My Slave Is My Love

.

.

Uchiha Sasuke, Haruno Sakura

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

©Aomine Sakura

.

.

Dilarang COPAS dan PLAGIAT dalam bentuk APAPUN!

Don't Like Don't Read

Selamat Membaca!

oOo

Sakura memandang Sasuke dengan pandangan tidak mengerti. Ada sesuatu yang aneh ketika Sasuke menyebutkan kata Yugao. Apakah wanita itu wanita dari masa lalu Sasuke?

Itachi meneguk ochanya sebelum menjawab. Matanya menjadi sayu ketika menatap adiknya.

"Aku pikir, wanita yang tinggal satu rumah bersamamu bukanlah Sakura."

"Jika bukan Sakura, kamu pikir siapa?" tanya Sasuke. "Kamu pernah memergokiku bercinta dengan Sakura sebelum berangkat ke Belanda, dan kamu masih bilang jika wanita yang tinggal satu rumah denganku bukan Sakura? Kepalamu pasti sedang terbentur sesuatu."

Itachi merasakan kepalanya pusing. Dan seketika tubuhnya oleng ke belakang.

"Nii-san?!"

"Itachi-nii?!"

.

.

Itachi bergerak dengan gelisah dalam tidurnya. Rasanya tubuhnya terasa begitu dingin seperti direndam di dalam air berisi es. Dan ketika membuka matanya, dirinya memandang kamar yang asing baginya. Kepalanya terasa begitu pusing dan matanya berkunang-kunang.

"Itachi-nii?" Sakura masuk membawa nampan berisi bubur.

"Ah- Sakura." Itachi mencoba mendudukan dirinya namun kepalanya terasa begitu sakit dan akhirnya dirinya hanya bisa kembali tidur.

"Jangan bergerak dulu, nii-san." Sakura meletakan nampannya diatas meja dan mengambil kompres di bawah kasurnya. Dengan cekatan tangannya mulai mengompres dahi Itachi.

Itachi tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Sakura begitu telaten merawatnya. Dia yakin jika wajahnya pasti memerah karena demam sekarang.

"Rin sudah memeriksamu, dan untungnya kamu hanya terkena demam ringan saja." Sakura tersenyum. "Aku sudah membuatkanmu bubur, setelah makan minumlah obat."

Itachi menerima suapan demi suapan yang diberikan Sakura. Wajah gadis itu begitu menggemaskan ketika sedang cemas begini. Sasuke begitu beruntung mendapatkan gadis seperti Sakura untuk tinggal di dalam rumahnya.

"Sakura, terimakasih." Itachi tersenyum.

Sakura memandang Itachi setelah meletakan mangkuk buburnya.

"Dimana Sasuke? Aku tidak melihatnya pagi ini."

Sakura yang sedang membuka bungkus obat tersenyum. Dia membantu Itachi untuk meminum obatnya.

"Katanya dirinya mau mengambil alih semua proyek yang sedang dikerjakan Itachi-nii hari ini. Katanya, aku harus menjaga Itachi-nii hingga benar-benar sembuh."

Itachi tidak bisa menahan tawanya dan mengelus rambut Sakura dengan lembut. Adiknya masih sama seperti dulu, selalu mengkhawatirkannya ketika dirinya sakit. Terkadang, adiknya selalu mengkhawatirkannya sampai-sampai lupa dengan kesehatannya sendiri.

Dirinya bukannya tidak tahu jika Sasuke begitu sayang padanya. Sasuke terlalu sayang bahkan melebihi dirinya sendiri. Tetapi sikapnya yang dingin dan seenaknya membuat sikap brother complexnya tidak terlihat.

Itachi tersenyum ketika mengingat masa lalunya. Rasanya, dia seperti kembali ke masa dimana dirinya dan Sasuke masih kecil dan suka bermain bersama. Dia masih ingat bagaimana Sasuke selalu menunggunya pulang sekolah untuk merengek ditemani main. Dirinya sampai-sampai harus rela begadang hanya untuk menyelesaikan PRnya karena seharian bermain bersama Sasuke.

Tetapi, setelah kedatangan Shion dan ketika wanita itu membuat adiknya patah hati membuat Sasuke berubah. Sasuke menjadi tempramental dan seenaknya sendiri. Tak jarang Sasuke mulai menyewa pelacur-pelacur untuk memuaskan nafsunya.

Entah mengapa, Itachi merasa Sasuke sedikit berubah setelah kedatangan Sakura. Adiknya yang tadinya dingin seperti es, kini mulai hangat. Mungkin itulah alasan mengapa gadis berambut pink itu bernama Haruno Sakura. Sakura musim semi yang cantik dan akan selalu menghangatkan Uchiha Sasuke yang dingin.

"Itachi-nii, kenapa senyum-senyum sendiri? Itachi-nii membuatku merinding," cicit Sakura.

Itachi mengelus rambut Sakura dengan lembut.

"Tidak ada apa-apa."

Sakura memandang Itachi dengan ragu-ragu.

"Itachi-nii, siapa itu Yugao-nee?"

.

.

.

.

Sasuke mengusap wajahnya dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi miliknya. Dia begitu terkejut ketika melihat kakaknya tiba-tiba pingsan. Untung saja kakaknya hanya terkena demam dan flu karena kelelahan.

Sasuke menerawang jauh. Mencoba menerka-nerka mengapa kakaknya pulang tanpa wanita yang selama ini Itachi kejar. Bagi kakaknya, Yugao adalah cinta pertamanya. Bahkan kakaknya rela untuk mengejar Yugao hingga ke Belanda. Seluruh perjuangan sudah dilakukan kakaknya untuk mendapatkan Yugao.

Dari apa yang dia ketahui, Yugao begitu mencintai kakaknya. Dia pikir kakaknya akan datang bersama Yugao, tapi nyatanya tidak.

Memejamkan matanya, Sasuke memilih untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

.

.

.

.

"Dia adalah kekasihku."

Sakura terdiam, mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan oleh Itachi. Dalam hati dirinya bertanya-tanya, apakah hubungan antara Sasuke dan Yugao. Karena begitu Sasuke menyebutkan nama wanita itu, membuat wajah pria itu mengeras.

Jika dirinya benar, sudah pasti ada kaitan masa lalu dengan Sasuke.

"Aku pergi ke Belanda untuk menyusulnya. Aku dengar, Yugao hamil dan melahirkan. Anakku. Jadi, aku memutuskan untuk pergi ke Belanda dan memberinya kejutan.

Awalnya, Yugao menyambutku dengan gembira. Ternyata Yugao telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang lucu. Namun, ada sesuatu yang menggangguku. Warna rambutku hitam sedangkan Yugao ungu, tetapi mengapa rambut putraku berwarna cokelat?"

Sakura terdiam. Mencerna cerita Itachi.

"Itu... bukan anak Itachi-nii?" tanya Sakura ragu-ragu.

"Tepat sekali." Itachi tersenyum. "Bayi itu bukan bayiku. Awalnya Yugao tidak mau mengakuinya dan tetap mengatakan jika bayi itu adalah bayiku. Namun, aku menyuruh kenalanku untuk menyelidikinya dan terbukti jika bayi itu adalah hasil hubungannya dengan Hayate. Pria yang selalu mendiami hati Yugao."

Sakura tidak bisa membayangkan pemuda setampan Itachi juga bisa dicampakan oleh wanita bernama Yugao itu. Entah mengapa, baik Sasuke maupun Itachi tidak pernah mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintai mereka apa adanya.

Sakura menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Beginikah rasanya menjadi orang kaya? Untuk apa memiliki harta yang berlimpah, wajah yang tampan tetapi tidak ada orang yang benar-benar mencintai kita?

"Aku yakin jika kamu melihatnya tadi."

Sakura memandang Itachi dengan pandangan tidak mengerti. Melihat? Melihat apa?

"Melihat apa?" tanya Sakura bingung.

"Perubahan pada Sasuke, memangnya kamu pikir apa?"

"Ah-" Sakura tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tentu saja dirinya melihat perubahan di wajah Sasuke.

"Aku tidak tahu antara adikku dan Yugao memiliki hubungan apa. Tetapi raut wajahnya terlihat sedikit.. aku tidak bisa menjelaskannya."

Sakura tersenyum simpul dan bangkit dari posisinya. Onyx milik Itachi meneliti tubuh Sakura. Tubuh gadis itu terlihat lebih berisi dari yang dia lihat terakhir kali.

"Selamat ya."

Sakura menolehkan kepalanya. Memandang Itachi dengan pandangan tidak mengerti. Mengapa dirinya merasa Itachi banyak berbicara ambigu hari ini. Kata-kata Itachi membuatnya gagal paham.

"Selamat apa? Aku sedang tidak berulang tahun hari ini," ucap Sakura.

"Aku harap keponakanku laki-laki."

Sakura tidak bisa menahan keterkejutannya hingga membuat mangkuk bubur yang dibawanya pecah. Ada satu hal yang mengganggu pikirannya dan membuatnya takut.

Jika Itachi saja menyadarinya, bagaimana dengan Sasuke?

.

.

.

"Tadaima."

Sasuke melepas jasnya dan meletakannya sembarangan. Tidak ada yang menjawab salamnya, kemana Itachi dan juga Sakura? Hidungnya bisa mencium bau harum masakan. Pasti Sakura sedang menyiapkan makan malam.

"Ah- okaeri, Sasuke." Itachi menyambut adiknya yang datang dengan wajah lelah. "Aku tidak mendengar salammu."

"Hn."

"Sasuke-kun." Sakura tersenyum. Tangannya membawa sepanci kare keatas meja. "Aku sudah menyiapkan air hangat, sebaiknya Sasuke-kun mandi sebelum kita makan malam bersama."

Sasuke menganggukan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Melepas pakaiannya, dirinya segera masuk ke dalam kamar mandi dan berendam di dalam bathup. Rasanya sungguh menyenangkan, ketika rasa lelahnya berkurang karena air hangat yang menghilangkan kepenatannya hari ini.

Selesai mandi, Sasuke mengenakan pakaian rumahannya. Sebuah kaos berwarna hitam dan celana panjang berwarna putih. Membuka pintu kamarnya, Sasuke berjalan menuju ruang makan.

"Oh- duduklah, Sasuke." Itachi meletakan majalah yang dibacanya. "Bagaimana hari ini? Sakura mengatakan jika kamu mengambil alih seluruh pekerjaanku."

"Hn." Sasuke menyeruput ocha miliknya.

Sakura meletakan sepiring Kare di hadapan Sasuke dan duduk di sebelah Sasuke. Mereka makan dengan tenang, dan perutnya yang sedari tadi keroncongan akhirnya terbayar sudah.

"Kaa-san tadi menghubungiku." Itachi buka suara. "Dia menanyakan kondisiku dan aku katakan bahwa besok aku pulang. Kaa-san mengatakan untuk mengundangmu dan Sakura datang ke kediaman Uchiha juga."

Sasuke menatap kakaknya dengan pandangan bingung.

"Untuk apa?"

"Entahlah. Katanya Kaa-san merindukanmu dan juga Sakura."

Sasuke melirik Sakura. Mungkin mereka bisa menghabiskan waktu dikediaman Uchiha.

"Hn."

Sakura menarik nafas panjang dan mengusap perutnya. Dia menyembunyikan kehamilannya dengan memakai pakaian yang agak kebesaran untuknya. Dia takut jika Sasuke tidak bisa menerima kehamilannya. Dia tidak ingin menggugurkan bayinya biar bagaimanapun.

Sasuke membuka pintu kamarnya dan menemukan Sakura berdiri di depan balkon kamarnya. Melangkahkan kakinya, dirinya memeluk Sakura dengan lembut.

"Hei." Sasuke berbisik di telinga Sakura. "Kenapa pakaianmu kebesaran seperti ini?"

"Oh." Sakura tidak tahu harus merespon apa. "Aku hanya ingin mengenakannya saja."

"Hm.. aku baru menyadari jika kamu sedikit gendut," ucap Sasuke. "Tapi aku suka, kamu terlihat lebih berisi. Aku tidak suka dengan wanita yang terlalu kurus."

Sakura terdiam. Dalam hati dia berdoa supaya Sasuke tidak menyadari perubahan pada perutnya. Dia hanya belum siap untuk mengatakan semuanya pada Sasuke.

Namun, tiba-tiba sebuah tangan menangkup kedua payudaranya. Tangan besar Sasuke memutar-mutar payudara itu dan memilin putingnya dari luar.

"Ugh.. Sasuke-kun.." Sakura mendesah panjang. Semenjak hamil, puting Sakura menjadi sensitif.

"Teruslah mendesah untukku."

Sakura merasakan tubuhnya melemas dan membiarkan Sasuke membawanya ketas ranjang.

"Ahhh!"

Sasuke bahkan melakukannya tanpa pembukaan. Kejantannya menembus milik Sakura setelah melepaskan celana wanita itu. Memandang Sakura dengan pakaian kebesaran seperti itu, membuat gairah terpendamnya bangkit.

Siapa yang suruh Sakura terlihat sangat seksi sekarang.

oOo

Sakura membuka matanya dan merasakan sebuah tangan memeluknya. Tubuhnya terasa begitu lengket dan lelah. Memandang Sasuke yang tertidur di sampingnya membuat satu senyuman terukir di bibirnya. Untung saja permainan yang dilakukan Sasuke tidak terlalu kasar, meski baginya permainan Sasuke selalu bisa membuatnya mengerang-erang.

Memandang jam di meja nakasnya. Sakura tersentak kaget ketika menyadari bahwa ini sudah pukul tujuh pagi. Dia belum menyiapkan sarapan padahal ada Itachi di rumahnya.

Memakai pakaiannya secara sembarangan, Sakura melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya dan mengikat rambutnya. Dia berharap Itachi belum bangun dan dia bisa menyiapkan sarapan untuk Sasuke dan Itachi.

Dan betapa terkejutnya dirinya ketika melihat Itachi telah berada di dapur dengan apron melekat di tubuh pemuda itu. Itachi terlihat seksi dengan kaos dan apron yang membalut tubuh tegapnya itu.

"Ah- Sakura." Itachi tersenyum dan meletakan telur mata sapi diatas meja.

"O-oh. Ohayou, Itachi-nii." Sakura tersenyum. "Maaf karena aku kesiangan dan membuatmu harus menyiapkan sarapan."

"Tidak apa. Aku sudah biasa." Itachi melepas apronnya dan mendudukan diri di salah satu kursi. "Sebagai putra sulung di keluarga Uchiha, aku dituntut harus bisa melakukan apapun."

"Aa." Sakura tersenyum canggung dan duduk di hadapan Itachi. Matanya berbinar ketika melihat jus tomat di hadapannya.

Semalam Sasuke melakukannya berapa ronde?"

Sakura tersedak jus tomat yang diminumnya. Itachi tersenyum jahil dan mengulurkan segelas air putih untuknya.

"Tidak usah kaget seperti itu, Sakura-chan. Dengan bayi dalam perutmu, sudah membuktikan bahwa Sasuke sangat ganas di ranjang."

Tatapan mata Sakura menjadi sendu. Dia mengaduk-aduk salad di hadapannya. Sedangkan Itachi menatap Sakura dengan pandangan bertanya, ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu.

"Apa ada yang mengganggumu, Sakura-chan?" tanya Itachi.

"Aku mohon, Itachi-nii tidak memberitahu tentang kehamilanku pada Sasuke-kun."

Itachi mengangkat satu alisnya. Gagal paham dengan maksud perkataan Sakura.

"Jadi, Sasuke belum tahu tentang kondisi kehamilanmu?" Itachi memandang Sakura.

Sakura menganggukan kepalanya.

"Ya. Aku takut Sasuke tidak akan mau menerima bayi dalam kandunganku."

"Omong kosong macam apa itu!" hardik Itachi. "Tentu saja Sasuke akan menerima bayi kalian. Dia begitu mencinta-"

"Hn."

Mereka menolehkan kepalanya dan memandang Sasuke yang berdiri tidak jauh dari mereka. Wajah Sakura memucat, jangan bilang kalau Sasuke mendengar semua pembicaraannya.

"Sasuke-kun!" Sakura bangkit dari duduknya.

"Kamu tidak membangunkanku dan malah sarapan berdua dengan Itachi?"

Itachi mendenguskan tawanya dan Sakura yang menarik nafas lega. Kami-sama, ternyata Sasuke tidak mendengar pembicaraannya dan Itachi. Bagi Itachi, Sasuke seperti anak kecil yang marah ketika mainannya diambil.

"Kami baru akan mulai sarapan." Itachi tersenyum.

Sasuke mendudukan dirinya di sebelah Sakura dan menikmati sarapannya dengan tenang.

.

.

.

.

Mereka sampai di kediaman Uchiha saat jam makan malam hampir tiba. Sasuke sengaja datang karena ada rapat yang tidak bisa dia tinggalkan. Jika tidak, beberapa dollar akan menghilang.

Sakura terlihat cantik dengan gaun selutut berwarna hijau miliknya. Dia sengaja memakai gaun yang tidak memperlihatkan bentuk tubuhnya, terutama perutnya.

Meski sudah pernah datang ke kediaman Uchiha, namun dia masih saja mengagumi kemewahan yang dimiliki Uchiha. Dia memang datang dari pelosok Jepang dan melihat kediaman mewah milik Uchiha bagaikan mimpi baginya.

"Sasuke-kun, Sakura-chan."

Sakura tersenyum ketika Mikoto memeluknya. Wanita paruh baya itu menyukai Sakura dari awal melihatnya. Selain karena cantik dan baik hati, Sakura merupakan sosok yang lembut baginya.

"Kaa-san merindukanmu, Sakura-chan. Ibu sudah meminta Sasuke untuk membawamu kemari tapi dirinya mengatakan bahwa kamu sibuk dengan sekolahmu."

"Ah-" Sakura tidak tahu harus berkata apa. Berada di dekat Mikoto membuatnya teringat akan sosok ibunya yang ada di Hokkaido.

"Ayo masuk, Sakura-chan. Fugaku-kun dan Itachi-kun sedang menyiapkan barbeque di halaman belakang. Sasuke-kun, bantu ayahmu dan kakakmu."

Sasuke memutar bola matanya dengan malas dan masuk ke halaman belakangnya. Mikoto tersenyum dan menarik tangan Sakura.

"Ayo Sakura, Kaa-san ingin menunjukan sesuatu untukmu."

Fugaku dan Itachi sibuk membakar Barbeque dengan dibantu Sasuke. Mikoto mendudukan dirinya di salah satu kursi bersama Sakura. Tangannya mengambil sebuah album berwarna biru.

"Kaa-san ingin menunjukan foto-foto masa kecil Sasuke-kun."

Halaman pertama dibuka, memperlihatkan bayi mungil dengan wajah sombong miliknya. Sakura mendenguskan wajahnya. Tidak heran jika Sasuke sekarang memiliki wajah sombong yang menyebalkan, masih bayi saja wajahnya sudah songong seperti itu. Menggemaskan sih, tapi tetap saja menyebalkan.

Halaman kedua di buka dan memperlihatkan Sasuke dengan piyama berwarna birunya. Rambutnya sudah mulai panjang dan dijepit kanan kiri oleh Mikoto. Sakura tidak bisa menahan tawanya, rasanya sungguh cantik sekali.

"Kaa-san, jangan menunjukan foto-foto menyebalkan itu pada Sakura." Sasuke mendesah dan mencoba merebut album foto dari tangan ibunya.

"Lihat itu, Sakura-chan. Sasu-chan malu." Mikoto terkikik geli, mencoba menggoda putra bungsunya itu.

"Tapi, Bibi. Mengapa Sasuke-kun terlihat seperti wanita?"

"Istriku sangat menginginkan anak perempuan, Sakura-chan." Fugaku menjawab sembari membalik daging barbequenya. "Maka dari itu, dia mendadani Sasuke seperti wanita hingga TK."

Sasuke mengusap wajahnya. Inilah mengapa dirinya tidak suka ketika ada orang yang mengambil fotonya. Mengingatkannya pada foto-foto masa kecilnya yang terlalu nista itu.

"Konbanwa semua!"

Mereka menolehkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang datang. Seorang wanita cantik dengan balutan gaun malamnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Maafkan Saku karena terlalu lama. Rasanya untuk move on dari plagiator itu susah sekaliiii..

Oh yaaa.. Jangan lupa follow Saku di wattpad yaa.. Ada cerita baru yang lebih menarik lhoo.. Pennamenya sama kok.. "Aomine Sakura" okreeee..

Dan trimakasih banyak karena telah Setia menanti fict ini untuk melanjutkan.. Semoga tidak ada kejadian plagiat lagi yaaa.. Ciayo!

Oh ya, untuk kasus plagiat fict ini pihak plagiator sudah mengirimi pesan secara pribadi dengan alasan karena dia hanya memposting dan yang punya ide adalah adiknya. Terlepas itu benar atau tidak, Saku tidak mau ada kejadian seperti ini lagi terima kasih.

Terima kasih banyak dan selamat membaca!

Jangan lupa follow Saku on wattpad dengan penname Aomine Sakura!

Ciayo!

Salam hangat,

Aomine Sakura