"Menikahlah denganku! Tidak,kau harus menikah denganku, Haruno Sakura!"

"Apa kau sudah gila, Uchiha Sasuke?!"

.

.

.

Naruto by Masashi Kishimoto

Marry Me!

By chocoaddicted

.

.

.

Chapter 1

You are my girlfriend, Haruno Sakura!

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

"Apa yang harus kita lakukan, komandan? Para zombie itu semakin banyak!" seorang polisi dengan surai merah bertanya pada lelaki yang berdiri di depannya.

"Tidak ada cara lain. Kita harus membunuh mereka semua dengan serum yang diciptakan oleh profesor," sahut lelaki bersurai hitam dengan gaya rambut yang mencuat di bagian belakang kepala.

"Tapi, itu berarti kita harus ke laboratorium untuk mengambil serum tersebut?"

"Hn," sang komandang menoleh, mengawasi keadaan di sekitar, "ayo, kita harus cepat bergerak!"

"Baik!"

Empat orang polisi berjenis kelamin laki-laki itu bergerak dengan cepat di dalam lebatnya hutan. Mereka harus bergerak secepat yang mereka bisa karena serangan zombie bisa muncul kapan saja. Kota mereka sudah menjadi sarang zombie akibat ulah seorang ilmuwan gila.

Mereka berempat berlari sambil bersikap siaga dengan senjata di tangan. Tiba-tiba segerembolan zombie muncul dari sebelah kiri, membuat keempat polisi tersebut harus mengeluarkan peluru mereka. Peluru itu tidak memberikan efek yang signifikan, karena para zombie itu kembali berdiri dan menyerang mereka.

"Wraaaaaaghh!"

"Komandan Yuki! Di belakang anda!"

Pria bersurai hitam yang dipanggil 'Komandan' itu menoleh dan mendapati tiga zombie hendak menyerangnya. Bola matanya membulat terkejut dan dengan cepat ia menghunuskan katana ke tubuh zombie tersebut.

"Gyaaaarrrgh!"

"Ok, cut!"

Tepuk tangan riuh terdengar setelah sutradara yang diketahui bernama Jiraiya berdiri memberi perintah ke para aktor yang sedang berakting tadi. Pria berambut perak segera menghampiri sang tokoh utama sambil membawa handuk dan air mineral.

"Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini!" Jiraiya berseru sambil memerintahkan kru film membereskan peralatan.

"Aktingmu selalu bagus, Sasuke,"

"Terima kasih, Kakashi," Sasuke yang berakting sebagai Komandan Yuki menerima botol air mineral dari manajernya dan menegak setengah isinya.

"Setelah ini kau ada pemotretan dengan majalah Vogue. Lalu hadir sebagai bintang tamu di Radio Star. Setelah itu kau bisa istirahat di apartemenmu," Kakashi membaca sederet kegiatan Sasuke hingga tengah malam nanti. Mendengarnya membuat Sasuke menghela napas lelah.

"Hei, man! Kenapa kau menghela napas seperti itu?" seorang pria bersurai merah merangkul bahu Sasuke.

"Aku akan menyiapkan mobil. Aku segera kembali," Kakashi undur diri meninggalkan kedua aktor yang sedang naik daun.

"Singkirkan tanganmu, Sasori!" Sasuke melirik tajam pria yang saat ini merangkul bahunya.

Sasori berdecak kesal dan menarik lengannya dari bahu Sasuke, "Jangan galak begitu! Pantas saja tidak ada gadis yang menempel padamu,"

"Aku tak peduli," Sasuke masuk ke dalam ruang ganti dan membuka seragam polisi yang ia kenakan, sehingga saat ini pria itu bertelanjang dada menunjukkan otot perutnya yang seksi.

"Jangan-jangan kau itu gay ya?" Sasori mengernyit dan memandang jijik Sasuke.

Sasuke melirik Sasori. Ia berjalan menghampiri Sasori yang masih berdiri di depan pintu yang agak terbuka. Tinggi pria bermata hazel di hadapannya ini hanya sebatas telinganya, sehingga Sasuke bisa menatap langsung mata itu.

Dengan bertelanjang dada, Sasuke menatap Sasori intens membuat pria berwajah imut di hadapannya merinding seketika. Ia meraih dagu Sasori dengan kedua tangan dan memperpendek jarak antara wajahnya dengan wajah Sasori.

"A-a-apa yang ingin kau lakukan, Sasuke?!" Sasori bertanya dengan panik.

Sungguh Sasori masih normal dan masih suka menonton film porno antara lelaki dan wanita. Menghadapi sosok Sasuke di hadapannya ini membuat jantungnya berdentum ketakutan. Jangan-jangan Sasuke memang gay. Dan Sasori tidak ingin menjadi uke-nya Sasuke.

"Pfffftt!" Sasuke melepas cengkraman tangannya di dagu Sasori. Ia menahan tawa melihat ekspresi panik pria imut tersebut, "kau seharusnya melihat bagaimana bentuk wajahmu tadi!"

Sasori menggertakan gigi kesal dan wajahnya memanas menahan malu, "Dasar Uchiha idiot!"

Sasuke tidak memedulikan umpatan Sasori dan memilih memakai kaus yang sudah disiapkan Kakashi. Ponsel pria tampan itu berdering menunjukkan panggilan masuk. Sasuke menatap datar nama yang tertera di dalam layar ponselnya.

"Ya, aniki?"

"Datanglah ke kantor hari ini. Ada yang ingin aku bicarakan,"

"Aku sibuk," Sasuke menyahut datar dan terdengar helaan napas dari sambungan teleponnya.

"Jadi inikah balasan yang kau berikan pada kakakmu setelah apa yang sudah kulakukan hingga kau dewasa?"

Sasuke menggertakan giginya kesal, "Baiklah, aku akan datang,"

"Itu jawaban yang seharusnya kau utarakan sejak tadi."

"Hn," Sasuke kembali menyahut datar dan memutuskan panggilan telepon.

"Apa itu Itachi?" Sasori menghampiri Sasuke yang sedang memakai mantel berwarna navy.

"Hn,"

"Mobil sudah siap, Sasuke," Kakashi muncul di ambang pintu.

"Antar aku ke Uchiha Corp," Sasuke melangkah terlebih dahulu meninggalkan Kakashi dan Sasori yang menatap punggungnya.

"Anak itu sangat jenius. Tapi, mengapa ia memilih menjadi aktor?" Sasori bergumam.

Kakashi yang mendengar gumaman Sasori hanya tersenyum dan mengangguk sekilas seraya pamit menyusul Sasuke yang sudah melangkah jauh. Sedangkan pria bersurai merah itu terdiam memandang kedua pria yang sudah pergi meninggalkan lokasi syuting.


Daun-daun maple berguguran di sepanjang taman Uchiha Corp. Seorang gadis dengan surai merah muda berjalan di bawah gugurnya daun-daun cokelat tersebut. Telinganya tersumbat earphone dan ia sesekali bersenandung menyanyikan lagu. Sore yang cerah memang harus ditemani dengan musik yang ceria, itu merupakan salah satu filosofi gadis bernama lengkap Haruno Sakura.

Gadis itu terus bersenandung menyanyikan lagu sambil sesekali mengganti musiknya di Ipod. Ia tidak menyadari seseorang berjalan di depannya yang juga sedang asyik melamun. Hingga pada akhirnya mereka bertabrakan membuat pantat Sakura terpaksa mencium kerasnya trotoar.

"Aduh!" Sakura mengaduh kesakitan.

Gadis itu mendongak dan melihat seorang lelaki yang ia kenali sebagai aktor terkenal sedang berdiri menjulang di hadapannya. Ia terpesona pada parasnya yang rupawan.

"Tck!" Sasuke mendecih melihat Sakura yang kini memelototinya. Dengan cuek, pria idaman gadis-gadis di Jepang itu berjalan melewati Sakura.

Sakura menatap tak percaya Sasuke. Ia mendengus kesal dan berdiri.

"Hei, kau!"

Merasa panggilannya diabaikan, Sakura mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melempar kepala berbuntut pantat ayam Sasuke. Ia menemukan kulit pisang dan memungutnya. Dengan seringai evil, Sakura melempar kulit pisang tersebut dan mengenai kepala Sasuke.

Sasuke yang berjalan dengan tenang cukup kaget dengan benda yang tiba-tiba hinggap di kepala. Ia meraih benda tersebut yang ternyata adalah kulit pisang. Segera saja ia berbalik hendak memarahi pelaku yang melemparinya dengan kulit pisang. Tapi, sebelum ia melakukan hal tersebut, gadis bersurai merah muda yang tadi ditabraknya sudah lebih dulu mengomeli Sasuke.

"Kau itu tidak punya mata, ya? Ada manusia sebesar aku ini tetap kau tabrak? Sudah menabrak sampai aku jatuh, tapi kau tidak minta maaf? Jangan sok ya, mentang-mentang kau itu aktor! Aktingmu juga tidak terlalu bagus, Sasuke sialan!"

Sasuke melotot mendengar umpatan Sakura, "Kau itu anti-fans, ya?"

Sakura mendengus menahan tawa sekaligus kesal. Pria di hadapannya ini memiliki kepercayaan diri yang berlebihan. Sakura memang bukan anti-fans Sasuke, tapi bukan juga fans Sasuke. Ia tidak begitu peduli dengan selebritis karena waktunya tidak cukup untuk mengurus hal-hal semacam itu. Gadis itu harus bekerja keras demi menghidupi dirinya sendiri dan juga keluarganya yang tinggal di desa, sehingga tidak ada waktu baginya untuk mengagumi seorang Uchiha Sasuke.

"Tiga puluh detik yang lalu aku bukan anti-fansmu. Tapi, mulai saat ini aku adalah anti-fans yang paling membencimu!"

Sasuke berdecih dan membuang kulit pisang ke dalam tong sampah, "Aku tidak peduli. Aku juga tidak membutuhkan fans sepertimu," ujarnya sambil membalikkan badan setelah memberikan seringai menyebalkan pada Sakura.

"Hei!" Sakura berteriak marah melihat Sasuke pergi begitu saja tanpa meminta maaf. Ia mendengus melihat Sasuke berjalan dengan santai menuju gedung kantornya, "dasar bajingan tampan yang sombong!" decihnya pelan.


Sasuke terdiam di depan pintu ruangan kakaknya. Mengambil napas singkat, Sasuke mengetuk pintu tersebut dan membukanya setelah ada seruan masuk. Aktor tampan itu memandang sang kakak yang berdiri menghadap jendela besar. Sepertinya ia menikmati pemandangan indah taman ciptaan mendiang sang ibu.

"Gadis itu benar-benar berani melemparmu dengan kulit pisang," terdengar nada geli dari cara bicara Itachi.

Sasuke mendengus kesal, "Jangan bicarakan anti-fans itu!"

Itachi berbalik dan menampakkan senyum geli, "Tapi, langka sekali gadis seperti itu. Biasanya gadis-gadis akan memujamu seperti memuja dewa,"

"Mungkin dia tidak normal," Sasuke menyahut acuh dan mengempaskan bokongnya di sofa.

"Hati-hati dengan perkataanmu. Tuhan bisa saja membuat hatimu jatuh cinta padanya," Itachi terkekeh melihat kerutan di dahi Sasuke tanda bahwa pria itu kesal.

"Aku datang ke sini bukan untuk mendengar ceramahmu, baka aniki!"

"Baiklah, baiklah," Itachi duduk di hadapan Sasuke, "otou-san ingin kau menjadi Presdir Uchiha Corp, Sasuke,"

Sasuke mendengus bosan. Setiap kali ia dipanggil kakak sulungnya ke Uchiha Corp, pasti yang dibicarakan adalah keputusan ayahnya yang menginginkan Sasuke menjadi penerus di perusahaan tersebut.

"Sudah berapa kali kukatakan padamu, aku tidak mau. Lagipula sudah ada kau, jadi aku tidak dibutuhkan," Sasuke menatap malas Itachi.

Itachi tersenyum tipis, "Aku akan mengurus cabang Uchiha Corp di Inggris. Kau tahu bukan jika di sana sangat butuh pengawasan?"

"Harapan tou-san hanya padamu, Sasuke. Jadilah Presdir di perusahaan ini. Lagipula otak jeniusmu itu terlalu sayang jika disia-siakan," lanjut Itachi.

"Kau akan tinggal di Inggris?" Sasuke terlihat cukup kaget mendengar perkataan Itachi.

"Ya, aku akan pindah sekitar satu bulan lagi. Bagaimana? Kau mau 'kan menggantikan posisiku?"

Sasuke berdiri dan memandang kakaknya yang duduk diam menanti jawaban Sasuke.

"Tidak," setelah berkata tanpa emosi, pria bermanik obisidian itu pergi begitu saja.

"Anak yang keras kepala," Itachi menyandarkan punggung dan menghela napas lelah.


"Kyaaaa! Sasuke-kun keren sekali!" Ino memekik heboh menonton akting Sasuke di film lama pria tersebut yang sedang tayang ulang di TV. Sedangkan Sakura yang baru saja keluar kamar memutar mata bosan melihat tingkah sahabatnya.

"Kau tidak tahu saja sifat asli aktor itu, Ino!" Sakura menyilangkan tangan di depan dada menatap kesal Sasuke yang ada di dalam layar kaca.

"Memangnya kau pernah bertemu dengan Sasuke?" Ino kembali memekik ketika melihat Sasuke berhasil membunuh lawan mainnya.

"Aku bertemu dengannya hari ini dan dia bener-benar menyebalkan," Sakura jadi kesal jika mengingat kejadian tadi pagi. Pantatnya masih terasa nyeri.

"Eiii! Itu tidak mungkin," Ino menatap Sakura tidak percaya, lalu memakan popcorn.

"Kau tidak percaya padaku?"

"Tidaklah!"

"Kau itu benar-benar ya, pig!" Sakura mengambil remote TV dan mengganti salurannya membuat Ino berteriak tidak terima.

"Kenapa kau ganti dengan acara gosip?" Ino bermaksud merebut remote TV, namun segera disembunyikan oleh Sakura.

"Bukankah kau ratu gosip?"

"Haruno Sakura! Kembalikan remote TV itu!"

"Tidak akan! Aku tidak mau melihat wajah menyebalkan Sasuke lagi!"

"Kau!"

Ino menerjang Sakura, berusaha merebut remote TV. Gadis bersurai pirang itu berhasil mendapatkannya. Ia mengganti saluran TV ke film Sasuke, tapi Sakura segera merebutnya kembali dan mengembalikan saluran TV ke acara infotainment. Mereka berdua terus berusaha merebut remote TV hingga bergulingan di lantai dan saling menjambak.

"Seorang paparazzi berhasil mengambil gambar seorang aktor terkenal, Uchiha Sasuke sedang berusaha mencium Akasuna Sasori. Mereka berdua terlihat mesra, apalagi diketahui jika keduanya sering terlibat beradu akting di film yang sama."

Sakura dan Ino segera menghentikan kegiatan mereka saat mendengar presenter infotainment bicara. Mereka segera duduk tegak dan menonton acara itu dengan mata tak berkedip. Terlihat foto Sasuke yang berusaha mencium Sasori. Ino bahkan sampai menganga melihatnya, sementara gadis di sebelahnya membulatkan mata.

"Kini rumor mulai beredar di kalangan netizen. Mereka mulai berspekulasi jika Uchiha Sasuke selama ini adalah seorang gay. Ia tidak pernah terlibat skandal dengan seorang wanita. Mungkin inilah yang menjawab mengapa aktor itu selalu terlihat sendiri dan tidak dekat dengan wanita manapun. Tapi, benarkah Uchiha Sasuke adalah seorang gay? Dan apakah Akasuna Sasori adalah pasangan gay-nya? Kita tunggu klarifikasi dari kedua aktor tersebut."

"Tidak!" Sakura dan Ino berteriak bersamaan.

"Kau! Gara-gara Uchiha Sasuke sialanmu itu, Sasori-kun digosipkan gay!" Sakura menuding Ino dengan jarinya.

"Tidak mungkin! Pasti Sasori pendekmu itu yang mencoba merayu Sasuke-kun!" Ino melotot tidak terima.

"Tapi, apa mereka benar-benar, gay?" Sakura bergumam.

"Foto yang diambil paparazzi itu terlihat nyata," Ino menyahut.

"Tidaaaaaakkk!" seru kedua gadis itu syok.


Sasuke memijit pelipisnya setelah menonton video yang baru saja diberikan Kakashi. Pria itu menyandarkan kepala di kursi mobil sambil memandang jalan yang masih ramai karena waktu baru menunjukkan pukul delapan malam. Ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan skandal gay seperti saat ini. Lelaki itu merupakan aktor yang sangat ahli menghindari skandal.

"Sepertinya kita harus membatalkan acara di Radio Star," Kakashi memandang prihatin Sasuke yang duduk diam memandang ke luar jendela.

"Hn,"

"Direktur Tsunade tadi menelponku dan mengatakan bahwa kau harus ke agensi besok pagi," lanjut Kakashi.

"Hn,"

"Tenanglah. Semua pasti akan baik-baik saja," Kakashi mencoba menghibur lelaki di sampingnya.

"Aku harap begitu. Jangan sampai ayahku mengetahui hal ini," gumam Sasuke saat matanya menangkap siluet gadis bersurai merah muda yang berjalan di trotoar jalan sambil membawa plastik belanjaan bersama temannya yang berambut pirang.


Esoknya seperti yang sudah diinformasikan oleh Kakashi, Sasuke datang ke kantor agensi untuk menemui sang direktur, Senju Tsunade. Ia berhasil masuk dengan aman karena memarkirkan mobilnya di lantai bawah tanah. Sebelumnya ia memang agak kesulitan melewati kerumunan wartawan yang menunggu di depan gerbang masuk gedung, tetapi berkat bantuan empat orang satpam Sasuke berhasil melewati halangan tersebut.

Kakashi yang setia berjalan di samping Sasuke terlihat begitu sibuk meladeni berbagai macam telepon yang masuk ke ponselnya. Pria itu pun beberapa kali mengucap kata maaf karena beberapa pihak membatalkan kontrak mereka dengan Sasuke. Tentu saja para pelaku bisnis tidak ingin produknya tenggelam di pasaran hanya karena sang ambasador memiliki skandal gay yang masih tabu di kalangan masyakarat.

Memang beberapa orang memiliki selera yang unik dengan mencintai sesama jenis. Tetapi, tetap saja pandangan masyarakat tentang hal itu masih sangat sempit. Butuh edukasi yang mendalam agar memahami kaum gay. Saling menghormati dan tidak mengganggu privasi saja sudah merupakan langkah yang sangat baik dilakukan untuk menjaga stabilitas hubungan sosial.

Klik.

Kakashi memutus panggilan telepon setelah mengatakan maaf dan memasukkan ponsel ke saku celana. Ia melirik Sasuke di sampingnya yang berjalan dengan raut datar. Tapi, pria bersurai perak itu yakin bahwa Sasuke tengah memikirkan skandalnya dengan serius.

"Aku harap kau tidak membuat Nona Tsunade naik darah, Sasuke," Kakashi berucap ketika mereka berdua sudah sampai di depan pintu ruangan Tsunade.

Sasuke menoleh menatap Kakashi dengan datar, "Dia saja yang terlalu banyak minum alkohol, jadi darahnya cepat naik,"

Kakashi menghela napas lelah, "Saat ini posisimu sedang sulit. Sebaiknya kau mendengarkanku dan juga Nona Tsunade. Karirmu sedang ada di puncak, skandal ini bisa merusak reputasimu. Jadilah anak baik hari ini, Sasuke," pria yang usianya lebih tua empat tahun dari Sasuke itu memohon.

Kakashi sudah menjadi manajer Sasuke sejak lima tahun yang lalu. Sasuke saat itu masih duduk di bangku kuliah ketika bertemu dengannya di sebuah taman ketika Sasuke asyik bermain basket. Begitu melihat sosoknya sekilas, Kakashi berani bertaruh bahwa pria bermarga Uchiha itu akan terkenal dalam waktu yang singkat. Dan benar dugaan Kakashi, dalam waktu lima tahun Sasuke sudah menjadi salah satu aktor termahal di dunia menurut beberapa sumber majalah entertainment.

Saat itu usia Sasuke dua puluh dua tahun ketika Kakashi memintanya mengikuti audisi untuk mengisi peran di sebuah film laga. Sasuke langsung mendapat peran yang cukup bagus sebagai pemeran pembantu yang sangat penting dalam alur cerita. Sejak saat itu karirnya meroket. Tawaran film dan drama selalu datang, bahkan video musik serta menjadi penyanyi pun pernah ditawarkan, tapi Sasuke lebih menyukai akting sehingga ia menolak menjadi penyanyi.

Tidak ada yang meragukan kemampuan seorang Uchiha Sasuke. Pria itu tampan, jenius, pandai berakting dan tidak pernah terlibat skandal, kecuali saat ini seolah kesialan sedang mengujinya. Sasuke menghela napas berat dan menatap Kakashi yang tingginya sejajar dengan sedikit kesal.

"Baiklah!"

Kakashi tersenyum tipis. Ia mengetuk pintu ruangan Tsunade dan terdengar suara tegas wanita yang menyuruhnya masuk. Mereka berdua lantas masuk dan memandang Tsunade yang sudah duduk tenang di sofa berwarna merah marun, sedangkan asistennya yang bernama Shizune berdiri di samping sofa.

Tsunade menatap Sasuke dengan tajam, aktor andalan Senju Agency itu membalas tatapannya tanpa minat. Kakashi segera membungkukkan badan menyapa Tsunade, mau tak mau Sasuke pun melakukan hal yang sama.

"Duduklah," Tsunade menyuruh kedua lelaki tampan itu duduk di hadapannya, "ada apa dengan Uchiha Sasuke? Bukankah kau tidak pernah terlibat skandal sekecil apapun?" Tsunade langsung menatap lurus mata Sasuke ketika pria itu sudah duduk di hadapannya. Tidak ada basa-basi karena itu bukanlah ciri khas Tsunade.

"Itu hanya gosip," Sasuke menyahut tegas membalas tatapan Tsunade.

Mendengar jawaban singkat Sasuke, Tsunade menghela napas dan memijit pelipis seolah kepalanya sangat pusing akibat ulah Sasuke.

"Sekecil apapun gosip, itu bisa saja menghancurkan reputasimu. Apalagi ini bukanlah gosip yang kecil. Sekarang katakan padaku, apa yang dapat kau lakukan untuk menyelesaikan skandal ini, Uchiha?"

"Nona Tsunade, saya yakin ada jalan keluar—"

"—Kakashi, aku tidak bertanya padamu," Tsunade melirik Kakashi dengan tajam membuat lelaki yang hendak membela Sasuke itu langsung terdiam. Semua yang ada di dalam ruangan itu tahu jika Kakashi selalu membela dan melindungi Sasuke.

"Jadi, katakan padaku apa yang akan kau lakukan untuk menyelesaikan skandal ini, Uchiha Sasuke?" Tsunade bertanya dengan tegas.

Sasuke terdiam beberapa saat. Jika ia memilih keluar dari agensi dan berhenti menjadi aktor, itu sama saja dengan mendeklrasikan bahwa dirinya memang gay. Kalaupun ia melakukan konferensi pers, masyarakat tidak sepenuhnya percaya dengan dirinya, apalagi satu persatu muncul berbagai macam foto yang seolah membuktikan bahwa dirinya memang gay. Julukan gay akan terus mengekori Sasuke sepanjang hidupnya.

Sasuke tentu saja masih normal. Foto-foto yang beredar di masyarakat diambil dari sudut pandang yang memojokkan dirinya sehingga Sasuke memang terlihat seperti bermesraan dengan Sasori. Padahal kenyataannya menyentuh Sasori saja Sasuke segan.

Jadi, apa yang harus ia lakukan untuk menyelesaikan skandal ini? Belum lagi masalah yang akan muncul jika ayah Sasuke mengetahui hal ini. Bisa-bisa pria itu dipaksa keluar dari dunia entertainment dan berakhir di balik kursi Presdir Uchiha Corp. Sasuke jadi pusing memikirkannya. Namun, sebuah ide gila terlintas di otak Sasuke yang jenius.

"Aku akan menikah,"

"Apa?!" Tsunade terbelalak mendengar ucapan Sasuke. Bahkan Kakashi dan Shizune langsung menatap pria itu dengan mata melotot, "apa yang baru saja kau katakan?" Tsunade mengulangi pertanyaannya, takut jika ia salah mendengar.

Sasuke mengeratkan genggaman tangan di atas paha. Ia menatap Tsunade lurus-lurus dan bicara dengan tegas.

"Aku akan menikah dan mengenalkan istriku. Skandal itu pasti akan lenyap jika aku menikah bukan?"

Ruangan itu hening beberapa saat. Semua mata memandang Sasuke tidak percaya. Lalu helaan napas dan tawa yang keluar dari mulut Tsunade membuat ketegangan di sana perlahan lenyap.

"Kau benar-benar bisa membuatku terkena serangan jantung," Tsunade mengelus dada kiri, "memangnya kau sudah punya kekasih?"

Sasuke mengangguk dan tersenyum tipis, "Ya. Sebenarnya aku memang ingin menikahinya, tapi aku tidak ingin membuat rencana gegabah yang mungkin saja bisa merugikan beberapa pihak," ucapan Sasuke membuat Kakashi menatap pria itu dengan curiga.

"Kau ini bicara apa? Pernikahan itu merupakan kado Tuhan yang paling indah," Tsunade melambaikan tangan seolah menepis ucapan Sasuke, "kekasihmu pasti syok sekali mendengar skandalmu ini,"

"Ya, aku juga mencemaskan hal itu. Tapi, ia adalah gadis yang kuat dan sangat percaya padaku. Aku yakin ia pasti baik-baik saja," Sasuke memang aktor yang hebat, ia bisa meyakinkan Tsunade jika pria itu memang mengkhawatirkan kekasihnya.

"Baiklah, aku tidak akan mencemaskan skandalmu ini lagi. Sebaiknya kau cepat temui kekasihmu dan lamar dia dengan cara yang paling romantis. Atau perlu kuceritakan bagaimana Dan dulu melamarku?" Tsunade terkekeh.

"Terima kasih, aku akan menggunakan caraku sendiri," Sasuke menyahut dan tersenyum tipis.

"Aduh... Anak muda ini pasti sedang kasmaran!" Tsunade tertawa keras membuat Shizune ikut terkekeh dan Kakashi tertawa dengan kaku, "sebaiknya kau juga cepat menyusul, Kakashi," Tsunade kemudian menatap Kakashi.

"Ah... Aku masih belum memikirkan hal itu," Kakashi menyahut sambil tertawa kaku seperti robot.

"Tidak usah jauh-jauh mencarinya. Di sebelahku ini juga masih single," Tsunade mengerling Shizune.

"No, Nona Tsunade!" Shizune merasakan pipinya memanas akibat digoda oleh Tsunade.

Sasuke menoleh dan menatap Kakashi yang salah tingkah dengan seringainya. Kakashi menatap kesal Sasuke yang berhasil lepas dari ceramah Tsunade dan kini ia menjadi korban keisengan direktur pirang itu.

"Maaf Nona Tsunade, sepertinya kami harus segera pergi," Kakashi bangkit terlebih dahulu diikuti oleh Sasuke.

"Baiklah. Kau pasti punya jadwal yang sibuk," Tsunade menepuk bahu Sasuke pelan, "aku tidak sabar mendapat undangan pernikahanmu,"

"Anda pasti menjadi orang pertama yang menerimanya," Sasuke membungkukkan badan dan meninggalkan ruangan itu bersama Kakashi.


"Jadi, siapa nama gadis itu?" Kakashi bertanya sambil menyetir.

"Tidak tahu,"

Ckit!

"Kau mau membunuhku?!" Sasuke berteriak kesal karena Kakashi tiba-tiba menepi saat pria itu melaju cepat di jalanan.

"Apa maksudmu kau tidak tahu siapa nama kekashimu sendiri?" Kakashi mengernyitkan alis menatap Sasuke yang sekarang memijit pelipisnya karena pusing.

"Aku tidak punya kekasih,"

"Sudah kuduga. Aktingmu tadi benar-benar meyakinkan Nona Tsunade," Kakashi menyenderkan punggungnya di kursi mobil, "sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau sudah berkata akan menikah,"

"Kita harus mencari gadis yang bersedia menikah denganku dalam jangka waktu tertentu,"

"Kau ingin mempermainkan ikatan pernikahan?" Kakashi menatap tak percaya Sasuke yang terlihat frustrasi.

"Kalau kau punya ide lain, katakan padaku!" akhirnya emosi Sasuke meledak.

Kakashi terdiam mendengar ledakan emosi Sasuke. Bungsu Uchiha itu biasanya bisa mengontrol emosi, tapi sepertinya kali ini ia benar-benar tertekan. Kakashi pun tidak bisa membantu banyak karena pria itu tidak mengetahui ranah pribadi Sasuke jika pria itu sendiri tidak membuka diri. Tiba-tiba saja ponsel Sasuke berdering membuat keduanya mengalihkan perhatian pada benda persegi tipis yang sedang berkedip-kedip.

"Sial!" Sasuke mengumpat begitu melihat nama ayah tertulis di layar ponsel tersebut. Setelah mengembuskan napas, pria itu menjawab panggilan telepon. Kakashi sendiri hanya diam memerhatikan Sasuke.

"Halo, otou-san,"

"Ayah ingin bicara denganmu, Sasuke. Temui ayah di restoran favorit ibumu nanti malam jam tujuh,"

"Baiklah," Sasuke menyahut pasrah mendengar perintah ayahnya yang singkat, padat dan menuntut itu.

Klik.

"Kepalaku rasanya mau pecah," Sasuke mendengus keras. Kakashi prihatin memandangnya.

"Sebenarnya kalau kau ingin berhenti bisa saja, Sasuke," Kakashi berucap pelan.

"Jadi, kau ingin aku berhenti?!" Sasuke kembali emosi mendengar ucapan Kakashi. Pria perak itu hari ini tidak membantu sama sekali.

"Bukan begitu maksudku. Kau 'kan masih punya posisi di Uchiha Corp. Lagipula akting itu hanya hobimu saja, bukan? Aku tahu otak jeniusmu itu akan berakhir sia-sia jika kau hanya menjadi aktor,"

Sasuke terdiam beberapa saat dan memilih memandang sisi jalan yang sepi, "Kau tahu sendiri kenapa aku memilih jalan ini,"

"Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu lagi," Kakashi kembali menyalakan mesin mobil, "aku akan membantumu menyelasaikan skandal ini,"

"Hn,"

"Dasar Uchiha," Kakashi mendengus mendengar gumaman khas klan Uchiha.


Suara air yang jatuh dari batang bambu di kolam ikan menjadi satu-satunya pengisi suasana di ruangan bergaya tradisional itu. Uchiha Fugaku duduk beralaskan bantal di lantai tatami. Ia menyesap teh hijau yang baru saja diantarkan pelayan sambil menunggu putra bungsunya yang membuat kepalanya pusing.

Tidak lama kemudian pintu geser itu terbuka, Sasuke masuk ke dalam ruangan VVIP restoran tersebut. Ia membungkukkan badan dan bergegas duduk di hadapan Fugaku setelah melihat ayahnya menggedikkan kepala menyuruh Sasuke duduk.

"Apa kabar, otou-san?"

"Kabarku baik-baik saja sebelum mendengar skandalmu itu," Fugaku menyahut datar dan memandang anaknya lurus-lurus, "sebenarnya apa yang kau pikirkan sampai bisa membuat malu Uchiha seperti ini?"

Suara Fugaku memang terdengar datar tanpa emosi, tapi Sasuke yakin ayahnya benar-benar marah. Ucapan yang keluar dari mulut Fugaku membuat dada Sasuke berdenyut menyakitkan. Tapi, hal yang lebih menyakitkan adalah ucapan Fugaku itu memang benar.

Sasuke hendak menjawab ucapan Fugaku ketika pintu diketuk dan datanglah dua orang pelayan yang menyajikan beberapa jenis sushi dan minuman di atas meja. Setelah pelayan tersebut pergi, baru Sasuke bisa membuka suaranya.

"Itu hanyalah gosip, ayah," Sasuke membalas tatapan Fugaku dengan penuh keyakinan berharap ayahnya itu mengerti.

"Apapun itu alasanmu, kau sudah membuat malu klan Uchiha. Bagaimana caramu untuk menyelesaikan masalah ini dan membersihkan nama Uchiha, Sasuke?"

Mendengar pertanyaan yang serupa dengan Tsunade, mulut Sasuke tanpa sadar bergerak dengan sendiri dan ia tersentak.

"Aku akan menikah,"

Fugaku mengernyitkan alis mendengar sahutan Sasuke, "Siapa gadis itu?"

Sasuke semakin terpojok, "Aku akan mengenalkannya pada ayah secepatnya,"

"Suruh ia datang saat ini juga,"

Fugaku memang paling ahli membuat Sasuke terpojok dan tidak berdaya. Ia sangat memahami sikap Sasuke ketika anaknya itu berbuat kebohongan sekecil apapun. Oleh karena itu, ia ingin memastikan sendiri Uchiha bungsu di hadapannya ini benarkah berbohong atau tidak. Sasuke terdiam beberapa saat dan tangannya bergetar di bawah meja. Ekspresinya memang datar, tapi tidak ada yang tahu bahwa jantungnya berdegup kencang.

"Baiklah. Aku akan menghubunginya dulu,"

Fugaku menyesap kembali tehnya ketika Sasuke menutup pintu dan pergi hendak menelpon kekasihnya itu.

Sasuke menghela napas dan menjadi panik. Ia segera berjalan keluar restoran mewah tersebut hendak menghubungi Kakashi. Bagaimanapun caranya, Sasuke harus menemukan seorang gadis yang bisa berpura-pura menjadi kekasihnya malam ini di hadapan Fugaku. Masalah pernikahan bisa ia pikirkan nanti. Sasuke menghubungi Kakashi dan langsung diangkat saat itu juga.

"Kakashi, aku butuh seorang gadis saat ini juga!"

"Hah? Apa maksudmu? Kau ingin one night stand?"

"Bukan itu, bodoh!"

"Hei! Aku lebih tua darimu. Sopanlah sedikit!"

"Ayahku ingin bertemu dengan kekasihku! Aku butuh seorang gadis sekarang juga!"

Saat Sasuke membuka pintu restoran, ia melihat seorang gadis berambut merah muda lewat di hadapannya. Gadis itu terlihat cantik dengan coat cokelat sepanjang lutut. Tiba-tiba saja kaki Sasuke melangkah dengan sendirinya mengejar sang gadis. Ia pernah melihat gadis itu di Uchiha Corp dan mengikuti instingnya, Sasuke rasa gadis itu sangat tepat untuk membantunya.

"Hei! Apa yang kau lakukan?" Sakura sedikit memekik kaget saat seseorang menarik lengannya membuat gadis itu membalikkan badan.

"Kakashi, aku sudah menemukannya,"

"Menemukan apa? Hei, Sasuke! Kau dengar aku?"

Sasuke memutus panggilan telepon sepihak dan menatap gadis di hadapannya penuh harap.

"Kau... Uchiha Sasuke?" gadis itu terlihat mengernyit tidak suka memandang Sasuke.

"Benar. Siapa namamu?"

"Kenapa kau ingin tahu namaku? Itu tidak penting!" Sakura hendak menepis tangan Sasuke yang masih memegang lengannya.

Sasuke melirik tas Sakura dan di sana menggantung sebuah gantungan kunci terukir namanya.

"Haruno Sakura?" Sakura menatap tajam Sasuke dan ia terbelalak mendengar ucapan Sasuke selanjutnya. Mungkin setelah ini Sakura harus memeriksakan telinga ke dokter THT.

"Mulai saat ini kau adalah kekasihku, Haruno Sakura!"

To be continue

Hai! Aku muncul lagi~ membawa fict yang baru. Mudah-mudahan ini tidak berhenti di tengah jalan. Semoga inspirasi selalu datang dan fict ini berlanjut sampai ending. Walaupun idenya pasaran dan sudah menjamur di mana-mana, semoga readers menyukainya. Hohoho... ah~ aku kangen banget sama fanfiction!

Ditunggu feedbacknya ya di kolom review!