'Jagalah dia.' batin Reborn.

Gokudera dan Yamamoto mengangguk. Seperti mendengar permintaan Reborn.

Disclaimer : Akira Amano

Pairing : Giotto x Tsuna

Genre : Romance, Friendship

Warning : Typo, Alur kecepetan, BL!


CHAPTER 4

Mars SMA Namimori berkumandang, menandakan sebentar lagi sang pemilik tonfa akan berkeliling dan meng-kamikorosu siswa yang terlambat.

Bersamaan dengan itu, Tsuna, Gokudera, dan Yamamoto berhasil masuk ke gerbang sekolah.

"Hosh hosh.. Untunglah kita berhasil masuk, Juudaime.." Gokudera menghela nafas lega.

"Syukurlah.." sambung Yamamoto. Tsuna hanya tersenyum tipis.

Mereka bertiga lalu berjalan beriringan menuju kelas mereka. Tanpa sadar, dua orang siswa memandang lekat mereka. Hibari. Dan Giotto. Walau ditempat yang berbeda.

"Jadi.. kalian sudah bertemu dengan pengajar baru kalian masing-masing?" tanya Yama-sensei.

Para siswa yang memang mendapat pelajaran tambahan pun mengangguk.

"Sawada?" Yama-sensei melihat Tsuna yang terlihat sedang melamun.

"Pstt, Juudaime.." panggil Gokudera setengah berbisik.

"Tsuna!" panggil Yamamoto dari belakang. Tsuna diam tak bergeming.

"SAWADA!" Yama-senpai setengah berteriak. Tsuna tersadar.

"Y.. Ya.. Saya.. Maaf, sensei."

"Ada apa, Sawada?" tanya Yama-sensei.

"Tidak ada apa-apa.. Ya. Tidak ada apa-apa." Tsuna seperti berbicara sendiri.

"Juudaime..."

"Tsuna.."

xxXXxx

Bel istirahat berbunyi. Yama-sensei keluar dari kelas.

"Juudaime.." Gokudera menghampiri meja Tsuna.

"Ya, Gokudera?" balas Tsuna.

"Ngg... Apa anda bawa bekal? Bagaimana kalau kita makan bersama?" ajak Gokudera.

"Aku tidak bawa bekal hari ini."

"Kalau begitu, ikut makan bekalku saja. Aku bawa onigiri cukup banyak, Tsuna." sambung Yamamoto yang ternyata sudah ada disamping Tsuna.

"Yakyu-baka! Juudaime hanya boleh makan bekal dariku saja! Kau mengerti?!" teriak Gokudera.

"Ngg? Tapi aku juga ingin Tsuna makan bekalku." balas Yamamoto polos.

"Dasar kau, yakyu-baka!" Gokudera melempari Yamamoto dengan buku-buku yang terlihat di depan matanya. Catat, buku. Bukan dinamit :v

"Maa maa, hentikan Gokudera!" Yamamoto melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Tsuna tersenyum melihat kelakuan konyol kedua teman dekatnya itu. Ia sadar, mereka berdua berusaha untuk menghiburnya.

"Kalian benar-benar baik. Terima kasih." Tsuna tersenyum kearah Gokudera dan Yamamoto. Mereka berdua mematung. Terlihat jelas semburat merah di wajah keduanya.

"A.. Anda tidak perlu berterima kasih, Juudaime." Gokudera mendekati Tsuna sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Tsuna tersenyum lagi.

"Kalau begitu, boleh aku mencicipi bekal Gokudera-kun dan Yamamoto?" tanya Tsuna.

"Tentu Juudaime! Apapun akan saya berikan untuk anda!" Gokudera sumringah.

"Ah, aku senang sekali, Tsuna. Kalau begitu ayo kita segera ke atap!" Yamamoto mengambil bekalnya lalu berjalan menuju pintu kelas.

"Yakyu-baka! Jangan bersikap seolah kau pemimpinnya!" Gokudera mengamuk lagi.

"Sudahlah, Gokudera-kun." Tsuna menggaruk-garuk kepalanya. Bingung dengan sikap temannya yang satu ini.

Sesampainya di atap sekolah.

"Jadi.. Bagaimana kau dengan pengajarmu, Yamamoto?" tanya Tsuna. Sembari mengunyah nasi goreng bekal Gokudera.

"Maa maa, benar-benar wanita yang membosankan! Baru pertama kali pertemuan, ia sudah mengajar banyak materi.."

"Kalau anda bagaimana, Juudaime?"Gokudera ikut nimbrung.

"Hmm, Giotto-san hanya mengajakku mengobrol di pertemuan pertama. Belum membahas materi sama sekali." Tsuna menerawang.

"Bagaimana rasanya diajar sendiri oleh sang ketua OSIS, Tsuna?" Yamamoto mulai penasaran.

"Yah, menurutku Giotto-san orang yang bersahabat. Jadi aku tidak terlalu canggung berbincang dengannya. Tapi entahlah kalau disaat mengajar bagaimana." jelas Tsuna.

"Tapi saya heran. Kenapa seorang ketua OSIS seperti dia ingin menjadi pengajar?"

"Dan kenapa hanya mengajar kau seorang, Tsuna?"

"Karena aku menginginkannya." terdengar suara dibelakang Tsuna dan yang lain. Reflek ketiganya menengok kebelakang. Berdiri disana, dengan senyum lembut menghiasi bibirnya, Giotto.

"Giotto-san?" Tsuna kaget.

"Hai Tsuna.." Giotto berjalan mendekati mereka bertiga. Lalu mengacak-acak rambut Tsuna. Terlihat semburat merah diwajah Tsuna. Giotto tersenyum. Lalu menoleh kearah Yamamoto dan Gokudera.

"Ah, kalian yang kemarin dirumah Tsuna kan?"

Gokudera dan Yamamoto mengangguk. Giotto duduk disamping Tsuna.

"Suasana di atap memang benar-benar nyaman ya. Pantas saja kalian dan dia, betah berada disini."

"Dia?"

Giotto menunjuk tangki air. Tepat diatasnya, Hibari tidur dengan santai, dengan kedua tangannya sebagai bantalan. Wajahnya menghadap langit yang nampak biru cerah namun tak berawan.

"Hie? Hibari-san?!"

"Jadi, sedari tadi kita disini, juga ada dia?!" Gokudera kesal karena tidak menyadarinya.

"Hahaha, sudahlah. Selama kalian tidak berisik dan bergerombol, dia tidak akan meng ka.. mi.. korosu kalian." jelas Giotto sembari meniru mimik dan penekanan suara Hibari pada kata kamikorosu.

Giotto melirik kearah Hibari. Ia tahu, Hibari pasti mendengar pembicaraan Giotto dengan ketiga adik kelasnya itu.

'Tapi sedari tadi bukankah kami bergerombol dan berisik?!' batin Tsuna kaget.

"Ah ya, kalau boleh tahu apa yang anda lakukan disini?" tanya Yamamoto.

"Hmm, tadi aku ke kelas Tsunayoshi. Tapi kata salah satu teman kalian, ia dengan kalian berdua datang kemari. Ya sudah, aku susul saja kemari." jawab Giotto.

"Ke kelasku? Ada apa, Giotto-san?" Tsuna bingung.

"Aku hanya ingin menyampaikan informasi. Pulang sekolah nanti, kau les tambahan denganku. Kemarin aku belum memberi materi sama sekali kan?"

Tsuna mengangguk. "Baiklah,Giotto-san."

Giotto tersenyum. "Ya sudah, aku pergi dulu ya. Masih ada hal yang harus kuselesaikan. Sampai nanti." Giotto mengacak-acak rambut Tsuna lagi. Terlihat semburat merah diwajah Tsuna (lagi). Giotto melihatnya, dan tertawa pelan.

Setelah itu, Giotto berdiri dan meninggalkan atap.

"Cih, berani-beraninya dia mengacak-acak rambut Juudaime!" gumam Gokudera kesal. Setelah Giotto pergi tentunya.

"Maa maa, sudahlah Gokudera. Mungkin itu karena Tsuna terlalu imut. Benar kan?"

"A.. Apa hubungannya?" Tsuna bingung. Ia terkesiap.

"Dan aku tidak imut Yamamoto!" Tsuna kesal dan "baru sadar ucapan Yamamoto". Tak lupa ia majukan sedikit bibirnya. Tanda ia merajuk.

"Ju.. Juudaime.." batin Gokudera kaget melihat ekspresi Juudaime-nya itu. Terlihat muka Gokudera sedikit memerah. Yamamoto melihatnya.

"Benar kan kataku." Yamamoto nyengir.

Tiba-tiba bel masuk berbunyi nyaring.

"Ngg? Masuk ya? Ayo turun. Sebelum Hi.." Yamamoto belum selesai bicara, dan..

"Cepat masuk. Atau kamikorosu."

Aura sekitar berubah gelap. Lantas ketiganya menengok perlahan kebelakang. Tebak siapa yang berdiri di belakang mereka sekarang?

Tidak usah ditebak. Sudah mengerti trademark sang ketua komite kedisiplinan, bukan?

"Hiee? Hibari-san?!" Tsuna terlonjak kaget.

"Ayo pergi, Juudaime!" Gokudera menggengam erat tangan kiri Tsuna lalu mengajaknya pergi.

"Gokudera-kun?" Tsuna kebingungan melihat Gokudera. Tangannya menggenggam erat tangan Tsuna. Sangat erat.

Yamamoto dan Hibari melihatnya. Yamomoto tersenyum.

"Kau mengerti apa yang dipikirkan Gokudera bukan, Hibari?"

"Hn." Hibari memalingkan muka.

"Masuk kekelasmu sekarang, Yamamoto Takeshi. Atau.."

"Maa maa, baiklah!" Yamamoto berlari menyusul kedua temannya.

xxXXxx

"Mau kutemani ke ruang ketua OSIS, Juudaime?" tanya Gokudera. Pulang sekolah.

"Tidak usah, Gokudera-kun. Kau pulang duluan saja." Tsuna tersenyum. Gokudera menggeleng cepat.

"Tidak! Saya akan menunggu anda sampai anda selesai!"

"A.. Apa?!"

"Sawada Tsunayoshi."

"Hiee? Hi.. Hibari-san?!" Tsuna menengok kebelakang dan mendapati Hibari berdiri tepat dibelakangnya.

"Ke perpustakaan sekarang. Dia sudah menunggumu."

"Dia? Ma.. maksudnya Gio- Ehh?!" Tsuna yang belum selesai bicara terkaget saat melihat Hibari berjalan pergi.

'Ah, pasti Giotto-san.' batin Tsuna sembari mengangguk.

"Apa si ketua OSIS itu yang memanggil anda, Juudaime?"

"Eh? Ah, ya kurasa."

"Kalau begitu..."

Gokudera mengangguk.

"Saya tunggu didalam kelas, Juudaime. Kalau sudah sudah selesai, anda bisa sms saya."

"E.. Eee.. Tidak usah Gokudera-kun. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Juudaime." Gokudera menatap Tsuna serius.

"Ba.. Baiklah, kalau sudah selesai nanti aku langsung ke kelas."

"Baik." Gokudera mengangguk senang.

'Umm, di perpustakaan kan?' Tsuna membuka pintu perpus. Matanya mengedar ke penjuru ruangan. Beberapa siswa tampak asyik mengerjakan tugas. Adapula yang sedang membaca maupun sibuk memilah buku.

"Hai, Tsuna." tiba-tiba seseorang memeluk pinggang Tsuna dari belakang.

"Kyaah!" Tsuna terlonjak.

"Gi.. Gio-san?!" teriak Tsuna begitu melihat siapa pelaku pemelukan tak terduga itu.

"Oi kau, jangan berisik!" penjaga Perpustakaan yang mendengar teriakan Tsuna, mengomentari.

"Ehh? Ma.. Maaf." Tsuna membungkukkan meminta maaf.

"Hahaha, teriakanmu seperti gadis saja, Tsuna!" Giotto yang sudah melepaskan pelukannya tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya.

"Giotto- san, jangan ribut di perpustakaan!" penjaga perpus itu kini mengingatkan Giotto.

"Ah, maafkan aku." Giotto mengangguk.

"Ja.. Jangan bercanda seperti itu, Gio-san." Tsuna menutup mukanya yang memerah.

"Oke, oke, maafkan aku. Kau manis sekali sih. Aku jadi tidak tahan untuk menggodamu." Giotto menunduk. Mensejajarkan tingginya dengan Tsuna.

Biru bertemu cokelat.

"Hie?!"

Giotto tersenyum.

"Kalau begitu ayo kita mulai belajarnya, Tsuna." Giotto kembali berdiri lalu mengacak-acak puncak kepala Tsuna.

To be Continued.