuuh itu bikin ikutan potek u.u

Oh iya adegan pegangan tangannya, abisnya bingung dengan karakter Neji yang pendiam mau dibikin gimana, akhirnya keinget adegan di manga L-DK dan kayanya cocok buat Neji, jadi ya begitulah :"V

Guest: wah ketahuan selama ini haus nejisaku ya? ^^v maaf chap ini lama yaa –v

Baka DimDim: dan cara mereka bebas dari gentei tsukuyominya juga beda :D tadinya saya mau ngelibatin Akatsuki kaya di RTN tapi entah kenapa malah bingung, akhirnya jadi gini deh, sankyu udah mau mampir, Dimdim-san ^^

Haruhana Akatsuki: chapter barunya udah update~ lucky you karna baru nemu fic ini jadi gak harus nunggu lama kkk~ ^^v

Sankyu semuanya yang sudah menyempatkan buat mampir baca dan bahkan mereview. Oh iya mungkin beberapa dari kalian ada yang kecewa karna dunia genjutsunya berakhir di sini, but remember genjutsu is just an illusion guys, and their love story here is not just an illusion. Jadi genjutsunya berakhir bukan berarti mereka bakal jarang ketemu loh ya kkk

Ah, dan karna di fic Painkiller saya ngasih rekomendasi beberapa fic Kakasaku yg bagus, di sini saya juga mau rekomendasiin fic Nejisaku English yg menurut saya bagus, mungkin yg belum baca berminat buat baca kkk

- Alcoholic

- Shades of Pink

- What If

Yang males nyari, ceritanya udah saya fav semua :"V

Duh maaf saya ngoceh kepanjangan :"V

Finally, mind to give me some more review?